Jenis-Jenis Tanah

3. Jenis-Jenis Tanah

Interaksi antara faktor-faktor pembentuk tanah akan menghasilkan tanah dengan sifat-sifat yang berbeda. Berdasarkan pada faktor pembentuk dan sifat tanah inilah, beberapa ahli mengklasifikasikan tanah dengan klasifikasi yang berbeda.

Sumber: Bumi, halaman 52 Gambar 6.84 Profil tanah

Ada banyak sistem klasifikasi di dunia, tetapi ada dua sistem yang terkenal, yaitu sistem klasifikasi tanah USDA Soil Taxonomy (1975) dan sistem klasifikasi tanah FAO/UNESCO (1970). Sistem klasifikasi tanah nasional yang dikembangkan di Indonesia semula dikembangkan oleh R. Dudal dan M. Soepraptohardjo (1957) yang secara resmi dikeluarkan oleh lembaga penelitian tanah (LPT-Puspetan). Dalam perkembangannya mengalami beberapa kali modifikasi (penyempurnaan sampai yang terakhir yaitu dengan diterbitkannya Terms of Reference Tipe, Pemetaan Tanah 1980). Kategori yang digunakan ada enam, berturut-turut dari kategori tertinggi hingga terendah, yaitu: (1) golongan, (2) kumpulan, (3) jenis, (4) macam, (5) rupa, dan (6) seri.

Tingkat kategori yang sudah banyak dikembangkan dalam survei dan pemetaan tanah di Indonesia, yaitu tingkat kategori jenis (great soil group). Klasifikasi jenis-jenis tanah pada tingkat tersebut sering digunakan untuk mengelompokkan tanah di Indonesia.

a. Tanah Organosol atau Tanah Gambut

Tanah jenis ini berasal dari bahan induk organik dari hutan rawa, mempunyai ciri warna cokelat hingga kehitaman, tekstur debu- lempung, tidak berstruktur, konsistensi tidak lekat sampai dengan

126 GEOGRAFI Kelas X 126 GEOGRAFI Kelas X

b. Tanah Aluvial

Jenis tanah ini masih muda, belum mengalami perkembangan. Bahannya berasal dari material halus yang diendapkan oleh aliran sungai. Oleh karena itu, tanah jenis ini banyak terdapat di daerah datar sepanjang aliran sungai.

c. Tanah Regosol

Tanah ini merupakan endapan abu vulkanik baru yang memiliki butir kasar. Penyebaran terutama pada daerah lereng gunung api. Tanah ini banyak terdapat di daerah Sumatra bagian timur dan barat, Jawa, Bali, dan Nusa Tenggara.

d. Tanah Litosol

Tanah litosol merupakan jenis tanah berbatu-batu dengan lapisan tanah yang tidak begitu tebal. Bahannya berasal dari jenis batuan beku yang belum mengalami proses pelapukan secara sempurna. Jenis tanah ini banyak ditemukan di lereng gunung dan pegunungan di seluruh Indonesia.

e. Tanah Latosol

Latosol tersebar di daerah beriklim basah, curah hujan lebih dari 300 mm/tahun, dan ketinggian tempat berkisar 300–1.000 meter. Tanah ini terbentuk dari batuan gunung api kemudian mengalami proses pelapukan lanjut.

f. Tanah Grumusol

Jenis ini berasal dari batu kapur, batuan lempung, tersebar di daerah iklim subhumid atau subarid, dan curah hujan kurang dari 2.500 mm/tahun.

g. Tanah Podsolik

Tanah ini berasal dari batuan pasir kuarsa, tersebar di daerah beriklim basah tanpa bulan kering, curah hujan lebih 2.500 mm/ tahun. Tekstur lempung hingga berpasir, kesuburan rendah hingga sedang, warna merah, dan kering.

h. Tanah Podsol

Jenis tanah ini berasal dari batuan induk pasir. Penyebaran di daerah beriklim basah, topografi pegunungan, misalnya di daerah Kalimantan Tengah, Sumatra Utara, dan Papua Barat. Kesuburan tanah rendah.

i. Tanah Andosol

Tanah jenis ini berasal dari bahan induk abu vulkan. Penyebaran di daerah beriklim sedang dengan curah hujan di atas 2.500 mm/ tahun tanpa bulan kering. Umumnya dijumpai di daerah lereng atas kerucut vulkan pada ketinggian di atas 800 meter. Warna tanah jenis ini umumnya cokelat, abu-abu hingga hitam.

Litosfer dan Pedosfer

Tanah jenis ini berasal dari batuan kapur keras (limestone). Penyebaran di daerah beriklim subhumid, topografi karst dan lereng vulkan dengan ketinggian di bawah 400 m. Warna tanah cokelat hingga merah. Khusus tanah mediteran merah kuning di daerah topografi karst disebut ”Terra Rossa”.

k. Hidromorf Kelabu

Jenis tanah ini perkembangannya lebih dipengaruhi oleh faktor lokal yaitu topografi yang berupa dataran rendah atau cekungan, hampir selalu tergenang air, dan warna kelabu hingga kekuningan.

Sekarang kamu telah mengetahui faktor pembentukan tanah dan sifat-sifat tanah. Untuk mengetahui kondisi pada kenyataannya, lakukanlah observasi (pengamatan) di lapangan dengan langkah-langkah seperti di bawah ini.

a. Tujuan: Mengenali kondisi tanah di lingkungan sekitar. b. Alat dan Bahan:

1) Peta tanah. 2) Alat tulis. 3) Lingkungan sekitar.

c. Langkah Kerja: 1) Bentuklah kelompok yang terdiri atas teman-teman sekelasmu.

Kelompok terdiri atas 4–5 orang. 2) Gunakan peta tanah daerahmu (peta tersebut dapat kamu lihat di

Departemen Pertanian atau Badan Pertanahan Nasional). 3) Catatlah jenis tanah di daerahmu dari peta tersebut, kemudian

lakukan pengamatan di lapangan. 4) Catatlah kondisi tanah tersebut di lapangan. Deskripsikan mengenai

ciri-ciri yang ada (dikaitkan dengan sifat-sifat tanah dan faktor pembentuk tanah). Gunakan tabel seperti di bawah ini.

No. Nama Daerah Jenis Tanah Deskripsi di Lapangan 1. X Tanah mediteran merah kuning. • Warna tanah merah kecokelatan.

• Terdapat pada topografi. • Tekstur lempung dan seterusnya.

d. Kesimpulan: Buatlah kesimpulan mengenai ciri-ciri tanah tersebut, jangan lupa untuk mendiskusikannya terlebih dahulu, dapat juga dengan bantuan buku- buku mengenai tanah.