3.2.2 Sampel
Sampel adalah sesuatu yang digunakan untuk menunjukkan sifat suatu kelompok yang lebih besar, bagian kecil yang mewakili kelompok atau
keseluruhan yang lebih besar; per contoh. Karena jumlah populasi di atas terlalu besar maka pemilihan sampel dilakukan secara acak karena tidak mungkin
meneliti secara keseluruhan data yang ada, sehingga diambillah sebagian dari data yang memiliki karakter yang sama untuk diteliti. Karakter yang dimaksud adalah
berupa wacana kampanye politik pemilihan calon Walikota dan Wakil Walikota Medan, periode 2010 - 2015, mempunyai program kerja, adanya ilustrasi gambar
disertai teks tulisan, dimuat dalam media luar ruang seperti baliho serta adanya konteks. Sesuai dengan kriteria yang ada terpilihlah sepuluh sampel dari
keseluruhan jumlah populasi.
3.3 Metode dan Teknik Pengumpulan Data
Data sangat diperlukan dalam penelitian untuk dianalisis. Oleh karena itu, untuk memperoleh data penelitian ini penulis menggunakan metode simak.
Disebut metode simak atau penyimakan karena memang berupa penyimakan: dilakukan dengan menyimak, yaitu menyimak penggunaan bahasa Sudaryanto,
1993:133. Metode ini digunakan karena penulis hanya menyimak pemakaian bahasa wacana kampanye politik pemilihan calon Walikota dan Wakil Walikota
Medan periode 2010 - 2015 yang terdapat pada media massa cetak seperti baliho. Pada dasarnya, penyimakan itu diwujudkan dengan penyadapan. Kegiatan
menyadap itu dapat dipandang sebagai teknik dasarnya dan dapat disebut “teknik sadap”. Sebagai teknik lanjutannya, penulis menggunakan teknik simak bebas
Universitas Sumatera Utara
libat cakap. Hal ini disebabkan penulis tidak terlibat dalam dialog, melainkan penulis berkedudukan sebagai pemerhati bahasa. Kemudian penulis melanjutkan
dengan mencatat segala sesuatu yang berhubungan dengan data tersebut sebagai penunjang keabsahan data tersebut. Pencatatan seperti ini dipandang sebagai
teknik lanjutan yang disebut ”teknik catat” Sudaryanto 1993:136. Mengingat objek penelitian ini adalah wacana kampanye politik pemilihan calon Walikota
dan Wakil Walikota Medan periode 2010 - 2015, maka penulis mengambil contoh-contoh yang akan dijadikan data dalam penelitian ini dari media cetak
seperti baliho yang terpampang di sepanjang jalan kota Medan yang kemudian dilakukan pemotretan untuk memperoleh gambarnya. Oleh sebab itu, data dalam
penelitian ini adalah data tulis.
3.4 Metode dan Teknik Analisis Data
Metode yang digunakan penulis dalam upaya menemukan kaidah dalam tahap analisis data adalah metode padan. Metode padan alat penentunya di luar,
terlepas dan tidak menjadi bagian dari bahasa language yang bersangkutan Sudaryanto, 1993:13. Teknik merupakan jabaran metode yang ditentukan oleh
alat yang dipakai. Fakta itu menunjukkan bahwa dalam berbicara tentang teknik , ihwal alat yang dipakai sangat penting untuk dibahas. Penulis sendiri
menggunakan teknik pilah unsur penentu atau teknik PUP sebagai teknik dasar di dalam penelitian ini. Adapun alatnya adalah daya pilah yang bersifat mental
yang dimiliki oleh penelitinya Sudaryanto, 1993:21. Sesuai dengan jenis penentu yang akan dipisah-pisahkan atau dibagi menjadi berbagai unsur itu, maka
Universitas Sumatera Utara
daya pilah itu dapat disebut daya pilah referensial. Teknik lanjutannya, penulis menggunakan teknik hubung banding menyamakan HBS.
Contoh: Salah satu versi dari calon no. urut 2 pasangan Sigit Pramono Asri, S.E. – Ir. Hj.
Nurlisa Ginting, M.Sc.
Contoh data 2 dianalisis dengan menggunakan teori implikatur dan tindak tutur yang dijadikan landasan teori pada penelitian ini. Tuturan data 2
akan dianalisis sebagai berikut.
“BERSINAR” BERSAMA SIGIT – NURLISA MEDAN SEJAHTERA
INSYA ALLAH KITA
PASTI MAMPU
MOHON DOA DAN DUKUNGAN MENJADI WALIKOTA DAN WAKIL WALIKOTA MEDAN 2010-2015
Universitas Sumatera Utara
Menentukan implikatur dalam data 2 digunakan kaidah pertuturan seperti yang sudah dijelaskan pada landasan teori yaitu penentuan prinsip kooperatifnya
dan empat maksim percakapan. Prinsip kooperatif yang dikemukakan Grace adalah “katakan apa yang diperlukan pada saat terjadinya percakapan itu dengan
memegang tujuan dari percakapan itu.” Dalam wacana tersebut dituturkan bahwa “Bersama Sigit – Nurlisa Medan sejahtera. Insya Allah kita pasti mampu. Mohon
doa dan dukungan menjadi Walikota dan Wakil Walikota Medan 2010 - 2015” dengan memegang tujuan dari tuturan tersebut yaitu
mengajak masyarakatpembaca. Kemudian dilanjutkan dengan penganutan empat maksim
percakapan. Apabila salah satu dari empat maksim tersebut dilanggar, tuturan tersebut memiliki implikatur. Berdasarkan empat maksim percakapan yang
dikemukakan Grace dapat diputuskan bahwa tuturan data 2 mengandung implikatur karena terbukti melanggar dua dari empat maksim tersebut yaitu
maksim kualitas dan maksim pelaksanaan. Maksim kualitas mewajibkan setiap peserta pertuturan mengatakan hal yang sebenarnya berdasarkan bukti-bukti yang
memadai. Tuturan data 2 tidak bersifat kooperatif karena tidak menuturkan hal yang sebenarnya dan tidak dapat dipastikan kebenaran dari tuturan tersebut.
Maksim pelaksanaan mewajibkan setiap peserta pertuturan berbicara secara langsung, tidak kabur, tidak taksa atau ambigu, dan tidak berlebih-lebihan serta
runtut. Tuturan data 2 tidak diungkapkan secara langsung dan mengandung ketaksaanambigu karena dari tuturan tersebut dapat memunculkan dua
pemahaman yang berbeda apabila dikaji secara pragmatik sesuai dengan konteks pada saat tuturan itu berlangsung. Teks data di atas diutarakan penuturnya tidak
semata-mata untuk menginformasikan sesuatu tanpa tendensi untuk melakukan
Universitas Sumatera Utara
sesuatu, tetapi tindak tutur data di atas adalah untuk memengaruhi lawan tuturnya. Penafsiran yang pertama merujuk pada makna dasarnya yaitu bersama Sigit -
Nurlisa Medan sejahtera. Penafsiran yang kedua implikasinya adalah informasi yang dituturkan itu merupakan suatu bentuk ajakan untuk memilih. Dengan kata
lain, penutur secara tidak langsung mengajak dengan cara mengarahkan penawaran yang baik dalam ingatan masyarakat yakni Medan dibawah naungan
pasangan Sigit - Nurlisa mampu menciptakan Medan yang sejahtera dan mereka menyakinkan hal tersebut kepada masyarakat. Dengan demikian, tuturan data di
atas tidak menganut prinsip kooperatif. Langkah berikutnya adalah menentukan nilai evaluatifnya. Menentukan
nilai evaluatif data 2 dibutuhkan pengetahuan mengenai konteks. Konteks merujuk pada keseluruhan situasi, latar belakang atau lingkungan yang
berhubungan dengan diri yang terjalin bersamanya. Situasi yang digambarkan dalam data 2 lekat dengan suasana pemilihan partai politik yang terkait dengan
dukung-mendukung yang memperebutkan satu kursi calon Walikota dan Wakil Walikota Medan periode 2010-2015.
Austin mengatakan bahwa ada tiga macam tindak tutur yang terjadi secara bersamaan dalam sebuah tuturan, yaitu: 1 tindak ‘lokusi’ yang mengaitkan suatu
topik dengan satu keterangan dalam ungkapan, serupa dengan hubungan ‘pokok’ dengan ‘predikat’ atau ‘topik’ dan penjelasan dalam sintaksis. 2 tindak ‘ilokusi’
yaitu suatu pengucapan atau suatu pernyataan, tawaran, janji pernyataan, dan sebagainya. Ini erat hubungannya dengan bentuk-bentuk kalimat yang
mewujudkan suatu ungkapan. 3 tindak ‘perlokusi’ yaitu hasil atau efek yang
Universitas Sumatera Utara
ditimbulkan oleh ungkapan itu pada pendengar sesuai dengan situasi dan kondisi pengucapan kalimat itu.
Demikian pula halnya dengan data 2, dalam tuturan ini telah terjadi secara serentak tiga macam tindak tutur seperti yang dikemukakan oleh Austin.
Lokusinya adalah “Bersama Sigit – Nurlisa Medan sejahtera, Insya Allah kita pasti mampu. Mohon doa dan dukungan menjadi Walikota dan Wakil Walikota.”
Secara kultural, tuturan data 2 mempunyai daya ilokusi yaitu memberi janji dan mengajak. Oleh sebab itu, apabila daya ilokusinya merupakan memberikan janji
dan mengajak, daya perlokusinya adalah seharusnya kesadaran dari masyarakat untuk memilih calon yang dapat mewujudkan Medan sejahtera. Dengan demikian,
setelah membaca tuturan data 2 pembaca akan menyadari dan akan lebih bertindak hati-hati dalam menentukan hak suaranya dalam pemilihan nantinya,
yaitu memilih pasangan calon yang mampu mewujudkan Medan sejahtera. Searle mengklasifikasikan tindak ilokusi berdasarkan maksud ke dalam
lima kategori, yakni: 1 Representatif atau assertif yaitu ilokusi yang bertujuan menyatakan, mengusulkan, membual, mengeluh, mengemukakan pendapat,
melaporkan. 2 Direktif yaitu ilokusi yang bertujuan menghasilkan suatu efek berupa tindakan yang dilakukan oleh penutur, misalnya memesan, memerintah,
memohon, menuntut, memberi nasihat. 3 Komisatif yaitu ilokusi yang terikat pada suatu tindakan di masa depan, misalnya menjanjikan, menawarkan.
4 Ekspresif yaitu ilokusi yang bertujuan mengungkapkan atau mengutarakan sikap psikologis penutur terhadap keadaan yang tersirat dalam ilokusi, misalnya
mengucapkan terima kasih, mengucapkan selamat, memberi maaf, mengecam, menuduh, memuji, mengucapkan belasungkawa dan sebagainya. 5 Deklaratif
Universitas Sumatera Utara
yaitu menggambarkan perubahan dalam suatu keadaan hubungan, misalnya mengundurkan diri, membabtis, memecat, memberi nama, menjatuhkan hukuman,
mengucilkan atau membuang, mengangkat pegawai, dan sebagainya. Berdasarkan lima kategori yang dikemukakan Searle tersebut, dapat
dikatakan bahwa implikatur yang terkandung dalam tuturan data 2 mencakup kelima tindak ilokusi di atas karena tuturan tersebut merujuk kepada sebuah
tindakan untuk mengusulkan atau menyatakan representatif, yaitu bersama Sigit - Nurlisa Medan sejahtera. Memerintahmenasihati direktif, yaitu mohon doa
dan restu untuk menjadi Walikota dan Wakil Walikota Medan periode 2010 – 2015. Menjanjikan, menawarkan atau suatu tindakan yang terikat di masa depan
komisatif, yaitu bersama Sigit - Nurlisa Medan sejahtera. Insya Allah kita mampu. Mengungkapkan atau mengutarakan sikap psikologis penutur terhadap
keadaan yang tersirat dalam ilokusi ekspresif, yaitu mewujudkan kehidupan yang sejahtera bagi masyarakat Medan. Menggambarkan perubahan dalam suatu
keadaan hubungan deklaratif, yaitu member perubahan terhadap kota Medan menjadi lebih sejahtera.
Jadi, secara keseluruhan dapat disimpulkan bahwa data 2 memiliki implikatur dan tindak tutur.
Universitas Sumatera Utara
BAB IV IMPLIKATUR DALAM WACANA KAMPANYE POLITIK PEMILIHAN
CALON WALIKOTA DAN WAKIL WALIKOTA MEDAN PERIODE 2010 -2015
4.1 Bahan Analisis
Seperti telah diuraikan di atas bahwa baliho yang dijadikan sebagai sampel penelitian ada sepuluh buah wacana. Adapun kesepuluh wacana tersebut adalah
sebagai berikut: 1.
Wujudkan….Medan Sehat Dalam Semua Bidang
Dengan kerukunan dan kebersamaan Pilihanku: 1
Dr. H.Sjahrial R. Anas – Drs. H. Yahya Sumardi Calon Walikota dan Wakil Walikota Medan Periode 2010 – 2015
2. BERSINAR
Bersama Sigit-Nurlisa Medan Sejahtera Insya Allah
Kita Mampu Sigit Pramono Asri, S.E. – Ir. Hj. Nurlisa Ginting M.Sc.
Mohon Do’a dan dukungan menjadi Walikota dan Wakil Walikota Medan Periode 2010 – 2015
Percayalah……..BESINAR calon terbaik -
Tidak pernah terlibat kasus hokum
Universitas Sumatera Utara