32
4.4.2 Buangan Limbah Mandi, Cuci dan Kakus MCK
Buangan air limbah dari MCK turut berpengaruh terhadap kebersihan kawasan bantaran sungai. Untuk melihat bagaimana buangan limbah masyarakat
sebelum adanya penataan dapat dilihat pada tabel dibawah ini:
TABEL IV.19 BUANGAN AIR LIMBAH MCK MASYARAKAT
SEBELUM ADANYA PENATAAN NOMOR
BUANGAN AIR LIMBAH MCK
JUMLAH PERSEN
1 Ke Badan Sungai
19 29,2 2
Bak Peresapan di Halaman Rumah
11 16,9 3
Ke Saluran Drainase 26 40,0
4 Lainnya
9 13,8 JUMLAH 65
100,0
Sumber: Hasil Olahan Penulis, 2010
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa 40 dari masyarakat membuang air limbah MCK di saluran drainase. Terdapat 29,2 masyarakat membuang air
limbah MCK-nya badan sungai. Sedangkan sisanya, yaitu sebesar 16,9 masyarakat membuang ke bak peresapan di halaman rumah dan yang yang
menjawab lainnya sebesar 13,8. Sedangkan untuk melihat bagaimana buangan air limbah dari mandi, cuci
dan kakus masyarakat setelah adanya penataan dapat dilihat pada tabel dibawah ini:
TABEL IV.20 TABEL PENGELOMPOKAN RESPONDEN
MENURUT BUANGAN AIR LIMBAH MCK SETELAH ADANYA PENATAAN
NOMOR BUANGAN AIR LIMBAH
MCK JUMLAH
PERSEN
1 Ke Badan Sungai
8 12,3 2
Bak Peresapan di Halaman Rumah
14 21,5 3
Ke Saluran Drainase 33 50,8
4 Lainnya
10 15,4 JUMLAH 65
100,0
Sumber: Hasil Olahan Penulis, 2010
33 Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa terdapat 50,8 dari responden yang
membuang air limbah mck ke saluran drainase, 21,5 membuang air limbahnya ke bak peresapan dihalaman rumah. Sedangkan terdapat 15,4 yang menjawab
lainnya dan 12,3 yang membuang air limbah mck ke badan sungai. Masyarakat yang menjawab lainnya, dalam penjelasannya mengatakan bahwa air limbah
buangan untuk mandi dan mencuci dibuang ke saluran drainase sedangkan air limbah untuk kakus dibuang ke bak peresapan yang dibuat di halaman atau di
dalam rumah. Membandingkan kedua tabel diatas, dapat dilihat adanya perubahan
buangan air limbah masyarakat sebelum dan sesudah adanya penataan. Masyarakat yang sebelum adanya penataan membuang air limbahnya langsung ke badan
sungai sebesar 29,2, setelah adanya penataan turun hanya menjadi 12,3 saja, turun sebesar 16,9. Sedangkan masyarakat yang membuang air limbahnya ke
bak peresapan yang dibuat di halaman rumah naik dari 16,9 sebelum penataan menjadi 21,5 setelah adanya penataan, yang artinya naik sebesar 4,6. Dari
hasil observasi peneliti di lapangan, memang masih ada masyarakat yang memasang pipa yang tertanam didalam tanah dan melintang dibadan jalan hingga
ke sungai sebagai saluran pembuangan limbah rumah tangganya, namun sudah tidak lagi terlihat kotoran manusia di saluran pembuangannya. Bantaran sungai
yang dulunya banyak dijadikan masyarakat sebagai tempat untuk buang air besar, dengan adanya penataan ini sudah tidak terlihat lagi.
Sumber: Dokumentasi Peneliti, 2007
GAMBAR 4.14 SEBELUM ADANYA PENATAAN BANTARAN SUNGAI
DIJADIKAN TEMPAT BUANG TINJA MASYARAKAT
34 Dari gambar diatas dapat dilihat bahwa sebelum adanya penataan ini, banyak
masyarakat yang membuang hajat dibantaran sungai. Ada beberapa masyarakat yang mempunyai komentar yang hampir sama dalam kuesioner yang mengatakan
semoga tidak ada lagi yang buang sampah dan berak ditanggul. Hal ini tentu tidak terlepas dari pengalaman masyarakat yang merasakan bagaimana kondisi bantaran
sungai sebelum adanya penataaan ini.
4.4.3 Pemanfaatan Area Penataan Oleh Masyarakat