Kerangka Berfikir
B. Kerangka Berfikir
Seragam sekolah pada awalnya diyakini dapat memberikan keadilan bagi pelajar yang duduk di bangku sekolah, karena dengan hadirnya seragam sekolah dapat menghapus kesenjangan pelajar dari keluarga kaya, menengah atau-pun kurang mampu. Seragam sekolah di awal tahun pelajaran 2011/2012 menjadi penghalang bagi sebagian golongan pelajar untuk mendapatkan pendidikan di bangku sekolah, hal ini sangat bertolak belakang dengan teori pendidikan kritis. Teori pendidkan kritis menegaskan bahwa hal kecil seperti pemakaian seragam sekolah ketika belajar di bangku sekolah sangat perlu dipertanyakan, karena dengan mengetahui maksud dan tujuan yang jelas, serta saling memahami antara pihak sekolah dan pelajar, diharapkan dapat memberikan sebuah perlakuan adil terhadap mereka yang tidak mampu membeli seragam sekolah.
Berseragam sekolah merupakan bentuk sikap disiplin bagi pelajar di sekolah, oleh karenanya berseragam sekolah sesuai dengan ketentuan yang diberlakukan sekolah merupakan bentuk kedisiplinan pelajar. Pemakaian seragam sekolah merupakan salah satu dari program sekolah untuk mendisiplinkan siswanya, maka dari itu program ini perlu dilakukan evaluasi. Kegiatan evaluasi umumnya diarahkan untuk mengevaluasi tujuan program atau dampak kegiatan yang telah dihasilkan dari pelaksanaan program yang telah direncanakan. Suatu program apabila tidak dievaluasi, maka tidak dapat diketahui bagaimana suatu kebijakan yang sudah dikeluarkan dapat terlaksana.
commit to user
Salah satu model evaluasi yang dapat digunakan adalah model evaluasi CIPP (Context, Input, Process, Product). Contect merupakan deskripsi rinci mengenai kekhususan karakteristik lokasi daerah siswa dan masyarakatnya, sebagai dasar untuk menentukan strategi yang paling tepat bagi pelaksanaan program. Beberapa hal yang dikaji antara lain meliputi tujuan yang ingin dicapai, kondisi lingkungan, kondisi sosial ekonomi orang tua siswa, tingkat pendapatan, kondisi sosial budaya siswa dalam lingkungan belajar, pola interaksi pembelajaran dan kebiasaan-kebiasaan/tradisi yang masih dijalankan untuk membantu merencanakan keputusan dari sebuah program.
Input merupakan usaha yang dilakukan dengan menyajikan beragam hal baik fisik maupun non-fisik yang menjadi dasar dan kelengkapan, untuk terselenggaranya proses dan mekanisme kerja bagi tercapainya tujuan. Beragam input yang dikaji antara lain: sumber-sumber yang ada mencakup organisasi pendukung, dasar-dasar pemakaian seragam sekolah. Kemampuan subyek dalam menunjang program mencakup penegak disiplin sekolah, dan yang terakhir adalah beberapa strategi pihak sekolah untuk mencapai tujuan dari pemakaian seragam sekolah.
Process merupakan pelaksanaan program kegiatan dan mekanisme kerja program untuk mencapaian tujuan. Proses kegiatan meliputi : pengukuran sistematis kepada siswa melalui angket penelitian, survei lokasi dan pengamatan proses belajar mengajar di ruang kelas dan di bengkel/workshop.
Product merupakan hasil dari proses kegiatan program yang menggambarkan tingkat efektivitas program. Product ini juga dapat mengetahui pengetahuan baik guru, pelajar atau Wakil Kepala Sekolah Bidang Kurikulum (WKS-2) tentang pendisiplinan seragam sekolah jika ditinjau dari teori pendidikan kritis. Kemudian memuat hal-hal apakah yang akan dilakukan setelah program berjalan, juga pengaruh dari program.
commit to user
BAB III
Procuct
1. Ketercapaia n hasil yang ditetapkan.
2. Hal yang dilakukan setelah program berjalan.
3. Pengaruh program
Process
1. Kegiatan program.
2. Kemampuan penanganan program.
3. Pemanfaatan sarana dan prasarana.
Input
1. Kemampua n subyek dalam menunjang program.
2. Sumber- sumber yang ada.
3. Strategi mencapai tujuan program.
Context
1. Tujuan yang ingin dicapai
2. Kondisi sosial ekonomi orang
tua
siswa.
3. Merencanak an keputusan
Analisis pemakaian seragam sekolah siswa SMK dalam tinjauan pendidikan kritis di
SMKN 5 Surakarta tahun ajaran 2011/2012
Gambar 2.1. Alur Kerangka Berfikir Penelitian dengan model CIPP
commit to user