SENI BUDAYA TRADISIONAL

C. SENI BUDAYA TRADISIONAL

C.1. Pemahaman Seni Budaya Tradisional Budaya atau kebudayaan berasal dari bahasa Sansekerta yaitu “buddhayah”, yang merupakan bentuk jamak dari buddhi (budi atau akal) diartikan sebagai hal-hal yang berkaitan dengan budi dan akal manusia.

Dalam bahasa Inggris, kebudayaan disebut culture, yang berasal dari kata Latin “Colere”, yaitu mengolah atau mengerjakan. Bisa diartikan

juga sebagai mengolah tanah atau bertani. Kata culture juga kadang diterjemahkan sebagai “kultur” dalam bahasa Indonesia. Budaya dalam pengertian yang luas adalah pancaran daripada budi dan daya. Seluruh apa yang difikir, dirasa dan direnung diamalkan dalam bentuk daya menghasilkan kehidupan. Budaya adalah cara hidup sesuatu bangsa atau umat.

dan murni dari sesuatu bangsa untuk mengatur kehidupan berasaskan peradaban. (Guruvalah,2000)

Sedangkan, Kata seni konon berasal dari kata “sani” yang artinya “Jiwa Yang Luhur/ Ketulusan jiwa”. Dalam bahasa Inggris dengan istilah “art” (artivisial) yang artinya adalah barang / atau karya dari sebuah kegiatan. mernurut Ensiklopedia Indonesia Seni adalah penciptaan benda atau segala hal yang karena kendahan bentuknya, orang senang melihat dan mendengar. (Diasraka,2001)

Seni budaya tradisional adalah keanekaragaman unsur budaya yang sudah menjadi bagian hidup masyarakat Indonesia, yang mempunyai keunikan yang beragam. Konsep penciptaan seni ini selalu berdasarkan pada filosofi sebuah aktivitas pada sebuah Budaya, itu bisa berupa aktivitas religius, aktivitas seremonial atau juga simbol-simbol yang menjadi bagian utuh dari kativitas tersebut.

C.2. Macam Seni Budaya Tradisional Seni budaya di Indonesia dapat dikategorikan menjadi tiga kelompok, yaitu: Seni rupa, Seni pertunjukan, dan Seni sastra (Indonesian Heritage,2001)

a) Seni rupa Seni rupa sering disebut juga sebagai seni kriya, yaitu paduan

antara seni dan ketrampilan. Seni rupa mulai berkembang pesat setelah jaman kemerdekaan Bangsa Indonesia, meskipun bangsa Indonesia adalah salah satu bangsa yang telah mempunyai peradaban tinggi di bidang seni rupa sebelum pengaruh barat masuk ke Indonesia. Dalam membahas seni rupa akan di intregasikan dengan karya seni rupa antara seni dan ketrampilan. Seni rupa mulai berkembang pesat setelah jaman kemerdekaan Bangsa Indonesia, meskipun bangsa Indonesia adalah salah satu bangsa yang telah mempunyai peradaban tinggi di bidang seni rupa sebelum pengaruh barat masuk ke Indonesia. Dalam membahas seni rupa akan di intregasikan dengan karya seni rupa

Seni rupa merupakan seni yang meliputi kemampuan memahami dan berkarya lukis, kemampuan memahami dan membuat patung,

kemampuan memahami dan berkarya grafis ,kemampuan memahami dan membuat kerajinan tangan, serta kemampuan memahami dan berkarya atau membuat sarana multimedia. Terminologi ini pada dasarnya telah ditetapkan sebagai kecakapan seseorang yang mampu menguasai bidang kerupawanan.

Seni rupa telah mengakar mulai zaman animisme dan dinamisme hingga saat ini. Seni rupa menjadi salah satu bagian cabang seni yang secara performatif mempresentasikan wujud yang kasat mata. Ilusi tentang wujud dapat diserap dan dirasakan ke dalam klasifikasi bentuk seperti telah disebut pada bagian atas.

Representasi bentuk seni rupa dipertimbangkan secara sinergis melalui perhelatan media yang digunakan sebagai dasar perwujudan

rupa. Secara kontekstual seni rupa merupakan wujud mediasi bentuk kasat mata yang dekat ke arah perlambang gambar, lukis, patung, kerajinan tangan kriya dan multimedia yang berhubungan dengan unsur cabang kesenian. (Diasraka,2011)

Seni pertunjukan (performance art) adalah karya seni yang melibatkan aksi individu atau kelompok di tempat dan waktu tertentu. performance biasanya melibatkan empat unsur: waktu, ruang, tubuh dan hubungan seniman dengan penonton. Seni pertunjukan / drama sangat erat dengan kehidupan adat-istiadat. Kehidupan spiritual yang dahulu kala hingga sekarang masih dihayati oleh sebagian besar masyarakat di Jawa. Dalam membahas seni pertujukan akan di intregasikan dengan karya seni pertunjukan tradisional. Seni pertunjukan merupakan bentuk pergelaran dari berbagai unsur kreativitas musik, tari, teater dan sastra yang bertumpu pada tradisi setempat dan dikemas dalam media tuntunan yang unik dan menarik.

c) Seni sastra Sastra berasal dari kata “castra” yang berarti tulisan. Dari makna

asalnya dulu, sastra meliputi segala bentuk dan macam tulisan yang ditulis oleh manusia, seperti catatan ilmu pengetahuan, kitab-kitab, surat, undang-undang dan sebagainya. Sastra dalam arti khusus yang kita gunakan dalam konteks kebudayaan adalah ekspresi gagasan dan perasaan manusia. Seni sastra merupakan bentuk upaya manusia untuk mengungkapkan gagasannya melalui bahasa yang lahir dari perasaan dan pemikirannya. Kesusastraan adalah salah satu bentuk atau cabang kesenian yang menggunakan media bahasa sebagai alat mengungkapkan gagasan dan perasaan senimannya.

Ada dua macam seni sastra yaitu sastra Daerah dan sastra Indonesia. Sastra Daerah dahulu menggunakan bahasa daerah kawi, kemudian campuran bahasa asli dan bahasa jawa (jawa tengahan).

sejak kongres pemuda ke-II pada bulan Oktober 1928, berupa penulisan sajak, syair, cerpen, essay dan lain-lain yang banyak mendapatkan bantuan dari harian-harian dan majalah setempat. (Anneahira,2003)

C.3. Potensi Seni dan Budaya Kota Surakarta Surakarta atau yang dikenal dengan nama Solo merupakan salah satu kota di Jawa Tengah yang selama lima tahun terakhir ini berhasil memadukan potensi seni, budaya, sosial, dan ekonomi dalam suatu sinergi yang membawa berkah bagi masyarakatnya. Warisan seni budaya yang begitu kaya telah memberi karakter yang begitu kuat bagi Surakarta sebagai Kota Seni Budaya. Begitu cocok ketika kota ini mengusung slogan: Solo,The Spirit of Java. Sebagai kota budaya yang kaya akan potensi seni Surakarta memiliki berbagai macam jenis seni, antara lain:

1. Kelompok Pertunjukan Seni · Kelompok Seni Tari

Tari sering disebut juga ”beksa”, kata “beksa” berarti “ambeg” dan “esa”, kata tersebut mempunyai maksud dan pengertian bahwa orang yang akan menari haruslah benar-benar menuju satu tujuan, yaitu menyatu jiwanya dengan pengungkapan wujud gerak yang luluh. Seni tari adalah ungkapan yang disalurkan / diekspresikan melalui gerak-gerak organ tubuh yang ritmis, indah mengandung kesusilaan dan selaras dengan gending sebagai iringannya. Seni tari yang merupakan bagian budaya bangsa sebenarnya sudah ada sejak jaman primitif, Hindu sampai masuknya agama Islam dan kemudian berkembang. Bahkan tari tidak dapat dilepaskan dengan kepentingan upacara adat sebagai sarana Tari sering disebut juga ”beksa”, kata “beksa” berarti “ambeg” dan “esa”, kata tersebut mempunyai maksud dan pengertian bahwa orang yang akan menari haruslah benar-benar menuju satu tujuan, yaitu menyatu jiwanya dengan pengungkapan wujud gerak yang luluh. Seni tari adalah ungkapan yang disalurkan / diekspresikan melalui gerak-gerak organ tubuh yang ritmis, indah mengandung kesusilaan dan selaras dengan gending sebagai iringannya. Seni tari yang merupakan bagian budaya bangsa sebenarnya sudah ada sejak jaman primitif, Hindu sampai masuknya agama Islam dan kemudian berkembang. Bahkan tari tidak dapat dilepaskan dengan kepentingan upacara adat sebagai sarana

Seni tari yang berpusat di Kraton Surakarta itu sudah ada sejak berdirinya Kraton Surakarta dan telah mempunyai ahli-ahli yang dapat dipertanggungjawabkan. Tokoh-tokoh tersebut umumnya masih keluarga Sri Susuhunan atau kerabat kraton yang berkedudukan. Seni tari yang berpusat di Kraton Surakarta itu kemudian terkenal dengan Tari Gaya Surakarta. Macam-macam tariannya :

a. Tari Srimpi

b. Tari Bedaya

c. Tari Gambyong

d. Wireng

e. Prawirayuda

f. Wayang-Purwa Mahabarata-Ramayana

g. Tari Langendriyan ( khusus di Mangkunegaran)

Gambar II.9: Bermacam jenis tarian tradisional di Surakarta

Sumber: senidanbudaya08.wordpress.com/page/2/

· Kelompok Seni Musik - Keroncong

Akar keroncong berasal dari sejenis musik Portugis yang dikenal sebagai fado yang diperkenalkan oleh para pelaut dan budak kapal niaga

bangsa itu sejak abad ke-16 ke Nusantara. Dari daratan India (Goa) masuklah musik ini pertama kali di Malaka dan kemudian dimainkan oleh para budak dari Maluku. Melemahnya pengaruh Portugis pada abad ke-

17 di Nusantara tidak dengan serta merta berarti hilang pula musik ini. Bentuk awal musik ini disebut moresco (sebuah tarian asal Spanyol, seperti polka agak lamban ritmenya). Musik keroncong yang menjadi bagian dari budaya musik Indonesia, didalamnya terdapat karakteristik yang mengandung nilai-nilai budaya universal. Seperti halnya musik- musik yang lain, musik keroncong memiliki karakteristik tersendiri yang berbeda dengan bentuk musik lainnya yang muncul dari perpaduan antara elemen-elemen musikal, musik pengiring dan teknik penyajiannya.

Musik keroncong berasal dan berkembang di Pulau Jawa, dengan dipengaruhi oleh musik Portugis. Ada dua macam musik keroncong yang berkembang saat ini, yaitu Pop Keroncong dan Langgam Keroncong. Alat musik yang biasa digunakan untuk mengiringi seorang penyanyi keroncong adalah Bass, Cello, Gitar, Cuk dan Cak. Terkadang juga ditambah iringan suling, biola ataupun keyboard / organ.

Gambar II.10: Pertunjukan musik keroncong

Gamelan Jawa merupakan seperangkat instrumen sebagai pernyataan musikal yang sering disebut dengan istilah karawitan. Karawitan berasal dari bahasa Jawa “rawit” yang berarti rumit, berbelit- belit, tetapi rawit juga berarti halus, cantik, berliku-liku dan enak.

Kata Jawa karawitan khususnya dipakai untuk mengacu kepada musik gamelan, musik Indonesia yang bersistem nada non diatonis (dalam laras slendro dan pelog) yang garapan-garapannya menggunakan sistem notasi, warna suara, ritme, memiliki fungsi, pathet dan aturan garap dalam bentuk sajian instrumentalia, vokalia dan campuran yang indah didengar.

Seni gamelan Jawa mengandung nilai-nilai historis dan filosofis bagi bangsa Indonesia. Dikatakan demikian sebab gamelan Jawa merupakan salah satu seni budaya yang diwariskan oleh para pendahulu dan sampai sekarang masih banyak digemari serta ditekuni. Karawitan di

bagi 3, yaitu : Karawitan Sekar, Karawitan Gending, dan Karawitan Sekar Gending.

Karawitan Sekar merupakan salah satu bentuk kesenian yang dalam penyajiannya lebih mengutamakan terhadap unsur vokal atau suara manusia, sedangkan Karawitan Gending merupakan salah satu bentuk kesenian yang dalam penyajiannya lebih mengutamakan unsur instrumental atau alat musik. Jenis yang terakhir yaitu Karawitan Sekar Gending yang merupakan salah satu bentuk kesenian yang dalam penyajiannya terdapat unsur gabungan antara karawitan sekar dan gending.

· Kelompok Seni Drama / Peran - Wayang

Wayang dikenal sejak zaman prasejarah yaitu sekitar 1500 tahun sebelum Masehi. Masyarakat Indonesia memeluk kepercayaan animisme berupa pemujaan roh nenek moyang yang disebut hyang atau dahyang, yang diwujudkan dalam bentuk arca atau gambar. Wayang merupakan seni tradisional Indonesia yang terutama berkembang di Pulau Jawa dan Bali.

Dalam bahasa Jawa, kata wayang berarti “bayangan”. Jika ditinjau dari arti filsafatnya “wayang” dapat diartikan sebagai bayangan atau merupakan pencerminan dari sifat-sifat yang ada dalam jiwa manusia, seperti angkara murka, kebajikan, serakah dan lain-lain. Sebagai alat untuk memperagakan suatu cerita, wayang dimainkan oleh seorang dalang yang dibantu oleh beberapa orang penabuh gamelan dan satu atau dua orang waranggana sebagai vokalisnya. Fungsi dalang di sini adalah mengatur jalannya pertunjukan secara keseluruhan. Dengan demikian, di samping dituntut untuk bisa menghayati masing-masing karakter dari tokoh-tokoh yang ada dalam pewayangan, seorang dalang juga harus mengerti tentang gending (lagu).

Gambar II.11: Gamelan yang merupakan seperangkat

instrumen dari musik karawitan

Sumber: javanesesphere.blogspot.com/2010/06/karawitan

dipakai untuk menancapkan wayang. Dalam pertunjukan wayang dikenal set kanan dan set kiri. Set kanan merupakan kumpulan tokoh tokoh atau satria-satria pembela kebenaran dan kebajikan, sedangkan set kiri adalah tempat tokoh-tokoh angkara murka. Walaupun demikian ketentuan ini tidak mutlak. Untuk memperagakan berbagai setting/dekorasi dan pergantian adegan biasanya dipakai simbol berupa gunungan. Pertunjukan wayang bisa dilakukan pada siang maupun malam hari, atau sehari semalam. Lama pertunjukan untuk satu lakon adalah sekitar 7 sampai 8 jam. Instrumen musik yang digunakan dalam mengiringi pertunjukan wayang secara lengkap adalah gamelan Jawa pelog dan slendro. Vokalis putri dalam iringan musik yang disebut waranggono bisa satu orang atau lebih. Di samping itu, masih ada vokalis pria yang disebut penggerong atau wirasuara, yang jumlahnya 4 sampai 6 orang dan bertugas mengiringi waranggana dengan suara “koor”. Vokalis pria ini bisa disediakan khusus atau dirangkap oleh penabuh gamelan, sehingga penabuh gamelan adalah juga penggerong. Dalam menentukan lakon yang akan disajikan seorang dalang tidak bisa begitu saja memilih sesuai dengan kehendaknya. Ia dibatasi oleh beberapa faktor.Diantaranya adalah:

(1) jenis wayang yang dipergunakan sebagai alat peragaan (2) kepercayaan masyarakat sekitarnya (3) keperluan diadakannya pertunjukan tersebut

Jenis wayang akan mempengaruhi lakon yang bisa disajikan lewat wayang-wayang tersebut. Seperangkat wayang kulit misalnya hanya dapat dipakai untuk memainkan cerita-cerita dari Mahabarata atau Ramayana. Mengenai jenis wayang yang dikenal oleh masyarakat Jawa,

Wayang Klithik dan Wayang Golek.

a. Wayang kulit

Sesuai dengan namanya, wayang kulit terbuat dari kulit binatang (kerbau, lembu atau kambing). Wayang kulit dipakai untuk memperagakan Lakon-lakon dari Babad Purwa yaitu Mahabarata dan Ramayana, oleh karena itu disebut juga Wayang Purwa. Sampai sekarang pertunjukan wayang kulit disamping merupakan sarana hiburan juga merupakan salah satu bagian dari upacara-upacara adat. Untuk mementaskan pertunjukan wayang kulit secara lengkap dibutuhkan kurang lebih sebanyak 18 orang pendukung.

Satu orang sebagai dalang, 2 orang sebagai waranggana, dan 15 orang sebagai penabuh gamelan merangkap wiraswara. Rata-rata pertunjukan dalam satu malam adalah 7 sampai 8 jam, mulai dari jam

21.00 sampai jam 05.00 pagi. Bila dilakukan pada siang hari pertunjukan biasanya dimulai dari jam 09.00 sampai dengan jam 16.00. Tempat pertunjukan wayang ditata dengan menggunakan konsep pentas yang bersifat abstrak.

Dalam pertunjukan wayang kulit, jumlah adegan dalam satu lakon tidak dapat ditentukan. Jumlah adegan ini akan berbeda-beda

berdasarkan lakon yang dipertunjukkan atau tergantung dalangnya.

Sebagai pra-tontonan adalah tetabuhan yang tidak ada hubungannya dengan ceritera pokok, jadi hanya bersifat sebagai penghangat suasana saja atau pengantar untuk masuk ke pertunjukan yang sebenarnya. Sebagai pedoman dalam menyajikan pertunjukan Sebagai pra-tontonan adalah tetabuhan yang tidak ada hubungannya dengan ceritera pokok, jadi hanya bersifat sebagai penghangat suasana saja atau pengantar untuk masuk ke pertunjukan yang sebenarnya. Sebagai pedoman dalam menyajikan pertunjukan

Warna rias wajah pada wayang kulit mempunyai arti simbolis, akan tetapi tidak ada ketentuan umum. Warna rias merah untuk wajah misalnya, sebagian besar menunjukkan sifat angkara murka, akan tetapi tokoh Setyaki yang memiliki warna rias muka merah bukanlah tokoh angkara murka. Jadi karakter wayang tidaklah ditentukan oleh warna rias muka saja, tetapi juga ditentukan oleh unsur lain, seperti misalnya bentuk (patron) wayang itu sendiri. Perbedaan warna muka wayang ini tidak akan diketahui oleh penonton yang melihat pertunjukan dari belakang layar. Alat penerangan yang dipakai dalam pertunjukan wayang kulit dari dahulu sampai sekarang telah banyak mengalami perubahan sesuai dengan perkembangan teknologi. Dalam bentuk aslinya alat penerangan yang dipakai pada pertunjukan wayang kulit adalah blencong, kemudian berkembang menjadi lampu minyak tanah (keceran), petromak, dan sekarang banyak yang menggunakan lampu listrik.

b. Wayang orang

Wayang Orang merupakan bentuk perwujudan dari wayang kulit yang diperagakan oleh manusia. Kesenian wayang orang ini merupakan refleksi dari wayang kulit. Bedanya, wayang orang ini bisa bergerak dan

Gambar II.12: Pertunjukkan kesenian wayang kulit Sumber: http://balebudayasamirono.blogspot.com/

Mahabarata dan Ramayana. Kesenian Wayang Orang yang hidup dewasa ini pada dasarnya terdiri dari dua aliran yaitu gaya Surakarta dan gaya Yogyakarta. Perbedaan yang ada di antara dua aliran terdapat terutama pada intonasi dialog, dan kostum. Dialog dalam Wayang Orang gaya Surakarta bersifat realis sesuai dengan tingkatan emosi dan suasana yang terjadi, dan intonasinya agak bervariasi. Untuk menyelenggarakan pertunjukan wayang orang secara lengkap, biasanya dibutuhkan pendukung sebanyak 35 orang, yang terdiri dari:

(1) 20 orang sebagai pemain (terdiri dari pria dan wanita) (2)

12 orang sebagai penabuh gamelan merangkap wiraswara (3) 2 orang sebagai waranggana (4) 1 orang sebagai dalang

Dalam pertunjukan Wayang Orang, fungsi dalang yang juga merupakan sutradara tidak seluas seperti pada wayang kulit. Dalang wayang orang bertindak sebagai pengatur perpindahan adegan, yang ditandai dengan suara suluk atau monolog.

Pola kostum dan make up Wayang Orang disesuaikan dengan bentuk (patron) wayang kulit. Pertunjukan Wayang Orang menggunakan konsep pementasan panggung yang bersifat realistis. Setiap gerak dari

pemain dilakukan dengan tarian, baik ketika masuk panggung, keluar panggung, perang ataupun yang lain-lain. Sebelum pertunjukan di mulai sering ditampilkan pra-tontonan berupa atraksi tari-tarian yang disebut ekstra, yang tidak ada hubungannya dengan lakon utama.

c. Wayang klithik

Wayang klithik terbuat dari kayu dengan dua dimensi (pipih) yang hampir mendekati bentuk wayang kulit. Terdapat persamaan antara wayang kulit dengan wayang klithik, misalnya pada gamelan, vokalis, bahasa yang digunakan dalam dialog, desain lantai, alat penerangan yang dipakai dalam pertunjukan dan lain-lain. Meskipun demikian, banyak juga dijumpai perbedaan-perbedaannya. Pertunjukan wayang klithik umumnya hanya berfungsi sebagai tontonan biasa yang kadang-kadang di dalamnya diselipkan penerangan-penerangan dari pemerintah. Setting panggung sedikit agak berbeda dengan wayang kulit. Wayang klithik ini meskipun desain lantainya berupa garis lurus, tetapi tidak menggunakan layar, untuk menancapkan wayang digunakan bambu yang sudah dilubangi.

Cerita yang ditampilkan dalam pertunjukan wayang klithik diambil dari cerita babad dan umumnya hanya diambil dari babad Majapahit, mulai dari masuknya Damarwulan menjadi abdi sampai dia menjadi raja.

Dalang wayang klithik umumnya memperoleh pengetahuan tentang kesenian dari orang tua mereka yang juga dalang wayang klithik. Lembaga pendidikan untuk dalang wayang klithik tidak dijumpai, sebab wayang klithik memang kurang populer dalam masyarakat.

Gambar II.13: Pertunjukan kesenian wayang orang Sumber: webgambar.blogspot.com/2010/10/wayang-orang.html

d. Wayang golek

Seperti halnya wayang klithik wayang golek juga terbuat dari kayu, tetapi wayang golek memiliki tiga dimensi (seperti boneka). Wayang golek ini lebih realis dibanding dengan wayang kulit dan wayang klithik, sebab selain bentuknya menyerupai bentuk badan manusia, dia juga dilengkapi dengan kostum yang terbuat dari kain. Pertunjukan wayang golek selain untuk tontonan biasa, juga masih sering dipentaskan sebagai upacara bersih desa. Lakon yang diperagakan berasal dari babad Menak yaitu sejarah tanah Arab menjelang kelahiran Nabi Muhammad SAW. Menurut keterangan, cerita ini dikarang oleh Pujangga Ronggowarsito. Berbeda dengan wayang kulit, warna rias muka wayang golek cukup jelas penggolongan simbolisnya, yakni sebagai berikut:

(1) warna merah untuk watak kemurkaan (2) warna putih untuk watak baik dan jujur (3) wama merah jambu untuk watak setengah-setengah (4) warna hijau untuk watak tulus (5) warna hitam untuk watak kelanggengan

Kostum wayang juga menunjukkan status dan peranannya. Misalnya saja, kostum topong adalah untuk peran raja, kostum jangkangan untuk peran satria, kostum jubah untuk peran pendeta, kostum rompi untuk peran

Gambar II.14: Wayang klithik yang keberadaanya kini semakin langka Sumber: http://v-images2.antarafoto.com/gpr/1236502500/peristiwa-

wayang-klithik-00.jpg

berasal dari pengalaman atau ajaran orang tua yang juga dalang.

- Ketoprak

Ketoprak adalah satu dari puluhan kesenian tradisional yang masih dapat bertahan hingga sekarang. Kesenian ini lahir sekitar tahun 1920 di Surakarta, namun mencapai puncaknya di Yogyakarta pada

sekitar tahun 1950an. Semula ketoprak merupakan hiburan rakyat yang diciptakan oleh seseorang di luar kerajaan. Mereka menyiapkan panggung dan berlagak menjadi raja, pejuang, pangeran, putri, dan siapa pun yang mereka inginkan.

Pada perkembangannya, hiburan ketoprak juga diminati oleh anggota kerajaan, dan di setiap penampilannya selalu ada pelawak yang membuat ketoprak terasa semakin hidup. Kesenian yang dalam penyajian atau pementasannya menggunakan bahasa Jawa ini memiliki cerita yang beragam dan menarik. Mirip dengan teater, pertunjukan ini diisi dengan dialog-dialog yang membawa penonton merasakan atmosfir “dunia” Jawa pada masa Raja-Raja berkuasa. Ceritanya diambil dari mana saja, baik dari sejarah tanah Jawa hingga cerita-cerita fantasi.

Gambar II.15: Pertunjukkan kesenian wayang golek Sumber: http://indonesiancultureart.blogspot.com/2009/07/west-java-

cultural-art-wayang-golek.html

disisipkan di beberapa bagian cerita, sehingga dapat juga dibilang ketoprak di satu pihak mirip dengan operet. Kostum dan dandanannya menyesuaikan dengan adegan atau lakon.

Hampir sama dengan ludruk, ketoprak merupakan drama tradisional yang diperagakan oleh sebuah grup kesenian dan digelarkan di sebuah panggung dengan mengambil cerita dari sejarah, cerita panji, dongeng dan lainnya dengan diselingi lawak. Ketoprak muncul pada tahun ± 1922 pada masa Mangkunegaran. Kesenian ini diiringi musik dari gamelan yang berupa lesung, alu, kendang dan seruling. Pada jaman dahulu, karena cerita atau pantun-pantunnya merupakan sindiran kepada Pemerintah atau Kerajaan maka kesenian ketoprak ini dilarang. Namun kesenian rakyat ini akhirnya tetap berkembang di pedesaan / pesisiran. Beberapa jenis ketoprak, yaitu: Ketoprak Lesung dan Ketoprak Gamelan

a. Ketoprak Lesung

Sesuai dengan namanya, alat musik yang dipergunakan dalam Ketoprak ini terdiri dari lesung, kendang, terbang dan seruling. Cerita yang dibawakan adalah kisah-kisah rakyat yang berkisar pada kehidupan

di pademangan-pademangan, ketika para demang membicarakan masalah penanggulangan hama yang sedang melanda desa mereka atau ceritera-ceritera tentang Pak Tani dan Mbok Tani dalam mengolah sawah mereka. Oleh karena itu kostum yang dipakaipun seperti keadaan mereka sehari hari sebagai penduduk pedesaan, ditambah dengan sedikit make up yang bersifat realis. Untuk mementaskan Ketoprak Lesung dibutuhkan pendukung sebanyak kurang lebih 22 orang, yaitu 15 orang untuk pemain (pria dan wanita) dan 7 orang sebagai pemusik. Dalam pertunjukan ini tidak dikenal adanya vokalis khusus atau waranggana.

maupun pemain. Sampai sekarang Ketoprak Lesung yang ada masih mempertahankan alat penerangan berupa obor, tetapi ada juga pertunjukan Ketoprak Lesung yang menggunakan lampu.

Salah satu perbedaan Ketoprak Lesung dengan Ketoprak Gamelan adalah adanya unsur tari. Pada waktu masuk atau keluar panggung atau kegiatan lain pemain Ketoprak Lesung melakukannya dengan tarian yang bersifat improvisasi. Lama pertunjukan Ketoprak Lesung ini tergantung pada kebutuhan. Bila diminta bermain semalam suntuk maupun setengah malam pemain ketoprak ini akan menyesuaikan diri dengan mengambil lakon yang tepat untuk itu, akan tetapi dengan catatan bahwa pertunjukan hanya dilakukan pada malam hari.

b. Ketoprak Gamelan

Meskipun merupakan perkembangan lebih lanjut Ketoprak Lesung akan tetapi fungsi pertunjukan Ketoprak Gamelan ini tidak berubah, yaitu

sebagai hiburan bagi masyarakat, yang kadang-kadang menyelipkan penerangan-penerangan dari pemerintah kepada mereka. Hanya saja cerita yang dimainkan dalam Ketoprak Gamelan ini lebih banyak diambil dari cerita babad tentang kerajaan-kerajaan yang pernah ada, terutama di Jawa.

Gambar II.16: Pertunjukkan kesenian ketoprak lesung Sumber: http://newsletterskana.wordpress.com/2006/05/12/teater-

gadjah-mada-ketoprak-lesung gadjah-mada-ketoprak-lesung

Dalam pertunjukan Ketoprak ini para aktor biasanya berpedoman pada naskah singkat yang dibuat oleh dalang. Naskah ini hanya memuat pedoman tentang adegan apa saja yang harus ditampilkan dari inti dan cerita yang dipentaskan. Dialog, blocking dan lain-lain permainan di panggung sepenuhnya dilakukan oleh pemain secara improvisasi. Ketoprak ini menggunakan alat musik yang berupa gamelan Jawa lengkap pelog dan slendro, atau slendro saja. Para pemain Ketoprak memakai kostum dan make up yang bersifat realis sesuai dengan peran dan waktu ketika mereka tampil. Tempat pertunjukan berupa pentas berbentuk panggung dengan dekorasi (latar belakang) yang bersifat realis (sesuai dengan lokasi kejadian, misalnya di hutan, di kraton dan lain-lain). Demikian juga dialog yang diucapkan para pemainnya.

Ketoprak Gamelan dapat dikatakan sebagai drama tradisional yang biasanya mengambil cerita tentang kerajaan-kerajaan tempo dulu. Sebelum permainan utama ketoprak di mulai, biasanya disuguhkan terlebih dahulu pertunjukan extra berupa tari-tarian yang tidak ada hubungannya dengan cerita yang akan dimainkan.

Gambar II.17: Pertunjukkan kesenian ketoprak gamelan Sumber: http://solorayaonline.com/agenda-kota/ketoprak-

Kata teater atau drama berasal dari bahasa Yunani ”theatrom” yang berarti seeing Place (Inggris). Tontonan drama memang menonjolkan percakapan (dialog) dan gerak-gerik para pemain (aktif) di panggung. Percakapan dan gerak-gerik itu memperagakan cerita yang tertulis dalam naskah. Dengan demikian, penonton dapat langsung mengikuti dan menikmati cerita tanpa harus membayangkan.

Teater sebagai tontotan sudah ada sejak zaman dahulu. Bukti tertulis pengungkapan bahwa teater sudah ada sejak abad kelima SM. Hal ini didasarkan temuan naskah teater kuno di Yunani. Penulisnya Aeschylus yang hidup antara tahun 525-456 SM. Isi lakonnya berupa persembahan untuk memohon kepada dewa-dewa. Lahirnya adalah bermula dari upacara keagamaan yang dilakukan para pemuka agama, lambat laun upacara keagamaan ini berkembang, bukan hanya berupa nyanyian, puji-pujian, melainkan juga doa dan cerita yang diucapkan dengan lantang, selanjutnya upacara keagamaan lebih menonjolkan penceritaan. Sebenarnya istilah teater merujuk pada gedung pertunjukan, sedangkan istilah drama merujuk pada pertunjukannya, namun kini kecenderungan orang untuk menyebut pertunjukan drama dengan istilah teater. Terdapat tiga jenis terater, yaitu: Teater rakyat, Teater keraton dan Teater kontemporer

a. Teater rakyat yaitu teater yang didukung oleh masyarakat kalangan pedesaan, bentuk teater ini punya karakter bebas tidak terikat oleh kaidah-kaidah pertunjukan yang kaku, sifatnya spontan dan improvisasi.

b. Teater Keraton disebut juga teater klasik, yaitu teater yang lahir dan berkembang di lingkungan keraton dan kaum bangsawan.

Pertunjukan dilaksanakan hanya untuk lingkungan terbatas dengan tingkat artistik sangat tinggi, cerita berkisar pada kehidupan kaum bangsawan yang dekat dengan dewa-dewa.

c. Teater kontemporer, yaitu teater yang menampilkan peranan manusia bukan sebagai tipe melainkan sebagai individu. dalam dirinya terkandung potensi yang besar untuk tumbuh dengan kreatifitas yang tanpa batas. Pendukung teater ini masih sedikit yaitu orang-orang yang menggeluti teater secara serius mengabdikan hidupnya pada teater dengan melakukan pencarian,

eksperimen

berbagai

bentuk teater untuk

mewujudkan teater Indonesia masa kini.

Gambar II.18: Pertunjukan teater rakyat Sumber: www.ouchland.com/Teater-rakyat-lisung-karamat

Gambar II.19: Pertunjukan teater kraton

Sumber: http://wisatateater.blogspot.com/2011/04/teater-tradisional-keraton.html

· Kelompok Seni Film

Pertunjukan film kini juga diartikan sebagai sebuah genre dalam kesenian. Karena didalam sebuah film atau rekaman gambar bergerak, kita dapat menemukan berbagai jenis seni yang direkam. Dalam seni film ada sebuah unsur artistik dimana pengambilan gambar harus indah, bagus dan enak dipandang.

Seni film berhubungan erat dengan seni musik dimana setiap pertunjukan film akan terasa hambar bila tanpa musik. Seni peran juga sangat dituntut dalam sebuah film. Film adalah sebuah karya yang mengandung unsur keindahan yang dalam pembuatanya butuh keahlian, hal ini yang menjadikan film menjadi salah satu dari cabang seni pertunjukan.

Gambar II.20: Pertunjukan teater kontemporer Sumber: http://indonesiancommunity.multiply.com/journal/item/1889

Gambar II.21: Pemutaran film sebagai salah satu bagian dari

pertunjukan seni

Sumber: http://salihara.org/pages/facility&usg

· Seni Lukis Seni lukis merupakan karya yang umumnya berbentuk dua

dimensi dan dibuat di atas permukaan kertas, kanvas, dinding, kaca dan bahan lain yang memungkinkan untuk itu. Bahan pewarna yang digunakan dpat menggunakan cat, tinta, arang, pensil dan lain-lain.

Teknik melukis dapat beragam. Secara konvensional dengan menyapukan bahan pewarna menggunakan alat berupa kuas, namun ada pula teknik melukis yang memanfaatkan plototan cat dari tubenya, atau bahkan dengan sapuan jari-jari tangan senimannya.

Seni lukis telah dikenal sejak didirikanya bangunan Stupa Borobudur. Karena pada relief Jayakalama terdapat relief suatu lukisan. Tetapi peninggalan yang benar-benar lukisan, tidak dapat dijumpai. Pada pertengahan abad ke-19 kita mengenal pelukis ulung bangsa Indonesia dari Semarang yang bernama Raden saleh Sarif Bastaman. Lukisanya cukup menkjubkan, dan banyak menghiasi museum lukisan di dunia serta istana-istana raja Jawa. Kemudian pada abad ke-20 ini orang sempat mengagumi seorang pelukis asal Klaten bernama Abdullah. Lukisan-lukisn alam yang bercorak alam Indonesia benar-benar mampu diciptakanya dalam kanvas. Disusul pula oleh putra beliau Basuki Abdullah. Pelukis yang berpendidikan di Eropa. Akhirnya pada zaman kemerdekaan ini, dengan adanya kesempatan yang lebih luas, dan adanya perguruan tinggi yang mengajarkanpelajaran melukis sepeti ASRI, FKSS dn sebgainya. Maka tersebarlah dimana-mana seniman lukis baru dengan berbagai macam aliran seperti Naturalisme, Expressionisme, abstrak dan lain-lain.

· Seni Batik - Batik kain

Kata "batik" berasal dari gabungan dua kata bahasa Jawa: "amba", yang bermakna "menulis" dan "titik" yang bermakna "titik". Seni membatik adalah teknologi kuno yang hampir serta seni pembuatan kain itu sendiri. Berkembang di Indonesia sejak berabad silam, di tanah Jawa batik berkembang menjadi ekspresi yang mengakar pada mitologi, filosofi, dan dunia lambang seputar siklus kehidupan.

Dari Cina dan India datang pengaruh Hindu dan Budha, sedangkan dari Arab dan Persia datang nuansa Islami. Jejaknya tercermin dalam ragam corak batik di pesisir utara pulau Jawa maupun di pusat aristokrasi Surakarta dan Yogyakarta. Sebagai buah interaksi dengan zaman dan lingkungan historis, batik dibedakan menurut pola, corak, dan warna. Batik Kraton memadukan budaya Hindu yang menyusup ke kraton Jawa pada abad V dengan budaya Islam yang datang sesudahnya (dengan ciri khas aneka ragam stilisasi perlambang). Batik Kraton meliputi ragam batik dari Kasunanan Surakarta, Kasultanan Yogyakarta, Pura Pakualaman, dan Pura Mangkunegaran. Batik adalah suatu mahakarya seni kerajinan yang sarat dipengaruhi perjalanan zaman dan perubahan lingkungan. Dari cara pembuatannya , batik digolongkan menjadi tiga, yaitu:

Gambar II.22: Karya lukis hasil seniman dalam negeri yang bercorak

naturalisme-tradisional Indonesia Sumber: http://bantulcraft.com/los-pasar.php

adalah kain yang dihias dengan tekstur dan corak batik yang digambar secara manual, menggunakan tangan dengan menggunakan alat yang disebut canting. Pembuatan batik jenis ini memakan waktu kurang lebih 2-3 bulan

b. Batik cap

adalah kain yang dihias dengan tekstur dan corak batik yang dibentuk dengan cap (biasanya terbuat dari tembaga). Proses pembuatan batik jenis ini membutuhkan waktu kurang lebih 2-3 hari.

c. Batik cetak (printing)

cara pembuatan batik menggunakan mesin print. Teknik yang digunakan, teknik cetak layaknya industri tekstil. Tidak jarang menggunakan mesin cetak yang komputerise.

Ragam motif kain batik yang indah digunakan untuk membuat berbagai jenis pakaian, dari mulai pakaian formal (kebaya, sarimbit), hingga pakaian non formal. Bahan dasar kain batik saat ini sangat digemari karena kini terdapat beberapa desain tradisional yang dipadu dengan desain modern semakin menambah indahnya produk batik. Selain pakaian, kain batik dapat pula diolah menjadi berbagai macam jenis barang kebutuhan rumah tangga seperti sprei, bad cover, dan lain

Gambar II.23: Ragam motif batik Sumber: http://bantulcraft.com/los-pasar.php

Selain dijadikan bahan pakaian, kain batik juga dapat dijadikan sebagai souvenir. lewat kreativitas para pengerajin, kain batik sisa

pembuatan pakaian dapat diolah menjadi berbagai macam jenis souvenir yang menarik, seperti dompet, kipas, gantungan kunci dan lain sebagaiya.

- Batik kayu

Keindahan motif batik menginspirasi para pengerajin untuk membuat kerajinan batik berbahan kayu yang biasa disebut dengan

kerajinan batik kayu. Proses pembuatanya juga hampir sama dengan membatik diatas kain, hanya saja medianya diganti menjadi kayu. Pelopor pengrajin Batik Kayu di Dusun Krebet Yogyakarta.

Jenis kayu yang digunakan untuk membuat batik kayu sangat beragam dengan hasil yang berbeda juga.

Gambar II.25: Berbagai macam hasil kerajinan dari kain batik

yang diolah menjadi souvenir Sumber: http://bantulcraft.com/los-pasar.php

Gambar II.24: Ragam jenis pakaian dari kain batik

Sumber: http://bantulcraft.com/los-pasar.php

kayu lunak seperti sengon, pule dan mahoni, karena hasil yang didapatkan lebih bagus dan warnanya lebih indah daripada memakai bahan dasar kayu yang keras seperti kayu jati.

Desain utama dari batik media kayu ini adalah : Jlereng dan Kawang, serta desain Kembang, yang motifnya divariasi atau di gabung- gabungkan, motif lainnya juga muncul dari kreasi pengrajin sendiri maupun motif yang disesuaikan dengan permintaan pasar. Batik kayu yang dihasilkan juga sangat beragam, mulai dari topeng, miniature binatang, miniature furniture dan pernak-pernik hiasan lainya dengan dihiasi berbagai motif yang sangat cantik dan menarik.

· Seni Kerajinan

- Seni kerajinan ukir dan pahat

Seni ukir dan pahat merupakan gambar hiasan dengan bagian- bagian cekung (kruwikan) dan bagian-bagian cembung (buledan) yang menyusun suatu gambar yang indah. Pengertian ini berkembang hingga dikenal sebagai seni ukir dan pahat yang merupakan seni membentuk gambar pada kayu, batu, atau bahan-bahan lain.

Gambar II.26: Berbagai macam hasil kerajinan kayu batik

Sumber: http://bantulcraft.com/los-pasar.php

sejak prasejarah. yakni sekitar tahun 1500 SM. Pada zaman itu nenek moyang bangsa Indonesia telah membuat ukiran pada kapak batu, tempaan tanah liat atau bahan lain yang ditemuinya. Motif dan pengerjaan ukiran pada zaman itu masih sangat sederhana. Kemudian masa berkembangnya pada zaman Mataram Islam hingga zaman Kartasura. Pahatan yang menggunakan batu dapat terlihat pada candi Borobudur, Mendut, Pawon, Dieng, Plaosan dan sebagainya. Pahatan dengan kayu yang ada hingga zaman Mataram dan Kartasura sampai Surakarta. Motif ukiran, selain menggambarkan bentuk, kadang-kadang berisi tentang kisah para dewa, mitos kepahlawanan, dan lain sebagainya.

Saat ini ukir kayu dan batu mengalami perkembangan pesat, dan fungsinya pun sudah bergeser dari hal-hal yang berbau magis berubah menjadi hanya sebagai alat penghias saja. Pada ukiran kayu meliputi

motif Pajajaran, Majapahit, Mataram, Bali, Jepara, Surakarta, Yogyakarta, dan berbagai macam motif yang berasal dari luar Jawa. Hasil seni kerajinan ukir dan pahat dengan bahan dasar kayu dijadikan sebagai furniture, hasil kerajinan ini juga dapat dijadikan sebagai hiasan dengan berbagai macam motif ukiran. InovasI dan kreasi craft berbahan dasar kayu sangat variatif, biasanya pembeli kerajinan ini dapat juga memesan dengan desain dan keinginan pembeli.

Gambar II.27: Berbagai macam jenis hasil kerajinan ukir dan pahat kayu

Sumber: http://bantulcraft.com/los-pasar.php

- Seni kerajinan logam

Sentra kerajinan logam sudah ada sejak jaman raja-raja Mataram, untuk mensuplai kebutuhan barang-barang tembaga dari keraton maupun rakyat di luar keraton, yang umumnya hanya untuk barang kebutuhan sehari-hari (alat-alat dapur). Hasil produksi berupa interior ornamen maupun hiasan, baru dimulai sekitar akhir tahun 70-an oleh seorang pengrajin. Dengan semakin majunya usaha kerajinan logam dan semakin berkembangnya keinginan konsumen seiring bertambahnya tahun, maka para pengrajin kerajinan logam mulai mengadakan inovasi baru untuk mengkombinasikan tembaga dengan logam lain seperti kuningan dalam membuat produknya.

Kerajinan Logam antara lain monel, perak yang sangat elegan, kuningan, dan tembaga. Jenis Produk yang dihasilkan antara souvenir,

perhiasan (anting, cincin, dll) dan miniature (bendi, becak, tugu, candi Borobudur, candi Prambanan, dll).

Gambar II.28: Berbagai macam jenis hasil kerajinan ukir dan pahat batu

Sumber: http://bantulcraft.com/los-pasar.php

Gambar II.29: Ragam jenis craft hasil kerajinan logam

Anyaman adalah seni kerajinan yang dikerjakan dengan cara mengangkat dan menumpang tindihkan atau menyilang-nyilangkan bahan sehingga menjadi suatu karya anyaman. Anyaman merupakan seni tradisi yang tidak mempunyai pengaruh dari luar. Perkembangan Sejarah anyaman sama dengan perkembangan seni tembikar. Jenis seni anyaman pada masa Neolitik kebanyakan menghasilkan tali, dan keperluan kehidupan sehari-hari di dalam rumah tinggal. Akar dan rotan adalah bahan dasar yang pada awalnya digunakan untuk menghasilkan anyaman.

menggunakan bahan rotan, bambu, daun lontar, daun pandan, serat pohon, pohon pisang, enceng gondok, dan lain sebagainya. Kerajinan anyaman berbahan dasar bambu dan rotan merupakan karya yang sangat

fungsional dan dekoratif untuk rumah tangga. Karya pengrajin bambu telah dikenal sampai ke negeri seberang karena estitika dan artistiknya produk-produk anyaman yang tercipta.

Gambar II.30: Seni Kerajinan anyam dari material bambu dan rotan

Sumber: http://bantulcraft.com/los-pasar.php

Tatah adalah teknik dalam mengukir media kulit hingga tembus. Untuk daerah Jawa Tengah (Sukoharjo, Klaten) tatah identik dengan wayang kulit. Menggunakan alat panduk, tindih, palu, mata tatah (berbagai ukuran) adapun tekniknya sampai sekarang tidak bisa dibuat dengan teknologi industri sehingga kerajinan kulit ini masih memiliki nilai artistik yang tinggi.

Kerajinan ini berbahan dasar kulit (kulit Lembu, domba, sampai kuit ikan pari), produk hasil kerajinan ini berupa hiasan wayang kulit, souvenir, sekat buku kulit, tas, dompet, Kaligrafi dan masih banyak ragam produk lainnya.

- Seni kerajinan keramik dan gerabah

Keramik berasal dari bahasa Yunani “keramikos” yang artinya bentuk dari tanah liat yang telah mengalami pembakaran. Pada masyarakat tradisional bahan-bahan keramik sering disebut sebagai gerabah (tanah liat) digunakan dalam perlengkapan rumah tangga. kerajinan yang menggunakan bahan baku dari tanah liat yang melalui proses sedemikian rupa (dipijit, butsir, pilin, pembakaran dan glasir)

Gambar II.31: Berbagai macam hasil seni kerajinan berbahan dasar kulit

Sumber: http://bantulcraft.com/los-pasar.php Sumber: http://bantulcraft.com/los-pasar.php

3. Kelompok Seni Sastra Sejarah Sastra Jawa dimulai dengan sebuah prasasti yang

ditemukan di daerah Kediri Jawa Timur. Prasasti yang biasa disebut dengan nama Prasasti Sukabumi ini bertarikh 25 Maret tahun 804 Masehi. Isinya ditulis dalam bahasa Jawa Kuno. Sastra Jawa secara global bisa dibagi menjadi dua kategori yaitu yang ditulis dalam bentuk prosa (gancaran) atau puisi (kakawin).

Dalam bentuk prosa biasanya disebut dengan nca ra n dan dalam bentuk puisi biasa disebut dengan istilah tembang. Sebagian besar karya sastra Jawa ditulis dalam bentuk tembang mulai dari awal bahkan sampai saat ini.

Gambar II.32: Berbagai macam hasil seni kerajinan keramik dan gerabah

Sumber: http://bantulcraft.com/los-pasar.php

pertunjukan seni semakin berkembang dengan berbagai variasinya sampai saat ini. Cara tersebut dinilai efektif untuk mendekatkan karya sastra kepada masyarakat yang kini semakin terbiasa dengan budaya visual dan audio.

Gambar II.33: Pembacaan karya sastra oleh para sastrawan Sumber: http://sastraindonesia.ohlog.com/macam-macam-karya-

sastra.oh32589.html