Kualitas Hidup Lansia Yang Berkunjung ke Posyandu di Wilayah Kerja Puskesmas Padangmatinggi Daerah Kota Padangsidimpuan
KUALITAS HIDUP LANSIA YANG BERKUNJUNG KE POSYANDU
DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PADANGMATINGGI
DAERAH KOTA PADANGSIDIMPUAN
SKRIPSI
OLEH
RETNA AULIA RITONGA 111121046
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
(2)
(3)
PRAKATA
Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan
proposal penelitian yang berjudul “Kualitas Hidup Lansia Yang Berkunjung ke Posyandu di Wilayah Kerja Puskesmas Padangmatinggi Daerah Kota Padangsidimpuan”.
Skripsi penelitian ini disusun dengan tujuan untuk memenuhi syarat
dalam menyelesaikan mata kuliah skripsi II. Dalam penyusunan skripsi penelitian
ini penulis banyak menghadapi berbagai hambatan dan kesulitan. Namun,
berkat adanya bantuan, bimbingan, dan arahan dari berbagai pihak, sehingga
skripsi penelitian ini dapat terselesaikan sesuai dengan waktu yang telah
ditetapkan. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima
kasih yang sebesar-besarnya kepada yang terhormat :
1. Bapak dr. Dedi Ardinata, M.Kes selaku Dekan Fakultas Keperawatan
Universitas Sumatera Utara.
2. Ibu Erniyati, S.Kp, MNS selaku Pembantu Dekan 1 Fakultas Keperawatan
Universitas Sumatera Utara.
3. Bapak Iwan Rusdi S.Kp, MNS selaku pembimbing yang telah banyak
memberikan arahan dan bimbingan dalam penyusunan skripsi penelitian ini.
4. Bapak Ismayadi, S.Kep. Ns selaku penguji 1 dan Ibu Evi Karota S.Kp. MNS
selaku penguji 2 yang telah memberikan masukan dan arahan dalam
(4)
5. Teristimewa kepada Suamiku tercinta Edi Syahputra H. Harahap yang selalu
memberikan motivasi, dukungan, kasih sayang dan menemani baik suka
maupun duka dalam proses penulisan skripsi ini.
6. Teristimewa kepada Ayahanda dan Ibunda yang tercinta, dan keluarga besar
atas doa yang tak terhingga kepada saya dan selalu memberikan dukungan
agar skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik.
7. Drg.Hj. Doriah Hafni Lubis, M.Kes selaku Kepala Dinas Daerah Kota
Padangsidimpuan dan dr. Pajariah selaku kepala Puskesmas Padangmatinggi
yang telah memberikan izin kepada penulis untuk melakukan penelitian.
8. Teman-teman yang selalu membantu dalam memberikan saran selama
berdiskusi setiap adanya kendala selama penulisan penelitian ini.
Teman-teman sejawat kak hafni, kak supi, ayu rahayu, junita, nova yang selalu
menjadi teman diskusi tentang penelitian ini.
Penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun
demi kesempurnaan skripsi ini dimasa yang akan datang. Akhirnya kepada Allah
SWT penulis berserah diri semoga kita selalu dalam lindungan serta limpahan
rahmat-Nya dengan kerendahan hati penulis berharap mudah-mudahan skripsi ini
dapat bermanfaat bagi pembaca pada umumnya dan penulis khususnya.
Medan, Februari 2013
(5)
DAFTAR ISI
Halaman
Halaman Judul ... i
Lembar Persetujuan Skripsi ... ii
Prakata ... iii
Daftar isi ... v
Daftar Tabel ... ix
Abstrak ... xi
Bab 1. Pendahuluan ... 1
1.1Latar Belakang ... 1
1.2Tujuan Penelitian ... 3
1.3Pertanyaan Penelitian ... 3
1.4Manfaat Penelitian ... 3
1.4.1 Bagi Praktik Keperawatan ... 3
1.4.2 Bagi Pendidikan Keperawatan ... 4
1.4.3 Bagi Puskesmas Padangmatinggi ... 4
1.4.4 Penelitian Selanjutnya ... 4
Bab 2. Tinjauan Pustaka ... 5
2.1 Lansia ... 5
2.1.1 Definisi Lansia ... 5
2.1.2 Klasifikasi Lansia ... 5
2.1.3 Perubahan-Perubahan yang terjadi pada Lansia ... 6
2.1.3.1 Perubahan Fisik ... 6
2.1.3.2 Perubahan Mental ... 9
2.1.3.3 Perubahan Psikososial ... 10
2.2 Kualitas Hidup ... 10
(6)
2.3 Posyandu Lansia ... 20
2.3.1 Definisi Posyandu Lansia ... 20
2.3.2 Tujuan Posyandu Lansia ... 20
2.3.3 Sasaran Posyandu Lansia... 21
2.3.4 Pelayanan Kesehatan di Posyandu Lansia ... 21
2.3.5 Mekanisme Pelayanan Kegiatan Posyandu Lansia ... 22
2.3.6 Peran Serta Lansia ... 23
Bab 3. Kerangka Penelitian ... 24
3.1 Kerangka Konseptual ... 24
3.2 Definisi Konseptual ... 25
3.3 Definisi Operasional ... 25
Bab 4. Metodologi Penelitian ... 26
4.1 Desain Penelitian ... 26
4.2 Populasi, Sampel, Sampling ... 26
4.2.1 Populasi ... 26
4.2.2 Sampel ... 26
4.2.3 Sampling ... 27
4.3 Tempat dan Waktu Penelitian ... 27
4.4 Pertimbangan Etik ... 27
4.5 Instrumen Penelitian ... 28
4.6 Uji Validitas ... 29
4.7 Reliabilitas ... 30
4.8 Pengumpulan Data ... 30
4.9 Analisa Data ... 31
Bab 5. Hasil Penelitian dan Pembahasan 5.1. Hasil Penelitian ... 32
5.1.1. Data Demografi Responden ... 32
5.1.2. Domain Kualitas Hidup Lansia yang Berkunjung ke Posyandu ... 34
(7)
5.1.3. Domain Fisik ... 35
5.1.4. Domain Psikologis ... 36
5.1.5. Domain Hubungan Sosial ... 38
5.1.6. Domain Lingkungan... 39
5.1.7. Persepsi lansia terhadap kualitas hidup dan kesehatan secara umum ... 40
5.2. Pembahasan ... 41
5.2.1.Kualitas Hidup Lansia yang Berkunjung ke Posyandu ... 41
5.2.2.Domain Fisik ... 42
5.2.3. Domain Psikologis ... 44
5.2.4. Domain Hubungan Sosial ... 46
5.2.5. Domain Lingkungan... 47
Bab VI. Kesimpulan dan Saran ... 50
6.1. Kesimpulan ... 50
6.2. Saran ... 51
6.2.1. Bagi Posyandu ... 51
6.2.2. Bagi Praktek Keperawatan ... 51
6.2.3. Bagi Pendidikan Keperawatan ... 52
6.2.4. Bagi Peneliti Selanjutnya ... 52
Daftar Pustaka ... 53 Lampiran
Inform Consent Instrumen Penelitian
Surat Izin Penelitian dari Puskesmas Padangmatinggi
Surat Keterangan Selesai Penelitian dari Puskesmas Padangmatinggi Jadwal Tentatif Penelitian
Taksasi Dana Curiculum Vitae
(8)
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Distribusi frekuensi dan persentase berdasarkan data demografi responden …..………. 32 Tabel 2. Mean dan Standar deviasi 4 domain………...………. 34 Tabel 3. Distribusi frekuensi dan persentase responden berdasarkan domain fisik ………. 35 Table 4. Distribusi frekuensi dan persentase responden berdasarkan domain fisik ………. 35 Tabel 5. Distribusi frekuensi dan persentase responden berdasarkan domain fisik ……… 36 Tabel 6. Distribusi frekuensi dan persentase responden berdasarkan domain fisik ………. 36 Tabel 7. Distribusi frekuensi dan persentase responden berdasarkan domain psikologi ………. 37 Tabel 8. Distribusi frekuensi dan persentase responden berdasarkan domain psikologi ………. 37 Tabel 9. Distribusi frekuensi dan persentase responden berdasarkan domain psikologi ………. 37 Tabel 10. Distribusi frekuensi dan persentase responden berdasarkan domain psikologi ………. 38 Tabel 11. Distribusi frekuensi dan persentase responden berdasarkan domain Hubungan sosial ……… 38 Tabel 12. Distribusi frekuensi dan persentase responden berdasarkan domain lingkungan ……… 39 Tabel 13. Distribusi frekuensi dan persentase responden berdasarkan domain lingkungan ……… 39 Tabel 14. Distribusi frekuensi dan persentase responden berdasarkan domain lingkungan ………. 40 Tabel 15. Distribusi frekuensi dan persentase persepsi kualitas hidup …… 40 Tabel 16. Distribusi frekuensi dan persentase status kesehatan lansia secara umum ………. 41
(9)
Judul Peneliti NIM Tahun Akademik : : : :
Kualitas Hidup Lansia Yang Berkunjung Ke Posyandu Di Wilayah Kerja Puskesmas Padangmatinggi Daerah Kota Padangsidimpuan
Retna Aulia Ritonga 111121046
2012/ 2013
ABSTRAK
Lanjut usia merupakan suatu proses alami yang tidak dapat dihindari, berjalan secara terus menerus dan berkesinambungan. Proses ini akan menyebabkan perubahan anatomis, fisiologis pada tubuh sehingga akan mempengaruhi kualitas hidup lansia. Kualitas hidup merupakan persepsi individu dalam hidup ditinjau dari empat domain yang meliputi domain fisik, domain psikologis, domain hubungan sosial dan domain lingkungan. Salah satu upaya pemerintah dalam menyediakan fasilitas kesehatan dan penyelenggaraan upaya kesehatan antara lain adalah dengan mengadakan posyandu. Penelitian ini bertujuan mengidentifikasi kualitas hidup lansia yang berkunjung ke posyandu di wilayah kerja Puskesmas Padangmatinggi Daerah Kota Padangsidimpuan dengan menggunakan desain deskriptif. Sampel diambil dari tiga posyandu di wilayah kerja Puskesmas Padangmatinggi sebanyak 65 orang dengan teknik total sampling. Hasil uji reliabilitas kuesioner WHOQOL menggunakan uji cronbach alpha dengan hasil 0.753. Berdasarkan hasil penelitian didapatkan skore dari kuesioner kualitas hidup dengan skore maximum 104 dan skore minimum 59 dengan mean 78.54 dan mean kualitas hidup pada empat domain adalah domain fisik = 20.81, domain psikologis = 18.66, domain hubungan sosial = 9.05 dan domain lingkungan = 24.77. Sedangkan berdasarkan persepsi lansia sendiri terhadap kualitas hidupnya 28 responden (43,1%) menjawab biasa-biasa saja, menjawab buruk sebanyak 26 responden (40.0%) dan yang menjawab baik 11 responden (16.9%). Untuk penelitian selanjutnya yang berkaitan dengan judul penelitian ini perlu kajian yang lebih mendalam tehadap empat domain yang mempengaruhi kualitas hidup dan penelitian selanjutnya diharapkan dapat mengembangkan dengan metode korelasi.
Kata kunci: Kualitas hidup, lansia, posyandu
(10)
Judul Peneliti NIM Tahun Akademik : : : :
Quality of Life of Elderly who visited to posyandu in the social Health Center territory of Padangmatinggi area in Padangsidimpuan
Retna Aulia Ritonga 111121046
2012/ 2013
ABSTRACT
Advanced age is a natural process that can not be avoided, running constantly and continuously. This process will lead to changes in anatomical, physiological to the body so that it will influence the quality of life of the elderly. the quality of life is an individual's perception of life in terms of four domains including physical domain, psychological domain, the domain of social relationships and environment domains. One of the government's efforts in providing health facilities and the implementation of health measures, among others, by organizing neighborhood health center or posyandu. This study aims to identify the quality of life of elderly people who visit health centers working in the area of posyandu Padangmatinggi Urban Padangsidimpuan using descriptive design. Samples were taken from three health centers in the region of posyandu Padangmatinggi as many as 65 people with a total sampling technique. The test results reliabelitas WHOQOL questionnaire using Cronbach alpha test with the result 0,753. Based on the results obtained from the questionnaire of quality of life scores with a maximum score of 104 and a minimum score of 59 with a mean of 78,54 and a mean quality of life in four domains are physical domain = 20,81, psychological domain = 18.66, social relationships domain = 9,05 and environmental domains = 24,77. Meanwhile based on their own perception of the elderly on the quality of life 28 respondents (43,1%) declare: mediocre, poorly answered by 26 respondents (40,0%) and 11 respondents who answered well (16.9%). For further research related to the title of this research to be a more in-depth study of the four domains that affect quality of life and further studies are expected to be can develop by method of correlation.
Keywords: Quality of life, the elderly, posyandu
(11)
Judul Peneliti NIM Tahun Akademik : : : :
Kualitas Hidup Lansia Yang Berkunjung Ke Posyandu Di Wilayah Kerja Puskesmas Padangmatinggi Daerah Kota Padangsidimpuan
Retna Aulia Ritonga 111121046
2012/ 2013
ABSTRAK
Lanjut usia merupakan suatu proses alami yang tidak dapat dihindari, berjalan secara terus menerus dan berkesinambungan. Proses ini akan menyebabkan perubahan anatomis, fisiologis pada tubuh sehingga akan mempengaruhi kualitas hidup lansia. Kualitas hidup merupakan persepsi individu dalam hidup ditinjau dari empat domain yang meliputi domain fisik, domain psikologis, domain hubungan sosial dan domain lingkungan. Salah satu upaya pemerintah dalam menyediakan fasilitas kesehatan dan penyelenggaraan upaya kesehatan antara lain adalah dengan mengadakan posyandu. Penelitian ini bertujuan mengidentifikasi kualitas hidup lansia yang berkunjung ke posyandu di wilayah kerja Puskesmas Padangmatinggi Daerah Kota Padangsidimpuan dengan menggunakan desain deskriptif. Sampel diambil dari tiga posyandu di wilayah kerja Puskesmas Padangmatinggi sebanyak 65 orang dengan teknik total sampling. Hasil uji reliabilitas kuesioner WHOQOL menggunakan uji cronbach alpha dengan hasil 0.753. Berdasarkan hasil penelitian didapatkan skore dari kuesioner kualitas hidup dengan skore maximum 104 dan skore minimum 59 dengan mean 78.54 dan mean kualitas hidup pada empat domain adalah domain fisik = 20.81, domain psikologis = 18.66, domain hubungan sosial = 9.05 dan domain lingkungan = 24.77. Sedangkan berdasarkan persepsi lansia sendiri terhadap kualitas hidupnya 28 responden (43,1%) menjawab biasa-biasa saja, menjawab buruk sebanyak 26 responden (40.0%) dan yang menjawab baik 11 responden (16.9%). Untuk penelitian selanjutnya yang berkaitan dengan judul penelitian ini perlu kajian yang lebih mendalam tehadap empat domain yang mempengaruhi kualitas hidup dan penelitian selanjutnya diharapkan dapat mengembangkan dengan metode korelasi.
Kata kunci: Kualitas hidup, lansia, posyandu
(12)
Judul Peneliti NIM Tahun Akademik : : : :
Quality of Life of Elderly who visited to posyandu in the social Health Center territory of Padangmatinggi area in Padangsidimpuan
Retna Aulia Ritonga 111121046
2012/ 2013
ABSTRACT
Advanced age is a natural process that can not be avoided, running constantly and continuously. This process will lead to changes in anatomical, physiological to the body so that it will influence the quality of life of the elderly. the quality of life is an individual's perception of life in terms of four domains including physical domain, psychological domain, the domain of social relationships and environment domains. One of the government's efforts in providing health facilities and the implementation of health measures, among others, by organizing neighborhood health center or posyandu. This study aims to identify the quality of life of elderly people who visit health centers working in the area of posyandu Padangmatinggi Urban Padangsidimpuan using descriptive design. Samples were taken from three health centers in the region of posyandu Padangmatinggi as many as 65 people with a total sampling technique. The test results reliabelitas WHOQOL questionnaire using Cronbach alpha test with the result 0,753. Based on the results obtained from the questionnaire of quality of life scores with a maximum score of 104 and a minimum score of 59 with a mean of 78,54 and a mean quality of life in four domains are physical domain = 20,81, psychological domain = 18.66, social relationships domain = 9,05 and environmental domains = 24,77. Meanwhile based on their own perception of the elderly on the quality of life 28 respondents (43,1%) declare: mediocre, poorly answered by 26 respondents (40,0%) and 11 respondents who answered well (16.9%). For further research related to the title of this research to be a more in-depth study of the four domains that affect quality of life and further studies are expected to be can develop by method of correlation.
Keywords: Quality of life, the elderly, posyandu
(13)
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Menurut WHO dan Undang-undang Nomor 13 Tahun 1998 tentang
kesejahteraaan lanjut usia menyebutkan bahwa umur 60 tahun keatas adalah usia
permulaan tua. Menua bukanlah suatu penyakit, tetapi merupakan proses yang
berangsur-angsur mengakibatkan perubahan yang kumulatif, merupakan proses
menurunnya daya tahan tubuh dalam menghadapi rangsangan dari dalam dan luar
tubuh yang berakhir dengan kematian (Nugroho, 2008).
Menurut hasil SUSENAS tahun 2000, jumlah lanjut usia 14,4 juta jiwa
atau 7,18% dari total jumlah penduduk. Sedangkan yang berusia diatas 65 tahun
mencapai 4,6% dari jumlah penduduk Indonesia (10 juta orang). Pada tahun 2010
diperkirakan meningkat menjadi 24 juta jiwa atau 9,77%, dan tahun 2020
diperkirakan menjadi 28,8 juta jiwa atau 11,134% dari total jumlah penduduk
(Depkes, 2010).
Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Propinsi Sumatera Utara tahun
2011 jumlah lansia yang berusia 60 tahun keatas adalah 504.805 jiwa yang terdiri
dari 210.467 jiwa lansia laki-laki dan 294.338 jiwa lansia perempuan dan terdapat
2.313 Posyandu. Sedangkan data dari Dinas Kesehatan Kota Padangsidimpuan
pada tahun 2011 yang berusia 60 tahun ke atas adalah 8.219 jiwa yang terdiri dari
3.009 jiwa lansia laki-laki dan 5.200 jiwa lansia perempuan dan terdapat 64
(14)
tahun 2011 jumlah lansia sebanyak 1.667 jiwa yang terdiri dari 475 jiwa lansia
laki-laki dan 1.192 jiwa lansia perempuan yang terdapat 7 posyandu lansia.
Dengan meningkatnya jumlah lansia akan menimbulkan berbagai
permasalahan yang kompleks bagi lanjut usia sehingga membuat mereka
memerlukan perhatian ekstra dari orang-orang sekelilingnya. Perlu diingat bahwa
semakin lanjut usia seseorang, kualitas hidupnya semakin menurun yang
mengakibatkan lansia mengalami kemunduran fisik, mental, perubahan peran
sosial, dementia (kepikunan), juga depresi yang sering diderita oleh lansia ikut
memperburuk kondisi mereka.
Salah satu upaya pemerintah dalam menyediakan fasilitas kesehatan dan
penyelenggaraan upaya kesehatan antara lain adalah dengan mengadakan
posyandu. Posyandu lansia adalah suatu bentuk keterpaduan pelayanan kesehatan
terhadap lansia di tingkat desa / kelurahan dalam masing-masing di wilayah kerja
puskesmas. Keterpaduan dalam posyandu lansia berupa keterpaduan pada
pelayanan yang datang di latar belakangi oleh kriteria lansia yang memiliki
berbagai macam penyakit. Dasar pembentukan posyandu adalah untuk
memelihara dan meningkatkan kesehatan masyarakat terutama lansia
(Departemen Kesehatan 2010).
Dari survey awal yang diperoleh peneliti dengan wawancara dengan
petugas kesehatan yang bertugas diposyandu pada tanggal 24 mei 2012 terdapat
10 lansia yang berkunjung ke posyandu diwilayah kerja Puskesmas
Padangmatinggi diantaranya mengeluhkan sakitnya seperti rematik, hipertensi,
(15)
meninggalkan rumah untuk bekerja, anak-anak yang telah dewasa dan membentuk
keluarga sendiri, keterbatasan aktifitas karena pengaruh kelemahan fisiknya.
Dari data diatas menerangkan bahwa masih banyak yang harus
diidentifikasi dari komponen kualitas hidup lansia yang terdiri dari empat
doamain yaitu domain fisik, psikologis, hubungan sosial dan lingkungan.
Berdasarkan keterangan diatas, maka penulis tertarik untuk melakukan
penelitian untuk mengetahui bagaimana kualitas hidup lansia yang berkunjung ke
posyandu setiap bulan di wilayah kerja puskesmas Padangmatinggi.
1.2.Tujuan Penelitian
Mengidentifikasi kualitas hidup lansia yang berkunjung ke posyandu
wilayah kerja Puskesmas Padangmatinggi.
1.3.Pertanyaan Penelitian
Bagaimana kualitas hidup lansia yang berkunjung ke posyandu wilayah
kerja Puskesmas Padangmatinggi.
1.4. Manfaat Penelitian
1.4.1. Bagi Praktik Keperawatan
Penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan perawat
gerontik dalam praktek keperawatan untuk dapat membantu meningkatkan
(16)
1.4.2. Bagi Pendidikan Keperawatan
Penelitian ini diharapkan akan dapat menjadi informasi yang berguna
untuk meningkatkan kualitas pendidikan terutama pada bagian keperawatan
gerontik yang berkaitan dengan kualitas hidup lansia yang berkunjung ke
posyandu wilayah kerja Pukesmas Padangmatinggi.
1.4.3. Bagi Puskesmas Padangmatinggi
Penelitian ini diharapkan akan meningkatkan pengetahuan perawat yang
ada di posyandu wilayah kerja puskesmas Padangmatinggi dan dapat
meningkatkan kinerja dari perawat tersebut untuk lebih rajin dan memperhatikan
kualitas hidup lansia di wilayah kerja Puskesmas Padangmatinggi.
1.4.4. Bagi Penelitian Selanjutnya
Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan tentang
kualitas hidup para lanjut usia di komunitas khususnya keperawatan gerontik
(17)
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Lansia
2.1.1. Defenisi Lansia
Undang-undang no 13 tahun 1998 tentang kesejahteraan lanjut Usia,
menyebutkan bahwa lanjut usia adalah seseorang yang telah mencapai usia lebih
dari 60 tahun. Menua bukanlah suatu penyakit, tetapi merupakan proses yang
berangsur-angsur mengakibatkan perubahan yang kumulatif, merupakan proses
menurunnya daya tahan tubuh yang berakhir dengan kematian ( Nugroho, 2008 ),
selain itu lansia adalah suatu proses alami yang tidak dapat dihindari, berjalan
secara terus-menerus dan berkesinambungan. Selanjutnya akan menyebabkan
perubahan anatomis, fisiologis pada tubuh pada tubuh sehingga akan
mempengaruhi fungsi dan kemampuan tubuh secara keseluruhan (Maryam dkk,
2008).
2.1.2. Klasifikasi Lansia
Batasan Lansia menurut WHO meliputi usia pertengahan (middle age)
antara 45-59 tahun, usia lanjut (Elderly) antara 60-74 tahun dan usia lanjut tua
(Old) antara 75-90 tahun, serta usia sangat tua (very old) diatas 90 tahun
( Nugroho, 2008 ). Seseorang yang berusia antara 45-59 tahun ( prasenilis ),
seseorang yang berusia 60 tahun atau lebih ( lansia ), seseorang yang berusia 70
(18)
dan / atau kegiatan yang dapat menghasilkan barang / jasa (lansia Potensial ),
lansia yang tidak berdaya mencari nafkah, sehingga hidupnya bergantung pada
bantuan orang lain atau lansia tidak potensial ( Maryam dkk, 2008 ).
2.1.3. Perubahan-perubahan yang terjadi pada lansia
Perubahan yang terjadi pada lansia meliputi perubahan fisik, mental,
psikologi (Nugroho, 2008).
2.1.3.1. Perubahan- perubahan fisik a. Sel
Sel menjadi berkurang jumlahnya/lebih sedikit, ukuran sel lebih besar,
jumlah cairan tubuh dan cairan intraseluler berkurang, proporsi protein di otak,
otot, ginjal, darah, dan hati menurun, jumlah sel otak menurun, mekanisme
perbaikan sel terganggu, otak menjadi atropi, beratnya berkurang hingga 5-10%
(Nugroho, 2008).
b. Sistem Persyarafan
Sistem panca indra mengecil sehingga fungsinya menurun serta lambat
dalam merespon dan waktu bereaksi khususnya yang berhubungan dengan stress.
Berkurang atau hilangnya lapisan myelin akson, sehingga menyebabkan
berkurangnya respon motorik dan reflek (Nugroho, 2008).
c. Sistem Pendengaran
Gangguan pendengaran, membran timpani menjadi artropi menyebabkan
otosklerosis, terjadi pengumpalan serumen, fungsi pendengaran semakin
(19)
d. Sistem Penglihatan
Spingter pupil timbul sklerosis dan respon terhadap sinar menghilang,
kornea lebih berbentuk speris (bola), lensa lebih suram (kekeruhan pada lensa),
menjadi katarak, meningkatnya ambang, pengamatan sinar, daya adaptasi
terhadap kegelapan lebih lambat, susah melihat dalam gelap, penurunan /
hilangnya daya akomodasi, dengan manifestasi presbiopia, seseorang sulit melihat
dekat yang dipengaruhi berkurangnya elastisitas lensa, lapang pandang menurun,
daya membedakan warna menurun (Nugroho, 2008).
e. Sistem Kardiovaskuler
Katup jantung menebal dan menjadi kaku, elastisitas dinding aorta
menurun, kemampuan jantung memompa darah menurun 1% setiap tahun sesudah
berumur 20 tahun, curah jantung menurun, kehilangan elastisitas pembuluh darah,
kinerja jantung lebih rentan terhadap kondisi dehidrasi dan pendarahan, tekanan
darah meningkat akibat resistensi pembuluh darah perifer meningkat (Nugroho,
2008).
f. Sistem Pengaturan Suhu Tubuh
Yang sering ditemui antara lain temperature tubuh menurun (hipotermia)
secara fisiologis lebih kurang ± 35ºC ini akibat metabolism yang
menurun,keterbatasan reflex menggigil dan tidak dapat memproduksi panas yang
banyak seningga terjadi penurunan aktivitas otot (Nugroho, 2008).
g. Sistem Pernapasan
Otot pernapasan mengalami kelemahan akibat atropi, kehilangan
(20)
ukuran alveoli melebar, berkurangnya elastisitas bronkus, oksigen pada arteri
menurun menjadi 75 mmHg, karbon dioksida pada arteri tidak berganti, reflek dan
kemampuan untuk batuk berkurang, sensitivitas terhadap hipoksia dan hiperkarbia
menurun, sering terjadi emfisema senilis (Nugroho, 2008).
h. Sistem pencernaan
Kehilangan gigi, indra pengecap menurun, adanya iritasi selaput lendi
yang kronis, atropi indra pengecap (+80%), hilangnya sensitivitas saraf pengecap
di lidah, terutama rasa manis dan asin, hilangnya sensitivitas saraf pengecap
terhadap rasa asin, asam dan pahit, esophagus melebar, rasa lapar menurun,
peristaltik lemah, fungsi absorbsi melemah, hati semangkin mengecil dan tempat
menurun, aliran darah berkurang (Nugroho, 2008).
i..Sistem reproduksi
Pada wanita terjadi penciutan ovary, uterus, payudara, vulva mengalami
atropi, selput lender vagina menurun sedangkan pada pria testis masih dapat
memproduksi spermatozoa meskipun ada penurunan secara berangsur-angsur
(Nugroho, 2008).
j. Sistem genitourinaria
Ginjal mengecil, aliran darah ke ginjal menurun,penyaringan di
glomerulus menurun,dan fungsi tubulusmenurun sehingga kemampuan
mengonsentrasi urine ikut menurun (Nugroho, 2008).
k. Sistem integument
Kulit mengerut atau keriput,permukaan kulit cendrung kusam, kasar dan
(21)
respon terhadap trauma menurun, mekanisme proteksi kulit menurun, kulit kepala
dan rambut menipis dan berwarna kelabu, rambut dalam hidung dan telinga
menebal, berkurangnya elastisitas akibat menurunnya cairan dan vaskularisasi,
pertumbuhan kuku lebih lambat, kuku jari menjadi keras dan rapuh, jumlah dan
fungsi kelenjar keringat berkurang (Nugroho, 2008).
l. Sistem musculoskeletal
Tulang kehilangan densitas (cairan) dan semakin rapuh, permukaan sendi
tulang penyangga rusak dan aus, gerakan pinggang, lutut dan jari-jari pergelangan
terbatas,gangguan gaya berjalan, persendian membesar dan menjadi kaku, tendon
mengerut dan mengalami sklerosis (Nugroho, 2008).
2.1.3.2. Perubahan Mental
Pada Lansia perubahan dapat berupa sikap yang semakin egosentrik,
mudah curiga, bertambah pelit atau tamak bila memiliki sesuatu, mengharapkan
tetap diberi peranan dalam masyarakat, ingin mempertahankan hak dan hartanya,
serta ingin tetap berwibawa.
Faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan mental adalah Perubahan
fisik, khususnya organ perasa, kesehatan umum, tingkat pendidikan, keturunan,
lingkungan.
Perubahan kepribadian yang drastic, keadaan ini jarang terjadi lebih
sering berupa ungkapan yang tulus dari perasaan seseorang, kekakuan mungkin
(22)
2.1.3.3. Perubahan Psikososial
Perubahan psikososial pada Lansia meliputi short term memory, frustasi,
kesepian, takut kehilangan kebebasan, takut menghadapi kematian, perubahan
keinginan, depresi dan kecemasan ( Maryam dkk, 2008 ). Sedangkan menurut
Nugroho (2008). Pada Lansia sering diukur memalui produktivitasnya dan
identitasnya dikaitkan dengan peranan dalam pekerjaan, bila mengalami pensiun
(purnatugas), seseorang akan mengalami kehilangan financial, status, teman,
pekerjaan.
2.2. Kualitas Hidup
2.2.1. Defenisi Kualitas Hidup
Menurut unit penelitian kualitas hidup universitas toronto, kualitas hidup
adalah tingkat dimana seseorang menikmati hal-hal penting yang mungkin terjadi
dalam hidupnya. Masing-masing orang memiliki kesempatan dan keterbatasan
dalam hidupnya yang merefleksikan interaksinya dan lingkungan. Sedangkan
kenikmatan itu sendiri terdiri dari dua komponen yaitu pengalaman dari kepuasan
dan kepemilikan atau prestasi (Universitas Toronto, 2004).
Hays (1992) menyatakan bahwa kualitas hidup dapat disimpulkan dua
bagian yaitu pertama kesehatan fisik terdiri dari fungsi fisik, keterbatasan peran
fisik, nyeri pada tubuh, dan persepsi kesehatan secara umum, kedua kesehatan
mental terdiri dari vitalitas, fungsi sosial, keterbatasan peran emosional dan
(23)
Kualitas Hidup berarti hidup yang baik, hidup yang baik sama seperti
hidup dengan kehidupan yang berkualitas tinggi (Ventegodt, Merriek, Andersen,
2003). Hal ini digambarkan pada kebahagiaan, pemenuhan kebutuhan, fungsi
dalam konteks sosial, dan lain-lain.
Menurut WHO (1994), kualitas hidup didefenisikan sebagai persepsi
individu sebagai laki-laki atau wanita dalam hidup, ditinjau dari konteks budaya
dan sistem nilai dimana mereka tinggal, dan berhubungan dengan standar hidup,
harapan, kesenangan dan perhatian mereka. Hal ini merupakan konsep tingkatan,
terangkum secara kompleks mencakup kesehatan fisik, status psikologis, tingkat
kebebasan, hubungan kepada karakteristik lingkungan mereka.
2.2.2. Komponen Kualitas Hidup
Beberapa literatur menyebutkan kualitas hidup dapat diklasifikasikan
kedalam beberapa komponen yaitu :
University of Toronto (2004), Beberapa literatur menyebutkan kualitas hidup
dapat dibagi dalam 3 bagian yaitu internal individu, kepemilikan (hubungan
individu dengan lingkungan), dan harapan(prestasi dan aspirasi individu).
a. Internal individu
Internal individu dalam kualitas hidup dibagi 3 yaitu secara fisik,
psikologis dan spiritual. Secara fisik yang terdiri dari kesehatan fisik yang terdiri
dari kesehatan fisik, personal higienis, nutrisi, olohraga, pakaian dan penampilan
fisik secara umum. Secara psikologis yang terdiri dari kesehatan dan penyesuaian
psikologis, kesadaran, perasaan, harga diri, konsep diri dan kontrol diri. Secara
(24)
b. Kepemilikan
Kepemilikan (hubungan individu dengan lingkungannya) dalam kualitas
hidup dibagi dua yaitu secara fisik dan sosial. Secara fisik yang terdiri dari rumah,
tempat kerja/sekolah, secara sosial terdiri dari tetangga/lingkungan dan
masyarakat, keluarga, teman/rekan kerja, lingkungan dan masyarakat.
c. Harapan
Harapan (prestasi dan aspirasi individu) dalam kualitas dapat dibagi dua
yaitu secara praktis dan secara pekerjaan. Secara praktis yaitu rumah tangga,
pekerjaan, aktivitas sekolah atau sukarela dan pencapaian kebutuhan atau sosial.
Secara pekerjaan yaitu aktivitas peningkatan pengetahuan dan kemampuan serta
adaptasi terhadap perubahan dan penggunaan waktu santai, aktivitas relaksasi dan
reduksi stress.
Sedangkan World Health Organization Quality Of Life (WHOQOL)
membagi kualitas hidup dalam enam domain yaitu fisik, psikologis, tingkat
kebebasan, hubungan sosial, lingkungan, spiritual, agama atau kepercayaan
seseorang (WHO, 1998).
1. Domain I – fisik
WHOQOL membagi domain fisik pada tiga bagian, yaitu:
a. Nyeri dan ketidaknyamanan
Aspek ini mengeksplor sensasi fisik yang tidak menyenangkan yang
dialami individu, dan selanjutnya berubah menjadi sensasi yang menyedihkan dan
mempengaruhi hidup individu tersebut. Sensasi yang tidak menyenangkan
(25)
gatal juga termasuk. Diputuskan nyeri bila individu mengatakan nyeri, walaupun
tidak ada alasan medis yang membuktikannya (WHO, 1998).
b. Tenaga dan lelah
Aspek ini mengeksplor tenaga, antusiasme dan keinginan individu untuk
selalu dapat melakukan aktivitas sehari-hari, sebaik aktivitas lain seperti rekreasi.
Kelelahan membuat individu tidak mampu mencapai kekuatan yang cukup untuk
merasakan hidup yang sebenarnya. Kelelahan merupakan akibat dari beberapa hal
seperti sakit, depresi atau pekerjaan yang terlalu berat (WHO, 1998).
c. Tidur dan istirahat
Aspek ini fokus pada seberapa banyak tidur dan istirahat. Masalah tidur
termasuk kesulitan untuk pergi tidur, bangun tengah malam, bangun di pagi hari
dan tidak dapat kembali tidur dan kurang segar saat bangun di pagi hari (WHO,
1998).
Sedangkan Unit Penelitian Kualitas Hidup Universitas Toronto
mengidentifikasikan Physical being sebagai aspek dari kesehatan fisik, kebersihan diri, nutrisi, olahraga, perawatan, berpakaian dan penampilan fisik (Universitas
Toronto, 2004).
2. Domain II – Psikologis
WHOQOL membagi domain psikologis pada lima bagian, yaitu:
a. Perasaan positif
Aspek ini menguji seberapa banyak pengalaman perasaan positif individu
(26)
kenikmatan dari hal-hal baik dalam hidup. Pandangan individu dan perasaan pada
masa depan merupakan bagian penting dari segi ini (WHO, 1998).
b. Berfikir, belajar, ingatan dan konsentrasi
Aspek ini mengeksplor pandangan individu terhadap pemikiran,
pembelajaran, ingatan, konsentrasi dan kemampuannya dalam membuat
keputusan. Hal ini juga termasuk kecepatan dan kejelasan individu memberikan
gagasan (WHO, 1998).
c. Harga diri
Aspek ini menguji apa yang individu rasakan tentang diri mereka sendiri.
Hal ini bisa saja memiliki jarak dari perasaan positif sampai perasaan yang
ekstrim negatif tentang diri mereka sendiri. Perasaan seseorang dari harga sebagai
individu dieksplor. Aspek dari harga diri fokus dengan perasaan individu dari
kekuatan diri, kepuasan dengan diri dan kendali diri (WHO, 1998).
d. Gambaran diri dan penampilan
Aspek ini menguji pandangan individu dengan tubuhnya. Apakah
penampilan tubuh kelihatan positif atau negatif. Fokus pada kepuasan individu
dengan penampilan dan akibat yang dimilikinya pada konsep diri. Hal ini
termasuk perluasan dimana apabila ada bagian tubuh yang cacat akan bisa
dikoreksi misalnya dengan berdandan, berpakaian, menggunakan organ buatan
dan sebagainya (WHO, 1998).
e.Perasaan negatif
Aspek ini fokus pada seberapa banyak pengalaman perasaan negatif
(27)
kegelisahan, kecemasan dan kurang bahagia dalam hidup. Segi ini termasuk
pertimbangan dari seberapa menyedihkan perasaan negatif dan akibatnya pada
fungsi keseharian individu (WHO, 1998).
Sedangkan Unit Penelitian Kualitas Hidup Universitas Toronto
mengidentifikasikan Psychological being sebagai aspek dari kesehatan psikologis dan penyesuaian seseorang, pengertian, perasaan dan perhatian pada evaluasi diri
dan kontrol diri (Universitas Toronto, 2004).
3. Domain III – Tingkat kebebasan
WHOQOL membagi domain tingkat kebebasan pada empat bagian, yaitu:
a. Pergerakan
Aspek ini menguji pandangan individu terhadap kemampuannya untuk
berpindah dari satu tempat ke tempat lain, bergerak di sekitar rumah, bergerak di
sekitar tempat kerja (WHO, 1998).
b. Aktivitas hidup sehari-hari
Aspek ini mengeksplor kemampuan individu untuk melakukan aktivitas
sehari-hari. Hal ini termasuk perawatan diri dan perhatian yang tepat pada
kepemilikan. Tingkatan dimana individu tergantung pada yang lain untuk
membantunya dalam aktivitas kesehariannya juga berakibat pada kualitas
hidupnya (WHO, 1998).
c. Ketergantungan pada pengobatan atau perlakuan
Aspek ini menguji ketergantungan individu pada medis atau pengobatan
alternatif (seperti akupuntur dan obat herba) untuk mendukung fisik dan
(28)
negatif pada kualitas hidup individu (seperti efek samping dari kemoterapi) di saat
yang sama pada kasus lain menambah kualitas hidup individu (seperti pasien
kanker yang menggunakan pembunuh nyeri) (WHO, 1998).
d. Kapasitas pekerjaan
Aspek ini menguji penggunaan energi individu untuk bekerja. Bekerja
didefenisikan sebagai aktivitas besar dimana individu disibukkan. Aktivitas besar
termasuk pekerjaan dengan upah, pekerjaan tanpa upah, pekerjaan sukarela untuk
masyarakat, belajar dengan waktu penuh, merawat anak dan tugas rumah tangga
(WHO, 1998).
4. Domain IV – Hubungan sosial
WHOQOL membagi domain hubungan sosial pada tiga bagian, yaitu:
a. Hubungan perorangan
Aspek ini menguji tingkatan perasaan individu pada persahabatan,
cinta, dan dukungan dari hubungan yang dekat dalam kehidupannya. Aspek ini
termasuk pada kemampuan dan kesempatan untuk mencintai, dicintai dan lebih
dekat dengan orang lain secara emosi dan fisik. Tingkatan dimana individu
merasa mereka bisa berbagi pengalaman baik senang maupun sedih dengan orang
yang dicintai. (WHO, 1998).
b. Dukungan sosial
Aspek ini menguji apa yang individu rasakan pada tanggung jawab,
dukungan, dan tersedianya bantuan dari keluarga dan teman. Aspek ini fokus pada
(29)
faktanya pada tingkatan mana individu tergantung pada dukungan di saat sulit
(WHO, 1998).
c. Aktivitas seksual
Aspek ini fokus pada dorongan dan hasrat pada seks, dan tingkatan
dimana individu dapat mengekspresikan dan senang dengan hasrat seksual yang
tepat (WHO, 1998).
Sedangkan Unit Penelitian Kualitas Hidup Universitas Toronto
mengidentifikasikan Social belonging sebagai hubungan dengan lingkungan sosial dan termasuk perasaan dari penerimaan yang dekat, keluarga, teman, rekan kerja,
dan tetangga serta masyarakat (Universitas Toronto, 2004).
5. Domain V – Lingkungan
WHOQOL membagi domain lingkungan pada delapan bagian, yaitu:
a. Keamanan fisik dan keamanan
Aspek ini menguji perasaan individu pada keamanan dari kejahatan fisik.
Ancaman pada keamanan bisa timbul dari beberapa sumber seperti tekanan orang
lain atau politik. Aspek ini berhubungan langsung dengan perasaan kebebasan
individu (WHO, 1998).
b. Lingkungan rumah
Aspek ini menguji tempat yang terpenting dimana individu tinggal
(tempat berlindung dan menjaga barang-barang). Kualitas sebuah rumah dapat
(30)
c. Sumber penghasilan
Aspek ini mengeksplor pandangan individu pada sumber penghasilan
(dan sumber penghasilan dari tempat lain). Fokusnya pada apakah individu dapat
mengahasilkan atau tidak dimana berakibat pada kualitas hidup (WHO, 1998).
d. Kesehatan dan perhatian sosial: ketersediaan dan kualitas
Aspek ini menguji pandangan individu pada kesehatan dan perhatian
sosial di kedekatan sekitar. Dekat berarti berapa lama waktu yang diperlukan
untuk mendapatkan bantuan (WHO, 1998).
e. Kesempatan untuk memperoleh informasi baru dan keterampilan
Aspek ini menguji kesempatan individu dan keinginan untuk
mempelajari keterampilan baru, mendapatkan pengetahuan baru dan peka pada
apa yang terjadi. Termasuk program pendidikan formal, atau pembelajaran orang
dewasa atau aktivitas di waktu luang, baik dalam kelompok atau sendiri (WHO,
1998).
Unit Penelitian Kualitas Hidup Universitas Toronto mengidentifikasikan
Growth becoming sebagai kegiatan perbaikan atau pemeliharaan pengetahuan dan keterampilan (Universitas Toronto, 2004).
f. Patisipasi dalam kesempatan berekreasi dan waktu luang
Aspek ini mengeksplor kemampuan individu, kesempatan dan keinginan
untuk berpartisipasi dalam waktu luang, hiburan dan relaksasi (WHO, 1998).
Unit Penelitian Kualitas Hidup Universitas Toronto mengidentifikasikan
Leisure becoming sebagai aktivitas yang menimbulkan relaksasi dan penurunan stress. Disini termasuk permainan kartu, pembicaraan dengan tetangga, dan
(31)
kunjungan keluarga, atau aktivitas dengan durasi yang lama seperti liburan
(Universitas Toronto, 2004).
g. Lingkungan fisik (polusi/ keributan/ kemacetan/ iklim)
Aspek ini menguji pandangan individu pada lingkungannya. Hal ini
mencakup kebisingan, polusi, iklim dan estetika lingkungan dimana pelayanan ini
dapat meningkatkan atau memperburuk kualitas hidup (WHO, 1998).
h. Transportasi
Aspek ini menguji pandangan individu pada seberapa mudah untuk
menemukan dan menggunakan pelayanan transportasi (WHO, 1998).
6. Domain VI – Spiritual/ agama/ kepercayaan seseorang
Aspek ini menguji kepercayaan individu dan bagaimana dampaknya pada
kualitas hidup. Hal ini bisa membantu individu untuk mengkoping kesulitan
hidupnya, memberi kekuatan pada pengalaman, aspek ini ditujukan pada individu
dengan perbedaan agama (Buddha, Kristen, Hindu, dan Islam), sebaik individu
dengan kepercayaan individu dan kepercayaan spiritual yang tidak sesuai dengan
orientasi agama (WHO, 1998)
Sedangkan Unit Penelitian Kualitas Hidup Universitas Toronto
mengidentifikasikan Spiritual being sebagai refleksi nilai diri, standar diri dari tingkah laku, dan kepercayaan spiritual dimana terhubung atau tidak dengan
(32)
2.3. Posyandu Lansia
2.3.1. Defenisi Posyandu Lansia
Posyandu lansia adalah pos pelayanan terpadu untuk masyarakat usia
lanjut disuatu wilayah tertentu yang sudah disepakati, yang digerakkan oleh
masyarakat dimana mereka bisa mendapatkan pelayanan kesehatan. Posyandu
lansia merupakan pengembangan dari kebijakan pemerintah melalui pelayanan
kesehatan bagi lansia yang penyelenggaraannya melalui program Puskesmas
dengan melibatkan peran serta para lansia, keluarga, tokoh masyarakat dan
organisasi sosial dalam penyelenggaraannya (Erfandi, 2008).
Usia lanjut atau lanjut usia adalah seseorang yang berusia 60 tahun atau
lebih, Yang secara fisik terlihat berbeda dengan kelompok umur lainnya (Depkes
RI, 2005).
2.3.2. Tujuan
Menurut Ismawati (2010) Tujuan pembentukan posyandu lansia ini
adalah:
1. Tujuan Umum :
a. Meningkatkan derajat kesehatan dan mutu pelayanan kesehatan usia
lanjut di masyarakat,untuk mencapai masa tua yang bahagia dan berdaya
guna bagi keluarga.
b. Mendekatkan pelayanan dan meningkatkan peran serta masyarakat dan
swasta dalam pelayanan kesehatan disamping meningkatkan komunikasi
(33)
2. Tujuan Khusus Pembentukan posyandu adalah meningkatkan kesadaran pada
lansia, membina kesehatan dirinya sendiri, meningkatkan mutu kesehatan
lansia.
2.3.3. Sasaran
Sasaran posyandu lansia, terbagi 2 yaitu (1). Sasaran langsung, yang
meliputi pralanjut usia ( 45 – 59 tahun), usia lanjut (60 tahun keatas), usia lanjut
resiko tinggi (70 tahun keatas), (2). Sasaran tidak langsung, yang meliputi
keluarga dimana usia lanjut berada, masyarakat dilingkungan usia lanjut,
organisasi sosial yang peduli terhadapa pembinaan kesehatan usia lanjut, petugas
kesehatan yang melayani kesehat usia lanjut, petugas lain yang menangani
kelompok usia lanjut dan masyarakat luas (Ismawati, 2010).
2.3.4. Pelayanan kesehatan di posyandu lansia
Pelayanan kesehatan di posyandu lansia meliputi pemeriksaan kesehatan
fisik dan mental emosional.Kartu Menuju Sehat ( KMS ),lansia sebagai alat
pencatat dan pemantau untuk mengetahui lebih awal penyakit yang diderita
(deteksi dini) atau ancaman masalah kesehatan yang dihadapi dan mencatat
perkembangannya dalam Buku Pedoman Pemeliharaan Kesehatan (BPPK) lansia
atau catatan kondisi kesehatan yang lazim digunakan dipuskesmas.
Jenis pelayanan kesehatan yang dapat diberikan kepada lansia di
posyandu adalah sebagai berikut: Pemeriksaan aktivitas kegiatan sehari-hari
(Activity of daily living), Pemeriksaan status mental, Pemeriksaan status gizi melalui penimbangan berat badan dan pengukuran tinggi badan dan dicatat pada
(34)
menggunakan tensimeter dan steteskop serta perhitungan denyut nadi,
pemeriksaan hemoglobin menggunakan talquist, sahli atau cuprisulfat,
Pemeriksaan adanya gula dalam air seni sebagai deteksi awal adanya penyakit
gula (diabetes mellitus), pemeriksaan adanya zat putih telur (protein)dalam air
seni sebagai deteksi awal adanya penyakit ginjal, rujukan ke puskesmas bilamana
ada keluarga dan atau ditemukan kelainan pada pemeriksaan butir 1 sampai 7,
penyuluhan bias dilakukan didalam maupun diluar kelompok dalam rangka
kunjungan rumah dan konseling kesehatan, pemberikan makanan tambahan
(PMT), kegiatan olahraga seperti senam lansia, gerak jalan, program kunjungan
lansia ini minimal dapat dilakukan 1 (satu) bulan sekali atau sesuai dengan
program pelayanan kesehatan puskesmas setempat (Ismawati, 2010).
2.3.5. Mekanisme pelayanan posyandu lansia
Mekanisme pelayanan posyandu lansia tentu saja berbeda dengan
posyandu balita pada umumnya mekanisme pelayanan ini tergantung pada
mekanisme dan kebijakan pelayanan kesehatan di suatu wilayah penyelenggara
ada yang menyelenggarakan posyandu lansia ini dengan system 5 meja seperti
posyandu balita, ada pula yang hanya 3 meja yaitu :
1. Meja pertama : pendaftaran lansia, pengukuran dan penimbangan berat badan
dan atau tinggi badan
2. Meja kedua : melakukan berat badan, tinggi badan dan index massa tubuh
(IMT) ; juga pelayanan kesehatan seperti pengobatan sederhana dan rujukan
(35)
3. Meja ketiga : melakukan kegiatan konseling atau penyuluhan, dapat juga
dilakukan pelayanan pojok gizi (Ismawati, 2010)
2.3.6. Peran serta lansia
Para lansia diharapkan dapat bersama-sama mewujudkan kesehatan
dengan cara: berperan akti dalam kegiatan penyuluhan, olah raga secara teratur
sesuai kemampuan, mejalani pemeriksaan kesehatan secara berkala, menjalani
pengobatan, meningkatkan upaya kemandirian dan pemenuhan kebutuhan pribadi
(36)
BAB 3
KERANGKA PENELITIAN
3.1. Kerangka konseptual
Kerangka konsep ini bertujuan untuk menggambarkan kualitas hidup
lansia yang berkunjung ke Posyandu wilayah kerja Puskesmas Padangmatinggi,
dapat diketahui berdasarkan empat domain yaitu domain fisik, domain psikologis,
domain hubungan sosial, dan domain lingkungan.
Skema 1. Kerangka konseptual penelitian kualitas hidup lansia yang berkunjung ke posyandu di wilayah kerja Puskesmas Padangmatinggi Daerah Kota Padangsidimpuan
Keterangan:
: variabel yang diteliti
: berhubungan Kualitas hidup
Domain fisik
Domain psikologis
Domain hubungan sosial
Lansia yang berkunjung ke posyandu wilayah kerja Puskesmas Padangmatinggi Kualitas hidup
Domain fisik
Domain psikologis
Domain hubungan sosial
(37)
3.2.Defenisi konseptual Kualitas hidup
Kualitas hidup adalah tingkat dimana seseorang menikmati hal-hal
penting yang mungkin terjadi dalam hidupnya (Universitas Toronto, 2004).
3.3.Defenisi Operasional
Kualitas hidup lansia adalah tingkat dimana seseorang menikmati hal-hal
penting yang mungkin terjadi dalam hidupnya ditinjau dari empat domain yang
meliputi :
1. Domain fisik yang terdiri dari nyeri dan ketidaknyamanan, tenaga dan lelah,
tidur dan istirahat.
2. Domain psikologis yang terdiri dari perasaan positif, berfikir, belajar, ingatan
dan konsentrasi, harga diri, gambaran diri dan penampilan, perasaan negatif.
3. Domain hubungan sosial yang terdiri dari hubungan perorangan, dukungan
sosial, aktivitas seksual.
4. Domain lingkungan yang terdiri dari keamanan fisik, lingkungan rumah,
sumber penghasilan, kesehatan dan perhatian sosial, kesempatan untuk
memperoleh informasi baru, partisipasi dalam kesempatan berekreasi dan
(38)
BAB 4
METODE PENELITIAN
4.1. Desain Penelitian
Desain penelitian yang digunakan merupakan penelitian deskriptif
melalui metode ini peneliti ingin mengidentifikasi kualitas hidup lansia yang
berkunjung ke posyandu di wilayah kerja puskesmas Padangmatinggi daearah
Kota Padangsidimpuan.
4.2.Populasi, Sampel dan Sampling 4.2.1. Populasi
Populasi Penelitian ini adalah para lansia yang berkunjung ke tiga
Posyandu yaitu Posyandu Aek tampang, Posyandu Padangmatinggi dan
Posyandu Silandit yang berjumlah 65 orang.
4.2.2. Sampel
Menurut Arikunto (2010), untuk pengambilan sampel jika subjeknya
kurang dari 100, lebih baik diambil semua populasi, maka sampel yang akan
diteliti sebanyak 65 orang.
Adapun kriteria sampel dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
Usia lansia 60 tahun keatas lansia yang tidak mengalami disorientasi orang, tidak
mengalami disorientasi orang, tempat dan waktu serta tidak mengalami gangguan
kognitif, seperti pikun, dapat mendengar, dapat berkomunikasi dan berbahasa
(39)
4.2.3. Sampling
Pada penelitian ini sampling yang digunakan adalah Total Sampling, dimana sampelnya semua dari jumlah populasi yang ada yaitu 65 orang
4.3.Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan di Posyandu wilayah kerja Puskesmas
Padangmatinggi Daerah kota Padangsidimpuan. Adapun alasan peneliti memilih
di wilayah kerja Puskesmas Padangmatinggi daerah kota Padangsidimpuan
karena peneliti ingin melihat kualitas hidup lansia yang berkunjung ke Posyandu
di wilayah kerja Puskesmas Padangmatinggi, selain itu peneliti sudah mengenal
tempat ini, tempatnya mudah di jangkau sehingga peneliti mudah mendapatkan
subjek untuk diteliti. Waktu penelitian dilaksanakan pada bulan Nopember
sampai bulan Desember selama 2 minggu.
4.4. Pertimbangan Etik
Pengumpulan data dalam penelitian ini diambil dari tiga posyandu lansia
di wilayah kerja puskesmas Padangmatinggi Daerah Kota Padangsidimpuan.
Peran serta dalam penelitian ini bersifat sukarela. Dalam penelitian ini juga
disertakan sebuah surat persetujuan penelitian (Informed Consent) yang diberikan kepada kepala Puskesmas Padangmatinggi daerah Kota Padangsidimpuan, sebagai
perwakilan dari objek penelitian, untuk dibaca dan dapat membantu mengambil
(40)
Kepala Puskesmas Padangmatinggi Daerah Kota Padangsidimpuan memberi
persetujuan pengadaan penelitian di tempat tersebut.
Lembar persetujuan diberikan kepada responden yang akan
ditandatangani sebagai bukti kesediaan menjadi responden. Dalam hal ini
responden berhak untuk menolak terlibat dalam penelitian ini. Semua responden
akan dilindungi dari kerugian materi, nama baik dan resiko yang timbul akan
penelitian ini. Untuk menjaga kerahasian responden, peneliti tidak akan
mencantumkan nama responden pada lembar instrument. Kerahasian informasi
responden dijamin oleh peneliti, dan hanya kelompok data tertentu saja yang
dilaporkan sebagai hasil penelitian.
4.5.Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini dibuat dalam bentuk
kuesioner yang diadopsi dari Word Health Organization Quality Of Life (WHOQOL) – BREF. Pada bagian pertama dari instrumen penelitian berisi data demografi lansia yang meliputi umur, jenis kelamin, agama, suku bangsa,
pendidikan terakhir, pekerjaan sebelumnya, status perkawinan, dan masalah
kesehatan yang dialami.
Instrumen kedua berisi kuesioner kualitas hidup dari World Health Organization Quality Of Life (WHOQOL) – BREF. Kuesioner ini merupakan rangkuman dari World Health Organization Quality Of Life (WHOQOL) –100
(41)
berasal dari kualitas hidup secara menyeluruh dan kesehatan secara umum, dan
satu bagian yang terdiri dari 24 pertanyaan yang berasal dari (WHOQOL) –100.
Untuk menilai (WHOQOL) – BREF, maka ada empat domain yang digabungkan yaitu domain fisik, psikologis, hubungan sosial dan lingkungan.
Semua pertanyaan berdasarkan pada skala likert lima poin (1-5) yang fokus pada
intensitas, kapasitas, frekuensi dan evaluasi. Skala respon intensitas mengacu
kepada tingkatan dimana status atau situasi yang dialami individu. Skala respon
kapasitas mengacu pada kepasitas perasaan, situasi atau tingkah laku. Skala
respon frekuensi mengacu pada angka, frekuensi atau kecepatan dari situasi atau
tingkah laku.
Untuk pertanyaan nomor 1 dan 2 tentang kualitas hidup secara
menyeluruh dan kesehatan secara umum. Domain 1 – Fisik ada pada pertanyaan
nomor 3,4,10,15,16,17 dan 18. Domain 2 – Psikologi ada pada pertanyaan nomor
5,6,7,11,19 dan 26. Domain 3 – Hubungan sosial ada pada pertanyaan nomor
20,21 dan 22. Domain 4 – Lingkungan ada pada pertanyaan nomor 8,9,12,13,14,
23,24 dan 25, semakin tinggi nilainya semakin baik kualitas hidupnya dan nilai
mean dari keempat domain menunjukan persepsi individu pada kualitas hidup
masing-masing.
4.6Uji Validitas
Penyusunan kuisioner diadopsi dari WHOQOL (World Health
Organization Quality Of Life) bagian kualitas hidup dan telah diperiksa oleh
(42)
4.7 Uji Reliabilitas
Instrumen kualitas hidup telah dilakukan uji reliabilitas dengan
menggunakan uji cronbach α. Uji statistic ini dapat digunakan untuk mengukur item yang berbentuk sifat (Polit & Beck, 2008). Uji reliabilitas dilakukan terhadap
20 orang responden sebelum pengumpulan data (Notoatmodjo, 2010). Suatu
instrumen dapat dikatakan reliabel jika reliabilitasnya diatas 0.70, hasil uji
reabilitas kusioner untuk kualitas hidup lansia adalah 0.753 (Polit & Hugler,
1999). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kuesioner kualitas hidup lansia
yang digunakan dalam penelitian ini adalah reliabel dan telah dihitung dengan
menggunakan komputerisasi.
4.6.Pengumpulan data
Metode pengumpulan data yang digunakan adalah menyebarkan
kuesioner. Penyebaran data dimulai setelah peneliti menerima surat izin
pelaksanaan penelitian dari institusi pendidikan yaitu Program Studi Ilmu
Keperawatan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara dan Kepala
Puskesmas Padangmatinggi Daerah Kota Padangsidimpuan. Posyandu yang
digunakan peneliti adalah Posyandu Aek Tampang, Posyandu Padangmatinggi,
dan Posyandu Silandit. Pada hari pertama, peneliti mendatangi Posyandu Aek
Tampang dan menjelaskan kepada responden tentang tujuan, manfaat, prosedur
penelitian, dan cara pengisian kuesioner penelitian. Selanjutnya peneliti
menjelaskan kepada calon responden tersebut diminta untuk menandatangani
(43)
Didalam pemberian kuesioner pada responden, peneliti mendampingi responden
saat mengisi kuesioner, jika ada pertanyaan yang tidak dimengerti oleh responden
peneliti bisa memberi penjelasan agar responden mengerti. Hal yang sama juga
dilakukan oleh peneliti pada hari kedua yang melakukan penelitian di Posyandu
Padangmatinggi, begitu juga pada hari ketiga yang penelitian dilakukan di
Posyandu Silandit. Setelah data yang dibutuhkan sudah dikumpulkan, maka
peneliti mengumpulkan seluruh data untuk dianalisa.
4.7.Analisa Data
Analisa data dilakukan setelah data kuesioner dikumpulkan oleh peneliti
dengan cara Peneliti mengumpulkan semua data lalu memeriksanya apakah
jumlah kuesioner telah lengkap. Peneliti melakukan entry data yang telah
dikumpulkan kedalam master table atau database komputer, yaitu dengan
menggunakan sistem komputerisasi. Peneliti memberikan kode numerik (angka)
terhadap data yang terdiri atas beberapa kategori, sehingga memudahkan peneliti
dalam melakukan tabulasi dan analisa data. Setelah semua data dimasukan, lalu
data tersebut dianalisa dengan system komputerisasi .
Hasil analisa data baik data demografi maupun kuesioner akan disajikan
(44)
BAB 5
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
5.1. Hasil Penelitian
Hasil penelitian ini di dapat dari pengambilan data yang dilakukan
selama 2 minggu yaitu dari yaitu dari tanggal 20 Nopember 2012 sampai dengan
tanggal 7 Desember 2012 dengan jumlah responden sebanyak 65 orang. Penyajian
analisa data dalam penelitian ini di uraikan berdasarkan data demografi dan data
kualitas hidup (fisik, psikologis, hubungan sosial dan lingkungan) di Posyandu
Wilayah Kerja Puskesmas Padangmatinggi Daerah Kota Padangsidimpuan.
5.1.1. Data Demografi Responden
Tabel 1 : Distribusi frekuensi dan persentase berdasarkan data demografi responden di Posyandu Wilayah Kerja Puskesmas Padangmatinggi Daerah Kota Padangsidimpuan (n =65).
Data Demografi Frekuensi Persentase
Umur 60-65 tahun 66-70 tahun 71-80 tahun >80 tahun 27 10 19 9 41,5 15,4 29,2 13,8 Jenis Kelamin Laki- laki Perempuan 18 47 27,7 72,3 Agama Islam Kristen 61 4 93,8 6,1
(45)
Tabel 1 (Lanjutan)
Data Demografi Frekuensi Persentase
Suku Jawa Minang Batak 7 2 5 10,8 3,1 86,2 Pendidikan Terakhir Tidak sekolah SD SMP SMA Perguruan tinggi 4 37 8 10 6 6,2 56,9 12,3 15,4 9 Pekerjaan sebelumnya PNS Pegawai swasta Petani Buruh/ karyawan Tidak bekerja 11 3 32 1 18 16,9 4,6 49,2 1,5 27,7 Status Perkawinan Menikah Janda Duda 35 29 1 53,8 44,6 1,5 Masalah Kesehatan yang dialami
Hipertensi Diabetes Melitus Gangguan penglihatan Gangguan pendengaran Rematik Dll 19 2 5 1 25 13 29,2 3,1 7,7 1,5 38,5 20
Tabel 1 menunjukan bahwa mayoritas usia responden berada pada
kelompok umur 60-65 tahun sebanyak 27 orang (41.5%). Responden yang
berjenis kelamin yang mayoritas adalah perempuan sebanyak 47 orang (72.3%).
Berdasarkan agama responden yang mayoritas adalah agama islam sebanyak 61
(46)
dengan jumlah responden sebanyak 56 orang (86.2%). Berdasarkan tingkat
pendidikan terakhir responden yang berpendidikan SD sebanyak 37 orang
(56.9%). Berdasarkan pekerjaaan responen sebelumnya, responden mayoritas
bekerja sebagai petani paling banyak yaitu 32 orang (49.2%). Berdasarka
perkawinan, responden yang paling banyak adalah menikah 35 orang (53.8%).
Berdasarkan masalah kesehatan yang di alami responden, Rematik adalah masalah
kesehatan yang paling banyak sekitar 25 orang (38.5%).
5.1.2. Domain Kualitas Hidup Lansia Yang Berkunjung Ke Posyandu di Wilayah Kerja Puskesmas Padangmatinggi
Distribusi mean berdasarkan kualitas hidup lansia pada empat domain.
Tabel 2 menunjukan bahwa domain fisik yaitu 20.81 (SD = 3.67), dilanjutkan
dengan domain psikologis dengan mean 18.66 (SD= 2.88), domain hubungan
sosial dengan mean 9.05 (SD= 1.16), dan domain lingkungan dengan mean 24.77
(SD= 3.37).
Tabel 2. Mean dan Standar deviasi 4 domain
Domain Mean Standar deviasi
Domain fisik 20.81 3.67
Skore Maximum = 29 (1.5%)
Skore Minimum = 15 (3.0%)
Domain psikologis 18.66 2.88
Skore Maximum = 26 (1.5%)
Skore Minimum = 11 (1.5%)
Domain hubungan social 9.05 1.16
Skore Maximum =13 (1.5%)
Skore Minimum = 8 (38.4%)
Domain lingkungan 24.77 3.37
Skore Maximum = 32 (6.1%)
(47)
1.2.1. Domain Fisik
Hasil penelitian domain fisik yang terdiri dari 7 pertanyaan didapatkan
gambaran bahwasanya frekuensi tertinggi didapat dari pertanyaan nomor 15,
seberapa baik kemampuan Bapak/ Ibu dalam bergaul, sebanyak 44 responden
(67.7%) menjawab baik. Sedangkan frekuensi terendah didapat dari pertanyaan
nomor 18, seberapa puaskah Bapak/Ibu dengan kemampuan Bapak/Ibu untuk
bekerja, sebanyak 44.6% lansia menjawab tidak memuaskan.
Tabel 3 : Distribusi frekuensi dan persentase responden berdasarkan domain fisik (n =65)
No Pertanyaan TSS
n (%) S n (%) DJS n (%) SS n (%) DJB n (%) 3 4
Seberapa jauh rasa sakit Bapak/ Ibu mencegah Bapak/ Ibu dalam beraktifitas sesuai kebutuhan Bapak/ Ibu?
Seberapa sering Bapak/Ibu membutuhkan terapi medis untuk dapat berfungsi dalam kehidupan sehari- hari ?
2 (3,1) 1 (1,5) 17 (26,2) 32 (49,2) 10 (15,4) 15 (23,1) 36 (55,4) 17 (26,2) - (-) - (-)
Tabel 4 : Distribusi frekuensi dan persentase responden berdasarkan domain fisik (n =65)
No Pertanyaan TSS
n (%) S n (%) Sd n (%) Sr n (%) SD n (%) 10 Apakah bapak/ Ibu memiliki
tenaga yang cukup beraktifitas sehari- hari ?
- (-) 31 (47,7) 28 (43,2) 4 (6,2) 2 (3,1)
(48)
Tabel 5 : Distribusi frekuensi dan persentase responden berdasarkan domain fisik (n =65)
No Pertanyaan SBr
n (%) Br n (%) BBS n (%) Ba n (%) Sba n (%)
15 Seberapa baik kemampuan
Bapak/ Ibu dalam bergaul
- (-) 1 (1,5) 9 (29,2) 44 (67,7) 1 (1,5)
Tabel 6 : Distribusi frekuensi dan persentase responden berdasarkan domain fisik (n =65)
No Pertanyaan STM
n (%) TM n (%) BBS n (%) M n (%) SM n (%) 16 17 18
Seberapa puaskah bapak ibu dengan tidur bapak ibu?
Seberapa puaskah bapak/ ibu dengan kemampuan bapak ibu untuk menampilkan aktifitas kehidupan bapak/ ibu sehari- hari?
Seberapuaskah bapak/ ibu dengan kemampuan bapak/ ibu untuk bekerja - (-) - (-) - (-) 32 (49,2) 16 (24,6) 29 (44,6) 17 (26,2) 37 (56,9) 26 (40,0) 15 (23,1) 11 (16,9) 9 (13,8) 1 (1,5) 1 (1,5) 1 (1,5)
5.1.4. Domain Psikologi
Hasil Distribusi Frekuensi Domain Psikologi yang terdiri dari 6
pertanyaan didapatkan gambaran bahwasanya frekuensi tertinggi didapat dari
pertanyaan nomor 5 seberapa jauh Bapak/ Ibu menikmati hidup, sebanyak 40
responden (61.5%) menjawab dalam jumlah sedang dan. Sedangkan frekuensi
terendah didapat dari pertanyaan nomor 6, seberapa jauh Bapak/Ibu merasa hidup
(49)
Tabel 7 : Distribusi frekuensi dan persentase responden berdasarkan domain psikologi (n =65)
No Pertanyaan TSS
n (%) S n (%) DJS n (%) SS n (%) DJB n (%) 5 6 7
Seberapa jauh Bapak/ Ibu menikmati hidup Bapak/ Ibu? Seberapa jauh Bapak/Ibu merasa hidup Bapak/ Ibu berarti ?
Seberapa jauh Bapak/ Ibu mampu berkonsentrasi ?
- (-) - (-) - (-) 10 (15,5) 11 (16,9) 30 (46,2) 40 (61,5) 30 (46,2) 26 (40,0) 15 (23,1) 21 (32,3) 7 (10,8) - (-) 3 (4,6) 2 (3,1)
Tabel 8 : Distribusi frekuensi dan persentase responden berdasarkan domain psikologi (n =65)
No Pertanyaan TSS
n (%) S n (%) Sd n (%) Sr n (%) SD n (%)
11 Apakah Bapak/ Ibu dapat
menerima penampilan tubuh Bapak/ Ibu? - (-) 19 (29,2) 38 (58,5) 3 (4,6) 5 (7,7)
Tabel 9 : Distribusi frekuensi dan persentase responden berdasarkan domain psikologi (n =65)
No Pertanyaan STM
n (%) TM n (%) BBS n (%) M n (%) SM n (%) 19 Seberapa puaskah Bapak/ Ibu
terhadap diri Bapak/ Ibu?
- (-) 16 (24,6) 36 (55,4) 13 (20,0) - (-)
(50)
Tabel 10 : Distribusi frekuensi dan persentase responden berdasarkan domain psikologi (n =65)
No Pertanyaan TP
n (%) J n (%) CS n (%) SS n (%) SL n (%) 26 Seberapa sering Bapak/ Ibu
memiliki perasaan negatif seperti feeling blue( kesepian), putus asa, dan depresi
7 (10,8) 39 (61,5) 15 (23,1) 2 (3,1) 1 (1,5)
5.1.5. Domain Hubungan Sosial
Hasil penelitian Domain Hubungan Sosial yang terdiri dari 3
pertanyaan didapatkan gambaran bahwas frekuensi tertinggi didapat dari
pertanyaan nomor 20, seberapa puaskah Bapak/ Ibu dengan hubungan
personal/sosialnya. Sebanyak 48 responden (73.8%) menjawab biasa-biasa saja.
Sedangkan frekuensi terendah didapat dari pertanyaan nomor 21, seberapa
puaskah Bapak/Ibu dengan kehidupan seksualnya, sebanyak 58.5% lansia
menjawab tidak memuaskan.
Tabel 11 : Distribusi frekuensi dan persentase responden berdasarkan domain hubungan sosial (n =65)
No Pertanyaan STM
n (%) TM n (%) BBS n (%) M n (%) SM n (%) 20 21 22
Seberapa puaskah bBpak/ Ibu dengan hubungan personal/ sosial Bapak / Ibu?
Seberapa puaskah Bapak/ Ibu dengan kehidupan seksual Bapak/ Ibu?
Seberapa puaskah Bapak/ Ibu dengan dukungan yang bapak/ ibu peroleh dari teman Bapak / Ibu? - (-) - (-) - (-) - (-) 38 (58,5) 1 (1,5) 48 (73,8) 23 (35,4) 46 (70,8) 15 (23,1) 4 (6,2) 17 (26,2) 2 (3,1) - (-) 1 (1,5)
(51)
5.1.6. Domain Lingkungan
Hasil penelitian Domain lingkungan terdiri dari 8 pertanyaan
didapatkan gambaran bahwasanya frekuensi tertinggi didapat dari pertanyaan
nomor 8.secara umum seberapa aman Bapak / Ibu rasakan dalam kehidupan
sehari-hari. Sebanyak 43 responden (66.2) menjawab dalam jumlah sedang.
Sedangkan frekuensi terendah didapat pada pertanyaan nomor 14, seberapa sering
Bapak/Ibu mmemiliki kesempatan bersenang-senang/ rekreasi, sebanyak 49.2%
lansia menjawab sedang.
Tabel 12 : Distribusi frekuensi dan persentase responden berdasarkan domain lingkungan (n =65)
No Pertanyaan TSS
n (%) S n (%) DJS n (%) SS n (%) DJB n (%) 8 9
Secara umum, seberapa aman Bapak/ Ibu rasakan dalam kehidupan Bapak Ibu sehari- hari?
Seberapa sehat lingkungan dimana Bapak/ Ibu tinggal (berkaitan dengan sarana dan prasarana. - (-) - (-) 11 (16,9) 5 (7,7) 43 (66,2) 37 (56,9) 10 (15,4) 22 (33,8) 1 (1,5) 1 (1,5)
Tabel 13 : Distribusi frekuensi dan persentase responden berdasarkan domain lingkungan (n =65)
No Pertanyaan TSS
n (%) S n (%) Sd n (%) Sr n (%) SD n (%) 12 13 14
Apakah Bapak/ Ibu memiliki cukup uang untuk memenuhi kebutuhan Bapak/ Ibu?
Seberapa jauh ketersediaan informasi bagi kehidupan Bapak / Ibu miliki?
Seberapa sering bBpak / Ibu memiliki kesempatan untuk bersenang- senang/ rekreasi?
- (-) - (-) - (-) 21 (32,3) 8 (12,3) 2 (3,1) 33 (50,8) 36 (55,4) 32 (49,7) 9 (13,8) 21 (32,3) 31 (47,7) 2 (3,1) - (-) - (-)
(52)
Tabel 14 : Distribusi frekuensi dan persentase responden berdasarkan domain lingkungan (n =65)
No Pertanyaan STM
n (%) TM n (%) BBS n (%) M n (%) SM n (%) 23 24 25
Seberapa puaskah Bapak/ Ibu dengan kondisi tempat Bapak / Ibu tinggal saat ini ?
Seberapa puaskah Bapak/ Ibu dengan akses Bapak/ Ibu pada layanan kesehatan ?
Seberapa puaskah Bapak/ Ibu dengan transportasi yang anda gunakan ? - (-) - (-) - (-) 4 (6.2) 2 (3,1) 8 (12,3) 38 (58.5) 32 (49,2) 36 (55,4) 22 (33.8) 31 (47,7) 21 (32,3) 1 (1.5) - (-) - (-)
5.1.7. Persepsi lansia terhadap kulitas hidup dan kesehatan secara umum Hasil Penelitian Tabel 15 menunjukan bahwa persepsi lansia terhadap
kualitas hidup sebanyak 28 responden (43.1%) adalah biasa-basa saja, dan
sebanyak 26 responden (40.0%) menjawab buruk, dan sebanyak 11 responden
(16.9) menjawab baik, dan lansia yang merasa puas terhadap kesehatannya
sebanyak 39 responden (60.0) adalah tidak memuaskan.
Tabel 15 : Distribusi frekuensi dan persentase persepsi kualitas hidup
No Pertanyaan SB
n (%) Br n (%) BBs n (%) Ba n (%) SBa n (%) 1 Bagaiman menurut Bapak/ Ibu
kualitas hidup Bapak/ Ibu?
- (-) 26 (40,0) 28 (43,1) 11 (16,9) - (-)
(53)
Tabel 16 : Distribusi frekuensi dan persentase responden berdasarkan domain lingkungan (n =65)
No Pertanyaan STM
n (%) TM n (%) BBS n (%) M n (%) SM n (%)
2 Seberapuaskah Bapak/ Ibu
terhadap kesehatan Bapak/ Ibu?
- (-) 39 (60,0) 20 (30,8) 6 (9,2) - (-) 5.2.Pembahasan
5.1.1. Kualitas hidup lansia yang berkunjung ke posyandu
Dari hasil penelitian yang dilakukan terhadap 65 responden didapatkan
gambaran bahwa skore maksimum adalah 104. Hal ini didukung oleh usia
responden yang berkunjung ke posyandu tersebut mayoritas 60-65 tahun sebanyak
41.5% sehingga lansia masih bisa melakukan aktivitas sosial di lingkungannya.
Jenis kelamin perempuan yang paling dominan sebanyak 47 responden (72.3%).
Menurut hasil penelitian Bain,dkk (2003) menemukan adanya perbedaan antara
kualitas hidup antara laki-laki dan perempuan, dimana kualitas laki-laki cendrung
lebih baik kualitas hidup perempuan. Hal ini bertentangan dengan penelitian Bain,
Wahl, Rustoen, Hanestad, Lerdal, & Moum (2004) menemukan bahwa kualitas
hidup perempuan cenderung lebih tinggi daripada laki-laki. Status perkawinan
menikah yang paling dominan sebanyak 35 responden (53.8%). Menurut
penelitian empiris di Amerika secara umum menunjukan bahwa individu yang
menikah memiliki kualitas hidup yang lebih tinggi daripada individu yang tidak
menikah, bercerai, ataupun janda/duda akibat pasangan meninggal (Campbell,
(54)
dalam Lee, 1998). Demikian juga dengan penelitian yang dilakukan oleh Wahl,
Rustoen, Hanestad, Lerdal, & Moum (2004) menemukan bahwa baik pada pria
maupun wanita, individu dengan status menikah atau kohabitasi memiliki kualitas
hidup yang lebih tinggi. Dan masalah kesehatan yang dialami adalah rematik 25
responden (38.5%) Hal ini berkaitan dengan semakin tinggi usia maka banyak
masalah kesehatan yang dialami, penyakit kronis mempengaruhi kualitas hidup
karena terjadi kehilangan densitas (cairan) dan semakin rapuh, permukaan sendi
tulang penyangga rusak dan aus dan menjadi kaku, tendon mengerut dan
mengalami sklerosis (Nugroho,2008) Sedangkan berdasarkan persepsi lansia
sendiri terhadap kualitas hidupnya 28 responden (43,1%) menjawab biasa-biasa
saja, menjawab buruk sebanyak 26 responden (40.0%) dan yang menjawab baik
11 responden (16.9%). Lansia yang merasa puas terhadap kesehatannya sebanyak
39 responden (60.0) adalah tidak memuaskan.
5.2.2.Domain Fisik
Hasil penelitian yang dilakukan terhadap 65 responden didapat mean
sebesar 20.81. Frekuensi tertinggi didapatkan dari pertanyaan nomor 5 terkait
dengan lansia yang memiliki kemampuan dalam bergaul, sebanyak 67.7%
menjawab baik. Sesuai dengan penelitian Suhartini (2008) yang menemukan
bahwa lansia yang beragama islam aktif dalam perkumpulan keagamaan, seperti
yasinan yang dilakukan tiap minggu dan pengajian setiap bulan. Kegiatan ini
didukung teori pertukaran sosial dimana mereka melakukan kegiatan yang cara
(55)
Lebih lanjut dijelaskan bahwa kondisi penting yang menunjang kebahagian bagi
orang lanjut usia adalah menikmati kegiatan sosial yang dilakukan dengan kerabat
keluarga dan teman-teman (Hurlock,1994).
Frekuensi terendah didapat dari pertanyaan nomor 18 seberapa puas
lansia dalam kemampuannya bekerja, sebanyak 44.6% menjawab tidak
memuaskan. Menurut Suhartini (2008) Pendidikan menentukan pekerjaan
responden. Sebagian besar responden tidak berpendidikan atau pendidikannya
sangat rendah. Pada umumnya mereka bekerja di sektor pertanian. Mereka
mengerjakan lahan pertanian milik orang lain. Setelah usia lanjut mereka berhenti
bekerja karena kondisi fisik mereka tidak memungkinkan, mengingat
pekerjaan-pekerjaan pertanian membutuhkan fisik yang kuat, sehingga di hari tua mereka
tidak memperoleh pekerjaan dan tidak menghasilkan pendapatan.
Untuk pertanyaan nomor 3, seberapa jauh rasa sakit fisik lansia
mencegah lansia dalam beraktivitas sesuai kebutuhan. Sebanyak (55.4%) lansia
menjawab sangat sering. Dari hasil penelitian Ilyas (1997) yang menemukan
bahwa lansia menderita berbagai penyakit yang berhubungan dengan ketuaan
antara lain diabetes mellitus, hipertensi, jantung koroner, rematik dan asma
sehingga menyebabkan aktivitas bekerja terganggu.
Untuk pertanyaan nomor 4, seberapa sering lansia membutuhkan terapi
medis untuk dapat beraktivitas, sebanyak 49.2% lansia menjawab sedikit.
Untuk pertanyaan nomor 10 kecukupan tenaga lansia untuk beraktivitas,
sebanyak 47.7 % menjawab baik. Hal ini sesuai dengan papalia (2001) yang
(56)
mengakibatkan dirinya tidak dapat mengerjakan berbagai aktivitas sebaik masa
muda dulu.
Untuk pertanyaan nomor 16, seberapa puaskah lansia dengan tidurnya,
sebanyak 49.2% menjawab tidak memuaskan. Menurut Nugroho (2000) pada
lansia telah terjadi gangguan perkemihan, salah satunya otot-otot vesika urinaria
menjadi lemah, frekuensi buang air kecil meningkat yang menyebabkan lansia
harus sering terbangun di malam hari dan mengganggu tidurnya.
Untuk pertanyaan nomor 17 seberapa puas lansia dalam beraktivitas,
sebanyak 56.9% menjawab biasa-biasa saja. Seperti yang dikatakan Kuntjoro
(2002) perubahan dalam peran sosial dimasyarakat, lansia sebaiknya selalu diajak
untuk melakukan aktivitas dan memiliki peranan dimasyarakat, selama yang
bersangkutan masih sanggup, agar tidak merasa terasing atau diasingkan. Karena
jika keterasingan terjadi akan semakin menolak untuk berkomunikasi dengan
orang lain dan kadang-kadang terus muncul perilaku regresi seperti mudah
menangis, mengurung diri, dan merengek-rengek bila bertemu dengan orang lain.
5.2.3. Domain Psikologis
Dari hasil penelitian yang dilakukan terhadap 65 responden didapatkan
mean 18.66. Frekuensi tertinggi didapatkan dari pertanyaan nomor 5, seberapa
jauh lansia menikmati hidupnya, sebanyak 61.5% lansia menjawab dalam jumlah
sedang dan frekuensi terendah untuk pertanyaan nomor 6 seberapa jauh lansia
merasa hidupnya berarti, sebanyak 46.2% lansia menjawab dalm jumlah sedang.
Untuk pertanyaan nomor 7 seberapa jauh lansia mampu berkonsentrasi,
(57)
pada umumnya setelah orang memasuki lansia maka ia mengalami penurunan
fungsi kognitif dan psikomotor. Fungsi kognitif meliputi proses belajar, persepsi,
pemahaman, pengertian, perhatian dan lain-lain.
Untuk pertanyaan nomor 11, apakah lansia dapat menerima penampilan
tubuhnya. Sebanyak 58.5% menjawab sedang. Sedangkan menurut Nugroho
(2000), kemunduran fisik yang terjadi pada lansia memberikan kesimpulan bahwa
kecantikan atau ketampanan yang mereka miliki mulai hilang, ini berarti
kehilangan daya tarik bagi diri lansia.
Untuk pertanyaan nomor 19 seberapa puaskah lansia terhadap dirinya,
sebanyak 55.4% menjawab biasa-biasa saja. Kuntjoro (2002) mengatakan bahwa
salah satu tipe kepribadian lansia adalah tipe kepribadian konstruktif (
Construction personality ), biasanya tipe ini tidak banyak mengalami gejolak, tenang dan mantap sampai sangat tua.
Untuk pertanyaan nomor 26, seberapa sering lansia memiliki perasaan
negative seperti ‘feeling blue’ (kesepian), putus asa, cemas dan depresi, sebanyak
61.5% menjawab jarang. Hal ini berbeda dengan yang dikatakan Kuntjoro (2002)
bahwa akibat berkurangnya fungsi indera pendengaran, penglihatan, gerak fisik
dan sebagainya maka muncul gangguan fungsional atau bahkan kecacatan pada
lansia. Misalnya badannya menjadi membungkuk, pendengaran sangat berkurang,
(58)
5.2.4. Domain Hubungan Sosial
Dari hasil penelitian yang dilakukan terhadap 65 responden didapatkan
mean sebesar 9.05. Frekuensi tertinggi didapat dari pertanyaan nomor 20,
seberapa puaskah lansia dengan hubungan personal/sosialnya. Sebanyak 73.8%
mejawab biasa-biasa saja. Hal ini sesuai dengan penelitian Suhartini (2008) yang
menemukan bahwa lansia dalam memenuhi kebutuhan bersosialisasi antara
responden dengan masyarakat pada umumnya responden mengikuti kegiatan
kelompok seperti kelompok pengajian, kebaktian, dan kelompok karang werdha.
Ada juga lansia mengikuti kelompok pensiunan. Bantuan lansia kepada anaknya
selalu diberikan. Bantuan berupa keuangan, misalkan uang untuk jajan
cucu-cucunya, bantuan makanan dan yang pasti dan sering diberikan adalah bantuan
berupa nasehat/ wejangan. Dengan hubungan tersebut lansia serasa memberikan
arti bagi dirinya, dan juga kepada sesamanya (Sumarjo,1997).
Sedangkan frekuensi terendah didapat dari pertanyaan nomor 21
seberapa puaskah lansia dengan kehidupan seksualnya, sebanyak 58.5%
menjawab tidak memuaskan . Hal ini sesuai dengan Kuntjoro (2002) yang
mengatakan bahwa pada lansia terjadi penurunan fungsi dan potensial seksual, hal
ini di sebabkan faktor psikologis yang menyertai lansia seperti rasa tabu atau malu
bila mempertahankan kehidupan seksual, sikap keluarga dan masyarakat yang
kurang menunjang serta diperkuat oleh tradisi dan budaya, kelelahan atau
kebosanan karena kurang variasi dalam kehidupannya, pasangan hidup telah
(59)
Untuk pertanyaan nomor 22, seberapa puaskah lansia dengan dukungan
yang diperoleh dari temannya, sebanyak 70.8% menjawab biasa-biasa saja. Hal
ini sesuai dengan Kuntjoro (2002) yang menyebutkan bahwa pada lansia yang
memiliki keluarga bagi orang-orang kita (budaya ketimuran) masih sangat
beruntung karena anggota keluarga seperti anak, cucu, cicit, sanak saudara bahkan
kerabat umumnya ikut membantu (care) dengan penuh kesabaran dan pengorbanan.
5.2.5. Domain Lingkungan
Dari hasil penelitian yang dilakukan terhadap 65 responden didapatkan
mean sebesar 24.77% . Frekuensi tertinggi didapat dari pertanyaan nomor 8,
secara umum seberapa aman lansia rasakan dalam kehidupan sehari-hari,
sebanyak 66.2% lansia menjawab dalam jumlah sedang. Dari data yang didapat
dan fakta yang ditemukan di lapangan bahwasanya lansia memiliki tempat
tinggal, penerangan dengan listrik, keluarga dan posyandu lansia yang tidak jauh
letaknya.
Sedangkan frekuensi terendah didapat dari pertanyaan nomor 14, apakah
lansia memiliki keempatan untuk bersenang-senang/ rekreasi, sebanyak 49.2%
lansia menjawab sedang. Dari data yang didapat dan fakta yang ditemukan
dilapangan bahwa kesempatan lansia berekreasi karena lansia mengalami
penurunan fisik dan tidak memiliki dana yang cukup.
Untuk pertanyaan nomor 9, seberapa sehat lingkungan dimana lansia
(60)
menjawab dalam jumlah sedang. Dari data yang didapat dan fakta yang ditemukan
dilapangan bahwa daerah teman tinggal lansia masih banyak pohon-pohonan yang
mana membuat lansia menghirup udara segar setiap pagi tanpa terkena polusi
udara.
Untuk pertanyaan nomor 12, apakah lansia memiliki cukup uang untuk
memenuhi kebutuhannya, sebanyak 50.8% lansia menjawab sedang, dari data
demografi , sebanyak 32 responden (49.2%) memiliki pekerjaan sebagai petani
dan tingkat pendidikan lansia rendah sehingga penghasilan yang diperoleh hanya
cukup untuk memenuhi kebutuhan minimal kehidupan sehari-hari. Hal ini sesuai
dengan penelitian Suhartini (2008) yang menemukan lansia kondisi ekonomi
kurang, disebabkan kondisi kesehatan lansia sangat buruk sehingga tidak mampu
lagi bekerja.
Untuk pertanyaan nomor 13, seberapa jauh ketersediaan informasi bagi
kehidupan lansia dari hari kehari, sebanyak 55.4% lansia menjawab sedang.
Menurut Kuntjoro (2002) bahwasanya pada lansia kesempatan untuk
memperoleh informasi baru justru terbuka sangat lebar, karena waktu
senggangnya relatif banyak. Bagi lansia adanya informasi baru berarti
menstimulasi fungsi otak kognitifnya, fungsi afektifnya dan fungsi psikomotornya
yang membuat syaraf-syaraf otaknya tetap berfungsi secara normal.
Untuk pertanyaan nomor 23, seberapa puaskah lansia dengan kondisi
tempat lansia tinggal saat ini, sebanyak 58.5% lansia menjawab biasa-biasa saja.
Dari data yang didapat dan fakta yang ditemukan bahwa lansia memiliki tempat
(61)
tinggal dengan akses pada layanan kesehatan, sebanyak 49.2 lansia menjawab
biasa-biasa saja. Hal ini sesuai dengan yang dicanangkan pemerintah dalam
Perpu tentang lanjut usia UU nomor 13 tahun 1998, yaitu memperoleh pelayanan
kesehatan pada sarana kesehatan pemerintah.
Untuk pertanyaan nomor 25, seberapa puaskah lansia dengan transportasi
yang harus lansia jalani, sebanyak 55.4% lansia menjawab biasa-biasa saja. Hal
ini sesuai dengan dicanangkan pemerintah dalam Perpu tentang lanjut usia UU
nomor 13 tahun 1998, yaitu penyediaan aksesbilitas lanjut usia pada bangunan umum, jalan umum dan angkutan umum.
(62)
BAB 6
KESIMPULAN DAN SARAN
Penelitian ini dilakukan terhadap 65 orang responden (lansia) yang
berkunjung ke Posyandu di wilayah kerja Puskesmas Padangmatinggi Daerah
Kota Padangsidimpuan. Hasil penelitian ini menggambarkan bagaimana kualitas
hidup lansia yang berkunjung ke posyandu tersebut apakah kualitas hidup nya
tinggi atau rendah.
Berdasarkan hasil analisa data dan pembahasan dapat diambil
kesimpulan dan saran mengenai kualitas hidup lansia yang berkunjung ke
posyandu di wilayah kerja Puskesmas Padangmatinggi Daerah Kota
Padangsidimpuan.
6.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian didapatkan skore dari kuesioner kualitas
hidup dengan skore maximum adalah 104 dan skore minimum 59 dengan mean
78.54. Hal ini didukung oleh usia responden yang berkunjung ke posyandu
tersebut mayoritas 60-65 tahun sebanyak 41.5% sehingga lansia masih bisa
melakukan aktivitas sosial di lingkungannya. Jenis kelamin perempuan yang
paling dominan sebanyak 47 responden (72.3%), Status perkawinan menikah
yang paling dominan sebanyak 35 responden (53.8%). Dan masalah kesehatan
yang dialami adalah rematik 25 responden (38.5%) Hal ini berkaitan dengan
(63)
kronis mempengaruhi kualitas hidup karena terjadi kehilangan densitas (cairan)
dan semakin rapuh, permukaan sendi tulang penyangga rusak dan aus dan menjadi
kaku, tendon mengerut dan mengalami sklerosis (Nugroho,2008). Sedangkan
berdasarkan persepsi lansia sendiri terhadap kualitas hidupnya 28 responden
(43,1%) menjawab biasa-biasa saja, menjawab buruk sebanyak 26 responden
(40.0%) dan yang menjawab baik 11 responden (16.9%)
6.2.Saran
6.2.1. Bagi Posyandu di wilayah kerja Puskesmas Padangmatinggi
Dari Hasil Penelitian ini diharapkan akan dapat meningkatkan
pengetahuan perawat yang bertugas di Posyandu wilayah kerja Puskesmas
Padangmatinggi dan dapat meningkatkan kinerja dari perawat tersebut untuk lebih
rajin dan memperhatikan kualitas hidup lansia yang berkunjung ke posyandu di
wilayah kerja Puskesmas Padangmatinggi. Untuk mahasiswa yang meneliti di
tempat ini agar di beri izin untuk lebih sering berkunjung menemui lansia yang
ada di sana agar bisa lebih lama berbincang-bincang dan berdiskusi dengan
mereka, dan lebih dekat lagi dengan lansianya untuk membina trust yang lebih
baik.
6.2.2. Bagi Praktek Keperawatan
Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan
perawat dalam melaksanakan praktek keperawatan keluarga kearah yang lebih
baik lagi dengan cara memberikan pendidikan kesehatan dan penyuluhan
(64)
6.2.3. Bagi Pendidikan Keperawatan
Dalam pendidikan keperawatan khususnya bagi mata ajar keperawatan
gerontik dapat menjadi suatu pertimbangan untuk mempelajari kualitas hidup
lansia sehingga nantinya dapat diaplikasikan ketika berada di lingkungan
masyarakat.
6.2.4. Bagi Peneliti Selanjutnya
Penelitian ini telah dilakukan dengan metode deskriptif maka untuk
peneliti selanjutnya diharapkan dapat melengkapi penelitian ini dengan
mengembangkan metode lain. Untuk penelitian selanjutnya yang berkaitan
dengan judul penelitian ini sebaiknya mengetahui keenam domain dari kualitas
hidup, karena masih banyak yang harus di lihat dari domain tersebut tidak hanya
domain fisik, psikologis, hubungan sosial, dan lingkungan sehingga hasil
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
RENCANA ANGGARAN PENELITIAN
1.
PROPOSAL
a. Kertas A4:
Rp. 100.000
b. Tinta print:
Rp. 100.000
c. Print proposal:
Rp. 50.000
d. Foto copy sumber pustaka:
Rp. 50.000
2.
PENGUMPULAN DATA
a.
Transportasi
Rp. 300.000
b.
Fotocopy lembar ceklis dan persetujuan penelitian
Rp. 150.000
c.
Souvenir
Rp. 100.000
3.
ANALISA DATA DAN PENYUSUNAN LAPORAN
a.
Penjilidan
Rp. 50.000
b.
Fotocopy laporan penelitian
Rp. 150.000
c.
CD
Rp. 50.000
4. BIAYA TAK TERDUGA
Rp. 200.000
___________
Total
Rp.1.400.000
(6)
CURRICULUM VITAE
DATA PRIBADI
Nama : Retna Aulia Ritonga
Tempat/tanggal Lahir : Rantauprapat, 11 Maret 1977
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Kewarganegaraan : Indonesia
Alamat : Jln. Raja Inal Siregar Lk.VI Batunadua
Daerah Kota Padangsidimpuan
RIWAYAT PENDIDIKAN
1. 1983-1989 : SD Negeri 112143 Rantauprapat 2. 1989-1992 : SLTP Negeri 2 Rantauprapat
3. 1992-1995 : Pesantren Modren Daar Al Uluum Kisaran 4. 1995-1998 : Akper Dr,Rusdi Medan