xix masing komoditi dari pola tanam yang diterapkan, dan luas lahan sawah yang
beralih fungsi.
2.2 Landasan Teori
Alih fungsi lahan sawah tidak terlepas dari situasi ekonomi secara keseluruhan. Pertumbuhan ekonomi yang tinggi menyebabkan beberapa sektor ekonomi
tumbuh dengan cepat sehingga sektor tersebut membutuhkan lahan yang lebih luas. Lahan sawah yang terletak dekat dengan sumber ekonomi akan mengalami
pergeseran penggunaan kebentuk lain seperti pemukiman, industri manufaktur dan fasilitas infrastruktur. Hal ini terjadi karena Land Rent persatuan luas yang
diperoleh dari aktivitas baru lebih tinggi daripada yang dihasilkan sawah Prayudho, 2009.
Menurut Prayudho 2009 suatu lahan sekurang-kurangnya memiliki empat jenis rent, yaitu:
1. Ricardian Rent, menyangkut fungsi kualitas dan kelangkaan lahan.
2. Locational Rent, menyangkut fungsi eksesibilitas lahan.
3. Ecological Rent, menyangkut fungsi ekologi lahan.
4. Sosiological Rent, menyangkut fungsi sosial dari lahan.
xx Umumnya Land Rent yang mencerminkan mekanisme pasar hanya mencakup
Ricardian Rent dan Locational Rent. Ecological Rent dan Sosiological Rent tidak sepenuhnya terjangkau mekanisme pasar Prayudho, 2009.
Hal tersebut sesuai dengan teori lokasi neo klasik yang menyatakan bahwa substitusi diantara berbagai penggunaan faktor produksi dimungkinkan agar
dicapai keuntungan maksimum. Artinya alih fungsi lahan sawah terjadi akibat penggantian faktor produksi sedemikian rupa semata-mata untuk memperoleh
keuntungan maksimum Prayudho, 2009.
Dalam model Ricardiant Rent dijelaskan bahwa adanya alokasi penggunaan lahan ke penggunaan lain dikarenakan perbedaan Land Rent yang memberikan
penggunaan yang lebih menguntungkan. Oleh karena itu adanya alih fungsi komoditi disebabkan oleh perbedaan land rent komoditi pengganti yang secara
ekonomis dianggap lebih menguntungkan. Kondisi ini diilustrasikan seperti pada Gambar 1.
xxi
Gambar 1. Land Rent Ricardian
A. Lahan Biaya Rendah Rp MC
P
Biaya Produksi Land Rent
AC
Q Jumlah Output
B. Lahan Biaya Menengah Rp MC
AC P
Q Jumlah Output C. Lahan Marginal
MC P
AC
Q Jumlah Output
xxii D. Pasar
S P
E D
B Q Q per periode
Gambar 1 menjelaskan misalkan ada banyak petak lahan yang dapat ditanami padi. Lahan-lahan tersebut bervariasi dari sangat subur biaya produksi rendah
sampai sangat jelek dan kering biaya produksi tinggi. Kurva penawaran jangka panjang untuk padi dibangun sebagai berikut: ketika harga rendah, hanya lahan
yang sangat subur digunakan untuk memproduksi padi, dan jumlah yang diproduksi pun sedikit. Ketika output meningkat, lahan kering yang membutuhkan
biaya yang lebih tinggi pun digunakan dalam proses produksi. Karena, dengan harga yang sekarang lebih tinggi, menanam padi pada tanah jenis ini akan
menguntungkan. Karena peningkatan biaya berhubungan dengan penggunaan tanah yang kurang subur, kurva penawaran jangka panjang untuk padi slopenya
positif Nicholson, 2000
Ekuilibrium pasar dalam situasi ini digambarkan pada kurva D. Pada harga ekuilibrium p, baik lahan yang berbiaya produksi rendah maupun tinggi
menerima keuntungan jangka panjang. “Lahan marjinal” menerima keuntungan ekonomi sama dengan nol. Lahan-lahan dengan biaya produksi yang lebih tinggi
berada di luar pasar karena mereka akan rugi jika berproduksi pada harga p.
xxiii Sebaliknya, keuntungan yang dihasilkan oleh lahan intra-marjinal dapat bertahan
dalam jangka panjang, karena masih memiliki sumber daya yang langka yaitu lahan pertanian yang rendah biaya. Penjumlahan dari keuntungan jangka panjang
ini menghasilkan total surplus produsen seperti yang digambarkan pada bidang PEB. Keuntungan jangka panjang yang diiustrasikan pada Gambar 1 sering
disebut sebagai sewa Ricardian Ricardian rent. Keuntungan ini merupakan penerimaan yang diperoleh pemilik sumber daya yang langka lahan yang subur.
xxiv
2.3. Kerangka Pemikiran