Perkembangan industri pertambangan batubara di Kecamatan Simpang Empat Kabupaten Banjar, Kalimantan Selatan.

4.1 Perkembangan industri pertambangan batubara di Kecamatan Simpang Empat Kabupaten Banjar, Kalimantan Selatan.

Perkembangan produksi batubara selama 13 tahun terakhir telah menunjukkan peningkatan yang cukup pesat, dengan kenaikan produksi rata- rata 15,68% pertahun. Tampak pada tahun 1992, produksi batubara sudah mencapai 22,951 juta ton dan selanjutnya pada tahun 2005 produksi batubara nasional telah mencapai 151,594 juta ton. Perusahaan pemegang PKP2B merupakan produsen batubara terbesar, yaitu sekitar 87,79 % dari jumlah produksi batubara Indonesia, diikuti oleh pemegang KP sebesar 6,52 % dan BUMN sebesar 5,68 %. Perkembangan produksi batubara nasional tersebut tentunya tidak terlepas dari permintaan dalam negeri (domestik) dan luar negeri (ekspor) yang terus meningkat setiap tahunnya. Sebagian besar produksi tersebut untuk memenuhi permintaan luar negeri, yaitu rata-rata 72,11%, dan sisanya 27,89% untuk memenuhi permintaan dalam negeri (Pusat Litbang Teknologi Mineral dan Batubara, 2006).

Kalimantan Selatan merupakan salah satu wilayah yang kaya akan lahan tambang, salah satunya batubara. Kawasan ini di kenal memiliki cadangan bahan tambang melimpah, khusunya batu bara. Sampai saat ini produksinya dapat mencapai 10% dari produksi total batubara nasional. Merebaknya tambang batu bara di Kalsel tersebut memberikan dampak pada bidang ekonomi, dimana devisa terus saja mengalir dari hasil ekspor tambang itu dengan tujuan berbagai negara di dunia (Greenpeace Indonesia, 2014).

Berdasarkan table diatas, sector batubara memberikan pendapatan tertinggi pada beberapa tahun terkhir. Di Kecamatan Simpang Empat Kabupaten Banjar, telah dibuka area pertambangan batubara oleh beberapa perusahaan tambang. Jalur untuk akses pertambangan yang melewati beberapa desa di kecamatan tersebut memberikan kemudahan akses bagi penduduk untuk mencapai pusat kecamatan dan ke luar kecamatan. Dengan dibukanya jalur memberikan dampak positif dalam menunjang kegiatan ekonomi masyarakat setempat.

Namun, disisi lain, jalur tersebut juga memudahkan akses menuju titik titik tambang batubara yang dapat digali oleh beberapa perusahaan kecil yang tidak memenuhi perizinan terkait kegiatan tambang batubara. Adapun lokasi galian ini sangat dekat dengan pemukiman warga desa. Limbah pencucian batubara zat-zat yang sangat berbahaya bagi kesehatan manusia jika airnya dikonsumsi dapat menyebabkan penyakit kulit pada manusia seperti kanker kulit. Karena Limbah tersebut mengandung belerang ( b), Merkuri (Hg), Asam Slarida (Hcn), Mangan (Mn), Asam sulfat (H2sO4), di samping itu debu batubara menyebabkan polusi udara di sepanjang jalan yang dijadikan aktivitas pengangkutan batubara. Hal ini menimbulkan merebaknya penyakit infeksi saluran pernafasan.

Berdasarkan hasil wawancara dari penduduk di Desa Paring Tali, mereka mengeluhkan banyaknya lalu lalang kendaraan yang digunakan untuk angkutan batubara, hal tersebut menimbulkan berbagai gangguan seperti kebisingan dan debu yang mengganggu kesehatan warga desa. Selain itu, warga juga mengeluhkan lumpur dari sisa penggalian yang sering menutupi sawah warga pada musim hujan.

Kecamatan Simpang Empat Kabupaten Banjar memiliki 2 unit fasilitas kesehatan berupa 1 unit puskesmas dan 1 unit puskesmas pembantu yang terletak di pusat kecamatan dan berada di jalur lintas kota. Fasilitas ini sangat sulit dijangkau oleh warga yang tinggal di jalur pertambangan batubara. Hal ini menunjukan bahwa pelayanan fasilitas kesehatan yang kurang serta kondisi lingkungan yang buruk karena aktivitas pertambangan dapat meningkatkan resiko sakit. Pencemaran udara yang kronis sangat berbahaya bagi kesehatan. Menurut logika udara kotor pasti mempengaruhi kerja paru-paru. Peranan polutan ikut andil dalam merangsang penyakit pernafasan seperti influenza, bronchitis dan pneumonia serta penyakit kronis seperti asma dan bronchitis kronis.

Aktifitas pertambangan di Kecamatan Simpang Empat Kabupaten Banjar tidak dapat dipungkiri baik secara langsung maupun tidak langsung sebagian besar dengan adanya kegiatan penambangan dan adanya perusahaan pertambangan akan berdampak secara sistematik pada segi ekonomi masyarakat daerah tersebut. Namun, aktivitas tersebut juga mengganggu kesehatan dan merusak vegetasi yang ada, menghancurkan profil tanah genetic, menggantikan profil tanah genetic, menghancurkan satwa liar dan habitatnya, degradasi kualitas udara, mengubah pemanfaatan lahan dan hingga pada batas tertentu dapat megubah topografi umum daerah penambangan secara permanen.