Industri Pertambangan di Kalimantan Selatan

2.7 Industri Pertambangan di Kalimantan Selatan

Menurut Greenpeace Indonesia (2014), dalam artikel “Bagaimana pertambangan batubara melukai perekonomian Indonesia” diuraikan Menurut Greenpeace Indonesia (2014), dalam artikel “Bagaimana pertambangan batubara melukai perekonomian Indonesia” diuraikan

Eksplotasi batubara yang masif ini harus dibayar dengan biaya besar terhadap ekonomi nasional, sektor-sektor ekonomi lainnya serta mata pencaharian penduduk Indonesia di daerah-daerah terkena dampak. Industri ekstraktif seperti pertambangan batubara mengguncang perekonomian Indonesia, menyebabkan fluktuasi besar dalam neraca pembayaran dan nilai tukar. Dampak dari fluktuasi ini juga menghambat pembangunan jangka panjang dari industri dengan nilai tambah yang lebih tinggi karena mengalihkan dan menghalau investasi modal awal. Saat ini, Indonesia menderita karena pasar batubara internasional lemah (Greenpeace Indonesia, 2014).

Meskipun pertumbuhan dramatis selama dekade terakhir, ekspor batubara hanya merupakan 3% dari perekonomian nasional dan penggunaan batu bara dalam negeri hanya 1%, seperti yang diperkirakan pada Tabel 2 di bawah ini. Kontribusi pertambangan terhadap PDB lebih kecil dari semua jasa (35%), manufaktur (27%) dan pertanian (16%). Industri batubara juga sangat sedikit mempekerjakan orang. Sebuah studi besar di Kalimantan Selatan – salah satu pusat pertambangan batubara utama di Indonesia – menunjukkan bahwa keseluruhan sektor pertambangan mempekerjakan hanya dua persen dari angkatan kerja di wilayah tersebut. Studi ini juga menemukan bahwa keuntungan ekonomi dari pertambangan batubara menggelontor terutama untuk rumah tangga berpendapatan tinggi daripada rumah tangga berpendapatan rendah (Greenpeace Indonesia, 2014).

Kalimantan Selatan merupakan salah satu wilayah yang kaya akan lahan tambang, salah satunya batubara. Kawasan ini di kenal memiliki Kalimantan Selatan merupakan salah satu wilayah yang kaya akan lahan tambang, salah satunya batubara. Kawasan ini di kenal memiliki

2.6.1 Pengertian Pertambangan Batubara Pertambangan merupakan suatu bidang usaha yang karena sifat kegiatannya pada dasarnya selalu menimbulkan perubahan pada alam lingkungannya. Batubara merupakan salah satu bahan galian strategis yang sekaligus menjadi sumber daya energy yang sangat besar. Indonesia pada tahun 2006 mampu memproduksi batu bara sebesar 162 juta ton dan 120 juta ton diantaranya diekspor. Sementara itu sekitar 29 juta ton diekspor ke Jepang. indonesia memiliki cadangan batubara yang tersebar di Pulau Kalimantan dan Pulau Sumatera, sedangkan dalam jumlah kecil, batu bara berada di Jawa Barat, Jawa Tengah, Papua dan Sulawesi (BPLHD Jabar, 2005).

2.6.2 Jenis Batubara Jenis dan kualitas batubara tergantung pada tekanan, panas dan waktu terbentuknya batubara. Berdasarkan hal tersebut, maka batubara dapat dikelompokkan menjadi 5 jenis batubara, diantaranya adalah

antrasit, bituminus, sub bituminus, lignit dan gambut (Anonim 1 ,2013) :

1. Antrasit merupakan jenis batubara dengan kualitas terbaik, batubara jenis ini mempunyai ciri-ciri warna hitam metalik, mengandung unsur karbon antara 86%-98% dan mempunyai kandungan air kurang dari 8%.

2. Bituminus merupakan batubara dengan kualitas kedua, batubara jenis ini mempunyai kandungan karbon 68%-86% serta kadar air antara 8%- 10%. Batubara jenis ini banyak dijumpai di Australia.

3. Sub Bituminus merupakan jenis batubara dengan kualitas ketiga, batubara ini mempunyai ciri kandungan karbonnya sedikit dan mengandung banyak air.

4. Lignit merupupakan batubara dengan kwalitas keempat, batubara jenis ini mempunyai cirri memiliki warna muda coklat, sangat lunak dan memiliki kadar air 35%-75%.

5. Gambut merupakan jenis batubara dengan kwalitas terendah, batubara ini memiliki ciri berpori dan kadar air diatas 75%. Aktivitas pertambangan Batubara selalu membawa dua sisi. Sisi pertama adalah memacu kemakmuran ekonomi negara. Sisi yang lainnya adalah timbulnya dampak lingkungan yang memerlukan tenaga, pikiran, dan biaya yang cukup signifikan untuk proses pemulihannya. Salah satu komoditi tambang yang banyak diusahakan saat ini, untuk memenuhi kebutuhan energi di Indonesia, adalah batubara. Pada saat ini Indonesia memiliki potensi sumberdaya batubara skater 60 miliar ton dengan cadangan 7 miliar ton (Witoro, 2007). Di lain pihak, tambang batubara di Indonesia umumnya dilakukan dengan cara tambang terbuka, walaupun ada beberapa yang menggunakan tambang bawah tanah (underground mining) , sehingga akan berdampak terhadap perubahan bentang alam, sifat fisik, kimia, dan biologis tanah, serta secara umum menimbulkan kerusakan pada permukaan bumi. Dari pengertian diatas bahwa mengatakan pertambangan Batubara mengakibatkan dua sisi efek negatif maupun positif yang diakibatkan oleh pertambangan Batubara itu sendiri :

2.6.3 Dampak Negatif Terhadap Lingkungan

a. Dampak Terhadap Lingkungan Seperti halnya aktifitas pertambangan lain di Indonesia, Pertambangan batubara juga telah menimbulkan dampak kerusakan lingkungan hidup yang cukup besar, baik itu air, tanah, Udara, dan hutan,

Air 2 (Anonim ,2013). Penambangan Batubara secara langsung menyebabkan pencemaran antara lain ;

Gambar 2.1 Aktivitas penambangan batu bara.

1. Pencemaran air Permukaan batubara yang mengandung pirit (besi sulfide) berinteraksi dengan air menghasilkan Asam sulfat yang tinggi sehingga terbunuhnya ikan-ikan di sungai, tumbuhan, dan biota air yang sensitive terhadap perubahan pH yang drastis. Itu terjadi apabila system pembuangan dari pertambangan batubara itu tidak sesuai dengan peraturan yang berlaku atau tidak mengikuti peraturannya itu.

2. Pencemaran udara Polusi/pencemaran udara yang kronis sangat berbahaya bagi kesehatan. Menurut logika udara kotor pasti mempengaruhi kerja paru-paru. Peranan polutan ikut andil dalam merangsang penyakit pernafasan seperti influenza, bronchitis dan pneumonia serta penyakit kronis seperti asma dan bronchitis kronis.

Gambar 2.2 Aktivitas pengangkutan batu bara.

3. Pencemaran Tanah

Penambangan batubara dapat merusak vegetasi yang ada, menghancurkan profil tanah genetic, menggantikan profil tanah genetic, menghancurkan satwa liar dan habitatnya, degradasi kualitas udara, mengubah pemanfaatan lahan dan hingga pada batas tertentu dapat megubah topografi umum daerah penambangan secara permanen.

Gambar 2.3 Lahan pasca tambang Disamping itu, penambangan batubara juga menghasilkan gas metana, gas ini mempunyai potensi sebagi gas rumah kaca. Kontribusi gas metana yang diakibatkan oleh aktivitas manusia, memberikan kontribusi sebesar 10,5% pada emisi gas rumah kaca. Permasalahan lingkungan dalam aktivitas pertambangan batubara umumnya terkait dengan Air Asam Tambang (AAT) atau Acid Mine Drainage (AMD). Air tersebut terbentuk sebagai hasil oksidasi mineral sulfida tertentu yang terkandung dalam batuan oleh oksigen di udara pada lingkungan berair (Sayoga, 2007).

Penggalian batubaranya sendiri, serta waste material menyebabkan tersingkapnya tanah/batuan yang mengandung mineral sulfida, antara lain berupa Pirit (Pyrite) dan Markasit (Marcasite). Mineral sulfida tersebut selanjutnya bereaksi dengan oksidan dan air membentuk air asam tambang. Air asam tambang ini akan mengikis tanah dan batuan yang berakibat pada larutnya berbagai logam seperti besi (Fe), jadi sisa dari pertambangan Batubara itu menghasilkan cekungan atau wadah sepeti mangkok yang akan teroksidasi terhadap air dan udara,kalau tiga unsur itu mengalami keterikatan maka akan mengasilkan air asam tambang itu (Sayoga, 2007).

b. Dampak Terhadap manusia

Dampak pencemaran Pencemaran akibat penambangan batubara terhadap manusia, munculnya berbagai penyakit antara lain

(Anonim 2 ,2013): Limbah pencucian batubara zat-zat yang sangat berbahaya bagi kesehatan

manusia jika airnya dikonsumsi dapat menyebabkan penyakit kulit pada manusia seperti kanker kulit. Kaarena Limbah tersebut mengandung belerang ( b), Merkuri (Hg), Asam Slarida (Hcn), Mangan (Mn), Asam sulfat (H2sO4), di samping itu debu batubara menyebabkan polusi udara di sepanjang jalan yang dijadikan aktivitas pengangkutan batubara. Hal ini menimbulkan merebaknya penyakit infeksi saluran pernafasan, yang dapat memberi efek jangka panjang berupa kanker paru-paru, darah atau lambung. Bahkan disinyalir dapat menyebabkan kelahiran bayi cacat.

c. Dampak Sosial dan kemasyarakatan

1. Terganggunya Arus Jalan Umum Kegiatan pertambangan merupakan kegiatan usaha yang kompleks dan sangat rumit, sarat resiko, merupakan kegiatan usaha jangka panjang, melibatkan teknologi tinggi, adat modal, dan membutuhkan aturan regulasiyang dikeluarkan oleh beberapa sector. Banyaknya lalu lalang kendaraan yang digunakan untuk angkutan batubara berdampak pada aktivitas pengguna jalan lain. Semakin banyaknya kecelakaan, meningkatnya biaya pemeliharaan jembatan dan jalan, adalah sebagian dari dampak yang ditimbulkan (Raden dkk, 2010).

2. Konflik Lahan Hingga Pergeseran Sosial-Budaya Masyarakat Konflik lahan kerap terjadi antara perusahaan dengan masyarakat lokal yang lahannya menjadi obyek penggusuran. Kerap perusahaan menunjukkan kearogansiannya dengan menggusur lahan tanpa melewati persetujuan pemilik atau pengguna lahan. Atau tak jarang mereka memberikan ganti rugi yang tidak seimbang denga hasil yang akan mereka dapatkan nantinya. Tidak hanya konflik lahan, permasalahan yang juga sering terjadi adalah diskriminasi. Akibat dari pergeseran ini membuat pola kehidupan mereka berubah menjadi lebih konsumtif. Bahkan 2. Konflik Lahan Hingga Pergeseran Sosial-Budaya Masyarakat Konflik lahan kerap terjadi antara perusahaan dengan masyarakat lokal yang lahannya menjadi obyek penggusuran. Kerap perusahaan menunjukkan kearogansiannya dengan menggusur lahan tanpa melewati persetujuan pemilik atau pengguna lahan. Atau tak jarang mereka memberikan ganti rugi yang tidak seimbang denga hasil yang akan mereka dapatkan nantinya. Tidak hanya konflik lahan, permasalahan yang juga sering terjadi adalah diskriminasi. Akibat dari pergeseran ini membuat pola kehidupan mereka berubah menjadi lebih konsumtif. Bahkan

2.6.4 Dampak Positif dari Penambangan Batubara

1. Sisi Ekonomi dan Sumber Daya Manusia Tidak dapat dipungkiri baik secara langsung maupun tidak langsung sebagian besar dengan adanya kegiatan penambangan dan adanya perusahaan pertambangan disuatu daerah akan berdampak secara sistematik pada segi ekonomi masyarakat daerah tersebut.

2. Memasok Kebutuhan Energi Kegiatan penambangan oleh perusahaan pertambangan khususnya penambangan bahan-bahan tambang yang pengunaan akhirnya sebagai sumber energi secara langsung akan berdampak pada peningkatan dan mpemenuhan permintaan pasokan energi khususnya didaerah tersebut dan pada daerah lain secara luas. Sebagai contoh penambangan bahan galian batubara yang umumnya digunakan sebagai bahan bakar pembangkit listrik tentunya akan mampu meningkatkan pasokan energi listrik pada daerah tersebut dikarenakan ketersediaan bahan bakar yang besar bagi pembangkit listrik PLTU khususnya. Bahkan banyak dengan adanya kegiatan penambangan batubara yang cukup besar akan merangsang investasi pendirian pembangkit listrik PLTU pada daerah di sekitar penambangan batubara sehingga kebutuhan energi daerah tersebut jauh dapat dipenuhi. Selain itu penambangan gas bumi juga dapat dimanfaatkan sebagai alternatif energi lain yaitu pembangkit listrik tenaga gas atau PLTG, dimana dengan hal tersebut kebutuhan energi daerah tersebut bisa teratasi dengan baik.

3. Memacu Pembangunan Pembangunan didaerah kegiatan penambangan dan perusahaan pertambangan tentunya akan terus berkembang pesat sejalan dengan kegiatan penambangan itu sendiri. Pembangunan insfrastruktur pendukung kegiatan penambangan itu sendiri tentunya akan memicu peningkatan pembangunan didaerah tersebut guna mendukung 3. Memacu Pembangunan Pembangunan didaerah kegiatan penambangan dan perusahaan pertambangan tentunya akan terus berkembang pesat sejalan dengan kegiatan penambangan itu sendiri. Pembangunan insfrastruktur pendukung kegiatan penambangan itu sendiri tentunya akan memicu peningkatan pembangunan didaerah tersebut guna mendukung