Perkembangan Alih Fungsi Lahan Di Daerah Irigasi Namu Sira-sira

xxxvi

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1. Perkembangan Alih Fungsi Lahan Di Daerah Irigasi Namu Sira-sira

Penelitian dilakukan terhadap petani padi sawah dan petani yang mengalihfungsikan lahan padi sawah menjadi lahan perkebunan di daerah irigasi Namu Sira-sira. Daerah Irigasi Namu Sira-sira mencakup Kecamatan Kuala, Selesai, Sei Bingei dan Binjai Selatan. Di daerah penelitian luas lahan persawahan mengalami penurunan, hal ini disebabkan karena petani mengalihkan lahan padi sawah menjadi lahan perkebunan. Untuk melihat penurunan luas lahan padi sawah yang ada di daerah irigasi Namu Sira-sira dapat dilihat pada Tabel 6. Tabel 6. Perkembangan luas lahan padi sawah di daerah irigasi Namu Sira-sira 1998-2010 No Tahun Sei Bingei Kuala Selesai Binjai Selatan Total Perubahan Lahan Kec. Sei Bingei Perubahan Lahan Kec. Kuala Perubahan Lahan Kec. Selesai Perubahan Lahan Kec.Binjai Selatan Perubahan Lahan Daerah Irigasi Namu Sira-sira 1 1998 8802 3154 3274 2519 17749 2 1999 5930 2747 2141 2776 13594 32.63 -12.9 -34.61 10.2 -23.4 3 2000 5931 3294 4105 3252 16582 0.017 19.9 91.73 17.15 21.98 4 2001 3957 2379 2502 3228 12066 -33.28 -27.77 -39.04 -0.74 -27.23 5 2002 5584 4384 2930 4724 17622 41.12 84.28 17.12 46.34 46.04 6 2003 5845 2581 4007 3223 15656 4.67 -41.13 36.76 -31.77 -11.16 7 2004 5443 1997 3471 3445 14356 -6.88 -22.62 -13.37 6.89 -8.3 8 2005 4614 4360 4077 3517 16568 -15.23 118.32 17.46 2.08 15.41 9 2006 6144 3392 2860 2718 15114 33.16 -22.2 -29.85 -22.72 -8.77 10 2007 5839 3776 3303 3709 16627 -4.96 11.32 15.48 36.46 10.01 11 2008 6038 3522 6038 3551 19149 3.4 -6.73 82.8 -4.26 15.17 12 2009 5038 3180 5038 3801 17057 -16.56 -9.71 -16.56 7.04 -10.92 Laju Perubahan alih fungsi lahan -42.76 0.82 53.88 50.89 -3.89 Sumber : Analisis data dari Dinas Pertanian Kabupaten Langkat xxxvii Dari Tabel 6. dapat dilihat dari setiap kecamatan adanya penurunan luas lahan Padi Sawah. Untuk mengetahui tinggi rendahnya penurunan luas lahan padi sawah di 4 empat kecamatan tersebut dapat dilihat pada Gambar 2. Gambar 2. Perkembangan Luas Lahan Padi Sawah Di Daerah Irigasi Namu Sira-Sira Perkembangan Luas Lahan Padi Sawah Di Daerah Irigasi Namu Sira-Sira 2000 4000 6000 8000 10000 1995 2000 2005 2010 Tahun L u as L ah an H a Sei Bingei Kuala Selesai Binjai Selatan Gambar 2 memperlihatkan bahwa daerah yang mengalami penurunan luas lahan tertinggi terdapat di Kecamatan Sei Bingei, dimana dari Tabel 8 di ketahui bahwa luas lahan padi sawah tahun 1998 adalah 8.802 Ha menurun sepanjang 12 dua belas tahun sebesar 3.764 Ha sehingga tahun 2009 luas lahan padi sawah menjadi 5038 Ha. Dengan laju penurunan luas lahan padi sawah sebesar -42,76 . Penurunan luas lahan padi sawah tertinggi setelah Kecamatan Sei bingei terdapat di Kecamatan Kuala. Penurunan luas lahan tertinggi terjadi di tahun 2003 dimana luas lahan padi sawah hanya 2581 Ha, bila dibandingkan dengan tahun 2002 luas lahan padi sawah adalah 4384 Ha dengan penurunan luas lahan padi sawah sebesar 1803 Ha. xxxviii Di Kecamatan Selesai penurunan luas lahan tertinggi terjadi pada tahun 2005- 2006, dengan penurunan sebesar 1217 Ha dimana tahun 2005 luas lahan padi sawah 4077 Ha menjadi 2860 Ha. Kemudian mengalami peningkatan kembali tahun 2007, dan luas lahan padi sawah terus mengalami penurunan sampai tahun 2009 menjadi 5038 Ha. Di Kecamatan Binjai Selatan penurunan luas lahan tertinggi terjadi pada tahun 2002- 2003, dengan penurunan sebesar 1501 Ha dimana tahun 2002 luas lahan padi sawah 4724 Ha menjadi 3223 Ha. Kemudian mengalami peningkatan kembali tahun berikutnya, dan tahun 2006 mengalami penurunan kembali, dan tahun 2008-2009 mengalami peningkatan luas lahan sebesar 250 Ha, sehingga luas lahan padi sawah dari 3551 Ha tahun 2008 menjadi 3801 Ha tahun 2009. Penurunan luas lahan padi sawah diakibatkan adanya alih fungsi lahan, gambaran ini diperlihatkan oleh meningkatnya luas lahan sawit, kakao di Kecamatan Sei Bingei 2000-2009, seperti terlihat pada Tabel 7. dan pada gambar 3 dan 4. Untuk seluruh daerah Irigasi Namu Sira-sira sejak tahun 1998 sampai dengan 2009 terjadi penurunan luas lahan padi sawah seluas 692 Ha dari tahun ke tahun. Laju penurunan luas lahan sejak 12 dua belas tahun tersebut sebesar -3.89 . Dari data tersebut diatas disimpulkan bahwa laju penurunan luas lahan terjadi hanya di Kecamatan Sei Bingei sebesar -42.76 dalam 12 dua belas tahun terakhir. xxxix Tabel 7. Perkembangan Luas Lahan Padi Sawah, Kakao, dan Sawit di Kecamatan Sei Bingei 2000-2009. Tahun luas lahan padi sawah Ha luas lahan kakao Ha luas lahan sawit Ha 2000 5931 30 1.136 2001 3957 55 1.131 2002 5584 58 1.131 2003 5845 65 1.741 2004 5443 68 1.437 2005 4614 78 1.567 2006 6144 280 2.852 2007 5839 291 2.852 2008 6038 291 2.852 2009 5038 279 2.862 Sumber : Kecamatan Sei Bingei dalam Angka Gambar 3. Perkembangan Luas Lahan Padi Sawah dan Kakao di Kecamatan Sei Bingei. Perkembangan Luas Lahan Padi Sawah dan Kakao di Kecamatan Sei Bingei 1000 2000 3000 4000 5000 6000 7000 1998 2000 2002 2004 2006 2008 2010 Tahun L u as L ah an H a luas lahan padi sawah Ha luas lahan kakao Ha Sumber : Diolah dari Tabel 9. xl Gambar 4. Perkembangan Luas Lahan Padi Sawah dan Sawit di Kecamatan Sei Bingei. Perkembangan Luas Lahan Padi Sawah dan Sawit 1000 2000 3000 4000 5000 6000 7000 1998 2000 2002 2004 2006 2008 2010 Tahun L u as L ah an H a luas lahan padi sawah Ha luas lahan sawit Ha Sumber : Diolah dari Tabel 9. 5.2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Petani Padi Sawah Melakukan Alih Fungsi Lahan di Daerah Penelitian Ada beberapa faktor yang diduga mempengaruhi petani melakukan alih fungsi lahan. Faktor-faktor tersebut adalah luas lahan yang dimiliki petani, kecukupan air irigasi, dan perbedaan penerimaan usaha tani padi sawah dengan kakao dan sawit, kecenderungan perkembangan harga padi sawah, kakao, dan sawit. Untuk mengetahui persentase petani responden yang menyatakan bahwa faktor-faktor luas lahan yang dimiliki petani, kecukupan air irigasi, perbedaan penerimaan usaha tani padi sawah dengan kakao dan sawit, dan kecenderungan perkembangan harga padi sawah, kakao, dan sawit mempengaruhi petani padi sawah melakukan alih fungsi lahan dapat dilihat pada Tabel 8. xli Tabel 8. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Petani Padi Sawah Melakukan Alih Fungsi Lahan n = 60 jiwa Faktor-faktor Persentase 1. Perbedaan penerimaan usaha tani padi sawah dengan kakao dan sawit 83,33 2. Luas lahan 43 3. Kecukupan air irigasi 53.33 4. Kecenderungan perkembangan harga padi sawah, kakao, dan sawit 83,33 Sumber :Data diolah dari lampiran 2

1. Perbedaan Penerimaan yang Diperoleh Petani Padi Sawah, Kakao, dan Sawit

Pada Tabel 8. diperlihatkan bahwa 83,33 petani responden menyatakan bahwa perbedaan penerimaan usaha tani padi, kakao, dan sawit mempengaruhi petani melakukan alih fungsi lahan. Frekuensi panen untuk komoditi padi, kakao, dan sawit juga berbeda. Untuk tanaman padi sawah dapat dipanen setiap 3 tiga bulan sekali, tanaman kakao dapat dipanen setiap satu minggu, dan untuk tanaman sawit dipanen setiap 2 dua minggu. Perbedaan penerimaan usaha tani padi sawah, kakao, dan sawit dapat dilihat pada Tabel 9. xlii Tabel 9. Perbedaan Penerimaan yang Diperoleh Petani Padi Sawah, Kakao, dan Sawit per 3 bulan. Padi Sawah Kakao Sawit Produksi KgHa 6.940 100 x12 = 1200 4.635,798 x 6 = 27.814,7 Harga RpKg 3.125,- 19.498,- 1.156,1 Penerimaan RpHa 21.687.500 23.397.600 32.156.621 Sumber: Data Diolah Dari Lampiran 3,4,dan 5 Dari Tabel 9. terlihat adanya perbedaan penerimaan yang diperoleh antara petani padi sawah, kakao, dan sawit. Penerimaan tertinggi diperoleh dari komoditi Sawit sebesar Rp. 32.156.621 Ha. Sedangkan penerimaan dari komoditi kakao sebesar Rp. 23.397.600Ha. Dari tabel di atas dapat disimpulkan bahwa tingginya perbedaan penerimaan dari komoditi sawit dan kakao mempengaruhi keputusan petani melakukan alih fungsi lahan.

2. Luas Lahan dan Kecukupan Air Irigasi

Dari Tabel 8. terlihat sebesar 43 petani sampel menyatakan bahwa faktor luas lahan mempengaruhi petani melakukan alih fungsi lahan. Petani sampel yang memiliki lahan yang luas cenderung membagi lahannya untuk tanaman padi, kakao, dan sawit. Umumnya luas lahan ≥1 Ha cenderung mengalami alih fungsi lahan. Pada lampiran 2 diperlihatkan bahwa sekitar 26 dua puluh enam petani sampel yang memiliki lahan yang luas cenderung membagi lahannya ke beberapa komoditi seperti padi sawah, sawit dan kakao. xliii Di daerah penelitian petani sampel juga menanam tanaman hortikultura pada saat pergiliran tanaman. Petani sampel menanam jenis hortikultura hanya pada saat petani tidak menanam padi sawah, sehingga lahan padi sawah tidak mengalami alih fungsi ke tanaman hortikultura. Untuk mengetahui perkembangan luas lahan padi sawah, kakao, sawit dan hortikultura di kecamatan Sei Bingei dari tahun 2000-2009 dapat dilihat pada Gambar 5. Gambar 5. Perkembangan luas lahan padi sawah, kakao, sawit dan hortikultura di kecamatan Sei Bingei dari tahun 2000-2009 1000 2000 3000 4000 5000 6000 7000 1998 2000 2002 2004 2006 2008 2010 Tahun L u as L ah an H a luas lahan padi sawah Ha luas lahan Kakao Ha luas lahan sawit Ha luas lahan hortikultural Ha Sumber : Data Diolah dari Lampiran 7 xliv Dengan analisis korelasi dapat diukur keeratan antara luas lahan kakao dengan padi, luas lahan sawit dengan padi, luas lahan hortikultura dengan padi. Koefisien korelasi antara luas lahan kakao dengan padi adalah -0,139. Koefisien korelasi -0,139 berarti korelasi kedua variabel tidak kuat. Dengan tingkat signifikansi sebesar 0,702 menyatakan bahwa tidak ada hubungan yang nyata antara luas lahan kakao dengan luas lahan padi. Koefisien korelasi antara luas lahan sawit dengan padi adalah -0,037. Koefisien korelasi -0,037 berarti korelasi kedua variabel tidak kuat. Dengan tingkat signifikansi sebesar 0,919 0,05 menyatakan bahwa tidak ada hubungan yang nyata antara luas lahan sawit dengan luas lahan padi, hal ini karena petani di daerah penelitian tidak mengalihkan seluruh lahan padi sawah ke komoditi lain. Nilai korelasi yang tidak kuat antara luas lahan kakao dan luas lahan padi sawah, dan luas lahan sawit dengan luas lahan sawah dikarenakan beberapa petani di daerah penelitian tidak mengalihkan seluruh lahannya ke tanaman perkebunan tetapi hanya sebahagian, hal ini dikarenakan air tidak cukup mengairi seluruh lahan persawahan sehingga petani yang memiliki lahan yang luas membagi lahannya. Dan apabila air cukup untuk mengairi lahan sawah, maka petani memilih tetap menanam padi sawah, dengan debit air sebesar 3,5 m 3 detik. xlv Koefisien korelasi antara luas lahan Hortikultura dengan padi adalah 0,754. Koefisien korelasi 0,754 berarti korelasi kedua variabel kuat. Koefisien korelasi bertanda positif artinya apabila luas lahan hortikultura meningkat maka luas lahan padi juga akan meningkat, ini terjadi karena di daerah penelitian petani menanam tanaman hortikultura pada saat petani tidak menanam padi yaitu pada saat masa pergiliran tanaman dari padi sawah ke tanaman hortikultura, sehingga dalam hal ini petani tidak melakukan alih fungsi lahan ke tanaman hortikultura. Tingkat signifikansi diperoleh sebesar 0,012 menyatakan bahwa korelasi nyata antara luas lahan tanaman hortikultura dengan luas lahan tanaman padi. Berikutnya sebesar 53.33 petani responden menyatakan bahwa faktor kecukupan air irigasi mempengaruhi petani mengalihfungsikan lahan padi sawah menjadi tanaman kakao dan sawit. Hal ini disebabkan di daerah penelitian air irigasi yang tersedia tidak cukup mengairi lahan padi sawah. Ketersediaan air yang tidak cukup untuk mengairi lahan padi sawah diduga disebabkan karena jarak antara lahan terhadap saluran primer air irigasi. Semakin jauh jarak lahan terhadap saluran irigasi maka lahan tersebut cenderung tidak mendapat air. xlvi Secara rinci, pembagian desa berdasarkan debit air dapat dilihat pada Tabel 12. Tabel 10. Pembagian Desa Berdasarkan Debit Air No Desa Kecamatan Banyak Sedang Sedikit 1 Durian Lingga Sei Bingei √ 2 Psr 8 Namu Terasi Sei Bingei √ 3 Psr IV Namu Terasi Sei Bingei √ 4 Psr II. Purwobinangun Sei Bingei √ 5 Emplasmen Kwl. Mencirim Sei Bingei √ 6 Namu Ukur Utara Sei Bingei √ 7 Psr 6 Kwl Mencirim Sei Bingei √ Jumlah 4 2 1 Sumber : Dinas Pengembangan Sumber Daya Air Propinsi Sumut Unit Pelaksana Namu Sira-sira, 2009 Tabel 10 memperlihatkan kondisi kecukupan air di Daerah Irigasi Namu Sira-sira, Kecamatan Sei Bingei dimana terdapat 4 dari 7 desa memiliki air dalam debit yang banyak, 2 dari 7 desa memiliki air dalam debit sedang, dan 1 dari 7 desa memiliki air dalam debit sedikit. Berdasarkan daftar tersebut maka dapat disimpulkan Desa Namu Ukur Utara dan Psr. II Purwobinangun adalah desa yang memiliki debit air banyak, Desa Psr. VI Kwala Mencirim memiliki debit air sedang, Desa Emplasmen Kwala Mencirim.memiliki debit air sedikit. Di daerah penelitian petani tidak seluruhnya mengalihfungsikan lahan yang dimilikinya. Beberapa petani bertahan untuk menanam padi sawah, beberapa petani mengalihfungsikan seluruh lahan padi sawahnya ke tanaman perkebunan, dan beberapa petani hanya mengalihfungsikan sebahagian lahan miliknya ke tanaman perkebunan. Tabel 11 memperlihatkan jumlah petani yang bertahan menanam padi sawah, petani yang mengalihfungsikan seluruh lahan padi sawah ke tanaman perkebunan, dan petani yang mengalihfungsikan sebagian lahan padi sawah ke komoditi perkebunan. xlvii Tabel 11. Distribusi petani sampel orang Desa Petani Tidak Alih Fungsi Alih Fungsi Sebagian Alih Fungsi Seluruhnya Namu Ukur Utara - 16 9 Psr. II Purwobinangun 5 3 1 Psr.VI Kwala Mencirim 9 3 8 Emplasmen Kwala Mencirim - 3 3 Total 14 25 21 Sumber : Analisis Data Primer Lampiran 1 Tabel 12. Jarak Desa ke Saluran Primer Nama Desa Jarak ke Saluran Sekunder m Desa Namu Ukur Utara 11.530,63 Desa Psr. II Purwobinangun 30.840,04 Desa Psr. VI Kwala Mencirim 12.147,23 Desa Emplasmen Kwala Mencirim 18.012,99 Sumber : Dinas Pengembangan Sumber Daya Air Propinsi Sumut Unit Pelaksana Namu Sira-sira, 2009 Untuk lahan yang terletak di desa Namu Ukur Utara maka jarak desa terhadap saluran Primer adalah 11.530,63 m. Lahan yang terletak di Desa Psr. II Purwobinangun maka jarak desa terhadap saluran Primer adalah 30.840,04 m. Lahan yang terletak di Desa Psr VI Kwala Mencirim maka jarak desa terhadap saluran Primer adalah 12.147,23 m. Lahan yang terletak di Desa Emplasmen Kwala Mencirim maka jarak desa terhadap saluran Primer adalah 18.012,99 m. Jarak yang jauh antara desa dan saluran primer menyebabkan perbedaan jumlah debit air yang didapat tiap-tiap desa. Untuk daerah Irigasi Namu Sira- Sira kebutuhan air yang dibutuhkan untuk tanaman padi sawah sebesar 3,5 m 3 dtk, dengan ketersediaan air kurang dari 3,5 m 3 dtk sehingga kondisi sawah dalam keadaan kekurangan air. Kurangnya ketersediaan air mempengaruhi petani untuk mengganti tanaman padi xlviii sawah menjadi tanaman sawit dan kakao. Untuk tanaman perkebunan seperti sawit, tingkat konsumsi terhadap air sangat besar, sebatang sawit paling sedikit membutuhkan 2000 liter air setiap harinya Tribunnews, 2010. Keputusan petani mengganti lahan padi sawah menjadi tanaman sawit berdampak semakin kurang- nya ketersediaan air di daerah Irigasi Namu Sira-Sira. Selain itu kekurangan air disebabkan karena adanya kerusakan pada saluran air baik kerusakan yang diakibatkan oleh alam, seperti adanya hewan-hewan yang melubangi dasar saluran, maupun yang diakibatkan oleh manusia seperti pembuatan sadap liar untuk kepentingan pribadi. Namun dari berbagai wawancara yang dilakukan terhadap petani responden juga dapat diambil kesimpulan bahwa terdapat kerusakan beberapa saluran yang baru dibuat akibat kurang baiknya mutu pekerjaan yang dilakukan.

3. Kecenderungan Perkembangan Harga Padi, Kakao, Sawit

Pada Tabel 8. memperlihatkan bahwa 83,33 petani sampel menyatakan bahwa kecenderungan perkembangan harga padi, kakao, dan sawit mempengaruhi petani melakukan alih fungsi. Faktor harga padi, kakao dan sawit mempengaruhi petani melakukan alih fungsi lahan. Kenaikan harga kakao dan sawit mempengaruhi petani untuk menanam kakao dan sawit. Untuk melihat perkembangan harga padi, kakao, dan sawit 1998-2009 dapat dilihat pada Gambar 6. xlix Gambar 6. Perkembangan harga padi, kakao, dan sawit 1998-2009. 5000 10000 15000 20000 25000 1998 2000 2002 2004 2006 2008 2010 Ta hun Ha rg a Rp Kg Harga Kakao Harga Padi Harga Sawit Sumber : Diolah dari Lampiran 8. Gambar 6. Memperlihatkan kenaikan harga komoditi padi, kakao, dan sawit tiap tahunnya. Kenaikan harga tertinggi adalah tanaman kakao diikuti tanaman padi dan sawit. Kenaikan harga kakao dan sawit mempengaruhi keputusan petani melakukan alih fungsi lahan.. Dengan analisis korelasi dapat diukur keeratan antara harga kakao dengan padi, harga sawit dengan padi. Koefisien korelasi antara harga kakao dengan harga padi adalah 0.766 berarti korelasi kedua variabel sangat kuat. Koefisien korelasi bertanda positif artinya bahwa apabila harga kakao meningkat maka harga padi tetap meningkat, peningkatan harga padi seiring dengan peningkatan harga kakao diharapkan dapat mengurangi kecenderungan petani padi sawah mengalihkan lahan padi sawah miliknya. Selanjutnya tingkat signifikansi diperoleh sebesar 0,010 menyatakan bahwa adanya korelasi nyata antara harga kakao dengan harga padi. Koefisien korelasi antara harga sawit dengan harga padi adalah 0.827 berarti korelasi kedua variabel sangat kuat. Koefisien korelasi bertanda positif artinya bahwa apabila harga sawit meningkat maka harga padi tetap meningkat, l peningkatan harga padi diharapkan dapat mengurangi kecenderungan petani padi sawah mengalihkan lahan padi sawah ke tanaman sawit. Selanjutnya tingkat signifikansi diperoleh sebesar 0.003 menyatakan bahwa adanya korelasi nyata antara harga kakao dengan harga padi. li

VI. KESIMPULAN DAN SARAN

Dokumen yang terkait

Dampak Alih Fungsi Lahan Sawah Dan Strategi Mitigasinya Terhadap Program Swasembada Beras Di Kabupaten Asahan (Studi Kasus : Kecamatan Setia Janji, Kabupaten Asahan)

5 94 126

Dampak Alih Fungsi Lahan Terhadap Produksi Padi Sawah Di Kabupaten Deli Serdang.

24 143 66

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Alih Fungsi Lahan Pertanian Padi Sawah Terhadap Pendapatan Petani...

1 25 3

Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Alih Fungsi Lahan Padi Sawah dan Pengaruhnya Terhadap Pendapatan Petani (Studi Kasus: Desa Suka Maju Kecamatan Tanjung Pura Kabupaten Langkat)

11 151 100

Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Alih Fungsi Lahan Padi Sawah dan Pengaruhnya Terhadap Pendapatan Petani (Studi Kasus: Desa Suka Maju Kecamatan Tanjung Pura Kabupaten Langkat)

0 0 11

Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Alih Fungsi Lahan Padi Sawah dan Pengaruhnya Terhadap Pendapatan Petani (Studi Kasus: Desa Suka Maju Kecamatan Tanjung Pura Kabupaten Langkat)

0 0 1

Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Alih Fungsi Lahan Padi Sawah dan Pengaruhnya Terhadap Pendapatan Petani (Studi Kasus: Desa Suka Maju Kecamatan Tanjung Pura Kabupaten Langkat)

0 0 7

Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Alih Fungsi Lahan Padi Sawah dan Pengaruhnya Terhadap Pendapatan Petani (Studi Kasus: Desa Suka Maju Kecamatan Tanjung Pura Kabupaten Langkat)

0 0 14

Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Alih Fungsi Lahan Padi Sawah dan Pengaruhnya Terhadap Pendapatan Petani (Studi Kasus: Desa Suka Maju Kecamatan Tanjung Pura Kabupaten Langkat)

0 0 3

Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Alih Fungsi Lahan Padi Sawah dan Pengaruhnya Terhadap Pendapatan Petani (Studi Kasus: Desa Suka Maju Kecamatan Tanjung Pura Kabupaten Langkat)

0 0 21