GALERI ARSITEKTUR NUSANTARA DI YOGYAKARTA

GALERI ARSITEKTUR NUSANTARA DI YOGYAKARTA TUGAS AKHIR

Diajukan Sebagai Syarat Untuk Mencapai Gelar Sarjana Teknik Arsitektur Universitas Sebelas Maret

DISUSUN OLEH: ANINDITA PRASASTI ISWARI

I 0207006

DOSEN PEMBIMBING: Ir. Widi Suroto, MT Fauzan Ali Ikhsan, ST, MT

JURUSAN ARSITEKTUR FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2011

commit to user ii

PENYUSUN : ANINDITA PRASASTI ISWARI ( I 0207006 )

Menyetujui, Surakarta, 10 Oktober 2011

Mengesahkan,

Pembimbing I

Ir. Widi Suroto, MT NIP. 19560905 198601 1 001

Pembimbing II

Fauzan Ali Ikhsan, ST, MT NIP. 197312272 00003 1 003

Pembantu Dekan I Fakultas Teknik UNS

Kusno Adi Sambowo, ST, M.Sc, Ph.D

NIP. 19691026 199503 1 002

Ketua Jurusan Arsitektur FT UNS

Dr. Ir. Mohamad Muqoffa, MT NIP. 19620610 199103 1 002

Ketua Prodi Arsitektur FT UNS

Kahar Sunoko, ST. MT NIP. 19690320 199503 1 002

commit to user iii

Puji syukur senantiasa penulis panjatkan kepada Allah SWT yang menguasai alam semesta dan dengan kemurahan-Nya telah memberikan kesempatan dan kesehatan dalam menyelesaikan pengerjaan Tugas Akhir ini.

Tugas Akhir ini penulis susun sebagai syarat untuk memperoleh gelar kesarjanaan strata satu pada Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Sebelas Maret Surakarta. Penulis menyadari bahwa proses Tugas akhir ini hanya merupakan sebagian kecil ribuan kilometer jalan yang harus penulis tempuh. Semoga dengan terselesaikannya Tugas Akhir ini dapat memberikan manfaat untuk menapaki jalan selanjutnya.

Tugas Akhir ini tidak mungkin terwujud tanpa bantuan, bimbingan dari berbagai pihak. Untuk itu penulis menyampaikan terimakasih yang tulus kepada :

1. Dr. Ir. Mohamad Muqoffa, MT selaku Ketua Jurusan Arsitektru Fakultas Teknik UNS

2. Kahar Sunoko, ST, MT, selau Ketua Program Studi Arsitektur Fakultas Teknik UNS

3. Sri Yuli, ST, MT dan Yosafat Winarno, ST, MT selaku Panitia Tugas Akhir

4. Ir. Widi Suroto, MT selaku pembimbing I yang telah dengan sabar memberikan bimbingan dan pengarahan kepada penulis

5. Fauzan Ali Ikhsan, ST, MT, selaku pembimbing II. Terima kasih atas pencerahan-pencerahan yang telah diberikan

6. Ir. Musyawaroh, MT selaku Pembimbing akademik yang telah memberikan bimbingan dan arahannya

7. Dr. Ir. Mohamad Muqoffa, MT dan Avi Marlina, ST, MT, selaku dosen penguji. Terimakasih atas segala masukan sebagai penyempurna tugas saya

8. Seluruh Bapak dan Ibu dosen serta staff pengajar Jurusan Arsitektur, Fakultas

Teknik Universitas Sebelas Maret yang telah memberikan ilmunya

9. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah membantu memberikan dorongan dan bantuan dalam penyusunan laporan ini

commit to user

iv

kemampuan, maka tentu terdapat kelemahan-kelemahan dan kekurangan dari tulisan ini. Untuk itu kritik dan saran yang dapat menambah serta memperluas lingkup pengetahuan penulis akan diterima dengan senang hati. Akhir kata semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.

Surakarta, Oktober 2011

Penulis

commit to user

commit to user vi

HALAMAN JUDUL

HALAMAN PENGESAHAN

ii

KATA PENGANTAR

iii

SPECIAL THANKS TO

DAFTAR ISI

vi

DAFTAR TABEL

xi

DAFTAR GAMBAR

xii

BAB I. PENDAHULUAN

A. Judul

B. Pemahaman Judul

1. Galeri

2. Arsitektur Nusantara

3. Yogyakarta

C. Latar Belakang

1. Melestarikan Arsitektur Nusantara

2. Bentuk Apresiasi terhadap Karya-karya Arsitektur

3. Arsitektur merupakan Karya Seni

4. Arsitektur terus Berkembang

D. Permasalahan dan Pesoalan

1. Permasalahan

2. Persoalan

E. Tujuan dan Sasaran

1. Tujuan

2. Sasaran

F. Batasan dan Lingkup Pembahasan

1. Batasan

2. Lingkup Pembahasan

G. Metode Pembahasan

commit to user vii

2. Metode Mencari Data

3. Metode Pengolahan Data

4. Metode Pemecahan Masalah

5. Metode Penulisan

H. Sistematika dan Kerangka Penulisan

10

BAB II. TINJAUAN GALERI SENI DAN KOTA YOGYAKARTA SEBAGAI LOKASI TERPILIH

A. Galeri Seni

1. Pemahaman Galeri

11

2. Sejarah Galeri

11

3. Perkembangan Fungsi Galeri

12

4. Tipe Galeri

15

5. Macam Galeri Seni

17

6. Lingkup Kegiatan Galeri

19

7. Macam Seni dalam Arsitektur

20

8. Ruang Pamer

23

B. Yogyakarta sebagai Lokasi Terpilih

1. Kondisi Fisik

25

2. Kondisi Non Fisik

27

C. Beberapa Pameran Arsitektur di Yogyakarta

1. Jogja Istimewa Merangkul Dunia

28

2. Seminar dan Workshop GIS “Urban Thermal Comfort”

29

3. Pameran Arsitektur “Urbanizing World”

30

4. Pameran Arsitektur UAJY Warner Sobek-Designing the Future

30

5. Pameran Karya Lomba Fotografi dan Desain Poster Sepekan Arsitektur 2011

31

6. Pameran “Architecture for All” di FTSP UII

31

7. Pameran dan Diskusi Arsitektur

32

commit to user viii

1. Empiris

Selasar Sunaryo Art Space

32

2. Preseden

Rumah Seni Cemeti Yogyakarta

37

Museum Soekarno di Blitar

39

BAB III. TINJAUAN ARSITEKTUR NUSANTARA

A. Arsitektur Nusantara

1. Pemahaman Arsitektur Nusantara

42

2. Sejarah Nusantara

42

3. Nusantara dan Jaringan Asia

45

4. Sejarah Perkembangan Arsitektur Indonesia

46

B. Arsitektur di Nusantara

1. Arsitektur Nusantara pada Masa Kerajaan Hindu-Buddha

46

2. Arsitektur Nusantara pada Masa Kerajaan Islam

55

3. Arsitektur Vernakuler Indonesia

62

C. Konsepsi Arsitektur Nusantara

77

D. Arsitektur Nusantara sebagai Tampilan Fisik Bangunan

79

BAB IV. GAGASAN GALERI YANG DIRENCANAKAN

A. Pemahaman Galeri

82

B. Fungsi, Visi dan Misi Galeri

C. Jenis Galeri

84

D. Status Galeri

84

E. Pengelola Galeri

84

F. Lingkup Kegiatan

84

G. Materi Pameran dan Koleksi

85

commit to user ix

I. Frekuensi Kegiatan

88

J. Bentuk dan Sistem Pelayanan

1. Bentuk Pelayanan

88

2. Sistem Pelayanan

88

BAB V. ANALISA PENDEKATAN PERENCANAAN DAN PERANCANGAN GALERI ARSITEKTUR NUSANTARA

A. Analisa Makro

1. Proses Penentuan Pemilihan Lokasi

89

2. Analisa Tapak

a) Klimatologi

97

b) Pencapaian

98

c) Sirkulasi

98

d) View

101

e) Noise

101

f) Tampilan Fisik Bangunan Sekitar

102

g) Vegetasi

102

B. Analisa Mikro

1. Analisa Pola Kegiatan

104

2. Analisa Peruangan

a) Analisa Kebutuhan Ruang

106

b) Analisa Besaran Ruang

108

3. Analisa Pola Hubungan Ruang

113

4. Analisa Persyaratan dan Perencanaan Ruang

115

5. Analisa Zonifikasi Kelompok Kegiatan

119

6. Analisa Gubahan Massa

120

7. Analisa Bentuk dan Tampilan Bangunan

124

8. Proses Penentuan Landscape Bangunan

127

9. Analisa Struktur dan Utilitas

a) Struktur

129

commit to user

BAB VI. KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN GALERI ARSITEKTUR NUSANTARA DI YOGYAKARTA

A. Konsep Makro

1. Penentuan Pemilihan Lokasi

136

2. Tapak

a) Klimatologi

138

b) Pencapaian

138

c) Sirkulasi

138

d) View

139

e) Noise

140

f) Tampilan Fisik Bangunan Sekitar

141

g) Vegetasi

141

B. Konsep Mikro

1. Pola Kegiatan

142

2. Peruangan

a) Kebutuhan Ruang

143

b) Besaran Ruang

145

3. Pola Hubungan Ruang

147

4. Persyaratan dan Perencanaan Ruang

150

5. Zonifikasi Kelompok Kegiatan

153

6. Gubahan Massa

154

7. Bentuk dan Tampilan Bangunan

156

8. Penentuan Landscape Bangunan

157

9. Struktur dan Utilitas

c) Struktur

157

d) Utilitas

158

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

commit to user xi

Tabel ii.1. Nama Perguruan Tinggi di Yogyakarta yang Memiliki Jurusan Arsitektur

27 Tabel ii.2. Aktifitas dan Fasilitas Selasar Sunaryo Art Space

37 Tabel iii.1. Tinggalan Sejarah Kerajaan-kerajaan selama Era Hindu- Buddha

47

Tabel iii.2. Perbedaan Bentuk dan Langgam Candi Jawa Tengah dan Jawa Timur

54 Tabel iii.3. Rumah Tradisional di Indonesia

74 Tabel iv.1. Jumlah Rumah Tradisional Indonesia

86 Tabel iv.2. Jumlah Tinggalan Sejarah Kerajaan era Hindu-Buddha

86 Tabel v.1. Data Pusat Pertumbuhan Kabupaten Sleman

91 Tabel v.2. Data Potensi Tiap Kecamatan di Kabupaten Sleman

92 Tabel v.3. Penilaian masing-masing Site

95 Tabel v.4. Alternatif Jenis Sirkulasi

99 Tabel v.5. Penentuan Kelompok Kegiatan dan Pelaku Kegiatan

106 Tabel v.6. Kebutuhan Ruang berdasar Pelaku dan Kelompok Kegiatan

106 Tabel v.7. Besaran Ruang

109 Tabel v.8. Perencanaan Ruang Dalam

115 Tabel v.9. Perencanaan Ruang Luar

118 Tabel v.10. Analisa Zonifikasi Kelompok Kegaiatan

120 Tabel v.11. Alternatif Massa Dasar Bangunan

121 Tabel v.12. Alternatif Tata Massa Bangunan

121 Tabel v.13. Alternatif Organisasi Massa Bangunan

122

Tabel v.14. Ciri khas Langgam/ Gaya Arsitektur Nusantara di Indonesia

124 Tabel vi.1. Penentuan Kelompok Kegiatan dan Pelaku Kegiatan

143

Tabel vi.2. Kebutuhan Ruang berdasar pelaku dan Kelompok Kegiatan

143 Tabel vi.3. Besaran Ruang

145 Tabel vi.4. Perencanaan Ruang Dalam

150 Tabel vi.5. Perencanaan Ruang Luar

152

commit to user xii

Gambar ii.1. Pengumpulan Karya Seni

13 Gambar ii.2. Pameran Karya Maket

13 Gambar ii.3. Pemeliharaan Karya Seni

14 Gambar ii.4. Apresiasi Karya Maket

14 Gambar ii.5. Transaksi Jual Beli Produk

14 Gambar ii.6. National Gallerry, London

15 Gambar ii.7. Neue Staatsgalirie, Jerman

16 Gambar ii.8. Wexner Centre, Ohio

16 Gambar ii.9. Seni Grafik

20 Gambar ii.10. Fotografi Arsitektur

20 Gambar ii.11. Sketsa

21 Gambar ii.12. Maket

21 Gambar ii.13. Seni Instalasi

22 Gambar ii.14. Furniture dan Properti

22 Gambar ii.15. Seni Pertunjukkan Film

22 Gambar ii.16. Ruang Pamer berupa Ruang

23 Gambar ii.17. Ruang Pamer Hall

23 Gambar ii.18. Ruang Pamer Koridor

23 Gambar ii.19. Replika 1:1

24 Gambar ii.20. Miniatur Candi Prambanan

25 Gambar ii.21. Miniatur Ruamh Tradisional

25 Gambar ii.22. Enlargement Kursi

25 Gambar ii.23. Peta Yogyakarta

26

Gambar ii.24. 1.Seminar, 2.Pameran Karya, 3.Pameran Foto dan Sketsa, 4. Maket

29 Gambar ii.25. Pameran Urbanizing World

30 Gambar ii.26. Pameran Architecture for All

31 Gambar ii.27. Selasar Sunaryo Art Space

32 Gambar ii.28. Gallery A

33

commit to user xiii

Gambar ii.30. Wing Gallery

34 Gambar ii.31. Gallery B

34 Gambar ii.32. Kopi Selasar

34 Gambar ii.33. Selasar Shop

34 Gambar ii.34. Amphiteater

35 Gambar ii.35. Bamboo House

35 Gambar ii.36. Bale Handap

35 Gambar ii.37. Bale Tonggoh

36 Gambar ii.38. Pustaka Selasar

36 Gambar ii.39. Mushola

36 Gambar ii.40. Area Parkir

37 Gambar ii.41. Denah dan Interior Rumah Seni Cemeti

38 Gambar ii.42. 1.Museum Soekarno, 2.Menuju Museum, 3.Gerbang Museum, 4.Rumah Makam Soekarno

39 Gambar ii.43. Bangsal dan Gerbang Candi Bentar

39 Gambar ii.44. Patung Bung Karno dan Relief Dinding

41 Gambar ii.45. 3D Siteplan Museum Soekarno

41 Gambar iii.1. Indonesia dan Jaringan Asia

45 Gambar iii.2. Struktur Candi

49 Gambar iii.3. Teknik Konstruksi Dinding Berdaun Ganda

50 Gambar iii.4. Tata Cara Urutan Pembangunan Candi

51 Gambar iii.5. Peta Pengelompokan Candi

51 Gambar iii.6. Candi Gedong Songo dan Candi Badut

52 Gambar iii.7. Candi-candi di Jawa Tengah Selatan

52 Gambar iii.8. Candi Penataran dan Candi Jago

53 Gambar iii.9. Salah Satu Tipe Denah Candi

53 Gambar iii.10. Candi Biara Bahal 1, Padang Lawas, Sumatera

54 Gambar iii.11. Candi pada Masa Klasik Akhir

55 Gambar iii.12. Persebaran Kota-kota Islam Awal di Nusantara

56 Gambar iii.13. Pelabuhan di Lingkungan Banda Aceh

57

commit to user xiv

Gambar iii.15. Masjid yang Mendapat Pengaruh Arsitektur Candi dan Arsitektur Vernakuler

59

Gambar iii.16. Masjid yang Mendapat Pengaruh India (Arsitektur Moghul) 60 Gambar iii.17. Masjid yang Mendapat Pengaruh Arsitektur Kolonial (Modern Eropa)

60 Gambar iii.18. Kompleks Kraton Yogyakarta

61 Gambar iii.19. Bekas Istana Ternate (awal abad ke-18)

62 Gambar iii.20. Lokasi Persebaran Austronesia

62 Gambar iii.21. Arsitektur Vernakuler Indonesia yang Menggunakan Tanduk Kerbau dan Atap Pelana

63 Gambar iii.22. Sebaran Lokasi Arsitektur Vernakuler Indonesia

65 Gambar iii.23. Macam Ragam Arsitektur Vernakuler Indonesia

65 Gambar iii.24. Pembagian Pola Perkampungan

67 Gambar iii.25. Pembagian horizontal Bangunan Vernakuler

68 Gambar iii.26. Tipe Rumah Komunal

69 Gambar iii.27. Penyambungan Tiang dan Balok di Tanah

69 Gambar iii.28. Teknik Konstruksi Rumah Vernakuler

70 Gambar iii.29. Batang Silang X dan V pada Rumah Nias

70 Gambar iii.30. Bangunan Lumbung di Indonesia

70 Gambar iii.31. Upacara Pendirian Bangunan

71

Gambar iii.32. Raga-raga yang digantung di Bawah Atap Rumah Batak Toba

72 Gambar iii.33. Perwujudan Jagad Kecil dikaitkan dengan Mata Angin

72 Gambar iii.34. Pembagian Jagad Kecil Rumah Batak Toba

73 Gambar iv.1. Struktur Organisasi Galeri Arsitektru Nusantara

84 Gambar v.1. Peta Kabupaten Sleman

90 Gambar v.2. Daerah sepanjang Ringroad Utara

93 Gambar v.3. Site Alternatif 1

93 Gambar v.4. Site Alternatif 2

94 Gambar v.5. Site Alternatif 3

95

commit to user xv

Gambar v.7. Eksisting Site

96 Gambar v.8. Analisa Klimatologi

97 Gambar v.9. Analiosa Pencapaian

98 Gambar v.10. Alternatif jalan keluar-masuk site

98 Gambar v.11. Sirkulasi dalam Site

99 Gambar v.12. Kantong Parkir

100 Gambar v.13. Analisa View

101 Gambar v.14. Analisa Noise

101 Gambar v.15. Tampilan Fisik Bangunan Sekitar

102 Gambar v.16. Analisa Perletakan Vegetasi

104 Gambar v.17. Skema Pola Kegiatan Galeri Arsitektur Nusantara

105 Gambar v.18. Bagan Hubungan Ruang Makro

113 Gambar v.19. Bagan Hubungan Ruang Mikro

115 Gambar v.20. Zonifikasi Kelompok Kegiatan

120 Gambar v.21. Tata Massa pada Denah

125 Gambar v.22. Gubahan Massa Analogi Candi

126 Gambar v.23. Gubahan Massa bangunan Tradisional

126 Gambar v.24. Keadaan terhadap Ancaman Bencana

129 Gambar v.25. Skema Sistem Penyediaan Listrik

131 Gambar v.26. Skema Sistem Penyediaan Telekomunikasi

133 Gambar v.27. Skema Sistem Penyediaan Air Bersih

133 Gambar v.28. Skema Sistem Pengolahan Sanitasi

134 Gambar v.29. Skema Sistem Pengolahan Air Hujan

134 Gambar v.30. Skema Sistem Penyediaan AC

134 Gambar v.31. Skema Sistem Pengolahan Sampah

135 Gambar vi.1. Peta Kabupaten Sleman

136 Gambar vi.2. Daerah sepanjang Ringroad Utara

136 Gambar vi.3. Site Terpilih

137 Gambar vi.4. Eksisting Site

137 Gambar vi.5. Hasil Analisa Klimatologi

138

commit to user xvi

Gambar vi.7. Hasil analisa Sirkulasi 139 Gambar vi.8. Kantong Parkir

139 Gambar vi.9. Hasil alternative parkir

139 Gambar vi.10. Hasil Analisa View

140 Gambar vi.11. Hasil Analisa Noise

140 Gambar vi.12. Perletakan Vegetasi

141 Gambar vi.13. Skema Pola Kegiatan Galeri Arsitektur Nusantara

143 Gambar vi.14. Bagan Hubungan Ruang Makro

147 Gambar vi.15. Bagan Hubungan Ruang Mikro

149 Gambar vi.16. Zoning Horizontal

153 Gambar vi.17. Zoning Vertikal bangunan utama dan pendukung

154 Gambar vi.18. Massa Dasar

154 Gambar vi.19. Tata massa

155 Gambar vi.20. Organisasi Massa

155 Gambar vi.21. Tata massa pada Denah

156 Gambar vi.22. Gubahan Massa Bangunan Utama

156 Gambar vi.23. Gubahan Massa Bangunan Pendukung

156 Gambar vi.24. Skema Sistem Penyediaan Listrik

158 Gambar vi.25. Skema Sistem Penyediaan Telekomunikasi

158 Gambar vi.26. Skema Sistem Penyediaan Air Bersih

159 Gambar vi.27. Skema Sistem Pengolahan Sanitasi

159 Gambar vi.28. Skema Sistem Pengolahan Air Hujan

159 Gambar vi.29. Skema Sistem Penyediaan AC

160 Gambar vi.30. Skema Sistem Pengolahan Sampah

160

commit to user

A. Judul

Galeri Arsitektur Nusantara di Yogyakarta

B. Pemahaman Judul

1. Galeri

sebuah ruang yang digunakan untuk menyajikan hasil karya seni, sebuah area memajang aktifitas publik, area publik yang kadangkala digunakan

untuk keperluan khusus. 1

2. Arsitektur Nusantara

adalah semua karya arsitektur yang ada di Indonesia dan untuk menampilkan satu ciri tidak dapat digunakan parameter kedaerahan (dengan memasukkan sisi kultur, religi dan adat istiadat yang spesifik), tapi dengan menonjolkan ciri arsitektur tropisnya sebagai jiwa atau ciri

dari arsitektur Nusantara. 2

3. Yogyakarta merupakan salah satu kota yang terletak di sebelah selatan Pulau Jawa. Kota Yogyakarta dan sekitarnya merupakan jangkauan radius pelayanan galeri yang akan dihadirkan.

Jadi pengertian dari judul adalah sebuah ruang atau gedung yang digunakan untuk menyajikan hasil karya seni arsitektur di Indonesia serta sebuah area memajang aktifitas publik yang kadangkala digunakan untuk keperluan khusus dengan mengangkat potensi-potensi arsitektur nusantara sebagai wujud galeri ini. Merancang dengan potensi arsitektur nusantara berarti mencari karakteristik arsitektur dari sebuah wilayah geografis

pulau-pulau yang tidak terbatasi oleh luasnya wilayah satu negara. 3 Secara keseluruhan Galeri Arsitektur Nusantara di Yogyakarta diartikan sebagai galeri yang diselenggarakan untuk masyarakat umum

1 Dictionary of Architecture and Construction, 29 Maret 2011 2 Galih W.Pangarsa, Memaknai Kembali Arsitektur Nusantara, Univ. Brawijaya 3 Tjahja Tribinuka, Antara Arsitektur Vernakuler, Tradisional, Nusantara dan Indonesia, ITS

commit to user

kota Yogyakarta dan sekitarnya.

C. Latar Belakang

1. Melestarikan Arsitektur Nusantara

Arsitektur merupakan salah satu seni produk kebudayaan. Sementara kebudayaan nusantara berakar pada kebudayaan tradisionalnya, begitupun arsitektur tradisional juga merupakan akar dari arsitektur nusantara. Arsitektur tradisional sangat beraneka ragam di Indonesia, seiring dengan

keanekaragaman suku bangsanya. 4

Arsitektur nusantara tinggal remah-remah, bahkan nyaris punah. Sementara itu, kita perlu sadar sepenuhnya, betapa pentingnya identitas pribadi, baik bagi individu maupun bangsa, karena sudah menjadi kodrat manusia ia berperan sebagai subjek yang dimintai pertanggungjawaban.

Kebudayaan bukanlah hanya berarti sempit berupa kesenian. Kebudayaan dalam arti luas adalah pola pikir dan mentalitas suatu masyarakat. Arsitektur adalah bagian sangat kecil dari padanya. Karena itu, siapa pun berhak memaknai arsitektur, termasuk dan justru terutama generasi muda. Karena merekalah yang memiliki masa depan. Memaknai

arsitektur bukan hak mutlak para arsitek. Benarkah bahwa kaum arsitek lepas dari pertanggung-jawabannya selaku bagian dari anak negeri yang tengah dikepung bencana ini? Jika tidak benar, lalu apa yang bermanfaat untuk disumbangkan mereka pada negeri ini?

Hancurnya identitas manusia dan masyarakat serta rusaknya alam lingkungan nusantara, pengembangan ilmu arsitektur di negeri ini mesti menanggapinya dengan berupaya menempatkan arsitektur di titik perimbangan yang adil-bijak. Arsitektur nusantara sebagai peradaban arsitektur lokal, nasional, regional dan sekaligus mondial. Itu akan tercapai bila nilai universalitas arsitektur negeri ini ditemu-kenali kembali, lalu ditumbuh-kembangkan sebagai rerumpunan kebudayaan yang tetap

4 www.arsiteka.com

29 Maret 2011

commit to user

masyarakatnya. 5

Tidak dapat dipungkiri bahwa suatu wujud arsitektur tradisional dari suku bangsa tertentu pasti akan menimbulkan kebanggaan tersendiri bagi masyarakat suku bangsa tersebut. Namun demikian, apakah suatu suku bangsa tertentu akan merasa bangga dengan arsitektur tradisional dari

daerah lain? 6 Bahkan mungkin saja masyarakat di daerah yang satu dengan yang lain tidak mengenal ataupun mengetahui macam rumah tradisional yang ada di Indonesia. Tentu perlu adanya upaya untuk melestarikan dan memperkenalkan berbagai macam rumah tradisional di Indonesia guna menahan tenggelamnya peradaban arsitektur nusantara.

2. Bentuk Apresiasi terhadap Karya-karya Arsitektur

Secara umum, apresiasi diterjemahkan sebagai penilaian atau penghargaan terhadap sesuatu. Jadi apresiasi arsitektur berarti penilaian atau penghargaan terhadap arsitektur. Untuk dapat menilai dan menghargai arsitektur, tentunya perlu modal pengetahuan yang tidak sederhana. Ketidak sederhanaan pengetahuan ini setara dengan kerumitan yang melekat pada arsitektur itu sendiri. Selain ilmu, seseorang yang berapresiasi dengan arsitektur membutuhkan alat, yaitu segenap indera yang dimiliki dan paling memungkinkan untuk digunakan dalam menilai

atau menghargai arsitektur. 7

Arsitektur merupakan sebuah karya yang dapat diapresiasi manusia. Agar dapat dibedakan nilainya, arsitektur bahkan perlu untuk diapresiasi baik secara nyata maupun maya. Sebuah karya arsitektur paling mudah diapresiasi menggunakan penglihatan dan rabaan kulit, selain itu karya tersebut juga memiliki dampak dalam menimbulkan suara, bau, suhu, kelembaban, tekanan udara yang mempengaruhi perasaan tertentu. Jauh atau dekatnya obyek arsitektur dengan manusia yang mengapresiasi

5 Galih W.Pangarsa, Arsitektur di Negeri Bencana, Univ. Brawijaya 6 Galih W.Pangarsa, Memaknai Kembali Arsitektur Nusantara, Univ. Brawijaya 7 www.architect-news.com

13 maret 2011

commit to user

jarak yang tidak dapat direkam oleh indera pendengar, pencium dan peraba, maka indera penglihatlah yang paling dominan dapat

didayagunakan untuk berapresiasi. 8

Akhir-akhir ini cukup banyak diselenggarakannya berbagai macam sayembara yang berhubungan dengan arsitektur mulai dari sayembara perencanaan dan desain, sayembara fotografi maupun sayembara tugas akhir yang akhir-akhir ini sedang banyak dibicarakan. Fenomena ini membuktikan bahwa arsitektur sedang mulai berkembang. Salah satu yang sedang disoroti adalah sayembara Tugas Akhir yang merupakan puncak akademis tertinggi bagi mahasiswa S1 jurusan Arsitektur. Sangat disayangkan karya-karya yang akan menjadi master pieces ini kurang mendapatkan wadah yang mampu menampung karya dengan tujuan untuk diperkenalkan kepada khalayak umum. Padahal seluruh kemampuan mahasiswa tercurah pada proyek tugas akhir ini, dengan demikian Tugas

Akhir menentukan kualitas calon arsitek masa depan. 9

3. Arsitektur merupakan Karya Seni

Keunikan dan nilai seni yang terkandung pada karya-karya arsitektur tersebut memunculkan pemahaman bahwa karya arsitektur juga dapat dikategorikan sebagai suatu karya seni karena mengandung unsur metafora, perumpamaan, keindahaan serta elemen-elemen artistik lainnya. Di sisi lain, untuk memahami suatu karya arsitektur itu tidak cukup hanya memahami dari sisi luar bangunan, tetapi juga harus memahami bagaimana karya arsitektur itu terbentuk, dengan kata lain kita harus memahami dari

segi ilmiahnya juga barulah kita dapat memahami karya tersebut. 10 Dari sebuah buku pula didapatkan sebuah kalimat yang semakin meyakinkan bahwa karya arsitektur juga merupakan sebuah karya seni, ‘Architecture as a fne art has nothing to do with arts of expression... The

8 www.iai-jateng.web.id

13 Maret 2011

9 Kompetisi Tugas Akhir Mahasiswa Arsitektur Tingkat Jawa Tengah 2009 10 TGA Rachardian Hadiwibowo ‘Galeri Arsitektur Jakarta’ UNDIP 2010

commit to user

or of technology’ 11

Sedangkan paham Vitruviuspun berujar, "Arsitektur adalah ilmu yang timbul dari ilmu-ilmu lainnya, dan dilengkapi dengan proses belajar: dibantu dengan penilaian terhadap karya tersebut sebagai karya seni". 12 Selayaknya sebuah karya seni arsitektur yang setara dengan karya seni lainnya seperti karya seni lukis, ukir, maupun patung yang telah banyak mendapat perhatian dan wadah khusus, tentu karya arsitektur sangat perlu diwadahi pula. Cukup banyak karya arsitektur nusantara hingga dunia yang layak untuk dipamerkan dan diketahui lebih jauh oleh masyarakat pada umumnya dan mahasiswa arsitektur pada khususnya.

4. Arsitektur terus Berkembang

Perkembangan yang terus menerus ini telah membawa karya arsitektur ke arah modern, dengan gaya yang semakin beragam dan ditunjang dengan perkembangan teknologi, hasil yang ditampilkan semakin unik dan beragam. Hal ini juga tidak lepas dari dorongan kebutuhan masyarakat akan sesuatu yang berbeda sehingga mampu meningkatkan kreatifitas para arsitektur dalam merancang suatu karya. Perkembangan teknologi rancang bangun juga memungkinkan para arsitek mengeksplorasi lebih jauh karyanya sehingga tiap bangunan memiliki keunikan dan ciri khas yang yang menjadi ikon bagi lingkungan sekitarnya. Meskipun tidak memiliki nilai historis yang tinggi seperti karya arsitektur pada masa lalu, tetapi karya-karya arsitektur pada masa ini tetap memiliki nilai seni dan kreatifitas yang tinggi sebagai cerminan perkembangan pemahaman

teknologi dan ideologi pada masa itu. 13

Melihat fenomena di atas, maka timbul pemikiran perlu adanya suatu wadah atau lembaga yang dapat digunakan sebagai tempat untuk melestarikan, menjaga, mendokumentasikan dan mengkomunikasikan

11 Rusell Sturgis, “Address,” in American Architect and building news, 1890 12 www.forumdesain.com

13 Maret 2011

13 TGA Rachardian Hadiwibowo ‘Galeri Arsitektur Jakarta’ UNDIP 2010

commit to user

sebagai salah satu produk yang terbentuk dari hasil pemikiran dan logika ilmiah, maka harus dapat mengkomunikasikan hal tersebut dengan baik sehingga bagi orang yang meninjau dapat memahami karya arsitektur secara lebih mendalam.

Di sisi lain karena arsitektur juga memiliki nilai seni maka sarana itu juga harus bersifat rekreatif dan menyenangkan, agar dapat menarik minat masyarakat untuk datang serta menunjang kemampuan pengamatan dan daya imajinasi bagi yang melihatnya.

Berdasarkan pemikiran di atas maka konsep berupa sebuah galeri dirasa tepat untuk mengomunikasikan suatu karya arsitektur. Sebuah galeri, seperti juga museum memiliki nilai edukatif, namun tidak terlalu intens seperti museum, sehingga pengunjung serta kegiatan-kegiatan lain yang terkait dapat dilakukan dengan lebih fleksibel.

Diharapkan dari Galeri Arsitektur Nusantara di Yogyakarta ini selain sebagai sarana untuk melestarikan, menjaga, mendokumentasikan dan mengkomunikasikan karya arsitektur, juga dapat mendorong ketertarikan masyrakat terhadap dunia arsitektur sehingga masyarakat dapat memahami pentingnya menjaga karya-karya arsitektur yang ada.

D. Permasalahan dan Persoalan

1. Permasalahan

Merancang dan mendesain suatu bangunan ‘Galeri Arsitektur Nusantara di Yogyakarta’ dengan mengangkat potensi-potensi arsitektur nusantara yaitu dengan mengambil ciri khas umum sebagai wujud galeri ini .

2. Persoalan

a) Menentukan site yang strategis dan sesuai untuk penempatan ‘Galeri Arsitektur Nusantara di Yogyakarta’ menurut peraturan tata ruang kota dari pemerintah daerah tentang Rencana Tata Guna Tanah yang difungsikan sebagai fungsi pendidikan yang bersifat rekreatif

commit to user

sebagai pola tata ruang yang mendukung mekanisme kegiatan, pengelola serta pengunjung

c) Menampilkan bangunan ‘Galeri Arsitektur Nusantara di Yogyakarta’ yang dapat mencerminkan kegiatan di dalamnya dan kesesuaian dengan lingkungan sekitarnya

E. Tujuan dan Sasaran

1. Tujuan

a) Menyusun konsep perencanaan dan perancangan fisik bangunan ‘Galeri Arsitektur Nusantara di Yogyakarta’ sebagai tempat untuk mewadahi hasil karya arsitektur serta yang berhubungan dengan arsitektur.

b) Menciptakan suasana yang nyaman untuk kegiatan pameran dan penunjang

2. Sasaran

Mewujudkan ‘Galeri Arsitektur Nusantara di Yogyakarta’ dengan pendekatan:

a) Menentukan site yang tepat untuk mendukung pengembangan kegiatan pameran

b) Menentukan pola tata ruang yang mendukung mekanisme kegiatan pameran yaitu macam, besaran, dan kegiatan ruang

c) Menampilkan bentuk ‘Galeri Arsitektur Nusantara di Yogyakarta’ yang sesuai dengan fungsi bangunan dan lingkungannya

F. Batasan dan Lingkup Pembahasan

1. Batasan

Pembahasan dibatasi pada lingkup disiplin ilmu arsitektur, serta pembahasan dari disiplin ilmu lainnya antara lain ilmu sosial budaya, ilmu sejarah, dan ilmu agama bila terkait dengan ilmu arsitektur dan diperlukan dalam pembahasan.

commit to user

Pembahasan ditekankan dalam lingkup mengangkat potensi-potensi asitektur nusantara pada visualisasi bangunan galeri untuk menentukan konsep perancangan dari Galeri Arsitektur Nusantara di Yogyakarta.

G. Metode Pembahasan

1. Metode Penemuan Masalah

Penemuan masalah berdasarkan realita yang ditemukan di lapangan yang diutarakan responden seperti sulitnya mencari informasi mengenai konsultan dan komunitas arsitektur yang ada, kurangnya fasilitas yang ada untuk mewadahi aktifitas pengembangan, padahal animo masyarakat terutama mahasiswa arsitektur yang cukup tinggi.

2. Metode mencari data

Dalam mencari data yang dibutuhkan, dilakukan beberapa cara yaitu:

a) Survey lapangan Metode yang dilakukan dengan mendatangi dan melihat tempat-tempat yang dapat memberikan informasi mengenai data-data yang dibutuhkan. Seperti data mengenai jumlah universitas yang memiliki jurusan Arsitektur di Yogyakarta, biro konsultan dan komunitas arsitektur yang ada di Yogyakarta, peminat karya seni arsitektur di Yogyakarta, dan mengenai data lokasi site.

b) Wawancara Metode yang dilakukan dengan cara diskusi, bertukar pikiran dan mengajukan beberapa pertanyaan yang berkaitan dengan data yang dibutuhkan. Wawancara dilakukan dengan praktisi, pakar, pelaku bisnis dengan obyek pameran Arsitektur . Hal ini penting dilakukan mengingat data yang didapat harus di cross check dengan realita. Macam data yang dikumpulkan dengan metode ini seperti event-event yang melibatkan karya arsitektur, perkembangan peminat dan jenis karya arsitektur serta komunitas-komunitas arsitektur di Yogyakarta, keadaan dan standar pameran.

commit to user

Metode yang dilakukan dengan membaca buku-buku, tugas akhir yang berhubungan dengan judul, dan pencarian dari situs-situs internet sesuai batasan dan lingkup pembahasan untuk mendapatkan referensi berupa teori-teori seperti standar ukuran peruangan dan karakter ruang pamer, sejarah perkembangan arsitektur nusantara hingga arsitektur masa kini, jenis-jenis media pamer yang berhubungan dengan karya arsitektur, data kota Yogyakarta, event-event yang melibatkan karya arsitektur, banyaknya universitas yang memiliki jurusan Arsitektur di Yogyakarta, perkembangan jenis dan peminat arsitektur serta komunitas-komunitas arsitektur di Yogyakarta, penggabungan dalam lingkup arsitektur dan budaya.

3. Metode pengolahan data

Mengolah data yang ada sehingga mempermudah pemecahan masalah dengan mengidentifikasi data yang diperoleh, mengklasifikasi data, menyusun data secara sistematis, menganalisa data, dan mengaitkan data satu dengan yang lain untuk menunjang pembahasan tentang Galeri Arsitektur Nusantara di Yogyakarta.

4. Metode pemecahan masalah

Menganalisa dengan cara mencocokkan teori yang ada dengan eksisting kemudian menghasilkan alternatif penyelesaian masalah. Kemudian dipilih hasil analisa sebagai pemecahan masalah berdasarkan pedoman dan standar perancangan sehingga menghasilkan konsep perancangan Galeri Arsitektur Nusantara di Yogyakarta yang sesuai.

5. Metode penulisan

Menuliskan konsep perancangan Galeri Arsitektur Nusantara di Yogyakarta secara sistematis berupa deskripsi yang disertai dengan gambar maupun chart sebagai penunjang visualisasi deskripsi.

commit to user

Tahap I

Mengungkapkan permasalahan dan persoalan dari latar belakang untuk mendapatkan tujuan dan sasaran yang akan dicapai, mengungkapkan batasan, lingkup pembahasan dan metode pembahasan yang digunakan serta sistematika penulisannya.

Tahap II

Mengungkapkan tinjauan galeri seni, tinjauan arsitektur nusantara yang akan diwadahi, keberadaan Yogyakarta dan minat masyarakat Yogyakarta akan karya arsitektur, geleri seni yang sudah ada di Yogyakarta, tinjauan lokasi, studi banding bangunan sejenis galeri.

Tahap III

Mengungkapkan tinjauan mengenai potensi arsitektur nusantara, hubungan antara arsitektur dan budaya, tinjauan penggabungan dan perwujudannya menjadi langgam arsitektur dalam wujud fisik.

Tahap IV

Deskripsi Galeri Arsitektur Nusantara yang akan direncanakan di Yogyakarta meliputi pengertian dan fungsi, visi dan misi, status kepemilikan, lingkup kegiatan, karya terwadahi, sasaran pengguna, frekuensi kegiatan dan fasilitas-fasilitas yang ada dalam bangunan galeri tersebut.

Tahap V

Mengungkapkan alternatif-alternatif kebutuhan peruangan yang terdapat dalam bangunan galeri meliputi aktivitas dan fasilitas, kebutuhan ruang, besaran ruang, pola hubungan ruang, utilitas bangunan dan sistem struktur yang digunakan sebagai referensi untuk perwujudan bangunan galeri arsitektur nusantara di Yogyakarta dengan tampilan fisik yang merepresentasikan perpaduan potensi-potensi arsitektur nusantara.

Tahap VI

Konsep perancangan dari Galeri Arsitektur Nusantara di Yogyakarta dengan dengan tampilan fisik yang merepresentasikan perpaduan karakter arsitektur nusantara sebagai hasil analisa yang dilakukan dan merupakan pemecahan dari permasalahan.

commit to user

11

TINJAUAN GALERI SENI DAN KOTA YOGYAKARTA SEBAGAI LOKASI TERPILIH

A. Galeri Seni

1. Pemahaman Galeri

Galeri diartikan sebagai ruangan, rangkaian ruangan atau bangunan yang disediakan untuk memamerkan dan juga menjual karya seni (Stein & Urdang, 1967:173), yang dimaksud dengan karya seni disini adalah karya- karya arsitektur.

Sebagai ruang pamer dapat berupa museum, galeri atau showroom. Bila museum khusus hanya memajang tanpa menjual, di showroom obyek dipajang untuk dijual karena fungsi komersial adalah yang paling utama. Dapat dikatakan bahwa galeri merupakan perpaduan antara museum dan

showroom , di mana kaya seni yang dipamerkan dapat dibeli. 1

2. Sejarah Galeri

Galeri pada awalnya adalah bagian dari museum yang berfungsi sebagai ruang pamer. Robillard (1982) membagi ruang publik pada museum menjadi empat bagian, yaitu: entrance hall, jalur sirkulasi, galeri dan lounge (ruang duduk).

Galeri adalah ruang utama dan paling penting dalam suatu bentuk pameran karena galeri berfungsi mewadahi karya-karya seni yang dipamerkan. Pada perkembangannya, galeri kemudian berdiri sendiri, menjadi institusi tersendiri dan terlepas dari keberadaan museum. Fungsi dari galeri tetap merupakan tempat untuk pameran tetapi mengalami perkembangan, bukan hanya sekedar sebagai tempat untuk memajang namun juga sebagai ruang untuk menjual karya seni.

Pada tahun 1950, para seniman Avan Garde dan neo-Dada meruntuhkan ‘kesakralan’ galeri dengan menjadikannya sebagai ruang

1 http://digilib.petra.ac.id/

3 oktober 2011

commit to user

menjadi media seni bagi barang elit tetapi juga seni pemberontakan. Neo- Dada menyerang ekslisivisme dari galeri dan museum dengan mendudukinya dan membuat batasan baru pada galeri dan museum, yaitu sebagai media dari seni yang terbuka (Barbara Rose, 1974), Slogan L’art pour l’art (seni untuk seni) bergeser kepada L’art pour le’public (seni untuk publik). Seni tidak menjadi suatu kawasan elit, di mana semua orang bisa dan berhak untuk membuat dan menghasilkan karya seni. Seni untuk publik dipelopori oleh Joseph Beuys yang memajang seni pemberontakan di sebuah galeri. Karya seni yang berupa ‘Jambang Putih’ dianggap sebagai karya seni instalasi pertama dan sekaligus menjadikan galeri sebagai ‘ruang publik’ segala bentuk apresiasi seni.

3. Perkembangan Fungsi Galeri

Perkembangan galeri seni dapat dilihat bahwa fungsi awalnya adalah memamerkan hasil karya seni agar dapat dikenal oleh masyarakat (sebelum itu koleksi-koleksi seni hanya sebagai dekorasi ruang saja atau media bagi seni elit). Dengan demikian terlihat adanya usaha:

a) mengumpulkan hasil-hasil karya seni sebagai koleksi

b) memamerkan hasil-hasil karya seni agar dikenal masyarakat

c) memelihara hasil-hasil karya seni agar tidak rusak (bersifat memelihara atau konservasi) Terjemahan dari fungsi baru yang terjadi adalah sebagai berikut:

a) Sebagai tempat mengumpulkan karya seni, yaitu dengan melakukan penyimpanan karya seni pada ruang penyimpanan yang pada akhirnya dapat dipamerkan kembali. Sebagai contoh karya-karya seni rupa koleksi Galeri Nasional Indonesia yang sebagian besar ditempatkan di ruang penyimpanan (storage) yang sudah memenuhi persyaratan penyimpanan karya seni rupa karena ruang penyimpanan tersebut sudah dilengkapi dengan fasilitas mesin penyejuk ruang, alat pengatur suhu udara, lemari kayu, panel geser dan panel kayu, serta dilengkapi juga dengan alarm system sebagai sarana pengamanannya. Begitu pula

commit to user

penyimpanan mengacu pada persyaratan penyimpanan karya seni rupa.

b) Sebagai tempat memamerkan hasil karya seni agar dikenal masyarakat. Ini merupakan fungsi utama sebuah galeri, sehingga pada umumnya ruang digunakan sebagai tempat memamerkan karya seni. Ruang-ruang di desain memiliki bentuk yang menarik baik dari segi pencahayaan yang menggunakan lampu-lampu spot, warna dinding yang kontras dengan karya seni yang akan dipamerkan sehingga membuat karya seni tersebut menjadi point of interest

c) Sebagai tempat memelihara karya seni agar tidak rusak. Ruang yang digunakan untuk memelihara karya seni ini biasa disebut dengan ruang restorasi-konservasi.

Gambar ii.1. Pengumpulan Karya Seni Sumber. http://www.galeri-nasional.or.id/galeri- nasional/data/upimages/collecting1.gif 3 Oktober 2011

Gambar ii.2. Pameran Karya Maket

Sumber. http://2.bp.blogspot.com/_65R0rK15t30/TUm8x8wl0jI/AAAAAA

AAAHU/yK_EqG1rwJs/s1600/100_0756.jpg 3 Oktober 2011

commit to user

d) Sebagai tempat mengajak atau mendorong atau meningkatka apresiasi masyarakat terhadap karya seni yang dipamerkan tersebut memiliki sebuah arti yang ingin disampaikan oleh para seniman kepada masyarakat sehingga masyarakat dapat mengapresiasi karya-karya seni yang dipamerkan. Ruang-ruang yang digunakan merupakan ruang pameran untuk karya seni.

e) Sebagai tempat transaksi jual beli merupakan salah satu kegiatan utama pada galeri. Karya seni yang dipamerkan dalam kegiatan ini bersifat karya seni komersial berupa furniture, fotografi dengan obyek arsitektur

Gambar ii.3. Pemeliharaan Karya Seni Sumber. http://suci-senikarya.blogspot.com/2010/01/perawatan-

karya-seni-rupa-lukisan.html 3 Oktober 2011

Gambar ii.4. Apresiasi Karya Maket Sumber. http://euro.okezone.com/images- data/photo/2009/05/09/1/2841/image0.jpg 3 Oktober 2011

Gambar ii.5. Transaksi jual beli produk

Sumber. http://v-images2.antarafoto.com/gpr/1257851518/peristiwa-

commit to user

pelayanan ini menunjukkan aktivitas utama yang mempengaruhi sifat dan yang menjadi dasar falsafahnya. Servis dimaksudkan dengan memberikan pelayanan bagi kepuasan public sebagai kelompok social maupun individu ataupun masyarakat umum. Oleh sebab itu servis harus memenuhi:

a) Kepuasan fisik: merupakan kepuasan yang dicapai melalui panca indera yaitu penglihatan, perasaan, dan peraba

b) Kepuasan psikis: merupakan kepuasan jiwa sebagai reaksi pada suasana dan kesan dari bangunan dan pelayanan yang diberikan baik oleh

pengelola atau pegawai maupun materi seninya.

4. Tipe Galeri

a) Tipe Shrine

Galeri tipe ini menempatkan seni di atas banyak hal lain. Koleksinya sangat terpilih, di tata pada ruang yang memungkinkan pengunjung melakukan kontemplasi. Kasus perluasan National Gallery di London yang menganulir juara kompetisi perancangan akibat program ruang yang direncanakan telah mengakomodasi secara signifikan. Peran fasilitas komersial di dalamnya untuk menunjang pembiayaan galeri menunjukkan betapa tegarnya galeri tipe ini memisahkan dari kegiatan yang tidak berhubungan langsung dengan seni. Nilai koleksi dan penghargaan terhadap seni pada galeri ini sangatlah tinggi.

b) Tipe Warehouse Galeri ini mewadahi berbagai koleksi yang bernilai, sedemikian beragamnya koleksi ini sehingga wadahnyapun memiliki fleksibilitas yang tinggi untuk menanggapi perubahan dan perkembangan yang

Gambar ii.6. National Gallery, London Sumber. http://www.bookingonlinetravel.net/wp- content/uploads/2011/02/london_guide_ national_gallery.jpg 3 Oktober 2011

commit to user

Centre di Paris, Perancis. Pengabdian diri pada kefleksibelan dalam galeri ini tercipta dalam bentuk dan artikulasi arsitekturnya. Segala fungsi selain fungsi pameran dialokasikan di luar untuk memperolah ruang dalam yang bebas dan karenanya mampu menjawab tuntutan fleksibilitas tersebut. Tipe galeri ini sangat populer dalam berbagai bentuk dan strategi perancangan arsitektur.

c) Tipe Cultural Shopping Mall

Strategi pemasaran galeri telah membaurkan distingsi mengenai seni dan komersial, antara lain melalui maraknya aktivitas komersial dalam galeri dengan bentuk yang elaborate. Strategi pameranpun tidak terbatas pada display melainkan juga memberi takanan pada penjualan cinderamata yang lebih beragam ketimbang sekedar poster, kartu pos, dan katalog seperti halnya shopping mall memperluas layanan pemasaran lewat fasilitas gedung bioskop, pameran seni, ataupun konser-konser. Tipe baru galeri ini bahkan mencakup fasilitas-fasilitas seperti restoran, auditorium sampai gedung teater. Dalam hal ini galeri dan mall mempunyai satu kesamaan aktivitas utamanya adalah mendorong pemasukan melalui konsumsi termasuk ke dalam tipe galeri ini adalah Neue Staatsgalerie, Jerman karya James Starling Michael Wilford and Associateds, 1984

d) Tipe Spectacle

Gambar ii.7. Neue Staatsgalerie, Jerman Sumber. http://www.architecturememe.com/wp- content/plugins/rss- poster/cache/71e2b_1301844710-staatsgalerie- flickr-user-pov-steve-528x396.jpg 3 Oktober 2011

Gambar ii.8. Wexner Centre, Ohio Sumber. http://www.rootsweb.ancestry.com/~ohfra

commit to user

baru galeri ini mendorong pengunjung untuk menikmati pengalaman estetik justru karena arsitektur bangunan galeri itu sendiri.

Arsitektur pada tipe galeri ini diorganisasikan untuk mencapai pengharaagn dan kebanggan pada seni sama seperti yang terjadi pada tipe galeri shrine yang mengharap pengalaman estetik lebih pada pengamat yang bercitra tinggi. Namun secara tipikal sesungguhnya galeri ini juga seperti galeri yang bertipe cultural shopping mall. Gallery as Spectacle mengharap audiens yang melek artistik, hingga definisi estetika bahkan dapat diperluas dari sebelumnya. Termasuk di dalam tipe ini adalah Wexner Centre, karya Peter Einseman di Ohio, 1990. merupakan sebuah galeri yang lebih kepada tempat pameran dan pertunjukkan yang sangat luas untuk berbagai kegiatan pertunjukkan film atau video, teater dan pertunjukkan seni lainnya beserta perlengkapan pendukungnya. Galeri ini memiliki berbagai fasilitas seperti gedung teater, ruang pertunjukkan, concert hall, auditorium, perpustakaan seni, perpustakaan dan penelitian tempat kartun, lobby, retail atau toko perhiasan, aksesoris, buku-buku seni dan cafe.

5. Macam Galeri Seni

Sebenarnya belum ada klasifikasi yang jelas mengenai macam-macam galeri seni terlebih akan materi khusus yang dipublikasikan, akan tetapi dengan pendekatan bentuk, sifat dan isinya yang menonjol, maka akan digolongkan sebagai berikut:

a) Galeri seni berdasarkan bentuk

1) Traditional art gallery yaitu suatu galeri yang aktivitasnya diselenggarakan pada selasar-selasar atau lorong-lorong panjang. Walaupun bentuk galeri ini tradisional namun belum tentu juga karya yang dipamerkan berupa karya-karya yang dinilai kuno sehingga berkesan tradisional

2) Modern art gallery yaitu suatu galeri dengan perencanaan ruang secara modern atau merupakan kompleks bangunan. Kompleks

commit to user

contoh adalah Galeri Nasional Indonesia yang memiliki beberapa massa bangunan dengan fungsi sebagai ruang pameran dan kegiatan pendukung lainnya. Karya-karya seni yang dipamerkan pada modern art gallery biasanya adalah sebuah karya seni yang modern atau kontemporer. Sehingga hal ini sesuai dengan perencanaan ruang.

b) Galeri seni berdasarkan sifat kepemilikan

1) Privat art gallery merupakan suatu galeri milik perseorangan atau sekelompok orang. Pada galeri ini biasanya karya-karya yang

dipamerkan adalah karya pemiliki galeri ini sendiri yang juga merupakan seorang seniman. Seniman ini sudah tentu adalah seorang seiman terkenal sehingga mereka berani untuk membuka galeri karya mereka sendiri tanpa takut galeri tersebut akan dikunjungi banyak orang atau tidak karena setiap orang memiliki pandangan tersendiri terhadap karya mereka. Pemilik lain privat galeri ini biasanya merupakan sebuah institusi dimana karya-karya yang dipamerkan berasal dari institusi itu sendiri.

2) Public art gallery yaitu suatu galeri yang merupakan milik pemerintah dan terbuka untuk umum. Karya-karya yang dipamerkan pada galeri ini bermacam-macam sesuai dengan keinginan seniman. Sehingga karya yang dipamerkan biasanya sesuai dengan kondisi atau trend pada saat itu. Pengguna dari galeri ini dari berbagai macam seniman baik muda ataupun tua serta dengan berbagai macam bentuk aliran yang dianutnya.

c) Galeri seni berdasarkan isi atau materi seni

1) Gallery of primitive art yaitu suatu galeri yang menyelenggarakan aktivitas dibidang seni primitive. Hal ini biasanya untuk mempertahankan budaya suatu bangsa yang muncul ketika zaman prasejarah hingga dikenal sampai luar negeri. Kebudayaan ini mungkin menjadi sesuatu yang menarik dikalangan pecinta seni dari

commit to user

terjamah dari luar pada saat budaya tersebut dulu ada.

2) Gallery of classic art yaitu suatu galeri yang menyelenggarakan aktivitas dibidang seni klasik. Seni ini menggambarkan bentuk- bentuk budaya tradisional di suatu bangsa.

3) Gallery of modern art yaitu suatu galeri yang menyelenggarakan aktivitas dibidang seni modern. Dalam seni modern, bentuk karya seni yang dipamerkan biasanya mengandung maksud atau arti yang mengkritik sesuatu baik itu budaya, social, ataupun politik suatu bangsa sehingga karya seni ini pasti sejalan beriringan dengan perkembangan jaman atau bisa disebut dengan karya seni kekinian. Dengan adanya karya ini seseorang dapat mengerti tujuan dari karya ini dibuat.

Berdasarkan macam seni yang disajikan beberapa galeri (yang sudah umum) biasanya merupakan galeri seni terwujud (2D atau 3D) dengan berbagai macam karya seni.

6. Lingkup Kegiatan Galeri

Ada beberapa penggolongan kegiatan yang biasa di jumpai pada galeri seni antara lain:

a) Kegiatan rekerasional Pameran sebagai alternatif tujuan rekreasi yang mendidik bagi masyarakat, diadakan secara rutin dan manjadi kegiatan utama yang bertujuan untuk memperkenalkan dan menjual hasil karya seni

b) Kegiatan pendidikan

1) Diikuti oleh masyarakat umum peminat seni atau para arsitek muda

lewat kursus pendalaman seni arsitektur

2) Para pengamat seni arsitektur yang ingin melakukan studi baik

secara teori maupun praktek

3) Pengadaan seminar, acara diskusi, studi literatur melalui perpustakaan maupun dunia maya yang menunjang perkembangan seni arsitektur

commit to user

disediakan setelah menambah wawasan melalui studio demi memantapkan ide-ide baru para arsitek muda

c) Kegiatan Pendukung Kegiatan yang mendukung saat akan pembukaan sebuah pameran galeri seperti art performance.

7. Macam Seni dalam Arsitektur

Seperti halnya seni secara umum, seni dalam bidang arsitektur dapat dikelompokkan menjadi dua bagian besar yaitu seni rupa (baik 2 dimensi

maupun 3 dimensi) dan seni pertunjukkan

a) Seni Rupa 2 Dimensi

1) Seni Grafik

Seni membuat gambar 2 dimensi dengan alat cetak (klise). Seorang pencipta dapat memasukkan unsur-unsur estetis dalam karyanya. Representasi dapat melalui poster-poster yang berisi imbuhan atau

kritik arsitektur. 2

2) Seni Fotografi Arsitektur

Seni yang menggunakan alat sebuah kamera yang digunakan untuk mencari karya arsitektur yang unik, indah maupun kontroversial. Obyek utama yang diambil tentu saja adalah obyek

bangunan. 3

2 TGA Tomy Arief, Galeri Seni Urban di Yogyakarta, UNS, Surakarta, 2010 3 Ibid

Gambar ii.9. Seni Grafik Sumber. http://www.hgd.com/gallery/images_gallery/art_ deco_lady_silver_250.jpg

3 Oktober 2011

Gambar ii.10. Fotografi Arsitektur Sumber.

http://photos.ibibo.com/photo/7014774/art- wall-photography-architecture 3 Oktober 2011

commit to user