PRESEDEN PUSAT SENI

A. PRESEDEN PUSAT SENI

A.1. Pasar Seni Gabusan

Cara lain untuk menikmati karya seni warga Bantul tanpa harus kelelahan menjelajahi setiap dusun yang memproduksinya, yaitu dengan mendatangi Pasar Seni Gabusan. Pasar yang berlokasi di Jalan Parangtritis km 9,5 Timbulharjo, Sewon, Bantul, sekitar 4 km arah selatan kota Yogyakarta ini telah menjadi pusat jual beli kerajinan dari seluruh Bantul. Bukan sekedar pasar, Gabusan juga dilengkapi dengan fasilitas lain, seperti tempat pertunjukkan seni terbuka, akses teknologi informasi hingga toko kebutuhan sehari-hari.

Ir. Ika Putra sebagai arsiteknya mencoba merancang sebuah pasar seni yang berkelanjutan. Konsepnya diawali dengan memperjelas konteks dari para pengerajin. pasar seni ini dikhususkan untuk pengerajin yang belum mapan, yaitu pengerajin yang belum mempunyai modal besar dan pasar internasional.

Gambar III.1: Kawasan Pasar Seni Gabusan yang berada di Bantul, Yogyakarta

Sumber: http://bantulcraft.com/

dengan menonjolkan arsitektur lokal. Kawasan Pasar Seni Gabusan terletak di atas lahan 3,6 hektar, dengan karakter desain berupa sejumlah massa yang berorientasi pada sebuah ruang ditengahnya. Yaitu “ruang beratap langit” yang bagi masyarakat jawa bukan sekedar ruang terbuka, melainkan ruang komunitas untuk melakukan aktivitas “guyub” bersama. Atap bangunan ini sendiri menginterpretasi dari bangunan lokal Jawa yang diambil dari bentukan lancip lalu dipadukan dengan bentukan Tobong (bangunan yang digunakan untuk membakar gerabah).

Gambar III.2: Signage gerbang Pasar Seni Gabusan di Bantul, Yogyakarta. Sumber: http://bantulcraft.com/

Gambar III.3: Foto Satelit Kawasan Pasar Seni Gabusan Bantul, Yogyakarta

Sumber: www.googleearth.com

Pasar seni di Gabusan Terbagi dalam 16 los, Massa bangunan (los) dibagi menjadi beberapa modul sesuai kebutuhan pengerajin. Memasuki los pertama hingga los ketiga, dapat ditemui kerajinan berbahan dasar kulit. kerajinan tatah sungging berbahan dasar kulit dari kulit Lembu, domba, sampai kuit ikan pari.

Gambar III.4: Gambar situasi kawasan Pasar Seni Gabusan Bantul, Yogyakarta Sumber: www.skyscrapercity.com (Courtesy of Ir. Ikaputra,

M.Eng, Ph.D & Ir. Jatmiko Adi Suryabrata Ph.D)

Gambar III.5: Beberapa massa bangunan yang terdapat di kawasan

Pasar Seni Gabusan Bantul, Yogyakarta

Sumber: http://bantulcraft.com/ Sumber: http://bantulcraft.com/

Los lainnya juga menjual berbagai macam kerajinan berbahan dasar logam, perak, anyaman dari bambu, ukiran dari batu, kayu, serta berbagai macam kerajinan berbahan dasar tanah liat hingga eceng gondok.

Sejak awal dibangun, Gabusan dirancang untuk membuka akses pengrajin ke pasar internasional. Karenanya, tak seperti pasar lain, desain pasar yang menampung sekitar 444 pengrajin ini juga bertaraf internasional.

Gambar III.6: Berbagai macam jenis barang kerajinan yang dijual

di Pasar Seni Gabusan Bantul, Yogyakarta

Sumber: http://bantulcraft.com/

A.2. Garuda Wisnu Kencana (Cultural Park) Garuda Wisnu Kencana Cultural Park merupakan sebuah kawasan

wisata dengan konsep seni dan budaya. Kawasan wisata ini dibangun di Bukit Ungasan, Jimbaran, Bali yang juga merupakan kawasan Universitas Udayana. Sentral dari konsep kawasan wisata ini, yaitu patung Dewa Wisnu yang dalam mitologi Agama Hindu merupakan dewa pemelihara alam semesta yang menunggangi kendaraan atau wahana Beliau yang berupa Burung Garuda. Patung ini merupakan salah satu karya dari pematung terkenal Bali, yaitu I Nyoman Nuarta. Patung Garuda Wisnu Kencana ini merupakan simbol dari misi penyelamatan lingkungan dan dunia. Patung ini terbuat dari campuran tembaga dan baja seberat 4.000 ton dan lebar 60 meter.

Gambar III.7: 3D desain Pasar Seni Gabusan di Bantul Sumber: www.skyscrapercity.com (Courtesy of Ir. Ikaputra, M.Eng, Ph.D & Ir.

Jatmiko Adi Suryabrata Ph.D)

tempat dibangunnya patung ini yang merupakan daerah dengan sebagian besar tanahnya berupa tanah keras memudahkan konstruksi patung ini untuk dibangun.

Dengan curah hujan yang relatif rendah namun terbuka untuk dapat menikmati hembusan angin tropis, Fasilitas yang dimiliki GWK menjadi sangat ideal. Amphitheatre dengan kapasitas 800 tempat duduk dan tatanan akustik kelas satu, merupakan tempat yang tak tertandingi untuk pagelaran seni budaya. Lotus Pond yang dikelilingi pilar-pilar batu cadas serta latar belakang patung kepala Burung Garuda menjadikan areal berkapasitas 7500 orang ini sangat dramatis untuk berbagai perhelatan akbar.

Gambar III.10: Maket GWK beserta lingkungan sekitarnya menggambarkan bentuk akhir dari proses pembangunan mega proyek ini bila telah selesai nanti

Sumber: http://www.navigasi.net /GWK2.htm

A.3. Medan Fair (Pekan Raya Sumatera Utara)

Medan fair merupakan sarana hiburan masyarakat Sumatera Utara yang berlokasi di Medan, Sumatera Utara. Kawasan ini dirancang oleh Ir. Baskoro Tedjo, MSEB, Phd. Medan fair memiliki luas area 1000 sqm dengan area terbangun seluas 387,2 sqm. Medan Fair adalah sarana hiburan rakyat yang merupakan relokasi Medan Fair lama yang terletak di

pusat kota Medan.

Gambar III.14: “Menara Pekan Raya Sumatera Utara” di kawasan pusat hiburan rakyat Medan Fair

Sumber: www.heptadesign.com

Gambar III.13: Beberapa fasilitas yang terdapat di kawasan Garuda Wisnu Kencana (GWK) Cultural Park

Sumber: http://www.navigasi.net /GWK2.htm

dari pola perkampungan tradisional Sumatera Utara yang terdiri atas massa-massa bangunan tunggal yang tersebar pada sebuah lahan, dengan satu ruang terbuka liniear sebagai fokus perancangan.

Pada bagian entrance dirancang sebuah menara yang disebut “Menera Pekan Raya Sumatera Utara” sebagai penanda keberadaan PRSU terhadap kota Medan. Menara yang dilengkapi dengan lampu sorot ini diharapkan dapat terlihat dari kejauhan dan menjadi salah satu landmark kota.

Dari plasa menara dikembangkan pedestrian yang lebar untuk memperkuat kesan linear lahan dan menambah kesan grand pencapaian. Sistem sirkulasi liniear pada bangunan yang difungsikan sebagai stand- stand pemerintah kabupaten dan pemerintah kota dirancang dengan dikelilingi oleh stand-stand lain yang merupakan pengejewantahan dari tipikal bangunan tradisional masing-masing kabupaten yang terdapat di Sumatera Utara serta bangunan penunjang lainnya.

Transformasi bangunan tradisional Sumatera Utara ke bangunan modern, dengan pertimbangan kecepatan konstruksi, biaya dan menunjukkan “semangat jaman (modern)”. Base lantai dasarnya dibuat seragam untuk menyimbolkan persatuan, sedangkan bagian atasnya diarahkan ke ragam bangunan masing-masing kabupaten (persatuan dalam keragaman).

Bangunan lainnya berperan sebagai “background” bagi bangunan- bangunan stand pemkab dan pemkot. Dengan rancangan tampilan yang “minimalis” (tanpa ornamen) diharapkan dapat menonjolkan bangunan-

bangunan transformasi di depannya. Tampilan ini akan dihiasi oleh pola- pola tradisional yang diperbesar (konsep super graphic yang kini banyak diterapakan di bangunan-bangunan publik di seluruh dunia).

Ampitheater, juga merupakan suatu sarana yang dirancang untuk menunjang kegiatan publik seperti seni pertunjukan seandainya tampil terbuka, kemudian pada perkembangannya mendapat elemen penutup stage yang dirancang dari meterial sejenis zinkalume dengan rancangan unik berbentuk setengah lingkaran yang bertumpuk. Rancangan penutup stage ini pada akhirnya tetap terintegrasi dan terlihat layaknya sclupture bagi keseluruhan rancangan Medan Fair.

Gambar III.15: Menara Pekan Raya Sumatera Utara sebagai penanda

keberadaan PRSU terhadap kota Medan

Sumber: www.heptadesign.com

B.1. Tinjauan Kota Surakarta

B.1.1. Sejarah Perkembangan Kota Surakarta Pada awal perkembangannya yakni abad XVII, kota Surakarta

merupakan pusat pemerintahan kerajaan Mataram. Melalui perjanjian Giyanti tahun 1755 kerajaan Mataram pecah menjadi kerajaan Surakarta Hadiningrat dan Ngayogyakarta Hadiningrat, kota Surakarta menjadi pusat pemertintahan kerajaan Surakarta Hadiningrat.

Melalui perjanjian Salatiga tahun 1757, kerajaan Surakarta ini dipecah menjadi Kasunanan dan Mangkunegaran. Kota Surakarta tetap menjadi tempat kedudukan kedua kerajaan tersebut hingga kini.

Pemerintahan kota Surakarta dimulai sejak ditetapkannya sebagai ibu kota karesidenan pada tahun 1946 dan pada tahun 1965 ditetapkan sebagai ibukota Daerah Tingkat II Kotapraja dan kini berstatus sebagai Kotamadya. Saat ini kota surakarta telah berkembang menjadi kota besar yang mempunyai fungsi ganda, yakni sebagai pusat administrasi tingkat regional, kota industri dan perdagangan dan juga menjadi kota pariwisata, budaya dan olahraga.

Kota Surakarta mempunyai luas wilayah kurang lebih 44.040 km² dan terdiri atas lima kecamatan, masing-masing adalah kecamatan Laweyan seluas 8.628 km², kecamatan Serengan seluas 3.194 km², kecamatan Jebres seluas 12.582 km², kecamatan Pasar Kliwon seluas 4.815 km² dan kecamatan Banjarsari seluas 14.811 km².

Secara geografis kota Surakarta terletak pada posisi 110°.45’.15”- 110°.45’.35” BT dan 7°.36’ - 7°.56 LS. Kondisi topografinya relatif datar dengan ketinggian rata-rata 90 m diatas permukaan laut dengan kemiringan rata-rata 0-3° dan dilalui oleh beberapa sungai yang merupakan anak sungai Bengawan Solo. Kota Surakarta memiliki batas

daerah sebagai berikut:

Gambar III.19: Peta wilayah kota Surakarta Sumber: http://www.surakarta.go.id/news/surakata.map.html

· Sebelah Utara : Kabupaten Karanganyar dan Boyolali · Sebelah Timur : Kabupaten Sukoharjo dan Karanganyar · Sebelah Selatan: Kabupaten Sukoharjo · Sebelah Barat : Kabupaten Sukoharjo dan Karanganyar

B.2. Pusat Seni di Surakarta

B.2.1. Pengertian Pusat seni di Surakarta yang direncanakan adalah sebuah kawasan

wisata seni yang menampung berbagai macam kegiatan seni seperti pagelaran dan pertunjukkan seni, pameran seni, serta informasi dan pemasaran produk-produk kerajinan bernilai seni dengan memunculkan suasana lokal guna memperkuat karakter dan jatidiri Surakarta.

B.2.2. Tujuan Mengapresiasi sekaligus memperkenalkan berbagai macam jenis kesenian di Surakarta, dalam bentuk suatu kawasan wisata seni di Surakarta yang menarik pengunjung dengan tampilan kawasan yang bernuansa lokal Surakarta.

Gambar III.20: Foto satelit wilayah kota Surakarta

Sumber: www.wikimapia.com

· Fungsi Rekreasi/Hiburan Seni yang berfungsi sebagai sarana melepas kejenuhan

atau mengurangi kesedihan, Sebuah pertunjukan khusus untuk berekspresi atau mengandung hiburan, kesenian yang tanpa dikaitkan dengan sebuah upacara ataupun dengan kesenian lain.

· Fungsi Guna (seni terapan) Karya seni yang dibuat tanpa memperhitungkan

kegunaannya kecuali sebagai media ekspresi disebut sebagai karya seni murni, sebaliknya jika dalam proses penciptaan seniman harus mempertimbangkan aspek kegunaan, hasil karya seni ini disebut seni guna atau seni terapan. Contoh : Kriya, karya seni yang dapat dipergunakan untuk perlengkapan/peralatan rumah tangga yang berasal dai gerabah dan rotan.

· Fungsi Komunikasi Seni dapat digunakan sebagai alat komunikasi seperti

pesan, kritik sosial, kebijakan, gagasan, dan memperkenalkan produk kepada masyarakat. Melalui media seni tertentu seperti, wayang kulit, wayang orang dan seni teater, dapat pula syair sebuah lagu yang mempunyai pesan, poster, drama komedi, dan reklame.

Pusat seni di Surakarta merupakan sebuah kawasan seni yang berada dalam lingkup regional dan nasional, serta tidak menutup kemungkinan membuka peluang ke lingkup internasional.

B.2.5. Status Kelembagaan dan Pengelolaan Pusat Seni di Surakarta Pusat Seni di Surakarta berdiri dan dikelola oleh pihak swasta non- pemerintah.

B.2.6. Kegiatan yang diwadahi Pusat Seni diatas mewadahi berbagai macam kegiatan seni, yaitu: - Pagelaran dan Pertunjukkan Seni

Merupakan kegiatan pagelaran dan pertunjukan seni yang terdiri dari pertunjukan musik tradisional seperti musik keroncong dan karawitan. Pertunjukan tarian tradisional

seperti tari Bedaya, Srimpi, dan tarian tradisional lainnya. Serta pertunjukkan seni drama dan peran seperti berbagai macam jenis pertunjukan wayang, ketporak, pementasan teater dan pemutaran film, yang diwadahi dalam suatu ruang pertunjukan indooor maupun ruang pertunjukan outdoor, berupa ampiteather.

- Pameran Seni

Merupakan kegiatan pameran barang-barang bernilai seni yang terdiri dari berbagai macam jenis lukisan, patung, serta berbagai macam jenis barang kerajinan seni yang diwadahi dalam suatu ruang display yang terdapat dalam sebuah galeri seni.

Kegiatan informasi merupakan kegiatan diskusi tentang seni dan pemahaman pengetahuan seni lewat sumber pustaka yang didapat melalui perpustakaan seni, sedangkan kegiatan pemasaran produk seni merupakan kegiatan memasarkan barang kerajinan hasil para pengerajin dan seniman seperti lukisan, barang kerajinan dari kulit, ukiran kayu dan batu, batik, serta kerajinan keramik dan gerabah yang diwadahi dalam suatu los dagang barang kerajinan. Los barang kerajinan yang terdapat di Pusat Seni ini dibagi menjadi tiga macam los, yaitu Los kecil, Los sedang, dan Los besar. Los kecil memasarkan barang-barang kerajinan yang tidak membutuhkan luasan yang besar, antara lain berupa souvenir, acessoris maupun miniatur-miniatur hasil kerajinan para seniman ataupun pengerajin. Los sedang memasarkan barang hasil kerajinan dari kain batik, berupa berbagai macam jenis pakaian. Selain itu juga memasarkan barang hasil kerajinan dari kulit berupa tas kulit, sendal kulit, dompet kulit, dan lain sebagainya. Sedangkan Los besar memasarkan jenis barang kerajinan yang membutuhkan luasan lebih besar, berupa keramik hasil kerajinan gerabah dan tembikar, bermacam jenis furniture hasil kerajinan pahat dan ukir, di Los ini juga dapat dijumpai beberapa lukisan-lukisan.

Pelaku Kegiatan Pusat Seni di Surakarta adalah: · Penyewa Ruang, yang terdiri dari:

pengerajin, asosiasi / organisasi seni, seniman, lembaga usaha, pengusaha jasa dan lain-lain.

· Pengunjung, yang terdiri dari: Penonton pertunjukan seni, penonton galeri seni, pembeli barang

kerajinan seni, peserta diskusi dan seminar seni sarta pengunjung perpustakaan seni yang berasal dari masyarakat sekitar, wisatawan domestik maupun wisatawan mancanegara.

· Pengelola, yang terdiri dari: direktur umum, direktur operasional, keuangan dan pengelolaan,

sekertaris umum, kepala bagian operasional yang membawahi 5 divisi yaitu, pertunjukan seni, pameran seni, informasi dan pemasaran, keamanan dan kebersihan serta kepegawaian. Dan staff tiap divisi.

Pegelola dan Service

Sekertaris umum

Direktur umum

Kabag T. Operasional & staff

Direktur Pengelola

Direktur Keuangan

Direktur Operasional