Deskripsi Lokasi Penelitian

A. Deskripsi Lokasi Penelitian

1. Gambaran Umum Pasar Legi

a) Sejarah Perkembangan Pasar Legi

Pasar Legi didirikan pada masa pemerintahan Mangkunegoro I (Pangeran Samber Nyawa). Berdasarkan foto-foto yang terpajang di dinding kantor pasar Legi dapat dilihat perjalananan sejarah pasar Legi. Pasar yang menghadap ke arah barat ini pada tahun 1930 masih berupa pasar yang masih sangat tradisional dimana para pedagang membuka dasaran di tanah terbuka atau dengan kata lain masih terdiri dari para pedagang oprokan, yaitu pedagang yang menggelar dagangannya diatas alas gelaran atau lesehan.

Dibawah pengelolaan Mangkunegaran I, pada tahun 1935 berdiri sebuah bangunan pasar permanen tersusun dari tembok berwarna putih yang bila dilihat dari samping mirip sebuah benteng. Mulai saat itu pasar ini mulai terus berkembang. Namun pasar Legi baru mengalami pemugaran pada tahun 1992 oleh pemerintah kota Surakarta, sehingga menjadi wujud pasar Legi dengan 2 lantai seperti sekarang. Pasar Legi kemudian dibagi menjadi 6 blok, terdiri dari 146 kios, 1016 los, dan 570 pedagang oprokan (gelaran atau lesehan).

b) Letak Geografis Pasar Legi

Pasar Legi terletak di jalan S. Parman No. 23 Kelurahan Stabelaan Kecamatan Banjarsari Kota Surakarta. Pasar Legi mempunyai luas wilayahnya sekitar 16.640 đť‘š 2 . Wilayah pasar Legi dibatasi oleh perempatan Gilingan di sebelah utara, samping barat kantor penyiaran Radio Republik Indonesia (RRI) Cabang Surakarta, sebelah selatan keraton Mangkunegaran, dan sebelah timur dibatasi oleh monumen Juang 45 atau monumen Banjarsari dan kompleks pertokoan Widuran.

commit to user

Gambar 4. Keadaan pasar legi nampak depan samping

c) Pasar Legi merupakan pusat perdagangan hasil bumi

Pasar Legi merupakan sebuah pasar yang merupakan pusat perdagangan hasil bumi, Laboratorium UCYD FISIP UNS menyebutkan bahwa pasar Legi merupakan pusat perdagangan hasil bumi terbesar di Jawa Tengah. Dengan omzet 10 milyar/hari, bahkan hingga 15 milyar lebih pada hari-hari tertentu. Pasar Legi merupakan salah satu penopang utama perekonomian kota Surakarta saat ini dipandang dari sirkulasi uang yang beredar di pasar.

Meskipun dikenal sebagai pasar hasil bumi, namun kita bisa menemui beberapa pedagang pakaian dan kelontong, juga barang-barang hasil pabrik yang berhubungan dengan bumbu, seperti gula, vetsin, dan lain- lain. Pasar Legi juga merupakan tempat transit bagi pasar-pasar lain seperti pasar Gedhe. Perbedaannya jika di pasar Legi buah-buahan dan sayuran belum disortir, sedangkan di pasar Gedhe sudah disortir berdasarkan kualitas sehingga harganya lebih mahal dari pasar Legi.

Hasil bumi yang dijual di pasar Legi tidak hanya berasal dari daerah sekitar Solo saja seperti Boyolali, Sukoharjo, Wonogiri, Sragen, dan Klaten. Namun juga berasal dari berbagai daerah lain di luar karesidenan Surakarta. Seperti ikan dari Banjarmasin, Bagansiapi-api dan Nusa Tenggara, sayur dari Kopeng Salatiga dan Dieng, garam dari Madura, Jeruk dari Bali, dan lain- lain. Di pasar Legi sebagian pedagang menjual dagangannya dalam partai besar kepada pedagang untuk kulakan, namun kita masih dilayani oleh

commit to user

beberapa pedagang yang menjual dagangannya secara eceran. Untuk mendapatkan barang yang murah kita harus pandai-pandai menawar sebelum membeli, seperti halnya proses jual beli di pasar-pasar lain di wilayah Surakarta baik kota maupun karesidenan.

d) Pasar Legi merupakan “pasar yang tak pernah tidur”

Pasar Legi mulai dibuka dan beroperasi dari pukul 06.00 WIB sampai pukul 18.00 WIB atau selama 12 jam, namun dalam kenyataannya pasar ini tidak pernah tidur, maksudnya adalah pasar ini tetap beroperasi selama 24 jam. Terdapat rutinitas rutinitas unik disini, setiap sore sekitar pukul 15.00 WIB ketika pasar didalam bangunan utama sudah mulai berbenah untuk kukut (tutup), berdatangan para pedagang malam yang membuka dasaran di bagain luar bangunan utama, ada yang memang khusus pedagang malam ada juga yang siang hari berdagang di dalam bangunan dan malam hari berdagang di bagian luar bangunan membawa dagangannya ke luar dan berdagang sampai pagi. Hal ini mengakibatkan padagang yang ada dibagian dalam bangunan pada malam hari hanya tinggal beberapa saja. Inilah yang menyebabkan mengapa pasar Legi ini tidak pernah tidur. Dengan omset yang disebutkan di depan (minimal 10 milyar rupiah per hari) maka tidak mengherankan apabila terdapat banyak sekali bank-bank yang beroperasi di sekitar bangunan utama pasar Legi, seperti; BII, BRI, BCA, Bank Bali, Maspion, Bank Buana, Bank CIMB Niaga, Bank Mayapada, Bank NISP, Lippobank, Bank Bukopin, dan beberapa BPR.

e) Keaparatan Pasar

Untuk keaparatan sendiri di kantor pasar terdapat 24 orang yang bertugas di pasar Legi, terdiri dari 16 orang laki-laki dan 8 orang perempuan. Dari 24 orang tersebut baru 9 orang yang diangkat sebagai pegawai negeri sipil dan kesemuanya adalah laki-laki. Yang memprihatinkan, 7 orang dari PNS tersebut berpendidikan SD, sedangkan 1 orang lulusan STM, dan yang 1

commit to user

lagi berpendidikan Sarjana hukum, yaitu kepala pasar Legi. Para PNS rata- rata sudah lebih dari 40 tahun.

f) Paguyuban di Pasar Legi

Kompleknya ragam kehidupan di Pasar Legi juga sedikit banyak menandakan adanya berbagai masalah yang timbul sebagai gejala normal dalam setiap interaksi sosial. Pasar Legi selain memilki aktifitas perdagangan, juga memiliki aktifitas komunitas sesama profesi atau sejenis. Yang berwujud paguyuban-paguyuban. Paguyuban tersebut antara lain yaitu SPTI (Serikat Pekerja Transport Indonesia) yang berperan dalam menjembatani komunikasi kuli gendong, kemudian ada IKAPPAGI (Ikatan Keluarga Pedagang Pasar Legi) yang berperan dalam menjembatani komunikasi pedagang, SATIB (Satuan Ketertiban) sebagai satuan keamanan pasar, selain itu paguyuban lain seperti di kalangan para pengemudi becak terdapat Paguyuban Pengemudi Becak Solo (PPBS) unit Pasar Legi, paguyuban umat muslim KAMUS (Keluarga Muslim), serta paguyuban rohani lainnya.

2. Gambaran Umum Kuli Gendong di Pasar Legi

Di dalam kehidupan pasar terjadi proses pendistribusian barang-barang dari orang satu ke orang lainnya, baik dari penjual ke pembeli, atau sebaliknya. Bila membicarakan proses pendistribusian dan pengangkutan barang-barang di pasar tradisonal, maka tidak terlepas dari penyedia jasa angkut. Penyedia jasa yang terdapat di pasar Legi yaitu dengan bantuan kuli gendong. Disebut kuli gendong karena mengangkut barang bawaan dengan menggendong, ada pula yang memanggul barang - barang dagangan pedagang atau pembelian oleh pengunjung, seperti; sembako, buah-buahan, sayur-mayur, bumbu masak, rempah - rempah, dan sebagainya. Hal ini terjadi setiap hari di pasar Legi.

commit to user

..

Gambar 5. Seorang kuli gendong sedang bekerja Dalam keseharian kuli gendong pasar Legi menawarkan jasa gendongnya

kepada siapa saja yang ada di pasar dari dini hari sampai larut malam tiba waktu untuk beristirahat. Bekerja keras berharap untuk memenuhi kebutuhan dengan harapan memperbaiki tingkat kehidupan,daripada di rumah atau di daerah asal sebagai pengangguran atau buruh tani yang menggarap lahan milik orang lain. Namun tidak sedikit dari mereka yang harus rela menerima konsekuensinya, mereka rela meninggalkan anak, istri, ataupun suami di rumah yang jauh demi bekerja sebagai kuli gendong. Selain hal tersebut ada persyaratan pula untuk menjadi kuli panggul di pasar Legi, yaitu dengan menjadi anggota organisasi atau paguyuban yang khusus sebagai mengorganisasi para kuli gendong yaitu dalam Serikat Pekerja Transport Indonesia (SPTI) untuk mendapatkan Kartu Tanda Anggota (KTA) SPTI sehingga dapat bekerja sebagai kuli gendong di pasar Legi.

Gambar 6. Kartu Tanda Anggota (KTA) SPTI

commit to user

3. Gambaran Umum Serikat Pekerja Transport (SPTI)

Unit Pasar Legi

Dari banyaknya kuli gendong yang bekerja di pasar Legi, maka dibentuklah semacam paguyuban yang mewadahi dan menaungi kuli-kuli gendong yaitu dengan terbentuknya Serikat Pekerja Transport Indonesia (SPTI) yang mengkoordinasi kuli-kuli gendong tersebut. SPTI tidak hanya ada di pasar Legi, namun setiap pasar besar atau pasar di kota-kota besar di Indonesia hampir semuanya terdapat SPTI. Paguyuban ini beranggotakan kuli-kuli gendong yang bekerja dalam satu lingkup wilayah, yakni pasar Legi, misal di pasar Gedhe dan pasar Klewer juga ada SPTI dan sekretariat atau kantornya masing-masing

Gambar 7. Kantor SPTI Unit Pasar Legi

a) Sekretariat SPTI unit Pasar Legi

Untuk di pasar Legi, kantor atau sekretariat SPTI berada di lantai atas bangunan baru bagian selatan, tepat di pojok tenggara bangunan terdapat satu ruang yang digunakan sebagai kantor SPTI, berhimpitan samping barat dengan kantor salah satu BPR yang ada di pasar Legi, samping timur kantor adalah mushola, dan bagian dengannya adalah los pedagang rempah-rempah dan pedagang makanan, yang menyediakan hidangan-hidangan kuli gendong,

Pekerjaan sebagai kuli gendong merupakan kegiatan sektor informal, yang terkoordinasi. Koordinasi yang dimaksud meliputi pembagaian wilayah maupun lokasi kerja di pasar, penyediaan Kartu Tanda Anggota (KTA) kuli gendong pasar Legi, penyediaan kaos atribut bagi kuli

commit to user

gendong yang tertera nama dan bagian wilayah kerja masing-masing, dan melakukan penarikan iuran kepada tiap kuli gendong perbulan.

Paguyuban yang dipimpin oleh seorang ketua, yaitu Pak Wagiman dan dibantu oleh seorang sekretaris Pak Suratmin ini berperan menjembatani komunikasi antara kuli gendong dengan ketua kelompok (mandor), Dewan Pimpinan Cabang (DPC), Dewan Pimpinan Daerah (DPD), Dinas Pasar, serta membina rasa kebersamaan dan kekeluargaan sesama kuli gendong.

b) Pembagian Kelompok Kerja Kuli Gendong SPTI Pasar Legi

Dalam SPTI wilayah kerja dibagi menjadi 18 kelompok, masing- masing kelompok dipimpin oleh ketua kelompok. Pembagian wilayah kerja tersebut berdasarkan langganan masing-masing yang masih dalam lingkup pasar. Setiap ketua kelompok wajib dan bertanggungjawab atas anggota dibawahnya.

c) Pengurus SPTI Pasar Legi

SPTI Pasar Legi Surakarta baru saja melakukan pemilihan pengurus yang baru. Pemilihan dilakukan setiap 3 tahun sekali dengan melalui pemungutan suara (demokrasi). Adapun orang yang berhak memilih adalah perwakilan dari masing-masing 18 kelompok dan perwakilan dari DPC yang berkantor di Pasar Gedhe. Jumlah peserta yang memenuhi syarat untuk melakukan pemungutan suara adalah jika telah mencapai 70-80 orang. Berikut ini adalah susunan kepengurusan SPTI yang baru periode 2010-2013. Ketua

: Wagiman

Wakil Ketua

: Margono

Sekretaris

: 1. Suratmin Wito Suseno

2. Budi Waluyo

Bendahara

: 1. Warjito

2. Giyono

Humas

: 1. Kardi

2. Ngadimin

commit to user