PERSYARATAN RUANG DAN AKUSTIK DALAM BANGUNAN PENDIDIKAN MUSIK

C. PERSYARATAN RUANG DAN AKUSTIK DALAM BANGUNAN PENDIDIKAN MUSIK

1. Akustika Dalam Ruangan

Gejala akustik dalam ruang tertutup Apabila gelombang bunyi menumbuk dinding-dinding suatu ruang, sebagian energinya akan

dipantulkan, diserap, disebarkan, dibelokkan, atau ditransmisikan ke ruang yang berdampingan tergantung pada sifat akustik dindingnya.

Gb. 16. Kelakuan bunyi dalam ruang tertutup Sumber : Akustik Lingkungan, Leslie L Doelle

Keterangan:

1 = Bunyi datang atau bunyi langsung

2 = Bunyi pantul

3 = Bunyi yang diserap oleh lapisan permukaan

4 = Bunyi difus atau bunyi yang disebar

5 = Bunyi difraksi atau bunyi yang dibelokkan

6 = Bunyi yang ditrannsmisi

7 = Bunyi yang hilang dalam struktur bangunan

8 = Bunyi yang dirambatkan oleh struktur bangunan

 Pemantulan bunyi

Permukaan yang keras, tegar, dan rata, seperti beton, bata, batu, plester, dan gelas, memantulkan hampir semua energi bunyi yang jatuh padanya. Gejala pemantulan serupa dengan pemantulan cahaya namun panjang gelombang bunyi lebih panjang daripada gelombang cahaya, maka harus dipikirkan untuk bunyi berfrekuenssi rendah.

Permukaan pemantul cembung cenderung menyebarkan gelombang bunyi dan permukaan cekung cenderung mengumpulkan gelombang bunyi pantul dalam ruang. Dalam auditorium ukuran sedang dan besar, kondisi mendengar dapat diperbaiki dengan penggunaan pemantul bunyi yang ditempatkan di tempat yang sesuai.

Gb. 17. Pemantulan bunyi dari permukaan-permukaan dengan bentuk berbeda

Sumber : Akustik Lingkungan, Leslie L Doelle

Keterangan:

1 = pemantulan merata

2 = penyebaran bunyi

3 = pemusatan bunyi Pemantulan bunyi dari permukaan-permukaan dengan bentuk yang berbeda : 1 pemantulan merata, penyebaran bunyi, pemusatan bunyi.

 Penyerapan bunyi

Penyerapan bunyi adalah perubahan energi bunyi menjadi suatu bentuk lain umumnya ke dalam bentuk panas ketika melewati suatu bahan atau ketika menumbuk suatu permukaan. Jumlah panas ini sangat kecil sedangkan kecepatan perambatan gelombang bunyi tidak dipengaruhi oleh penyerapan.

Dalam akustik lingkungan unsur-unsur berikut dapat menunjang penyerapan bunyi:  lapisan permukaan dinding, lantai, dan atap  isi ruang seperti penonton, bahan tirai, tempat duduk dengan lapisan lunak dan karpet  udara dalam ruang

 Difusi bunyi

Difusi bunyi atau penyebaran bunyi terjadi di dalam ruang jika tekanan bunyi di setiap bagian suatu auditorium sama dan gelombang bunyi dapat merambat ke semua arah, maka medan bunyi Difusi bunyi atau penyebaran bunyi terjadi di dalam ruang jika tekanan bunyi di setiap bagian suatu auditorium sama dan gelombang bunyi dapat merambat ke semua arah, maka medan bunyi

Difusi musik dapat diciptakan dengan beberapa cara :  Pemakaian permukaan dan elemen penyebar yang tak teratur dalam jumlah yang banyak, seperti pilaster, pier, balok-balok telanjang, langit-langit yang terkotak-kotak, pagar balkon

yang dipahat dan dinding-dinding yang bergerigi (A)  Penggunaan lapisan permukaan pemantul bunyi dan penyerap bunyi secara bergantian (B)  Distribusi lapisan penyerap bunyi yang berbeda secara teratur dan acak 9 (C)

Gb. 18. Difusi bunyi yang merata dalam auditorium Sumber : Akustik Lingkungan, Leslie L Doelle

Ukuran keseluruhan permukaan yang menonjol dan ukuran dari tempelan lapisan penyerap harus cukup besar dibanding panjang gelombang bunyi dalam seluruh jangkauan frekuensi audio.

 Difraksi bunyi

Difraksi bunyi adalah gejala akustik yang menyebabkan gelombang bunyi dibelokkan atau dihamburkan di sekitar penghalang seperti sudut, kolom, tembok, balok.

 Dengung

Bila sumber bunyi telah berhenti, membutuhkan waktu yang cukup lama sebelum bunyi hilang (meluruh) dan tidak dapat didengar. Bunyi yang berkepanjangan ini sebagai akibat pemantulan yang berturut-turut dalam ruang tertutup setelah sumber bunyi dihentikan yang disebut dengung. Dengung mempunyai pengaruh yang berbeda terhadap kondisi mendengar dalam auditorium karena kehadirannya mengubah persepsi / tanggapan terhadap bunyi transien yaitu bunyi yang mulai dan berhenti dengan tiba-tiba. Dalam pengendalian dengung dalam auditorium, bunyi transien dari pidato dan musik perlu dilindungi dan ditingkatkan untuk menjamin inteligibitas pembicaraan yang tertinggi dan kenikmatan musik yang terlengkap.

 Resonansi ruang

Suatu ruang tertutup dengan permukaan interior pemantul bunyi tanpa diinginkan menonjolkan frekuensi-frekuensi tertentu, yang disebut ragam getaran normal ruang tersebut.

a. Bahan dan Konstruksi Penyerap Bunyi Penyerap bunyi yang baik adalah pentransmisi bunyi yang efisien dan karena itu adalah insulator bunyi yang tidak baik. Sebaliknya dinding insulasi bunyi yang efektif akan menghalangi transmisi bunyi dari satu sisi ke sisi lain.

Gb. 19. (a) Penyerap bunyi yang baik, insulator bunyi yang buruk dan (b) Penyerap bunyi yang baik, insulator

bunyi yang efisien

Sumber : Akustik Lingkungan, Leslie L Doelle

Penyerap bunyi yang baik dilekatkan pada insulator bunyi yang buruk seperti plywood, tidak akan mencegah transmisi bunyi lewat dinding semacam itu. Sebagai ganti plywood, penghalang insulasi bunyi yang efektif, seperti bahan batu-batuan, harus digunakan untuk mengurangi transmisi bising lewat struktur itu.

Pada dasarnya semua bahan bangunan mempunyai kemampuan menyerap bunyi sampai pada batas tertentu, akan tetapi pengendalian akustik bangunan yang baik membutuhkan penggunaan bahan-bahan dengan tingkat penyerapan bunyi yang tinggi. Dalam akustik, unsur- unsur yang dapat menunjang penyerapan bunyi antara lain :

 Lapisan permukaan dinding, lantai, dan atap  Isi ruang seperti : penonton, bahan tirai, tempat duduk dengan lapisan lunak dan karpet  Udara di dalam ruang.

Bahan-bahan dan konstruksi penyerap bunyi yang digunakan dalam rancangan akustik suatu auditorium atau yang dipakai sebagai pengendali bunyi dalam ruang-ruang bising dapat diklasifikasikan menjadi :

1) Bahan berpori Semua bahan berpori seperti papan serat (fiber board), plesteran lembut (soft plasters), mineral wools, dan selimut isolasi adalah suatu jaringan seluler dengan pori-pori yang saling berhubungan. Bahan-bahan seluler dengan sel yang tertutup dan tidak saling berhubungan seperti dammar busa (foamed resins), karet seluler (celluler rubbes) dan gelas busa adalah penyerap bunyi yang buruk.

Karakteristik penyerap berpori sebagai berikut :

a) Penyerapan bunyinya lebih efisien pada frekuensi tinggi dibandingkan pada frekuensi rendah

b) Efisiensi akustiknya membaik pada jangkauan frekuensi tinggi dibandingkan pada frekuensi rendah dengan bertambahnya tebal lapisan penahan yang padat dan dengan bertambahnya jarak dari lapisan penahan ini.

Bahan berpori komersial dapat dibagi dalam tiga kategori ( Doelle,1972) :

a) unit akustik siap pakai bermacam-macam jenis ubin selulosa dan serat mineral yang berlubang maupun tidak berlubang, bercelah (fissured) atau bertekstur, panel penyisip, dan lembaran logam berlubang dengan bantalan penyerap merupakan unit yang khas dalam kelompok ini. Mereka dapat dipasang dengan berbagai cara sesuai dengan petunjuk pabrik, misalnya disemen pada sandaran atau penunjang padat dipaku atau dibor pada kerangka kayu atau dipasang pada sistem langit-langit gantung

b) plesteran akustik dan bahan yang disemprotkan lapisan akustik ini digunakan terutama untuk tujuan reduksi bising dan kadang-kadang digunakan dalam auditorium dimana usaha akustik lain tidak dapat dilakukan karena bentuk permukaan yang melengkung atau tidak teratur. Mereka dipakai dalam bentuk semiplastik dengan pistol penyemprot ata dengan melapisi menggunakan tangan atau diplester. (sprayed limpet asbestos, zonolite, vermicullite, sound shield, gletex, dekoosto,dll)

c) selimut (isolasi) akustik selimut akustik dibuat dari serat-serat karang (rock wool), serat-serat gelas, ( glass wool), serat-serat kayu, lakar (felt), rambut, dan sebagainya. Biasanya selimut ini dipasang pada sistem kerangka kayu atau logam dan digunakan untuk tujuan-tujuan akustik dengan ketebalan yang bervariasi antara 1 dan 5 inci (25 dan 125 mm). Penyerapan bertambah dengan bertambahnya ketebalan, terutama pada frekuensi-frekuensi rendah.

d) karpet dan kain selain peranan mereka yang biasa sebagai penutup lantai, kini karpet juga digunakan sebagai bahan akustik serbaguna karena mereka menyerap bunyi dan bising di udara (airfone) yang ada dalam ruang. Ereka mereduksi dan dalam beberapa kasus meniadakan sempurna bising benturan dari atas, dan mereka menghilangkan bising permukaan (seretan kaki, bunyi langkah kaki,perpindahan perabotan rumah).

2) Penyerap panel ( selaput ) Penyerap panel atau selaput yang tidak dilubangi mewakili kelompok bahan-bahan penyerap bunyi yang kedua. Tiap bahan kedap yang dipasang pada lapisan penunjang yang padat ( soliid backing ) tetapi terpisah oleh suatu ruang udara akan berfungsi sebagai penyerap 2) Penyerap panel ( selaput ) Penyerap panel atau selaput yang tidak dilubangi mewakili kelompok bahan-bahan penyerap bunyi yang kedua. Tiap bahan kedap yang dipasang pada lapisan penunjang yang padat ( soliid backing ) tetapi terpisah oleh suatu ruang udara akan berfungsi sebagai penyerap

a) Resonator rongga ( helm holtz ) Terdiri dari sejumlah udara tertutup yang dibatasi oleh dinding-dinding tegar dan dihubungkan oleh lubang/celah sempit yang disebut leher ke ruang sekitarnya, dimana gelombang bunyi merambat. Resonator rongga menyerap energi bunyi maksimum pada daerah pita frekwensi rendah. Resonator rongga dapat digunakan sebagai unit individual, sebagai resonator panel berlubang, dan sebagai resonator celah.

b) Resonator rongga individual Resonator rongga individual yang ada dahulu dibuat dari tanah liat kosong dengan ukuran- ukuran berbeda. Penyerapannya yang efektif tersebar antara 100 dan 400 Hz. Soundblox merupakan jenis resonator berongga jaman sekarang yang terbuat dari balok beton standar dengan rongga yang telah ditetapkan. Ini merupakan sarana pengendali dengung yang akonomis karena dapat meniadakan kebutuhan akan pemasangan lapisan permukaan penyerap bunyi tambahan. Keuntungan lain terletak pada daya tahannya yang tinggi.

c) Resonator panel berlubang Panel berlubang yang diberi jarak pisah terhadap lapisan penjunjung padat banyak digunakan dalam aplikasi prinsip resonator rongga. Mereka mempunyai jumlah leher banyak yang membentuk lubang-lubang panel jadi berfungsi sebagai deretan resonator rongga. Resonator panel berlubang tidak melakukan penyerapan selektif seperti pada resonator rongga tunggal, terutama bila selimut isolasi dipasang di rongga udara di belakang papan berlubang yang tampak.

Kurva penyerapan frekwensi resonator panel berlubang umumnya menunjukkan suatu nilai maksimum di daerah skala frekwensi tengah dengan penurunan yang jelas di atas 1000 Hz. Karena itu bila dipakai secara besar-besaran dalam auditorium, RT akan menjadi sangat kecil .

Gb. 20. Resonator panel berlubang yang banyak digunakan di berbagai auditorium

Sumber : Akustik Lingkungan, Leslie L Doelle

Gb. 21. Pemasangan resonator panel berlubang dan bungkus baja akustik merupakan resonator

rongga berlubang yang efisien.

Sumber : Akustik Lingkungan, Leslie L Doelle

d) Resonator celah Resonator celah banyak digunakan dalam pengendalian akustik suatu auditorium . Ia bekerja seperti resonator panel berlubang perbedaan terletak pada layar pelindung yang bisa dari kayu, logam, balok atau batu bata rongga dengan elemen-elemen berjarak pisah yang cukup dan selimut isolasi di belakangnya, membentuk penyerap resonator celah.

Gb. 22. Lapisan akustik irisan kayu yang digunakan sebagai penyerap resonator celah dalam ruang kuliah ,

universite laval, quebec. Sumber : Akustik Lingkungan, Leslie L Doelle

3) Penyerap ruang Bila dinding-dinding batas yang biasa dalam auditorium tidak menyediakan tempat yang cocok atau cukup untuk lapisan akustik konvensional, benda-benda penyerap bunyi, yang disebut penyerap ruang atau penyerap fungsional, dapat digantungkan pada langit-langit sebagai unit tersendiri. Penyerapan bunyi penyerap ruang dinyatakan sebagai jumlah sabin yang disediakan persatuan penyerap. Efisiensi akustiknya tergantung pada jarak antaranya.

4) Penyerap variabel Percobaan membuktikan bahwa lat-alat yang menghasilkan penyerapan yang berubah hanya praktis untuk ruang-ruang yang secara terus menerus dirawat dan diperbaiki oleh pegawai yang mampu atau yang ahli seperti halnya dalam studio radio dan studio rekaman. Namun nampaknya bahkan dalam studiopun pengendalian waktu dengung lewat penyerap variabel yang konvensional akan segera dianggap kuno sehubungan dengan pemakaian pengendalian dengung secara elektronik yang berkembang sangat luas.

5) Penyerapan oleh udara

6) Penyerapan bunyi oleh luban

b. Persyaratan ruang dalam bangunan pendidikan musik:

1) Ruang kelas dan ruang latihan o Luas lantai, tinggi ruang, bentuk ruang, dan volume yang harus sesuai disediakan untuk

memperoleh dengung, difusi, keseimbangan, dan keterpaduan yang tepat. o Jumlah bahan-bahan penyerap bunyi yang banyak harus digunakan untuk membuat ruang-

ruang ini cukup mati sehingga daya akustik yang berlebihan yang ditimbulkan masing- masing instrument dapat diredam.

o Transmisi bunyi yang tidak diinginkan antara ruang-ruang yang digunakan secara serentak harus direduksi sampai suatu minimum yang absolute.

Beberapa cara untuk memenuhi syarat-syarat akustik di atas: o Untuk meminimalkan bunyi pantul yang menggangu, material penyerap bunyi harus

diberikan pada 2 dinding yang bersebelahan atau 2 sudut dinding yang berhadapan.

Gb. 23. Pemberian material penyerap bunyi pada dinding

Sumber : Akustik Lingkungan, Leslie L Doelle Sumber : Akustik Lingkungan, Leslie L Doelle

seluruh permukaan langit-langit. o Permukaan dinding yang tidak teratur dalam ruang akan menyediakan difusi bunyi yang

sangat berguna.

Gb. 24. Permukaan dinding untuk difusi bunyi

Sumber : Akustik Lingkungan, Leslie L Doelle

2) Ruang Pertunjukkan/Ruang Auditorium Musik Ruang-ruang dalam auditorium musik dapat dibedakan menjadi : o Ruang-ruang utama, yang meliputi : ruang panggung dan ruang penonton o Ruang-ruang pendukung, yang meliputi : ruang persiapan pementasan, toilet, cafeteria, hall,

ruang tiket, dll. o Ruang-ruang servis, yang meliputi : ruang generator, ruang pengendali udara, gudang

peralatan, dan lain-lain Sangat disarankan agar ruang-ruang servis yang menghasilkan kebisingan tambahan

diletakkan terpisah atau cukup jauh dari ruang utama. Sedangkan untuk ruang pendukung, peletakannya secara umum selalu berdekatan dengan ruang auditorium. Kebisingan dari ruang-ruang pendukung masih berada pada taraf yang dapat dikontrol oleh pengelola auditorium, oleh karenanya, peletakan yang berdekatan dianggap tidak menimbulkan kebisingan yang berarti. Peletakan ini juga akan sangat memudahkan penyaji dan pengunjung ketika mereka membutuhkan ruang-ruang tersebut.

Untuk memenuhi syarat visual yang baik, hal yang perlu diperhatikan :

a) Keterbatasan jangkauan pandangan mata manusia.

b) Jarak pandang Faktor lain yang perlu diperhatikan adalah agar bunyi langsung yang berasal dari sumber bunyi (pemain) kepada penonton (penerima) harus dapat diproduksi sekeras mungkin. Ada beberapa cara untuk mendukung hal tersebut yaitu:  Bunyi bertambah lemah dengan bertambahnya jarak antara sumber dan penerima. Oleh

karena itu, jarak rata-rata antara sumber dan penonton harus dibuat sependek mungkin.

 Jalur bunyi langsung sebaiknya tidak terhalangi, berarti tidak terhalang oleh bagian dari struktur bangunan atau oleh penonton apabila melewati penonton. Oleh karena itu, tempat duduk penonton harus diatur sedemikian rupa sehingga sudut pandang atau kepala penonton tidak saling menghalangi dan mengganggu jalur bunyi ke arah penonton di deretan belakangnya. Sebaiknya dibuat jarak sedikitnya 10 cm antar sudut pandang. Apabila dibutuhkan lantai penonton yang datar, maka pemain sebaiknya ditempatkan di atas panggung yang cukup tinggi.

 Jarak pantulan bunyi sebaiknya tidak lebih dari 10 m terhadap jarak bunyi langsung dari sumber (pemain) ke lokasi penonton, karena pantulan ini berguna untuk menambah intensitas bunyi langsung.

 Volume ruang sebaiknya 2,8 m 2 per kursi untuk dapat menghasilkan intensitas bunyi optimal rata-rata yang dapat mencapai penonton. Bila volume ruang lebih besar dengan maksimum 4,2 m 2 per kursi untuk kapasitas penonton yang besar, maka harus ditambahkan absorben agar waktu dengung tetap mencukupi.

c) Persyaratan pandang mata pada sudut pandang mata diam, sudut datar penglihatan mata

(tanpa gerak) kurang lebih 40 0 .

Gb. 25. Menentukan lebar panggung dengan acuan penonton yang duduk di bagian tengah barisan belakang

Sumber : Akustik Bangunan, Christina E. Mediastika, Ph.D

d) Kemiringan area tempat duduk berpengaruh pada pandangan penonton terhadap penonton di depannya dan tinggi mata penonton terhadap panggung.

Gb. 26. Beberapa jenis penataan lantai penonton: (a) datar, (b) miring (sloped), dan (c) bertrap (inclined)

Sumber : Akustik Bangunan, Christina E. Mediastika, Ph.D

Selain itu untuk menciptakan kesan visual diperlukan sistem pencahayaan panggung yang baik. Fungsi pencahayaan panggung : o Agar bagian-bagian/adegan dalam pertunjukkan dapat terlihat dengan jelas dan teliti o Menimbulkan perasaan penonton terhadap pertunjukkan/ membentuk suasana ruang. o Membentuk komposisi panggung dan membentuk efek-efek pada panggung.

Jenis pencahayaan panggung ada tiga bagian penting, yaitu :

a) Lighting the actor Pencahayaan yang ditujukan untuk menerangi pemain/pementas.

b) Lighting the acting area Pencahayaan yang ditujukan untuk memberi efek pada area panggung.

c) Lighting the background and effect Pencahayaan untuk memberi efek pada latar belakang panggung.

Secara garis besar persyaratan kondisi mendengar yang baik dalam suatu auditorium musik:

b) Harus ada kekerasan (loudness) yang cukup dalam tiap bagian ruang pertunjukkan/auditorium terutama pada bagian tempat duduk penonton yang jauh dari panggung. Terdapat berbagai cara untuk mengurangi penyerapan bunyi dan meningkatkan kekerasan dalam sebuah auditorium, yaitu : (1) Auditorium

sedemikian rupa sehingga penonton sedekat mungkin dengan sumber bunyi, dengan demikian mengurangi jarak yang harus ditempuh bunyi. Hal ini dapat dilakukan dengan menambahkan balkon atau memanipulasi bentuk denah ruang.

Gb. 27. Melalui denah bentuk kipas dengan balkon, penonton dapat di dudukkan lebih dekat

ke sumber bunyi daripada dalam auditorium segi

empat tanpa balkon (meskipun kapasitas sama) Sumber : Akustik Lingkungan, Leslie L Doelle

(2) Sumber bunyi harus dinaikkan agar sedapat mungkin terlihat, sehingga menjamin aliran gelombang bunyi langsung bebas merambat dari sumber bunyi ke pendengar tanpa dihalang-halangi atau dipantulkan.

Gb. 28. Plafon panggung yang dibuat cukup tinggi dan membuka kea rah penonton

Sumber : Akustik Bangunan, Christina E. Mediastika, Ph.D

(3) Lantai tempat penonton duduk harus dibuat landai atau miring, karena bunyi akan lebih mudah diserap. Selain memperoleh penyerapan bunyi yang baik, dengan (3) Lantai tempat penonton duduk harus dibuat landai atau miring, karena bunyi akan lebih mudah diserap. Selain memperoleh penyerapan bunyi yang baik, dengan

(4) Sumber bunyi harus dikelilingi permukaan-permukaan pemantul bunyi yang memadahi agar memberikan energi bunyi pantul tambahan ke setiap daerah penonton, terutama pada tempat duduk yang jauh.

Gb. 29. Pemantulan suara oleh dinding dan langit-langit pemantul yang diletakan dengan tepat, secara efektif

menyumbang kekerasan yang cukup. Sumber : Architectural Acoustics, K. B. Ginn, M

(5) Luas lantai dan volume auditorium harus dijaga agar cukup kecil, sehingga jarak yang harus ditempuh bunyi langsung dan bunyi pantul lebih pendek. (6) Permukaan pemantul bunyi yang paralel (horizontal maupun vertikal), terutama yang dekat dengan sumber bunyi, harus dihindari untuk menghilangkan pemantulan kembali yang tidak diinginkan ke sumber bunyi.

(7) Penonton harus berada di daerah yang menguntungkan baik secara visual maupun akustik. Daerah tempat duduk yang sangat lebar harus dihindari. (8) Untuk sumber bunyi tambahan disamping sumber bunyi utama yang biasanya diletakkan pada sisi samping maupun belakang penonton harus diletakkan juga permukaan pemantul yang mengelilinginya, sehingga prinsip dasarnya adalah sebanyak mungkin energi bunyi harus dipancarkan dari semua posisi sumber bunyi ke seluruh daerah penerimaan (penonton).

Pemantul bunyi yang ditempatkan dengan benar selain menguatkan energi bunyi juga menciptakan suatu kondisi lingkungan yang dikenal dengan efek ruang (space efect), hal ini tercapai bila pendengar menerima bunyi dari berbagai arah, gejala ini sangat khas untuk ruang-ruang tertutup, tetapi hilang sama sekali pada ruang pertunjukkan terbuka.

c) Energi bunyi harus didistribusikan secara merata (terdifusi) dalam ruang. Kualitas akustik auditorium akan baik jika suara dapat terdifusi (disebarkan) secara merata ke seluruh ruangan. Untuk memperoleh penyebaran bunyi yang sempurna dalam sebuah ruang, dapat digunakan beberapa cara berikut ini : (1) Membuat permukaan ruang menjadi tidak teratur (bisa berupa dinding, langit-langit atau

dekorasi dalam ruang) .

(2) Untuk ruang dengan kapasitas kecil penggunaan permukaan yang tidak teratur kadang sulit diwujudkan, namun difusi bunyi dapat dicapai dengan penggunaan bahan-bahan penyerap bunyi yang acak, serta penggunaan bahan penyerap bunyi dan pemantul bunyi secara bergantian.

(3) Penggunaan acoustic difuser (penyebar akustik) dalam ruang yang relatif besar akan membantu menguatkan difusitas ruang tersebut.

d) Pengendalian dengung Dengung dalam sebuah ruang pagelaran disebabkan karena pemantulan berulang- ulang suatu sumber bunyi, karena cukup banyak sumber bunyi dalam sebuah pementasan maka meningkat pula faktor kemungkinan terjadinya dengung dalam ruang pagelaran tersebut. Karakteristik dengung optimum harus disediakan dalam auditorium untuk memungkinkan penerimaan yang baik oleh penonton dan penampilan acara yang paling efisien oleh pementas.

e) Ruang harus bebas dari cacat akustik seperti gema, pemantulan yang berkepanjangan (long delayed reflections), gaung, pemusatan bunyi, distorsi, bayangan bunyi, dan resonansi ruang. Beberapa cacat akustik ruang yang sering terjadi dalam sebuah ruang pertunjukkan adalah:

Cacat-Cacat Akustik Dalam Auditorium : (1) Gema,

(2) Pemantulan Berkepanjangan, (3) Bayang-Bayang Bunyi,

(4) Pemusatan Bunyi (Sumber : Akustik Lingkungan, Leslie L Doelle)

(1) Gema Gema merupakan cacat akustik yang paling berat. Gema yaitu pengulangan bunyi asli yang dapat terdengar dengan cukup jelas ke telinga pendengar. Gema terjadi jika selang minimum sebesar 1/25 –1/10 sekon terjadi antara bunyi pantul dengan bunyi langsung yang berasal dari bunyi yang sama. Salah satu penyebab potensial gema dalam sebuah ruang pertunjukkan adalah dinding belakang yang langsung berhadapan (1) Gema Gema merupakan cacat akustik yang paling berat. Gema yaitu pengulangan bunyi asli yang dapat terdengar dengan cukup jelas ke telinga pendengar. Gema terjadi jika selang minimum sebesar 1/25 –1/10 sekon terjadi antara bunyi pantul dengan bunyi langsung yang berasal dari bunyi yang sama. Salah satu penyebab potensial gema dalam sebuah ruang pertunjukkan adalah dinding belakang yang langsung berhadapan

(2) Gaung. Gaung terdiri dari gema-gema kecil yang berurutan dengan cepat dan dapat dicatat serta diamati dengan indera pendengar kita. Terjadi jika sumber bunyi diletakan di antara permukaan-permukaan pemantul bunyi yang tidak sejajar. Eleminasi permukaan- permukaan pemantul yang berhadapan dan saling sejajar adalah salah satu cara untuk menghindari gaung. Gaung dapat pula dicegah dengan memasang bahan penyerap bunyi pada permukaan pemantul yang menyebabkan cacat ini. Bila penggunaan lapisan akustik sepanjang daerah-daerah kritis ini tidak memungkinkan, maka permukaan itu harus dibuat difusif atau miring, agar menghasilkan pemantulan yang ditunda secara singkat dan menguntungkan.

(3) Pemusatan bunyi Pemusatan bunyi terjadi karena pemantulan bunyi dari permukaan cekung, sehingga mengakibatkan munculnya suatu lokasi khusus dalam daerah penonton yang disebut sebagai hot spot . Untuk menghindari terjadinya pemusatan bunyi dapat dilakukan dengan cara menghindari penggunaan dinding dengan jari-jari kelengkungan cukup besar serta menghindari penggunaan permukaan yang cukup luas dan melengkung serta tidak terpotong, karena pada sisi-sisi tersebut sangat potensial untuk memunculkan terjadinya pemusatan bunyi. Bila tidak dapat dihindari penggunaan ruang dengan permukaan cekung dan tidak terputus maka pemusatan bunyi dapat diatasi dengan mengarahkan titik hot spot ke atas penonton atau menggunakan lapisan penyerap bunyi di sepanjang permukaan lengkung tersebut serta penggunaan sistem penguat suara yang tepat sehingga dapat mengeleminasi gejala cacat yang terjadi.

(4) Ruang gandeng (Couple Space) Ruang gandeng biasanya terjadi pada gedung dengan penataan ruang yang mengakibatkan beberapa ruang dapat terhubung langsung dengan ruang pertunjukkan, misal ada sebuah ruang lobby dan ruang pertunjukkan, di atara kedua ruang tersebut dihubungkan dengan sebuah pintu dimana penonton dapat duduk dekat dengan pintu yang menghubungkan ke lobby tersebut, hal ini mengakibatkan kondisi akustik ruang pertunjukkan menjadi terganggu karena bising/suara dari ruang lobby tadi, apalagi bila pintu ruang tersebut dibiarkan terbuka. Efek yang terjadi dari ruang gandeng tersebut dapat diatasi dengan menyamakan nilai RT kedua ruang tersebut atau mengurangi nilai RT kedua ruang tersebut.

(5) Bayangan bunyi Bayangan bunyi terjadi pada ruang pendengaran yang terletak di bawah balkon, jika ruangan di bawah balkon lebih panjang dari dua kali tinggi balkon tersebut. Kondisi

pendengaran di bawah balkon menjadi terhalang untuk menerima bunyi secara langsung maupun menerima bunyi pantul, hal ini tentu saja menimbulkan kondisi

Gb.30. Persyaratan balkon untuk ruang musik.

mendengar yang buruk pada daerah untuk memperoleh kualitas bunyi yang merata

pada seluruh daerah penonton balkon tidak boleh

tersebut.

menonjol terlalu dalam ke rongga udara (Sumber : Akustik Lingkungan, Leslie L Doelle)

f) Bising dan getaran yang akan mengganggu

pendengaran atau pementasan harus dihindari atau dikurangi dengan cukup banyak dalam tiap bagian ruang. Kesalahan yang biasa terjadi pada ruang auditorium dengan rancangan akustik buruk, antara lain :  ketinggian ruang yang berlebihan dibandingkan dengan panjangnya  kurangnya lapisan akustik sepanjang dinding yang berhadapan dengan sumber bunyi  kurangnya pemantul bunyi di sumber bunyi  kesejajaran antara permukaan-permukaan yang berhadapan dengan sumber bunyi  lantai penonton yang datar  dinding bagian belakang yang melengkung  lorong sepanjang sumbu longitudinal pada daerah penonton  kedalaman balkon yang berlebihan  akustik pada ruang konser

Gb. 31. Sistem akustik pada auditorium Sumber : Akustik Lingkungan, Leslie L Doelle

Beberapa pemasangan sistem akustik ruang yang digunakan untuk tujuan-tujuan tertentu:

Gb. 32. Pemasangan Sistem Akustik 01

Sumber: Akustik Lingkungan, Leslie L Doelle

Di belakang pelat-pelat akustik berlobang, dibuat rongga antara pelat dan dinding dengan selaput penyerap yang baik, maka bunyi akan diserap penuh.

Gb. 33. Pemasangan Sistem Akustik 02 Sumber: Akustik Lingkungan, Leslie L Doelle

Pelat-pelat akustik langsung pada dinding sehingga getaran dan bunyi banyak diperlunak

Gb. 34. Pemasangan Sistem Akustik 03 Sumber: Akustik Lingkungan, Leslie L Doelle

Pelat-pelat dipasang dengan jarak tertentu dari dinding agar bunyi dapat diperlunak dan sebagian lagi diserap. Untuk mendapatkan pemantulan suara atau cahaya dapat dilakukan dengan cara menggunakan penutup dinding yang licin. Misalnya : marmer dan kaca. Sedangkan untuk penyerapan digunakan bahan yang berserabut dan berpori besar, selain itu juga untuk fleksibilitas dinding.

Tabel .2. Sifat-sifat pemantulan dan penyerapan dari bahan-bahan yang mempunyai pengaruh terhadap suara

Penyerapan Batu

Kurang baik

Fiberglas

Baik

Kurang baik

Gelas

Baik

Kurang baik

Kain

Kurang baik

Baik

Kayu

Kurang baik

Kurang baik

Metal

Baik

Kurang baik

Vinyl

Kuarng baik

Baik

a) Penguatan bunyi pada ruang auditorium Penguatan bunyi dalam sebuah ruang pertunjukkan biasanya digunakan untuk mengadakan tingkat kekerasan yang optimal serta memastikan terjadinya difusi suara yang cukup merata di dalam ruangan. Hal ini diperlukan bila sebuah ruang pertunjukkan dengan kapasitas yang cukup besar sedangkan sumber suara yang ada tidaklah memungkinkan a) Penguatan bunyi pada ruang auditorium Penguatan bunyi dalam sebuah ruang pertunjukkan biasanya digunakan untuk mengadakan tingkat kekerasan yang optimal serta memastikan terjadinya difusi suara yang cukup merata di dalam ruangan. Hal ini diperlukan bila sebuah ruang pertunjukkan dengan kapasitas yang cukup besar sedangkan sumber suara yang ada tidaklah memungkinkan

Sebenarnya terdapat cukup banyak komponen sistem penguat suara yang dapat digunakan, semua itu tergantung dari kebutuhan desain pada setiap bangunan, komponen pokok sistem penguat suara terdiri dari 3, yaitu :  Mikropon  Penguat dan kontrol/amplifier  Pengeras suara / loudspeaker Dengan penggunan komponen penguat suara kualitas tinggi dan sesuai dengan karaktristik ruangan akan menghasilkan kualitas bunyi natural yang baik. Penundaan waktu antara datangnya bunyi dengung dan bunyi yang diperkuat tidak boleh melebihi 1/50 sekon, ini berarti suatu pemisahan maksimum sebesar 23 sampai 25 ft (7 sampai 8 meter) antara pembicara dan pengeras suara.

(2) Sistem pengeras suara Pada umumnya terdapat bebarapa jenis sistem pengeras suara, namun tidak semua sistem tersebut dapat sesuai di setiap gedung, untuk gedung pagelaran umumnya digunakan sistem penguat suara gabungan dari beberapa sistem tersebut, yaitu :

 Menggunakan sistem sentral dimana semua bunyi berasal dari depan, hal ini lebih menguntungkan karena sumber suara yang asli datang dari arah yang sama.

Gb. 35. Sistem penguat suara sentral atau di depan ruang

Sumber : Akustik Lingkungan, Leslie L Doelle

 Sistem steriofonik (terdifusi), dimana sistem ini menggunakan sekelompok pengeras suara yang diletakan di bagian samping atau diatas gedung pagelaran sehingga

akan memberikan efek yang dinamis terutama untuk efek stereo dari pementas. Pengeras suara sistem yang didistribusikan harus sekitar 20 sampai 45 ft (6 sampai 13,5 meter) di atas ketinggian lantai.

Gb. 36. Sistem penguat suara terdistribusi Sumber : Akustik Lingkungan, Leslie L Doelle

II-38

Gabungan dari sistem di atas menghasilkan sebuah sistem pengeras suara yang lazim disebut sebagai surround sound dimana bunyi seolah-olah datang dari semua arah pendengar. Sistem ini mampu menghadirkan sebuah efek dimana pendengar seolah- olah berada tepat di tengah-tengah sumber bunyi sehingga efek musik dan kenikmatan memahami musik akan lebih terasa.

b) Bentuk ruang/massa ruang pertunjukkan (1) Bentuk dasar ruang Terdapat berbagai macam bentuk ruang pagelaran yang pernah dibangun di seluruh dunia. Dari bermacam-macam bentuk dapat dikelompokan menjadi beberapa jenis, yaitu: (a) Bentuk segi empat

Bentuk ini banyak dipakai pada ruang pertunjukkan musik abad sembilan belas. Auditorium berbentuk persegi panjang mempunyai kelebihan dalam menghasilkan pantulan silang yang berguna untuk fullnes dan envelopment yang diperlukan oleh musik. Kerugiannya, dinding sejajar dapat menimbulkan resiko resonansi dan flutter echo sehingga harus dibuat tidak sejajar, selain itu jarak antara penonton dan pemain lebih jauh.

Gb. 37. Lantai segi empat pada Gedung Symphony Hall J. F. Kennedy Center Washington (1970)

Sumber : Akustik Lingkungan, Leslie L Doelle

(b) Bentuk kipas Bentuk kipas dipakai untuk pertunjukan teater atau drama. Bentuk kipas memperpendek jarak antara penonton dan pemain, namun sebaiknya dinding belakang tidak berbentuk melengkung karena dapat menimbulkan echo, oleh karena itu harus dimodifikasi dengan bentuk-bentuk geometris sehingga tidak terjadi pemusatan bunyi. Bentuk kipas merupakan bentuk yang juga mempunyai banyak kelebihan untuk ruang pertunjukkan musik. Ditinjau dari kemudahan penataan tempat duduk, lebih banyak tempat duduk dekat ke panggung dan kemudahan

penanganan akustik.

Gb. 38. Konserthus, gothenburg, sweden (1935) dengan denah bentuk kipas

(Sumber : Akustik Lingkungan, Leslie L Doelle)

(c) Bentuk tapal kuda Auditorium berbentuk tapal kuda merupakan bentuk tradisi gedung opera yang merupakan kompromi antara teater dan musik. Bentuk ini membutuhkan waktu dengung (reverberation time) lebih pendek bila dibandingkan dengan musik (Doelle, 1972).

Gb. 39. Bentuk denah lantai Tapal Kuda Pada Teatro Alla Scala, Milan (1778) Sumber : Akustik Lingkungan, Leslie L Doelle

(d) Bentuk melengkung

Bentuk ruang pertunjukkan yang melengkung biasanya dihubungkan dengan bentuk kubah yang sangat tinggi. Dinding-dinding yang melengkung berpotensi menghasilkan gema, pemantulan bunyi dengan waktu yang panjang dan pemusatan bunyi.

Gb. 40. Denah lantai melengkung pada Opera House, Sydney (1971)

(Sumber : Akustik Lingkungan, Leslie L Doelle)

(e) Bentuk tak teratur Bentuk ini mampu membawa penonton dekat ke sumber bunyi. Denah yang tidak teratur mampu memberikan banyak keuntungan akustik antara lain bunyi yang difus dalam seluruh ruang. Bentuk ini dianggap paling menguntungkan secara akustik.

Gb. 41. Philharmonie, Berlin (1963)

Sumber : Akustik Lingkungan, Leslie L Doelle (2)

Bentuk panggung Bentuk panggung juga mempunyai pengaruh terhadap faktor kenyamanan menonton

dan mendengar. Bentuk panggung yang ada sekarang pada dasarnya merupakan bentuk dasar yang telah dikembangkan namun masih memenuhi persyaratan- persyaratan. Terdapat empat bentuk dasar panggung, yaitu :

a) Proscenium

Panggung yang daerah pentasnya berada di salah satu ujung auditorium dimana penonton hanya dapat melihat satu sisi panggung (satu arah orientasi). Komunikasi antara penyaji dan penonton pada panggung semacam ini sangat minim. Komunikasi yang dimaksud adalah tatapan mata, perasaan kedekatan antara penyaji dengan penonton, dan keinginan penonton untuk secara fisik terlibat dengan materi yang disajikan, misalnya ikut bergoyang dll.

Panggung Proscenium

Panggung Proscenium

Sumber: Analisa Pribadi

www.hatarbut.co.il / English/Stage 1.htm

Gb. 42. Panggung Proscenium

Panggung semacam ini lebih cocok dipergunakan untuk model sajian yang tidak membutuhkan tingkat komunikasi yang tinggi, seperti misalnya pertunjukan seni tari klasik atau seni musik klasik.

b) Arena yang secara umum dinamakan theater in the round atau circle theater, yaitu panggung dengan penataan dimana area akting/ penempatan stage berada di tengah dan dikelilingi audience. Bentuk panggung ini seolah-olah menghilangkan pemisahan antara pemain dan penonton. Panggung semacam ini biasanya dibuat semipermanen dalam sebuah auditorium multifungsi. Pada panggung semacam ini, komunikasi antara penyaji dan penonton dapat berlangsung dengan amat baik.

Panggung Arena

Panggung Arena

Sumber: Analisa Pribadi

www.snapshotsfoundation.com /locations.htm Gb. 43. Panggung Arena

Panggung arena sangat cocok untuk penampilan kelompok musik (group band) beraliran remaja, yang mungkin menyajikan seni musik sekaligus atraksi panggung yang aktif atau lincah. Panggung arena seringkali dibuat dapat berputar, sehingga semua penonton pada sisi yang berbeda dapat melihat penyaji dari semua sudut. Bila panggungnya tidak berputar, penyaji harus berimprovisasi agar ia secara aktif bergerak dan menghadap ke segala arah sehingga semua penonton mendapat kesempatan melihat dari sudut pandang yang baik.

c) Open Thrust atau biasa disubut dengan panggung terbuka, daerah pentas utama menghadap penonton dan dikelilingi penonton pada beberapa sisi. Panggung terbuka adalah istilah yang digunakan untuk merujuk pengembangan dari panggung proscenium yang memiiki sebagian area panggung menjorok ke arah penonton, sehingga memungkinkan penonton bagian depan untuk menyaksikan penyaji dari arah samping contohnya catwalk tempat peragaan busana. Komunikasi antara penyaji dan penonton pada panggung semacam ini lebih baik dan lebih terbangun.

Panggung Open Thrust

Panggung Open Thrust

Sumber: Analisa Pribadi

www.emuldown.com

Gb. 44. Panggung Open Thrust

d) Ekstended, bentuk panggung ini adalah pengembangan dari bentuk proscenium yang melebar ke arah samping kiri dan kanan. Bagian pelebaran atau perluasan ini tidak dibatasi dengan dinding samping, sehingga penonton dapat menyaksikan penyaji dari arah samping. Bentuk panggung semacam ini sangat cocok digunakan untuk sajian acara yang terdiri dari beberapa bagian pertunjukan, seperti misalnya penganugerahan penghargaan, yang terdiri dari acara penganugerahannya sendiri, sajian musik, dan mungkin pula dilengkapi dengan sajian lawak/ komedi. Masing-masing bagian sajian tersebut dapat menempati sisi panggung yang berbeda, sehingga persiapan set (dekorasi) masing-masing panggung tidak saling mengganggu.

Panggung Ekstended

Panggung Ekstended

Sumber: Analisa Pribadi

www.google.com

Gb. 45. Panggung Ekstended

Agar semua penonton dapat menyaksikan penyaji dengan baik, lantai panggung biasanya dibuat lebih tinggi dari lantai penonton yang paling bawah. Perbedaan ketinggian ini sebaiknya hanya berkisar setengah ketinggian badan manusia pada umumnya, yaitu sekitar 80-90 cm. Perbedaan ketinggian yang lebih dari ini akan menimbulkan ketidaknyamanan visual bagi penonton yang duduk paling depan atau yang berada pada jarak yang cukup dekat. Seringkali baris terdepan penonton diperuntukkan bagi penonton berdiri (kelas festival), sehingga ketinggian yang lebih dari 90 cm juga tidak nyaman bagi penonton yang berdiri.

(3) Plafon Bentuk dan pola plafon menurut Bradley (1989) sangat mempengaruhi tingkat kekerasan bunyi (loudness) pada auditorium, karena memperkaya pantulan awal yang berguna. Hal ini disebabkan karena plafon merupakan permukaan reflektor yang paling luas bidang cakupannya bila dibandingkan dengan pantulan yang berasal dari dinding samping yang melingkupi area terbatas di sekitarnya. Oleh karena itu, pola plafon perlu didesain untuk mengarahkan pantulan-pantulan bunyi dengan tepat. Fitting dari sistem pencahayaan dan fasilitas ventilasi yang dipasang di dalam panel plafon tersebut dapat berpindah bersamaan dengan setting panelnya pada pengaturan volume kecil atau besar. Untuk pertunjukkan konser biasanya plafon diatur pada posisi atas. Selain itu, waktu dengung juga dapat diperpanjang secara elektro akustik dengan memakai assisted resonance system pada semua frekuensi sehingga dapat meningkatkan waktu dengung sampai dengan 80% pada frekuensi rendah dan 25 % pada frekuensi tinggi (Talaske & Boner, 1986).

(4) Bentuk penataan (lay out) tempat duduk Bentuk tempat duduk disesuaikan dengan kenikmatan melihat penonton ke arah panggung. Secara garis besar bentuk penataan tempat duduk dikelompokkan menjadi : (a) Sistem Continental

Yaitu penataan tempat duduk tanpa lorong di tengah antar tempat duduk dan memenuhi seluruh ruang, sirkulasi hanya pada sekeliling. Kelebihan :

 Ekonomis dalam penggunaan ruang. Daerah yang menguntungkan untuk melihat dan mendengar, semua digunakan untuk daerah tempat duduk.  Ruang untuk kaki lebih lega, karena standart jarak antar baris tempat duduk lebih

lebar daripada standar jarak untuk type lain.  Untuk luas yang sama, lebih banyak tempat duduk di tengah (dibandingkan

dengan type conventional) Kekurangan :  Sirkulasi ke tempat duduk di tengah kurang nyaman, karena harus melewati

banyak tempat duduk.  Standar pintu ke luar lebih banyak dibandingkan dengan type penataan tempat

duduk lain (b) Sistem Conventional Yaitu sistem penataan tempat duduk dalam ruang auditorium dimana antar tempat duduk terdapat lorong untuk sirkulasi.

Kelebihan :  Sirkulasi menuju tiap tempat duduk dan sirkulasi keluar relatif nyaman, karena

terdapat lorong-lorong sirkulasi  Standar jumlah pintu keluar lebih sedikit dibandingkan dengan type continental  Untuk luas yang sama lebih banyak tempat duduk dekat ke panggung

(dibandingkan dengan type continental) Kekurangan :

 Ruang untuk kaki lebih sempit karena standar jarak antar baris tempat duduk

lebih sempit  Lorong untuk sirkulasi memakan tempat yang menguntungkan untuk mendengar

dan melihat.

Gb. 46. Perbandingan bentuk penataan tempat duduk penonton antara tipe continental dengan

conventional

Sumber : Akustik Lingkungan, Leslie L Doelle

Bentuk penataan tempat duduk berdasar type baris tempat duduk dapat dibedakan menjadi : (a) Baris lurus (a)

Bentuk baris tempat duduk adalah lurus, dengan arah pandangan tegak lurus dengan panggung. Baris yang lurus sejajar dari paling depan sampai dengan paling belakang. Bentuk ini mempunyai kekurangan yaitu penonton yang duduk paling tepi kurang nyaman posisi duduknya jika melihat pada tengah panggung.

Gb. 47. Perbandingan bentuk /type baris pada penataan tempat duduk Sumber : Time Saver Standards for Building Types, De Chiara, Joseph, John Hancock

(b) Baris lurus dan dimiringkan pada tepi (b) Bentuk ini memberikan kenyamanan posisi memandang pusat panggung yang lebih baik. Namun jika pada lorong bertrap, kurang aman untuk sirkulasi.

(c) Baris melengkung (c) Yaitu bentuk baris tempat duduk yang dibentuk melengkung. Bentuk ini merupakan bentuk yang paling dapat memberikan kenyamanan melihat pusat panggung dan aman.

Berdasar perletakan gang/lorong sirkulasi dan view, bentuk penataan tempat duduk adalah sebagai berikut:

Gb. 48. Perbandingan Bentuk Penataan Tempat Duduk Berdasarkan Bentuk Lorong / Gang Dan View Sumber : Time Saver Standards for Building Types, De Chiara, Joseph, John Hancock

Dari gambar diatas dapat dilihat bagaimana penempatan tempat duduk dengan type continental merupakan penempatan yang paling ideal karena pandangan penonton tidak terhalang oleh sirkulasi di sekitarnya.

3) Kantor Pengelola dan Perpustakaan Kantor pengelola untuk ruang pengelola, ruang rapat, persiapan mengajar, dan lain-lain, seangkan perpustakaan digunkan untuk membaca, belajar, penelitian, dan menyimpan koleksi rekaman musik dapat diakses oleh siswa maupun oleh pengunjung.

Kedua fungsi tersebut memiliki persyaratan (Chiarra dan Callendar, 1973): o Memiliki kemudahan akses dengan ruang belajar mengajar

o Terletak dengan ruang instrumental dan ruang vokal o Dilengkapi dengan ruang penyimpanan buku, partitur musik, rekaman musik, serta ruang

audio, dan ruang kerja. Pada perpustakaan yang harus dilakukan untuk mengadakan lingkungan yang tenang

penting untuk belajar membaca atau merenungkan pekerjaan seni. Ini menghendaki jumlah penggunaan bahan penyerap bunyi dalam jumlah yang cukup sepanjang permukaan bata penting untuk belajar membaca atau merenungkan pekerjaan seni. Ini menghendaki jumlah penggunaan bahan penyerap bunyi dalam jumlah yang cukup sepanjang permukaan bata

4) Ruang Penyimpanan Instrumen Yaitu ruang untuk menyimpan instrumen selama tidak digunakan untuk latihan atau pertunjukkan agar terlindung dari kerusakan. Persyaratan (Chiara dan Calendar, 1973): o Harus terlindung dari rayap dan kelembapan o Dilengkapi dengan rak-rak dan loker-loker untuk menyimpan instrument.

5) Studio Musik Karena studio musik membentuk mata rantai akustik yang penting antara sumber bunyi dengan mikrofon, perhatian khusus harus diberikan pada persyaratan-persyaratan berikut dengan rancangannya: o Ukuran dan bentuk studio yang maksimum harus diadakan o Derajat difusi yang tinggi harus dijamin o Karakteristik dengung ideal harus diadakan o Cacat akustk harus dicegah sama sekali o Bising dan getaran harus dihilangkan sama sekali

2. Akustika Luar Ruangan

Rancangan akustik gedung juga mempertimbangkan faktor suara yang berasal dari luar Bagnunan. Getaran suara dari luar bangunan berpotensi masuk melalui atap, dinding, atau ventilasi yang disebut sebagai airborne sound atau suara yang merembet melalui udara.

Penyelesaian desain akustik luar ruangan diperlukan agar pada akhirnya mendapatkan kualitas akustik dalam ruangan yang maksimal. Perancangan secara eksterior meliputi pengendalian kebisingan di sekitar bangunan, agar kebisingan tersebut tidak masuk atau mengganggu aktivitas di dalam gedung. Prinsip perancangan akustik secara eksterior meliputi:

1) Usaha-usaha untuk menjauhkan bangunan dari sumber kebisingan. Hal ini dapat diterapkan dengan meletakkan bangunan pada bagian belakang lahan. Sisa lahan di bagian depan dapat dengan sengaja dimanfaaatkan untuk area parkir.

2) Bila kebisingan dari jalan di depan lahan telah sedemikian tinggi, maka seyogyanya dibangun penghalang atau barier dalam wujud yang tidak mengganggu fasad bangunan secara keseluruhan. Agar penghalang yang dibangun tidak terlampau tinggi, dapat disiasati dengan menempatkan ruangan pada ketinggian yang lebih rendah dari permukaan jalan.

3) Selanjutnya untuk ruang auditorium memilih konstruksi bangunan dari bahan yang memiliki tingkat insulasi tinggi, sekaligus menempatkan model lubang ventilasi yang mampu mengurangi kemungkinan masuknya kebisingan ke dalam bangunan. Lubang ventilasi dapat diletakkan pada 3) Selanjutnya untuk ruang auditorium memilih konstruksi bangunan dari bahan yang memiliki tingkat insulasi tinggi, sekaligus menempatkan model lubang ventilasi yang mampu mengurangi kemungkinan masuknya kebisingan ke dalam bangunan. Lubang ventilasi dapat diletakkan pada