Kebijakan Politik Partai Gerindra Kota Medan Pada Pemilihan Kepala Daerah (Studi Kasus: Pemilihan Walikota dan Wakil Walikota Medan Tahun 2015)

(1)

Daftar Pustaka

Almond, Gabriel, 2000, “Kelompok Kepentingan dan Partai Politik”, dalam Mochtar Mas’oed dan Collin Mac Andrews (ed), Perbandingan Sistem Politik, Yogyakarta : Gadjah Mada University Press

Amirin, Tatang M, 2000, Menyusun Rencana Penelitian, Jakarta : Raja Grafindo Persada

Edwin, Donni 2005, Pemilukada Langsung :Demokratisasi Daerah dan Mitos Good

Governance, Jakarta : Patnership

Faturohman, Deden dan Wawan Sobari, 2004, Pengantar Ilmu Politik, Malang : UMM

Haris, Syamsuddin(ed), 2005, Pemilu Langsung di Tengah Oligarki Partai Proses Nominasi dan Seleksi Calon Legislatif Pemilu 2004, Jakarta : Gramedia

Khoirudin, 2004, Partai dan Agenda Transisi Demokrasi : Menakar Kinerja Partai Politik Era Transisi Di Indonesia, Yogyakarta : Pustaka Pelajar

Nasution, M. Arif, dkk, 2003, Sistem Sosial Indonesia, Medan : FISIP USU

Nawawi, Hadari dan H. Matini, 2000, Penelitian Terapan, Yogyakarta : Gadjah Mada University Press

Poerwanta, 1996, Partai Politik di Indonesia, Jakarta : Rineka Cipta

Prihatmoko, Joko J, 2005, Pemilihan Kepala Daerah Langsung. Yogyakarta ; Pustaka Pelajar

Rush, Michael dan Phillip Althoff, 2003, Pengantar Sosiologi Politik, Jakarta : Raja Grafindo Persada

Singarimbun, Masri, dan Sofyan Effendi, 1989, Metode Penelitian Survei, Jakarta : LP3ES

Slossa, Daniel.S, 2005, Mekanisme Persyaratan dan Tata Cara Pemilukada Secara

Langsung, Yogjakarta: Media Presindo


(2)

Surbakti, Ramlan, 1992, Memahami Ilmu Politik, Jakarta : Gramedia Widia Sarana

Tangkilisan, Hesel, 2003, Kebijakan Publik yang Membumi, Yogyakarta : Lukman Offset dan YPAPI

Thoha, Miftah, 1983, Administrasi Kepegawaian Daerah, Jakarta : Ghalia Indonesia

Varma, SP, 1999, Teori Politik Modern, Jakarta:PT. Raja Grafindo

Zon, Fadli, 2008, Manifesto Partai Gerindra, Jakarta: DPP Gerindra

Sumber Lainnya :

http://pemkomedan.go.id/new/hal-selayang-pandang.html diakses pada tanggal 19 Juli 2016 pukul 21.29wib

http://www.wordpress.com/2015/03/25/deklarasi-pasangan-walikota-partai-Gerindra-kotamedan.html, tanggal 4 Juni 2016 pukul 20:00wib

16:00wib

http://kompas.com/Berita-Utama/Hasil-Pilkada-kotamedan-Permalukan-Gerindra,diakses tanggal 10 Juli 2016 pukul 14:00wib


(3)

BAB III

ANALISIS DATA

Pada bab ini penulis akan menyajikan data dan menganalisisnya, analisis ini dilakukan guna memperoleh jawaban permasalahan berdasarkan data dan fakta yang terdapat di lapangan. Data yang diperoleh tersebut dilakukan melalui teknik wawancara kepada fungsionaris Dewan Pimpinan Cabang Partai Gerindra Kota Medan Provinsi Sumatera Utara. Wawancara yang dilakukan penulis adalah dengan ketua DPC Gerindra kota Medan yaitu Bapak Bobby Octavianus Zulkarnaen dan ketua tim pemenangan DPC partai Gerindra kota Medan bapak Rizwan Munte. Selain penyajian data berdasarkan wawancara juga dilengkapi dengan penyajian fakta-fakta yang terjadi di lapangan berdasarkan arsip-arsip yang dimiliki oleh DPC Partai Gerindra Kota Medan.

3.1. Partai Gerindra Pada Pemilukada Kota Medan Tahun 2015

Pemilihan umum kepala daerah Kota Medan Tahun 2015 adalah pemilukada yang kesekian kalinya terlaksana. Pada Pemilukada sebelumnya, Partai Gerindra beserta calon yang diusungnya meraih posisi kedua pada Pemilukada Kota medan. Partai Gerindra berhasil memposisikan calon sampai pada putaran kedua. Pasangan Sofyan Tan-Nelly Armayanti memperoleh 140. 676 suara atau 20.22 persen. Dengan perolehan hasil ini Sofyan Tan – Nelly Armayanti berhasil maju sampai putaran kedua walaupun hasil akhirnya mereka hanya berujung pada posisi kedua.

Namun lima tahun berselang, tampaknya Partai Gerindra tidak dapat juga bersaing dengan lawan-lawannya pada Pemilukada Kota Medan. Partai Gerindra pada Pemilukada Kota Medan Tahun 2015 berkoalisi dengan Partai Hanura, dan Partai Demokrat. Koalisi ini sebenarnya untuk memenuhi syarat dalam pengusungan calon dan juga demi kepentingan kemenangan suara tentunya.


(4)

Partai Gerindra dan partai koalisi tersebut mengusung pasangan calon Ramadhan Pohan-Eddi Kusuma yang menempati nomor urut 2 hanya memperoleh136.817 Suara (28,32%), sangat jauh tertinggal dari pasangan calon yang mencapai suara terbanyak.

Tabel 3.1

Perolehan Suara Akhir Pemilukada Kota Medan Tahun 2015

Kandidat Partai Pendukung Suara %

Dzulmi Eldin-Akhyar Nasution

PDIP,PKS,PAN,PKPI,NasDem, dan PBB 346.406 71,72% Ramadhan Pohan-Eddi

Kusuma

GERINDRA, DEMOKRAT, dan HANURA

135.608 28,28% Sumber : Data KPU Kota Medan

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa pasangan dari Partai Gerinda berada jauh dari dari pesaingnya. Penurunan suara yang sangat drastis ini tentunya menjadi bahan masukan bagi Partai Gerindra baik itu DPP, DPD, maupun DPC. Mengapa keadaan Partai Gerindra Kota Medan mengalami tren yang semakin menurun dan masyarakat semakin berpaling untuk tidak lagi mempercayai Partai Gerindra baik di tingkat eksekutif maupun legislatif. Khusus mengenai kekalahan telak Pasangan Ramadhan Pohan-Eddi Kusuma di pemilukada lalu banyak kalangan baik dari internal Partai Gerindra sendiri yang mengatakan bahwa kekalahan tersebut adalah kekalahan yang memalukan bagi Partai Gerindra yang harus diperhatikan secara serius baik di pusat maupun di daerah. Kalangan internal Partai Gerindra mengatakan bahwa kekalahan tersebut disebabkan oleh tidak tepatnya calon yang diajukan oleh DPC Kota Medan karena tidak mewadahi dan mendengar suara keinginan konstituen, sedangkan kalangan eksternal mengatakan bahwa kekalahan itu disebabkan oleh ketidakpuasan masyarakat luas terhadap kinerja Partai Gerindra Kota Medan.

Salah satu pendapat internal adalah pendapat Anggota Fraksi Gerindra DPRD Kota Medan bapak H Ikhwan Ritonga SE. Beliau menegaskan bahwa calon diusung oleh Gerindra tidak mengacu pada realitas politik di akar rumput (grass-root), kekalahan ini bukan merupakan risiko perjuangan politik, tapi ketidakmampuan Partai Gerindra dalam menyerap aspirasi masyarakat. Kiat politiknya


(5)

sederhana saja, partai mencalonkan figur tepat dan bukan berdasarkan kedekatan pribadi, tapi kader yang benar-benar dicintai rakyat43

Namun pengurus DPD Kota Medan memiliki pandangan yang berbeda mengenai hal itu, menurut mereka ada faktor lain yang menyebabkan kekalahan di Pemilukada tersebut, seperti yang disampaikan Bapak Bobby Octavianus Zulkarnaen sebagai Ketua DPC Gerindra Kota Medan

.

Dari pemaparan pendapat Ikhwan Ritonga di atas secara tegas beliau menyiratkan bahwa seharusnya Partai Gerindra tidak mencalonkan Eddi Kusuma untuk masuk dalam kompetisi tersebut, tetapi lebih mendengar apa yang menjadi kemauan masyarakat kota Medan itu sendiri. Masyarakat kota Medan umumnya tidak begitu mengenal sebenarnya sosok Eddi Kusuma, karena walaupun beliau lahir dikota Medan tetapi beliau banyak menjalankan kiprah politiknya Jakarta dan banyak membangun konsolidasi dengan masyarakat Simalungun pada saat dirinya masih menjadi Dirut di PT. Indorayon. Alasan ini sebenarnya dapat dipahami karena sebenarnya masyarakat Kota Medan lebih mengenal sosok tokoh dari Partai Gerindra yang lain yakni H Ikhwan Ritonga, beliau adalah kader Partai Gerindra yang memulai karir politik nya dari bawah hingga dapat menjadi Wakil Ketua DPRD Kota Medan, dan sudah lama malang melintang dalam kancah perpolitikan di daerah sumatera utara, serta tentunya beliau adalah putra asli Kota Medan.

H Ikhwan Ritonga sendiri sebenarnya berkeinginan kuat untuk maju dalam persaingan merebut kursi Kota Medan satu. Keinginan berliau tersebut sebenarnya sudah terealisasikan dengan mendaftarkan diri pada partai Gerindra. Namun apa yang menjadi keinginannya ini tidak mendapat sambutan hangat dari para pengurus DPD Kota Medan, dan lebih mendukung mengajukan calon Eddi Kusuma berdasarkan kesepakatan oleh semua jajaran pengurus.

44

43

:

2016

44

Wawancara dengan Ketua DPC Gerindra Kota Medan, Bobby O. Zulkarnaen, di Kantor DPC Gerindra Kota Medan, 28 Juli 2016


(6)

Memang hasil ini sangat mengejutkan apalagi dibandingkan dengan perolehan tahun 20010 dimana calon yang diusung oleh Partai Gerindra memperoleh suara lebih dari 40%. Dengan hasil ini sepertinya Partai Gerindra akan melakukan evaluasi baik dibidang perkaderan maupun penjaringan guna mengusung calon. Partai Gerindra Kota Medan sendiri telah berusaha keras memenangkankan Pemilukada ini namun sepertinya kedewasaan masyarakat dalam menentukan pilihan belum tercapai. Masyarakat Kota Medan umumnya lebih memilih calon yang memberi mereka imbalan seperti uang tanpa melihat pengalaman, kapabilitas dan kemampuan calon tersebut. Hal ini sangat menciderai nilai-nilai demokrasi.

Memang secara jelas bahwa DPC Kota Medan hanya menerima calon yang merupakan kader partai dan kurang menerima calon-calon yang bukan berasal dari Partai Gerindra. Jadi yang kemudian terjadi adalah persaingan antara kader-kader partai, seperti yang diungkapkan Bapak Bobby Octavianus Zulkarnaen45

Petunjuk Pelaksanaan (Juklak) Partai Gerindra Nomor: JUKLAK-13/DPP/Gerindra/XI/2014 yaitu membahas tentang tata cara pemilihan umum kepala daerah dari Partai Gerindra. Berdasarkan petunjuk pelaksanaan DPP Partai Gerindra Nomor : JUKLAK-13/DPP/Gerindra/XI/2014, maka dalam skripsi ini penulis mengacu pada peraturan yang telah ditetapkan oleh Partai Gerindra dalam proses

:

Partai Gerindra sebagai partai kader pastinya seluruh kegiatan

didalamnya ditentukan oleh para kadernya bahkan masa depan partai

ini ditentukan sendiri oleh kader-kadernya. Proses Perkaderan juga

sangat penting. Partai Gerindra harus mampu mencetak kader-kader

yang didasarkan pada kriteria mental ideologi, penghayatan visi, misi

dan platform partai, loyalitas, kepemimpinan dan militansi. Prosesnya

melalui pendidikan dan latihan kader agar betul-betul tersaring serta

tidak terjadi kader yang instan dan tidak loyal. Kader juga harus

mampu memberikan manfaat bagi masyarakat luas tidak hanya pada

diri sendiri.

3.2 Tahapan dan Pelaksanaan Penentuan Calon Walikota dan Wakil Walikota Kota Medan dari Partai Gerindra Berdasarkan Petunjuk Pelaksanaan Nomor: JUKLAK – 13/DPP/Gerindra/XI/2014

45


(7)

ataupun tata cara Pemilkada. Sebagaimana proses yang terjadi, penulis akan menerangkan bagaimana mekanisme Partai Gerindra dalam menentukan calon kepala daerah pilihannya berdasarkan kualifikasi partainya.

Petunjuk Pelaksanaan (Juklak) Partai Gerindra Nomor: JUKLAK-13/DPP/Gerindra/XI/2014 tentang tata cara Pemilukada Dari Partai Gerindra adalah merupakan perubahan dari juklak Nomor: JUKLAK-02/DPP/Gerindra/X/2009. Evaluasi yang dilakukan Partai Gerindra ini adalah untuk melakukan peningkatan kinerja dalam upaya rekruitmen calon kepala daerah dan wakil kepala daerah agar tercapai sasaran sesuai dengan target yang ditetapkan. Maka dari itulah Partai Gerindra melakukan penyempurnaan terhadap petunjuk pelaksanaan tersebut.

Partai Gerindra membuat aturan mengenai penjaringan dan seleksi calon kepala daerah dan wakil kepala daerah dalam Petunjuk Pelaksanaan Nomor: JUKLAK-13/DPP/Gerindra/XI/2014 tentang Tata Cara Pemilihan Kepala Daerah. Juklak itu antara lain mengatur soal teknis dan mekanisme pelaksanaan Pilkada sebagai pedoman bagi kader Partai Gerindra di daerah. Secara umum, Petunjuk Pelaksanaan (Juklak) juga mengatur soal pasangan calon yang diajukan oleh partai politik atau gabungan partai politik yang memenuhi syarat sesuai ketentuan. Juklak DPP Partai Gerindra tentang tata cara Pemilukada mentargetkan pasangan calon kepala daerah yang diusung Partai Gerindra dan gabungan Partai Gerindra dengan Parpol lain adalah sekurang-kurangnya 55% dari seluruh Pemilukada di tanah air.

Dalam penelitian ini, penyajian dan analisa data dilakukan melalui tahapan-tahapan supaya tersusun secara sistematis guna mempermudah pemahaman tentang maksud penelitian ini. Proses penentuan calon walikota dan wakil walikota yang dilakukan Partai Gerindra didasarkan pada tahapan dan peraturan yang dijelaskan di dalam juklak Partai Gerindra Nomor: JUKLAK-13/DPP/GERINDRA/XI/2014. Berdasarkan juklak Partai Gerindra tersebut dijelaskan bahwa proses penentuan calon walikota dan wakil walikota dilakukan melalui beberapa tahap yaitu:


(8)

3.2.1. Tahap Penjaringan Nama Tokoh

Merupakan kegiatan inventarisasi nama-nama tokoh, baik kalangan kader internal maupun eksternal Partai Gerindra, yang diperkirakan memiliki peluang di daerahnya untuk mejadi calon kepala daerah/wakil kepala daerah, yang dilakukan oleh DPP Partai Gerindra berdasarkan rekomendasi DPD Partai Gerindra Provinsi dengan memperhatikan masukan dari DPC Partai Gerindra Kabupaten/Kota yang bersangkutan dan dilengkapi oleh Konsultan/Lembaga Survei yang ditunjuk oleh DPP Partai Gerindra, untuk selanjutnya dilakukan survei elektabilitas terhadap mereka. Kegiatan ini dilakukan selambat-lambatnya H-13 bulan sebelum hari pemungutan suara Pemilukada.

Dalam proses penjaringan ini, berdasarkan hasil pemantauan di lapangan yang telah dilakukan didapat 14 nama bakal calon yang layak untuk memimpin Kota Medan. Para tokoh yang masuk dalam penjaringan oleh Tim Pemilukada itu berasal dari berbagai latar profesi dan golongan. Mulai dari birokrasi, politisi, mantan pejabat, pengusaha hingga masyarakat biasa. Berdasarkan surat keputusan Tim Pemilukada DPC PG Kota Medan No. Kep-02/GR-MDN/Pemilukada/II/2014, berikut nama-nama tokoh tersebut46

No

:

Tabel 3.2

Nama-nama Bakal Calon Wali Kota Medan

Nama Bakal Calon No Nama Bakal Calon

1 Hasyim, SE 11 Hilman Sidabutar

2 Ramdhan Pohan 12 Camelia Panduwinata 3 H. Zulham Effendi Siregar, ST 13 H. Ihwan Ritonga, SE

4 Ir. H. Abdullah Rasyid, ME 14 DR. Surya Perdana, SH, M.Hum 5 Brillian Moekhtar 15 Samuel Ronggur Panjaitan

46

Wawancara dengan Ketua DPD Partai Gerindra Kota Medan, Bapak Bobby Octavianus Zulkarnaen, di kantor DPC PG Kota Medan, 28 Agustus 2016


(9)

6 Sofyan Tan 16 Dr. Yohny Anwar, SE, MM

7 Rahmat Shah 17 Eddy Kesuma

Sumber : Data Internal DPC Gerindra Kota Medan

Dari nama-nama yang disebutkan di atas adalah tokoh-tokoh yang memang dikenal baik oleh masyarakat Kota Medan serta juga tokoh-tokoh yang sudah lama berkecimpung di dunia politik. Namun dari nama-nama tersebut hanya ada tiga nama yang betul-betul melekat dengan Partai Gerindra, karena disamping nama mereka adalah nama-nama tokoh yang juga dijagokan oleh partai politik lain. Ketiga tokoh tersebut adalah Sofyan Tan, H. Ihwan Ritonga, SE, dan Eddy Kesuma yang notabene adalah kader Partai Gerindra juga.

Oleh tim Pemilukada kemudian nama-nama yang terjaring tersebut dibahas dalam rapat harian ditingkatnya masing-masing untuk selanjutnya ditetapkan sebagai bakal calon kepala daerah yang terjaring. Pada tahap penjaringan ini DPP Partai Gerindra menyampaikan surat kepada DPD Partai Gerindra provinsi dan DPC Partai Gerindra kabupaten/kota terkait agar mengirimkan daftar nama-nama bakal calon kepala daerah yang dinilai potensial di daerah mana pemilihan kepala daerah akan dilakukan. DPD Partai Gerindra provinsi dan DPC Partai Gerindra kabupaten/kota. Fungsi DPD Partai Gerindra di daerah terbatas hanya pada mendata dan mengidentifikasi nama-nama yang dipandang potensial, hal ini bisa kader Gerindra dan bisa juga kader di luar Partai Gerindra.47

Merupakan kegiatan survei secara lengkap (kualitatif dan kuantitatif) dengan sample sekurang-kurangnya 400 responden, yang dilakukan oleh lembaga survei independen yang ditunjuk oleh DPP Partai Gerindra, terhadap beberapa nama tokoh yang telah dijaring tersebut. Kegiatan DPP Partai Gerindra yang akan menetapkan mana nama-nama yang potensial untuk didukung oleh Partai Gerindra dengan mempertimbangkan profil dari masing-masing calon dan hasil survei lembaga professional yang ditunjuk oleh Partai Gerindra.

3.2.2. Tahap Survei Awal

47

Diakses melalu


(10)

tersebut dilakukan selambat-lambatnya H-12 bulan sebelum hari pemungutan suara Pemilukada. Lingkup survei ini termasuk hal-hal kualitatif, seperti perilaku pemilih di daerah, kriteria figur yang diinginkan masyarakat, kinerja incumbent, permasalahan lokal yang menonjol, peta politik daerah, dan lain-lain, termasuk juga dilakukan survei kuantitatif untuk mengukur tingkat elektabilitas bakal calon yang telah terjaring tersebut di atas, serta memberi pertimbangan terhadap tokoh-tokoh Partai Gerindra yang berpeluang menjadi kepala daerah. Lembaga survei yang ditunjuk harus menjamin obyektifitas dan akurasi hasil survei dan Partai Gerindra berhak memberitahukan kepada masyarakat bahwa lembaga survei tersebut bekerja kurang profesional. Mengenai hal ini Bobby Octavianus Zulkarnaen mengatakan48

Merupakan kegiatan pembahasan dan penentuan kader-kader Partai Gerindra yang memiliki peluang besar, yang dilakukan oleh DPP PG terhadap hasil survei awal tersebut, diseleksi dari

:

Proses penjaringan diatur di JUKLAK–13/DPP/Gerindra/XI/2014

Tentang Tata Cara Pemilukada Dari Partai Gerindra. DPP Partai

Gerindra melakukan kerja sama dengan lembaga survei independen

untuk melakukan survei di Kota Medan, DPD Partai Gerindra Kota

Medan tidak dilibatkan dan tidak mengetahui kapan dan dimana survei

dilakukan. Maksud dari survei tersebut adalah untuk melibatkan

langsung masyarakat dan pastinya hasil survei merupakan pilihan

masyarakat.

Melalui survei awal ini tampaknya hanya ada dua nama yang memiliki titik terang

untuk diajukan oleh DPC Partai Gerindra Kota Medan, yakni Ikhwan Ritonga dan Eddi

Kusuma. Ke dua tokoh ini berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan memiliki basis

dukungan yang cukup besar. Khusus untuk tokoh H. Ikhwan Ritonga sendiri memiliki

dukungan yang luas dan memang sangat dikenal oleh masyarakat Kota Medan serta sebagian

besar kalangan di masyarakat tersebut yang memprediksi beliau akan tampil sebagai

pemenang dalam Pemilukada tersebut.

3.2.3. Tahap Seleksi Bakal Calon Internal

48

Wawancara dengan Ketua DPC Gerindra Kota Medan, Bobby O. Zulkarnaen, di Kantor DPC Gerindra Kota Medan, 28 Juli 2016


(11)

beberapa nama kader Partai Gerindra yang dinilai oleh DPP PG memiliki peluang untuk memenangkan Pemilukada di daerah tersebut, dan kemudian dipilih beberapa orang diantaranya untuk dilakukan perkuatan elektabilitas. Kegiatan ini dilakukan selambat-lambatnya H-12 bulan sebelum hari pemungutan suara Pemilukada.

3.2.4. Tahap Perkuatan Elektabilitas Bakal Calon

Merupakan kegiatan pendampingan konsultan politik terhadap kader-kader Partai Gerindra yang telah dipilih dalam proses seleksi, karena memiliki peluang menang besar, sehingga yang bersangkutan dapat melakukan upaya secara lebih terarah dalam rangka meningkatkan elektabilitas selama enam bulan, dimana DPP PPG akan ikut melakukan kontribusi pendanaan sesuai perjanjian dengan kader-kader yang bersangkutan. Kegiatan ini dilakukan dalam rentang waktu H-11 bulan dengan H-8 bulan sebelum hari pemungutan suara Pemilukada.

3.2.5. Tahap Survei Kedua

Merupakan kegiatan survei untuk evaluasi perkembangan tingkat elektabilitas para tokoh/bakal calon tersebut, dengan sample sekurang-kurangnya 400 responden, yang dilakukan oleh Lembaga Survei independen yang ditunjuk atau disetujui oleh DPP PG, dilengkapi dengan evaluasi perkembangan peluang kader-kader Partai Gerindra yang dipersiapkan tersebut sejauh mana dapat memenangkan Pemilukada. Ada kemungkinan dilakukan perubahan bakal calon yang akan diperkuat pada tahap lanjutan, apabila pada proses evaluasi dijumpai kemungkinan ada kader-kader Partai Gerindra lain yang lebih berpeluang daripada yang dipersiapkan semula. Kegiatan tersebut dilakukan selambat-lambatnya H-8 bulan sebelum hari pemungutan suara Pemilukada.


(12)

3.2.6. Tahap Perkuatan Elektabilitas Bakal Calon Lanjutan

Merupakan kegiatan pendampingan konsultan politik terhadap kader-kader PG yang memiliki peluang besar sesuai hasil evaluasi survei kedua, sehingga yang bersangkutan dapat melakukan upaya secara lebih terarah lagi dalam rangka meningkatkan eletabilitasnya selama enam bulan berikutnya, dimana DPP PG akan ikut melakukan kontribusi pendanaan sesuai perjanjian dengan kader-kader yang bersangkutan. Kegiatan tersebut dilakukan dalam rentang waktu H-8 bulan sampai H-6 bulan sebelum hari pemungutan suara pemilukada.

Setelah melaksanakan tahapan penjaringan tadi, selanjutnya Partai Gerindra melaksanakan Tahap Penetapan Pasangan Calon, yang nantinya akan muncul calon yang secara resmi oleh Partai Gerindra, dengan tahapan berikut :

A. Tahap Pendaftaran Bakal Calon

Merupakan kegiatan pendaftaran secara terbuka sebagai bakal calon kepala daerah/wakil kepala daerah yang berminat untuk mengikuti proses rekrutmen calon kepala daerah/wakil kepala daerah dari Partai Gerindra, termasuk nama bakal calon yang telah dipersiapkan oleh DPP PG diarahkan untuk ikut mendaftarkan diri. Kegiatan ini dilakukan oleh DPD PG yang bersangkutan. Kegiatan tersebut dilakukan selambat-lambatnya H-6 sebelum hari pemungutan suara pemilukada. Sekretariat Tim Pemilukada kabupaten/kota terkait membuka pendaftaran untuk calon kepala daerah kabupaten/kota sebagai berikut:

a. Tim Pemilukada provinsi atau Tim Pemilukada kabupaten/kota masing-masing daerah melakukan rapat untuk mempersiapkan proses pendaftaran bakal calon kepala daerah/wakil kepala daerah, dengan memperhatikan DPP Partai Gerindra, mengenai beberapa nama tokoh yang perlu diupayakan agar ikut mendaftar.

b. Tim Pemilukada Provinsi atau Tim Pemilukada kabupaten/kota masing-masing daerah yang bersangkutan mengumumkan masa pendaftaran rekruitmen bakal calon kepala daerah/wakil


(13)

kepala daerah provinsi atau kabupaten/kota dari Partai Gerindra, selambat-lambatnya 3 (tiga) hari sebelum pendaftaran dibuka, melalui media massa lokal dan masa pendaftaran berlangsung selama 7 (tujuh) hari.

c. Pendaftaran bakal calon kepala daerah dan wakil kepala daerah provinsi / bakal calon kepala daerah dan wakil kepala daerah kabupaten/kota tersebut dilakukan secara langsung oleh masing-masing bakal calon yang bersangkutan (tidak berpasangan) pada masa pendaftaran melalui Sekretariat Tim Pilkada provinsi atau Sekretariat Tim Pilkada kabupaten/kota yang bersangkutan dengan mengambil formulir pendaftaran beserta kelengkapan dokumennya.

d. Bakal calon yang bersangkutan diwajibkan mengisi, menandatangani, dan mengembalikan formulir pendaftaran melalui Sekretariat Tim Pilkada provinsi atau Sekretariat Tim Pilkada kabupaten/kota yang bersangkutan sebelum batas waktu masa pendaftaran berakhir, dengan melampirkan kelengkapan dokumen dari masing-masing bakal calon.

e. Seseorang dapat mendaftarkan diri di Partai Gerindra apabila yang bersangkutan belum ditetapkan sebagai calon atau sedang tidak terdaftar sebagai bakal calon oleh partai lain, kecuali yang bersangkutan mengundurkan diri dari pencaloan atau pendaftaran dari partai lain tersebut.

f. Sebelum pendaftaran ditutup, DPD Partai Gerindra yang bersangkutan. Tim Pemilukada Daerah terkait, melakukan pengecekan, apakah bakal calon yang telah direkomendasikan DPP PG telah mendaftarkan diri atau belum. Apabila belum, maka Tim Pemilukada Daerah wajib mengupayakan agar yang bersangkutan segera mendaftar.

g. Bakal calon yang bersangkutan diwajibkan mengisi, menandatangani dan mengembalikan formulir pendaftaran melalui Sekretariat Tim Pemilukada Provinsi atau Kabupaten/Kota yang bersangkutan sebelum batas waktu masa pendaftaran berakhir, dengan melampirkan kelengkapan dokumen dari masing-masing bakal calon sebagai berikut :


(14)

1) Surat pernyataan bagi bakal calon yang diisi memuat hal-hal sebagai berikut :

a. kesediaan yang bersangkutan sebagai calon kepala daerah atau sebagai wakil kepala daerah

b. tidak akan mengundurkan diri dari pencalonan

c. Bersedia diusulkan sebagai calon Kepala Daerah atau wakil Kepala Daerah dari Partai Gerindra

d. Kesanggupan mengundurkan diri dari jabatan apabila terpilih menjadi kepala daerah atau wakil kepala daerah sesuai peraturan perundang-undangan.

e. Kesanggupan mengundurkan diri dari jabatan negeri bagi calon yang berasal dari pegawai negeri sipil, anggota TNI dan anggota POLRI.

f. Kesanggupan untuk tidak aktif dari jabatannya bagi pimpinan DPRD tempat yang bersangkutan menjadi calon di daerah yang menjadi wilayah kerjanya.

g. Ketakwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa, setia kepada Pancasila, UUD 1945, cita-cita proklamasi 17 Agustus 1945, dan NKRI

h. Belum pernah menjabat kepala daerah dan/atau wakil kepala daerah 2 (dua) kali masa jabatan yang sama.

i. Tidak dalam status Kepala Daerah

J. Bersedia menandatangani Perjanjian dengan Partai Gerindra, yang memuat komitmen terhadap tujuan dan bersedia memajukan Partai Gerindra serta melaksanakan visi, misi dan platform Partai Gerindra.

k. Bersedia mengundurkan diri untuk sementara dari jabatan ketua DPD PG Provinsi atau Ketua DPC PG Kabupaten/Kota bagi calon yang berasal dari Ketua Partai Gerindra Provinsi atau Partai Gerindra Kabupaten/Kota, terhitung sejak mulai tanggal pendaftaran di sekretariat Pelaksana Tim Pemilukada


(15)

Pada tahap pendaftaran ini hanya ada satu calon tunggal yang mendaftarkan diri untuk maju menjadi calon Walikota Kota Medan. Seperti yang telah dijelaskan diatas sebelumnya bahwa ada dua orang yang merupakan bakal calon yang memiliki potensi untuk maju sebagai calon walikota dari Partai Gerindra yakni H. Ikhwan Ritonga dan Eddi Kusuma.

B. Tahap Verifikasi Bakal Calon

Merupakan kegiatan penelitian berkas administrasi persyaratan seluruh bakal calon kepala daerah/wakil kepala daerah yang telah mendaftarkan diri, oleh DPD PG di tingkatannya masing-masing. Kegiatan tersebut dilakukan selambat-lambatnya H-6 bulan sebelum hari pemungutan suara Pemilukada. Dalam rangka memenuhi kesiapan bakal calon kepala daerah Partai Gerindra Tim Pilkada kabupaten/kota melakukan verifikasi terhadap seluruh bakal calon kepala daerah yang telah mendaftarkan diri sebagai berikut:

a. Rapat Verifikasi

Rapat verifikasi dilakukan selambat-lambatnya 3 (tiga) hari setelah masa pendaftaran berakhir dalam suatu rapat verifikasi oleh Tim Pilkada provinsi atau tim Pilkada kabupaten/kota, yang dihadiri oleh seluruh anggota Tim Pilkada provinsi atau tim Pilkada kabupaten/kota yang bersangkutan. Rapat verifikasi dipimpin oleh Ketua Tim Pilkada provinsi atau Ketua Tim Pilkada kabupaten/kota yang bersangkutan. Dalam rapat verifikasi juga dilakukan beberapa kegiatan yang harus dilakukan yaitu:

1. Proses Verifikasi, untuk mengecek keabsahan, kebenaran, dan kelengkapan adminitsratif dari seluruh bakal calon yang telah mendaftarkan diri, dengan berpedoman pada beberpa hal yaitu memenuhi persyaratan umum, memenuhi persyaratan khusus dan apabila masih ada kelengkapan dokumen yang belum terpenuhi oleh bakal calon yang bersangkutan, sepanjang bukan menyangkut keabsahan atau kebenaran dokumen maka kepada bakal calon yang bersangkutan


(16)

masih diberikan kesempatan untuk melengkapinya dan hal tersebut tidak menyebabkan bakal calon tersebut gugur.

2. Hasil verifikasi selanjutnya dituangkan dalam satu daftar yaitu Daftar Bakal Calon yang Lulus Verifikasi, yang disusun secara alfabetis berdasarkan pengecekan keabsahan, kebenaran dan kelengkapan dokumen bakal calon yang mendaftarkan diri tersebut. Jumlah nama-nama bakal calon yang lulus verifikasi dan tertuang dalam datar tersebut tidak perlu dibatasi, melainkan sesuai jumlah bakal calon yang mendaftar dan lulus verifikasi.

b. Penyampaian Hasil Verifikasi

Tim verifikasi yang bersangkutan selanjutnya menyampaikan Hasil Verifikasi nya kepada Dewan Pimpinan Partai Gerindra sesuai tingkatannya.

c. Tahap Penetapan Nominasi Bakal Calon

Merupakan kegiatan penentuan nominasi bakal calon kepala daerah/wakil kepala daerah, dari seluruh bakal calon yang telah lolos verifikasi bakal calon, dilakukan dalam Rapat Pleno DPC setempat, untuk selanjutnya ditetapkan dan disampaikan ke DPP PG. Kegiatan tersebut dilakukan selambat-lambatnya H-6 bulan sebelum hari pemungutan suara Pemilukada. Ketentuan dalam tahap ini adalah :

a. Proses nominasi bakal calon dilakukan dalam Rapat Harian DPC Partai Gerindra sesuai tingkatannya

b. Rapat membahas nama-nama dari Daftar Bakal Calon yang Lulus Verifikasi, di laporkan oleh Tim verifikasi setempat, menghasilkan hanya satu nama nominasi bakal calon kepala daerah dan wakil kepala daerah dari Partai Gerindra.

c. Bakal calon yang di rekomendasikan oleh Tim Verifikasi Partai Gerindra harus termasuk dalam nominasi bakal calon yang ditetapkan DPD PG yang bersangkutan. kalau ternyata tidak termasuk


(17)

dalam daftar nominasi tersebut, maka DPP PG berhak untuk menambahkan yang bersangkutan dalam daftar pada saat dilakukan proses pemilihan dan penetapan calon.

3.2.7. Tahap Survei Akhir

Kegiatan ini dilakukan selambat-lambatnya H-5 bulan sebelum hari pemungutan suara Pemilukada. Kegiatan ini merupakan kegiatan survei untuk penentuan bakal calon yang akan dipilih dan ditetapkan sebagai calon kepala daerah/wakil kepala daerah dari Partai Gerindra, dengan sample sekurang-kurang 400 responden, yang dilakukan oleh lembaga survei independen yang ditunjuk oleh DPP PG, terhadap nama-nama tokoh/bakal calon kepala daerah/wakil kepala daerah sesuai perkembangan terakhir, termasuk di dalamnya seluruh nama nominasi bakal calon yang diusulkan oleh DPD PG yang bersangkutan, dimana kader PG yang telah dipersiapkan dalam tahap perkuatan bakal calon lanjutan ada di dalamnya. Tujuan dalam pelaksanaan tahapan ini adalah untuk mengetahui tingkat elektabilitas seluruh tokoh/bakal calon kepala daerah menjelang dilaksanakannya pemilukada. Selain itu survei ini termasuk melingkupi hal-hal kualitatif, seperti kemajuan terhadap tingkat elektabilitas bakal calon yang dipersiapkan dari pandangan masyarakat di daerah yang bersangkutan, serta peluang yang bersangkutan untuk mencapai target elektabilitas yang diharapkan sehingga dapat memenangkan Pemilukada di daerah tersebut, kendala-kendala yang dihadapi yang bersangkutan, dan lain-lain termasuk juga dilakukan survei kuantitatif untuk mengukur tingkat elektabilitas seluruh tokoh termasuk bakal calon yang dipersiapkan tersebut, sejauh mana posisinya diantara para bakal calon lainnya.

Survei yang terakhir ini adalah penentu bagi siapa bakal calon yang akan dicalonkan oleh Partai Gerindra dalam Pemilukada Kota Kota Medan. Karena secara normatif Partai Gerindra harusnya berlandaskan kepada hasil survei yang dilakukan secara independen dan profesional agar dapat menentukan calon kepala daerah yang benar-benar tepat sesuai kehendak dan hati nurani


(18)

rakyat. Survei ini menekankan pada aspek elektabilitas sang calon dan ditambah dengan persyaratan lainnya. Seperti yang disampaikan oleh Bapak Bobby Octavianus Zulkarnaen :

...yang menjadi rujukan dalam menentukan calon dalam

pemilukada sudah pasti faktor Elektabilitas dan popularitas.

Namun selain adanya persyaratan umum juga terdapat

persyaratan khusus yang ditetapkan Partai Gerindra, ada

beberapa yang termasuk dalam persyaratan khusus antara lain

mengakar, berkemampuan, mempunyai kemampuan finansial.

Semuanya diatur dalam JUKLAK tersebut dan menjadi

pedoman.

3.2.8. Tahap Pemilihan dan Penetapan Calon Terpilih

Merupakan kegiatan pemilihan calon kepala daerah dan/wakil kepala daerah, dilakukan dalam Rapat Tim Pemilukada Pusat, bersama dengan Ketua DPD PG yang bersangkutan, untuk menetapkan satu orang calon kepala daerah atau wakil kepala daerah, dari usulan nama hasil nominasi calon yang disampaikan oleh DPD PG yang bersangkutan, serta perkembangan hasil survei akhir. Kegiatan tersebut dilakukan selambat-lambatnya H-4 bulan sebelum hari pemungutan suara Pemilukada. Kegiatan yang harus dilakukan :

a. Rapat Tim PEMILUKADA Pusat diselenggarakan oleh DPP Partai Gerindra atas usulan Bidang Pemenangan Pemilu Wilayah terkait, dipimpin langsung oleh Ketua Umum DPP Partai GERINDRA, dan dihadiri oleh Para Wakil Ketua Umum, Ketua KORBID Pemenangan Pemilu Wilayah, Ketua KORBID Organisasi dan Daerah, Ketua KORBID Hukum dan HAM, Sekretaris Jenderal, Wakil Sekjen KORBID Pemengan Pemilu Wilayah terkait, Wakil Sekjen KORBID Organisasi dan Daerah, bendahara, dan Ketua DPD Partai GERINDRA yang bersangkutan. DPP Partai GERINDRA dapat mengundang unsur-unsur terkait apabila dianggap perlu.


(19)

b. Agenda rapat adalah khusus untuk memilih dan menetapkan Calon Kepala Daerah dan/atau Calon Wakil Kepala Daerah dari Partai GERINDRA, dengan susunan sebagai berikut:

1. Mendengarkan paparan lembaga Survei atas hasil survei akhir, khususnya yang berkaitan dengan tingkat elektabilitas seluruh tokoh dan kemungkinan adanya bakal calon dari Partai GERINDRA dapat memenangkan PEMILUKADA di daerah tersebut, serta rekomendasi posisi yang akan diraih oleh Partai Gerindra dalam pemilukada yang bersangkutan dan strategi untuk koalisi dengan calon dari partai lain.

2. Penyampaian nominasi bakal calon yang telah ditetapkan DPD Partai GERINDRA, disampaikan oleh Ketua DPD Parta GERINDRA terkarit.

3. Pembahasan atas nominasi nama bakal calon yang telah ditetapkan DPD Partai GERINDRA terkait, mengenai peluang masing-masing bakal calon dari Partai Gerindra untuk memenangkan Pemilukada di daerah tersebut, khususnya bakal calon yang dipersiapkan dari Partai Gerindra, serta berbagai kemungkinan lainnya. Rapat dapat menambahkan nominasi nama bakal calon di luar daftar yang ditetapkan DPD Partai Gerindra, apabila dipandang ada tokoh Partai Gerindra lain, atau tokoh independent yang cukup berpeluang menang namun tidak termasuk dalam daftar.

4. Penetapan posisi yang akan diraih dalam Pemilukada, sebagai berikut:

a. Apabila terdapat kader Partai Gerindra, karena tingkat elektabilitasnya tertinggi, atau tidak tertinggi tapi selisihnya dengan yang tertinggi dari kader partai lain atau calon independen masih dalam batas yang dapat dijangkau, maka rapat dapat memutuskan bahwa Partai GERINDRA akan mencalonkan kader Partai GERINDRA tersebut sebagai Calon Kepala Daerah.

b. Apabila tidak ada kader Partai GERINDRA ataukah tokoh independen yang memiliki peluang menang, karena tingkat elektabilitasnya relatif berat untuk dapat mengungguli tokoh dari partai lain, maka rapat dapat memutuskan bahwa Partai Gerindra akan meraih posisi sebagai calon Wakil Kepala Daerah.


(20)

5) Pemilihan dan penetapan calon kepala daerah dan/ wakil kepala daerah dari Partai GERINDRA, dilakukan dalam Rapat Tim Pemilukada Pusat sebagai berikut:

a) Membahas nama-nama bakal calon berdasarkan rangking tingkat elektabilitas bakal calon yang telah dinominasi, serta berdasarkan posisi yang akan diraih oleh Partai GERINDRA dalam Pemilukada tersebut.

b) Kriteria yang menjadi pedoman untuk menetapkan calon terpilih adalah :

- tertinggi elektabilitasnya atau cukup tinggi dari antara seluruh tokoh, untuk posisi calon kepala daerah, atau cukup tinggi elektabilitasnya, untuk calon wakil kepala daerah;

- loyalitasnya terhadap Partai GERINDRA tidak diragukan, karena yang bersangkutan adalah kader Partai GERINDRA, ataupun tokoh independen yang bersedia menjadi fungsionaris Partai Gerindra.

c) Pimpinan rapat menawarkan nama calon terpilih secara musyawarah kepada seluruh peserta rapat, dan apabila tidak ada yang berkeberatan maka yang bersangkutan ditetapkan secara aklamasi menjadi Calon Kepala Daerah, dan/ Calon Wakil Kepala Daerah dari Partai GERINDRA untuk rnengikuti Pemilukada di daerah yang bersangkutan.

d) Apabila nama calon terpilih yang ditawarkan tersebut tidak disepakati secara aklamasi, maka dalam menetapkan calon terpilih, akan dilakukan proses pemilihan melalui pemungutan suara yang dilakukan secara terbuka dalam Rapat Tim Pemilukada Pusat tersebut.

e) Tata cara pemilihan dilakukan sebagai berikut :

1. Nama-nama bakal calon yang akan dipilih diseleksi terlebih dahulu, sebanyak-banyaknya 5 (lima) nama, sesuai urutan tingkat elektabilitasnya, yang dambil dari Daftar Nominasi Bakal Calon yang ditetapkan oleh DPD Partai GERINDRA bersangkutan.


(21)

a. Ketua Umum

b. Wakil Ketua Umum

c. Wakil Ketua Umum

d. Ketua KORBID Pemenangan Pemilu Wilayah yang bersangkutan

e. Ketua KORBID Organisasi dan Daerah

f. Ketua KORBID Kaderisasi dan Keanggotaan

g. Ketua KORBID Hukum dan HAM

h. Sekretaris Jenderal

i. Wakil Sekjen KORBID Pemenangan Pemilu Wilayah terkait

j. Wakil Sekjen KORBID Orgaoisasi dan Daerah

k. Wakil Sekjen KORBID Kaderisasi dan Keanggotaan

l. Wakil Sekjen KORBID Hukum dan HAM

m. Bendahara

h. Ketua DPD Partai GERINDRA terkait

3. Pimpinan rapat mengumumkan terlebih dulu jumlah suara keseluruhan, dari unsur peserta yang berhak memilih sesuai butir 2 dan telah mengisi daftar hadir.

4. Apabila unsur peserta sesuai butir (2) berhalangan hadir, maka yang bersangkutan dapat di wakilkan oleh unsur wakil sekretaris jenderalnya masing-masing. Namun apabila yang bersangkutan tidak memberikan mandat kepada wakil Sekretaris Jenderalnya tersebut, maka suaranya dinyatakan tidak berlaku.


(22)

5. Pemungutan suara dilakukan oleh peserta rapat sesuai butir (3) dan (4), untuk memilih 1 (satu) nama, diantara daftar bakal calon sesuai butir (l)

6. Bakal calon yang mendapatkan suara terbanyak, terpilih menjadi Calon Kepala Daerah dan/ Wakil Kepala Daerah dari Partai GERINDRA dan ditetapkan sebagai calon resmi yang akan maju dalam PEMILUKADA didaerah yang bersangkutan.

6). Hasil pemilihan dan penetapan calon kepala daerah dan/ calon wakil kepala daerah dari Partai Gerindra terpilih ini selanjutnya dituangkan dalam Berita Acara Pemilihan dan Penetapan Calon Kepala Daerah dan/ Wakil Kepala Daerah dari Partai GERINDRA.

Tahap penetapan dan pemilihan calon ini adalah tahap yang paling dinantikan oleh para bakal calon yang ingin maju melalui kendaraan Partai Gerindra. Karena di akhir tahap ini lah akan dimunculkan satu nama yang nantinya benar-benar mewakili DPD Partai Gerindra dalam kompetisi di kancah Pemilukada. Proses penetapan calon walikota ini dilakukan oleh Partai Gerindra berdasarkan hasil Rapat Tim Pemilukada Pusat. Keputusan yang diambil oleh DPP PG itu akhirnya menetapkan nama Eddi Kusuma untuk menjadi calon Walikota dari Partai Gerindra dalam Pemilukada Kota Kota Medan 2015. Seperti yang disampaikan oleh Bapak Bobby Octavianus Zulkarnaen49

Terdapat 13 unsur peserta rapat yang memiliki hak suara untuk

menetapkan calon yang akan diusung oleh Partai Gerindra yaitu

Ketua Umum, Wakil Ketua Umum, Ketua KORBID

Pemenangan Pemilu Wilayah yang bersangkutan, Ketua

KORBID Organisasi dan Daerah, Ketua KORBID Kaderisasi

:

Penetapan diambil keputusannya di DPP Partai Gerindra Pusat

yang ditandatangai langsung oleh Ketua Umum dan Sekretaris

Jenderal. Penetapan dikeluarkan tanggal 5 Juli 2015 yang

merekomendasikan pasangan Ramadhan Pohan dan Eddi

Kusuma sebagai calon Walikota dan Wakil Walikota Kota

Medan dari Partai Gerindra. Untuk peran dari Partai Gerindra

Kota Medan yaitu adanya perwakilan yang memiliki hak suara

pada Rapat Tim Pemilukada tanggal 2 Juli.

49

Wawancara dengan ketua DPC Kota Kota Medan,Bobby O. Zulkarnaen, di Kantor DPC PG Kota Medan, 28 Juli 2016


(23)

dan Keanggotaan, Ketua KORBID Hukum dan HAM,

Sekretaris Jenderal, Wakil Sekjen KORBID Pemenangan

Pemilu Wilayah yang bersangkutan, Wakil Sekjen KORBID

Organisasi dan Daerah, Wakil Sekjen KORBID Kaderisasi dan

Keanggotaan, Wakil Sekjen KORBID Hukum dan HAM,

Bendahara dan Ketua DPD Partai Gerindra terkait.

Dari penjelasan di atas dapat kita kaji bahwa sebenarnya DPP Partai Gerindra lah yang berwenang secara luas dan terpusat untuk menentukan calon yang akan maju sebagai kepala daerah baik itu untuk tingkat gubernur maupun bupati/walikota, DPD Partai Gerindra di daerah hanya berwenang untuk melakukan inventarisir dan hasil nya direkomendasikan ke DPP untuk selanjutnya dipilih yang paling layak dan sesuai. Namun sepertinya hal ini merupakan hal yang sangat bertentangan dengan ide dan cita-cita demokrasi yang ingin dicapai dalam tubuh partai politik di Indonesia. Sepantasnya keputusan politik juga didesentralisasikan ke daerah sehingga menghargai dan menghormati apa yang menjadi kebutuhan di daerah itu sendiri. Namun Partai Gerindra punya alasan lain untuk menanggapi hal ini.

Ada beberapa hal penyebab Partai Gerindra lebih memilih kebijakan sentralisasi dalam memilih calon kepala daerah untuk maju pada pemilukada.50

50

Dapat dilihat pa

Pertama, mendorong target penguasaan untuk pemilukada. Kemampuan memenangkan dan menempatkan pemimpin daerah pada akhirnya merupakan tiket untuk pemenangan pertarungan pada pemilukada, karena memiliki jaringan dan menguasai birokrasi. Kedua, pemilukada hanya memilih satu orang, pada akhirnya persaingan berlangsung sengit. Dalam proses pemenangan pemilukada, Dewan Pimpinan Pusat (DPP) lebih memiliki kontrol dan kekuasaan yang besar. Dewan Pimpinan Pusat (DPP) dapat secara langsung melakukan pengelolaan kesuksesan pemilukada melalui pemilihan kandidat yang dinilainya lebih populer dan memiliki peluang kemenangan lebih besar. Hal ini memungkinkan pihak Dewan Pimpinan Pusat (DPP) untuk melakukan monitoring dan pengarahan secara langsung pada Tim Sukses Pilkada DPD untuk melakukan berbagai strategi kebijakan pemenangan pemilukada.


(24)

Keputusan yang terpusat dalam penentuan calon walikota dalam Pemilukada Kota Medan ini, tampaknya menimbulkan banyak polemik ditubuh Partai Gerindra sendiri. Penentuan Eddi Kusuna menjadi calon walikota dari Partai Gerindra ditanggapi dengan kekecewaan dari banyak kalangan, termasuk dari internal sendiri maupun dari masyarakat Kota Medan. Banyak juga yang mengatakan bahwa kekalahan yang memalukan yang dialami Partai Gerindra dalam Pemilukada Kota Medan disebabkan oleh tidak tepatnya keputusan yang dikeluarkan oleh DPP PG dalam menentukan calon yang akan bertarung dalam pesta demokrasi tersebut.

Keputusan tersebut dinilai sepihak oleh masyarakat dan dari kalangan internal partai sendiri, dikarenakan tidak menghargai apa yang menjadi keinginan masyarakat Kota Medan. Sebagain besar masyarakat Kota Medan lebih menginginkan tokoh H. Ikhwan Ritonga, Sofyan Tan atau pun Gus Irawan yang juga kader Partai Gerindra dan putra asli daerah Medan untuk maju sebagai calon walikota yang diusung oleh Partai Gerindra dan diprediksikan bakal memenangkan pertarungan dalam pemilukada tersebut. Namun yang didapat oleh sebagian besar masyarakat adalah kekecewaan karena aspirasi mereka tidak direspon dan malah mencalonkan tokoh yang kurang mereka kenal dan bukan putra kelahiran Kota Medan.

Ketidaksepakatan dari masyarakat dengan Partai Gerindra tersebut mendapat respon dari masyarakat dengan berniat memajukan tokoh Sofyan Tan. Niat tersebut awalnya disambut baik oleh Sofyan Tan dengan maju melalui calon perseorangan, dan beliau sudah mengumpulkan kartu tanda penduduk (KTP) dari masyarakat sebagai persyaratan untuk maju melalui calon perseorangan. Namun di belakangan hari tanpa sebab yang jelas beliau mengurungkan niat nya untuk maju sebagai calon independen dengan alasan masih menghargai keputusan yang dibuat oleh Partai Gerindra dan menunjukkan dirinya adalah seorang kader yang loyal dan berbakti kepada partai.

Menanggapi polemik yang terjadi di tubuh Partai Gerindra ini, fungsionaris DPC PG Kota Medan mengatakan penentuan calon itu ditentukan oleh adanya tingkat elektabilitas, popularitas


(25)

dan faktor-faktor lainnya sehingga DPP Partai Gerindra memilih sosok Eddi Kusuma dari pada Sofyan Tan. Seperti yang dikutip dari wawancara dengan Bapak Bobby Octavianus Zulkarnaen51

Berdasarkan hasil kajian dan wawancara yang telah dilakukan dapat kita lihat bahwa

sebenarnya tokoh Ikhwan Ritonga lebih memiliki popularitas, loyalitas dan pengetahuan yang

cukup mumpuni untuk memimpin Kota Kota Medan. Namun hal itu semuanya dikembalikan

:

Elektabilitas dan popularitas sudah pasti menentukan siapa

yang akan dimajukan menjadi calon walikota. Namun selain

adanya persyaratan umum juga terdapat persyaratan khusus

yang ditetapkan Partai Gerindra, ada beberapa persyaratan

khusus yang harus dipenuhi antara lain mengakar,

berkemampuan, mempunyai kemampuan finansial. Semuanya

diatur dalam JUKLAK tersebut dan menjadi pedoman.

Mengenai isu putra daerah yang lebih disetujui masyarakat yang tidak direspon oleh

Partai Gerindra, Bobby Octavianus Zulkarnaen mengatakan :

Memang ada hubungan antara elektabilitas, popularitas dan isu

putra daerah. Dan itu sudah tentu akan menjadi pertimbangan.

Putra daerah memang diakui mempunyai banyak keunggulan

antara lain lebih mengetahui kondisi sosiologis masyarakat

Kota Medan atau dengan kata lain lebih menguasai medan yang

akan ditempuh. Putra daerah juga sudah pasti lebih populer

namun belum tentu mempunyai elektabilitas yang lebih tinggi.

Bapak Bobby Octavianus Zulkarnaen juga menambahkan :

Terdapat dua kriteria utama yang menjadi pedoman dalam

penentuan. Yang pertama adalah elektabilitas yang paling

tinggi diantara seluruh kader yang akan maju lalu yang kedua

adalah loyalitas yang paling tinggi terhadap Partai Gerindra.

Putra daerah memang menjadi salah satu faktor kuat untuk

mengusung calon namun tidak selalu menjadi indikator utama.

Memang Pak Ikhwan Ritonga memiliki popularitas yang lebih

tinggi dibanding Pak Eddi Kusuma dikarenakan lamanya beliau

menetap dan berkecimpung dibidang organisasi di Kota Medan.

Namun itu tadi, keputusan berada pada 13 unsur pemegang hak

suara melalui Rapat Tim Pemilukada.

51

Wawancara dengan Ketua DPC PG Kota Kota Medan, Bobby O. Zulkarnaen, di Kantor DPC PG Kota Kota Medan, 28 Juli 2016


(26)

ke DPP PG, dan tidak menjadi bahan masukan bagi DPP Partai Gerindra untuk memutuskan

calon yang benar-benar menjadi idaman masyarakat Kota Medan.

3.2.9. Tahap Penentuan Pasangan Calon

Merupakan kegiatan yang dilakukan oleh DPP PG bersama calon terpilih yang bersangkutan, untuk melengkapi pasangan calon terpilih menjadi pasangan calon resmi yang akan ditetapkan oleh DPP PG, dan dimungkinkan calon pasangannya ini adalah kader partai lain, dengan ketentuan sebagai berikut :

1) Apabila calon terpilih dari Partai Gerindra adalah calon Kepala Daerah, maka akan dilakukan penetapan calon wakil kepala daerah, berdasarkan hasil kompromi antara DPP PG dengan calon kepala daerah terpilih dari Partai Gerindra.

2) Apabila calon terpilih dari Partai Gerindra adalah calon Wakil Kepala Daerah, maka akan dilakukan penetapan calon kepala daerah, berdasarkan hasil kompromi antara DPP PG dengan calon wakil kepala daerah terpilih dari Partai Gerindra. Kegiatan ini dilakukan selambat-lambatnya H-4 bulan sebelum hari pemungutan suara Pemilukada.

3.2.10. Tahap Pengesahan Pasangan Calon

Merupakan kegiatan pengesahan pasangan calon kepala daerah dan wakil kepala daerah oleh DPP PG, untuk selanjutnya menjadi calon resmi yang akan diusulkan oleh Partai Gerindra atau oleh Gabungan Partai Gerindra dengan partai politik lain ke KPUD setempat. Apabila pasangan calon yang bersangkutan berasal dari kader partai lain, maka akan dilakukan perjanjian koalisi pasangan calon antara Partai Gerindra dengan partai lain yang bersangkutan. Kegiatan ini dilakukan selambat-lambatnya H-4 bulan sebelum hari pemungutan suara Pemilukada.


(27)

BAB IV

PENUTUP

1. Kesimpulan

Berdasarkan penelitian dan analisa data yang dilakukan penulis mengenai penjaringan calon kepala daerah (Studi Penjaringan Calon Walikota dan Wakil Walikota Dari Partai Gerindra Pada Pemilukada Kota Kota Medan 2015). Maka dapat diambil kesimpulan :

1. Lahirnya UU No. 32/2004 tentang otonomi daerah memberikan perubahan yang cukup besar, perubahan tersebut terlihat dari peran partai politik dimana partai politik merupakan sarana bagi kader ataupun masyarakat luas untuk dapat mencalonkan diri sebagai kepala daerah.

2. Dalam melaksanakan penjaringan calon walikota Partai Gerindra menggunakan sistem pencalonan terbuka, yaitu dengan memberikan akses yang sama bagi anggota atau pengurus partai politik dan anggota komunitas atau kelompok-kelompok lain di masyarakat.

3. Mekanisme penetapan calon kepala daerah yang terjadi di DPC Partai Gerindra Kota Medan belum dapat dikatakan berjalan demokratis. Hal ini disebabkan karena DPC Partai Gerindra Kota Medan hanya berwenang menginventarisir nama-nama tokoh yang ada di Kota Medan dan mengirimkannya ke DPP Partai Gerindra. Kemudian hanya DPP Partai Gerindra lah yang berwenang memutuskan calon tetap walikota Kota Medan dari Partai Gerindra, dan ini menunjukkan juga DPP kurang memperhatikan aspirasi dari arus bawah yakni masyarakat Kota Kota Medan yang lebih cenderung memilih calon yang mereka kenal dengan baik. Dan pemilihan serta penetapan tersebut tidak melibatkan kepengurusan Partai Gerindra di daerah yang bersangkutan .


(28)

4. Dalam rangka Pemilukada Kota Kota Medan 2015 Partai Gerindra tidak menetapkan bakal calon yang loyal dan lebih dikenal dan dipopulerkan masyarakat Kota Medan. Tetapi lebih berdasarkan keputusan DPP Partai Gerindra Sumut yang sepihak menentukan Eddy Kusuma yang bukan berasal dari putra daerah Kota Medan. Kesalahan dalam menentukan calon kepala daerah ini menyebabkan kekalahan yang telak bagi Partai Gerindra.

2. Saran

Dari hasil penelitian ini penulis menemukan beberapa point penting yang harus diperhatikan oleh Partai Gerindra untuk perbaikan pada masa yang akan datang terutama hal-hal yang menyangkut pemilihan kepala daerah. Pont-point tersebut antara lain :

1. Sistem rekrutmen dan penjaringan kepala daerah dari Partai Gerindra hendaknya lebih memperhatikan aspirasi dari arus bawah, yakni masyarakat luas yang menjadi konstituen dan menjadi obyek dalam pemilukada untuk menentukan kepala daerah mereka sendiri, karena bagaimana pun masyarakat setempat lah yang lebih mengetahui apa yang menjadi kebutuhan mereka

2. Hendaknya keputusan yang bersifat sentralistik yang dijalankan oleh Partai Gerindra dalam menentukan calon kepala daerah di setiap daerah melalui DPP harusnya direvisi, karena tidak mencerminkan proses demokratisasi dalam tubuh partai politik itu sendiri serta mengabaikan aspirasi dari arus bawah.

3. Untuk memenangkan pemilukada di masa yang akan datang, Partai Gerindra harus benar-benar menyiapkan tim pemenang yang benar-benar-benar-benar kuat dan memiliki loyalitas yang tinggi terhadap partai, dan mulai merancang strategi pemenangan jauh sebelum diadakannya pemilukada.

4. Solidaritas dan semangat kebersamaan hendaknya perlu ditingkatkan diantara sesama anggota Partai Gerindra karena dengan demikian dapat benar-benar menjalankan


(29)

kerja-kerja kolektif, karena pada hakikatnya visi, misi dan tujuan memerlukan kerja-kerja sama yang kuat dan semangat kebersamaan yang kuat.


(30)

BAB II

LOKASI PENELITIAN

2.1. Sejarah Kota Medan

Kota Medan merupakan salah satu kota terbesar yang berada di Indonesia. Dengan luas mencapai 26.510 hektare (265,10 km²) atau 3,6% dari keseluruhan wilayah Sumatera Utara, Kota Medan menjadi kota terbesar yang ada di wilayah Provinsi Sumatera Utara.

Di awal berdirinya, kota Medan ini dikenal dengan nama Tanah Deli dan keadaan tanahnya berawa-rawa. Terdapat beberapa sungai-sungai yang melintasi kota Medan yang bermuara ke Selat Malaka. Sungai-sungai itu adalah Sei Babura, Sei Sekambing, Sei Putih, Sei Belawan, Sei Deli, dan Sei Sulang saling. Guru Patimpus mendirikan Kota Medan pada tahun 1590. Tahun 1833 orang Eropa yang pertama sekali mengunjungi Deli adalah John Anderson dan menemukan kampung yang bernama Medan. Saat itu kampung ini berpenduduk 200 orang yang dipimpin oleh seseorang yaitu bernama Tuanku Pulau Berayan yang bermukim disana untuk mengutip pajak dari sampan-sampan yang membawa lada yang menuruni sungai. Kemudian pada tahun 1886 Medan secara resmi mendapatkan status sebagai kota, dan pada tahun berikutnya residen pesisir timur serta Sultan Deli berpindah ke Medan.

Medan berubah menjadi kota penting diluar Pulau Jawa pada tahun 1909, terutama setelah pemerintah kolonial belanda membuka perusahaan perkebunan secara besar-besaran. Saat itu Dewan Kota yang pertama terdiri dari dua belas anggota orang Eropa, dua orang bumi putra, dan seorang Tionghoa.

Usaha perkebunan berkaitan erat dengan pembukaan lahan bagi perkebunan tembakau yang dirintis oleh Jacobus Nienhuys dan berpusat dipertemuan dua alur sungai (Sungai Babura dan Sungai Deli) yaitu suatu wilayah yang disebut dengan Medan Putri. Tujuan kedatangan Neinhuys ke Deli adalah sebagai suatu rangkaian perjalanan mencari lahan untuk perkebunan tembakau sebagai tugas dari perusahaan dagang. Pada perkembangan lanjutan, cikal-bakal Kota Medan ditentukan oleh pemberian konsensi tanah oleh Sultan Mahmud kepada Neinhuys yang turut menyeret pengakuan atas hak tanah-tanah rakyat yang termasuk dalam konsesi tersebut Konsensi tanah tersebut yang meliputi kampung Baru dan Deli menjadi lahan bagi tanaman tembakau dan pala pada


(31)

masa itu. Pada tahun 1870 kegiatan perkebunan atas konsensi tanah tersebut atau disebut juga Perkebunan Deli Mij telah menjadi luas37

37

Pemdasu. Sumetera Utara Dalam Lintasan Sejarah.hal.314-319 .

Akhir abad ke-19 dan awal abad 20 terdapat dua gelombang migrasi besar ke Medan. Pada gelombang pertama kedatangan orang Tionghoa dan jawa sebagai kuli kontrak perkebunan. Tapi setelah tahun1880 perusahaan perkebunan berhenti mendatangkan orang Tionghoa, sebab sebagian besar dari meraka lari meninggalkan perkebunan dan sering membuat kerusuhan. Perusahaan kemudian sepenuhnya mendatangkan orang Jawa sebagai kuli perkebunan. Orang Tionghoa bekas buruh perkebunan kemudian didorong untuk mengembangkan sektor perdagangan. Lalu pada gelombang kedua ialah kedatangan orang Minangkabau, mandailing dan Aceh. Mereka datang ke Medan bukan untuk bekerja sebagai buruh perkebunan, melainkan untuk berdagang, menjadi guru dan ulama.

2.2. Letak Geografis Kota Medan

Kota Medan memiliki luas 26.510 hektare (265,10 km²) atau 3,6% dari keseluruhan wilayah Sumatera Utara. Dengan demikian, dibandingkan dengan kota/kabupaten lainya, Medan memiliki luas wilayah yang relatif kecil dengan jumlah penduduk yang relatif besar. Secara geografis kota Medan terletak pada 3°30' – 3° 43' Lintang Utara dan 98° 35' - 98° 44' Bujur Timur. Untuk itu topografi Kota Medan cenderung miring ke utara dan berada pada ketinggian 2,5 - 37,5 meter di atas permukaan laut. Sesuai dengan dinamika pembangunan kota, luas wilayah administrasi Kota Medan telah melalui beberapa kali perkembangan.

Tahun 1951, Walikota Medan mengeluarkan Maklumat Nomor 21 tanggal 29 September 1951, yang menetapkan luas Kota Medan menjadi 5.130 Ha, meliputi 4 Kecamatan dengan 59 Kelurahan. Maklumat Walikota Medan dikeluarkan menyusul keluarnya Keputusan Gubernur Sumatera Utara Nomor 66/III/PSU tanggal 21 1951, agar daerah Kota Medan diperluas menjadi tiga kali lipat. Melalui Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 1973 Kota Medan kemudian mengalami pemekaran wilayah menjadi 26.510 Ha yang terdiri dari 11 kecamatan dengan 116 kelurahan. Berdasarkan luas administrasi yang sama maka melalui Surat Pesetujuan Dalam Menteri Dalam Negeri Nomor 140/2271/PUOD, tanggal 5 Mei 1986, Kota Medan melakukan pemekaran kelurahan menjadi 144 kelurahan.


(32)

Gambar 2.1: Peta Kota Medan

Perkembangan terkhir berdasarkan Surat Keputusan Gubernur KDH Tingkat I Sumatera Utara Nomor 140.22/2772.K/1996 tanggal 30 September 1996 tentang pendefitipan 7 kelurahan di Kotamadya Daerah Tingkat II Medan berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No 35 Tahun 1992 tentang Pembentukan Beberapa Kecamatan di Kotamadya Daerah Tingkat II Medan, dibagi atas 21 Kecamatan yang mencakup 151 Kelurahan. Berdasarkan perkembangan administratif ini Kota Medan kemudian tumbuh secara geografis,demografis dan sosial ekonomis.


(33)

Tabel 2.1

Luas Lahan Peruntukan di Kota Medan38

No Jenis Lahan Persentase

1 Permukiman 36,3 %

2 Perkebunan 3,1 %

3 Lahan Jasa 1,9 %

4 Sawah 6,1 %

5 Perusahaan 4,2 %

6 Kebun Campuran 45,4 %

7 Industri 1,5 %

8 Hutan Rawa 1,8 %

Wilayah Kota Medan hampir seluruhnya berbatasan langsung dengan Daerah Kabupaten Deli Serdang, yaitu sebelah barat, timur dan selatan. Sepanjang wilayah utara berbatasan langsung dengan Selat Malaka, yang diketahui sebagai salah satu jalur lalu lintas terpadat didunia. Kabupaten Deli Serdang merupakan salah satu daerah yang kaya dengan Sumber Daya Alam (SDA), khususnya dibidang perkebunan dan kehutanan. Karenanya secara geografis Kota Medan didukung oleh daerah-daerah yang kaya sumber daya alamnyaseperti Deli Serdang, Labuhan Batu, Simalungun, Tapanuli Utara, Tapanuli Selatan, Mandailing Natal, Karo, Binjai dan lain-lain. Kondisi ini menjadikan Kota Medan secara ekonomi mampu mengembangkan berbagai kerja sama dan kemitraan sejajar, saling menguntungkan, saling memperkuat dangan daerah-daerah sekitarnya.39

Sebagai pusat perdagangan baik regional maupun internasional, sejak awal 2.3. Gambaran Kultural Kota Medan

38

Sumber : Medan dalam Angka 2014 39


(34)

Kota Medan telah memiliki keragaman suku (etnis), dan agama. Oleh karenanya, budaya masyarakat yang ada juga sangat pluralis yang berdampak beragamnya nilai – nilai budaya tersebut tentunya sangat menguntungkan, sebab diyakini tidak satupun kebudayaan yang berciri menghambat kemajuan (modernisasi), dan sangat diyakini pula, hidup dan berkembangnya nilai-nilai budaya yang heterogen, dapat menjadi potensi besar dalam mencapai kemajuan. Keragaman suku, tarian daerah, alat musik, nyanyian, makanan, bangunan fisik, dan sebagainya, justru memberikan kontribusi besar bagi upaya pengembangan industri pariwisata di Kota Medan.40

Partai Gerakan Indonesia Raya (Gerindra) berdiri pada 6 Februari 2008, merupakan partai berasaskan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945. Pendirianya terkait dengan kondisi bangsa, dimana mayoritas rakyatnya masih berkubang dalam penderitaan dan sistem politik yang tak kunjung mampu melaksanakan perekonomian nasional untuk mengangkat harkat dan martabat masyarakat Indonesia dari kemeleratan.

2.4. Sejarah Berdirinya Partai Gerindra

41

Gambar 2.2: Logo Partai Gerindra

Bahwa cita-cita luhur untuk membangun dan mewujudkan tatanan masyarakat Indonesia yang merdeka, berdaulat, bersatu, demokratis, adil dan makmur serta beradab dan berketuhanan yang berlandaskan Pancasila, sebagaimana termaktub di dalam Pembukaan UUD 1945, merupakan

40

http://pemkomedan.go.id/new/hal-selayang-pandang.html diakses pada tanggal 19 Juli 2016 pukul 21.29 41


(35)

tujuan bersama dari seluruh rakyat Indonesia. Cita-cita kemerdekaan tersebut hanya dapat dicapai dengan mempertahankan persatuan dan kesatuan bangsa, serta membangun segala kehidupan secara seimbang lahir dan batin dengan landasan Pancasila. Selanjutnya kehidupan bangsa yang lebih maju, modern, dan mandiri menuntutpembaruan terusmenerus melalui usaha-usaha yang disesuaikan dengankemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, serta tuntutan zaman dengan tetap memelihara nilainilai luhur dan kepribadian bangsa Indonesia.

Dalam menghadapi perkembangan zaman dan globalisasi, identitas dan jatidiri bangsa tetap menjadi fondasi utama untuk memperjuangkan kepentingannasional dan tatanan baru. Terjadinya penyelewengan terhadap cita-citaProklamasi 17 Agustus 1945 dan UUD 1945 di berbagai bidang perlu dikoreksi.Haluan baru dan tatanan baru bagi kehidupan bangsa dan Negara Republik Indonesia harus dilandaskan pada kemurnian pelaksanaan Pancasila dan UUD 1945. Hakikat tatanan baru adalah sikap mental yang menuntut pembaharuan danpembangunan yang terusmenerus dalam rangka melaksanakan Pancasila dan UUD 1945.

Sejak Proklamasi kemerdekaan, bangsa Indonesia masih bergulat memerangi kemiskinan dan kemelaratan serta berjuang untuk tegaknya keadilan.Sistem politik dan ekonomi tidak mampu menutup kesenjangan antara kaum miskin dan kaum kaya, yang akhirnya menciptakan jurang ketidakadilan. Ketikakondisi mayoritas rakyat berkubang dalam penderitaan, sistem politik kita tak kunjung mampu merumuskan dan melaksanakan kebijakan politik, sosial, dan ekonomi untuk mengangkat harkat dan martabat rakyat Indonesia. Sistem politikkita tidak mampu membangun kepemimpinan nasional yang kuat, yang dapat mengantarkan rakyat Indonesia ke gerbang kemakmuran yang berkeadilan.

Pada sisi lain, sejak era reformasi, sistem perekonomian kita semakin liberal dan kapitalistik. Sistem ekonomi kerakyatan yang diletakkan dasarnya olehpara pendiri bangsa melalui Pasal 33 UUD 1945 semakin ditinggalkan. Kondisiini telah menyebabkan kehidupan rakyat pada umumnyajauh dari kesejahteraan.Kekayaan alam menjadi lahan pertarungan perebutan pengaruh diantara


(36)

kekuatankekuatanpolitik dan kekuatan asing, tidak untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat. Jumlah kemiskinan dan pengangguran tetap menjadi masalah utama.Karena itu, tidak ada pilihan lain, kita harus mewujudkan kemandirian bangsadengan membangun sistem ekonomi kerakyatan.

Budaya bangsa harus menjadi jati diri dan kekuatan bersama. Wawasan kebangsaan mempererat persatuan dan kesatuan manusia Indonesia. Perbedaan diantara kita tidaklah menjadi sebab untuk terpecah belah, tetapi hendaknya menjadirahmat dan kekuatan bangsa Indonesia. Partai Gerindra dideklarasikan pada tanggal 6 Februari 2008 di Jakarta. Partai Gerakan Indonesia Raya (Gerindra) hadir di tengah masyarakat karena terpanggil untuk memberikan amal baktinyakepada Negara dan rakyat Indonesia. Partai Gerindra adalah partai rakyat yangberjuang untuk tegaknya Pancasila, UUD 1945 sebagaimana ditetapkan pada 18Agustus 1945, dan utuhnya Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Partai Gerindra adalah partai rakyat yang mendambakan Indonesia yang bangun jiwanya, dan bangun badannya. Partai Gerindra adalah partai rakyat yangbertekad memperjuangkan kemakmuran dan keadilan disegala bidang. Partai Gerindra menyatakan diri tampil di pentas demokrasi untuk perubahan kepemimpinan nasional, dan perubahan tata laksana penyelenggaraan Negara. Partai Gerindra mendukung segala upaya untuk pembangunan bangsa (nation building) dan karakter manusia Indonesia.42

Partai Gerindra senantiasa berjuang bersama rakyat serta menjadikan kekuatan rakyat sebagai kekuatan utama dalam membangun bangsa dan masyarakat Indonesia. Berangkat dari hal

Partai Gerindra bertekad memerdekakan rakyat Indonesia dari penjajahanbekonomi dan politik yang membelenggu dan merampas kehormatan manusia Indonesia. Partai Gerindra menjunjung tinggi kebebasan intelektual sebagaiamanah Pancasila dan UUD 1945. Partai Gerindra memposisikan diri sebagai partai gerakan yang mandiri, produktif, dan berpijak pada kearifan lokal, dalamupaya menciptakan masyarakat adil, makmur, dan sejahtera. Sebagai gerakan,

42


(37)

tersebut, Prabowo berinisiatif membangun sebuah wadah baru yang kemudian lahirlah partai baru yang dengan nama Gerindra. Prabowo sendiri tidak ikut sebagai Pendiri (dibelakang layar) karena masih terikatdengan Partai Golongan Karya (Golkar). Pendiriannya dilakukan oleh sekelompokpendukungnya seperti Fadli Zon, Suhardi, Ahmad Muzani dan Muchi PR. Barusetelah keluar dari Partai Golkar, Prabowo akhirnya resmi menjadi anggota Partai tanggal 12 Juli 2008.

2.4.1. Visi dan Misi Partai Gerindra

Keberadaan Partai Gerindra dalam pentas politik nasional memiliki visi“menjadi partai politik yang mampu menciptakan kesejahteraan rakyat, keadilan sosial, dan tatanan politik negara yang melandaskan diri pada nilainilai nasionalisme dan religiusitas dalam wadah Negara Kesatuan RepublikIndonesia.” Untuk mewujudkan visi tersebut, Partai Gerindra mengemban misi dalam kehidupan berbangsa dan bernegara antara lain:

1.

Mempertahankan kedaulatan dan tegaknya Negara Kesatuan RepublikIndonesia

yang berdasarkan Pancasila dan UUD 1945.

2.

Mendorong pembangunan nasional yang menitikberatkan padapembangunan

ekonomi kerakyatan, pertumbuhan ekonomi yangberkelanjutan, dan pemeratan

hasil-hasil pembangunan bagi seluruh wargabangsa dengan mengurangi

ketergantungan kepada pihak asing.Membentuk tatanan sosial dan politik

masyarakat yang kondusif untukmewujudkan kedaulatan rakyat dan

kesejahteraan rakyat.

3.

Menegakkan supremasi hukum dengan mengedepankan praduga takbersalah

dan persamaan hak di depan hukum.

4.

Merebut kekuasaan pemerintahan secara konstitusional melalui Pemilu

5.

Legislatif dan Pemilu Presiden untuk menciptakan lapisan

kepemimpinannasional yang kuat.


(38)

2.4.2. Prinsip Dasar Partai Gerindra

Dalam mewujudkan visi dan misi, Partai Gerindra mengacu pada prinsiprinsip

dasar sebagai berikut :

1. Prinsip Disiplin

Disiplin merupakan prinsip dasar dari seluruh pejuangan Partai Gerindradalam mencapai tujuan bersama. Dengan disiplin, seluruh sumber daya terfokus dan terorganisir sehingga mencapai usaha maksimal. Dalam mencapai tujuan berbangsa dan bernegara, Partai Gerindra senantiasa mengedepankan disiplin dalam setiap gerak dan langkah.

2. Prinsip Kedaulatan

Kedaulatan merupakan perwujudan sejati dari sebuah kemerdekaan, yang meliputi kedaulatan atas diri sendiri, keluarga, masyarakat, bangsa, dan negara.Menghargai dan menghormati kedaulatan setiap entitas merupakan landasan penting dalam tata pergaulan sosial, politik, dan ekonomi dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Partai Gerindra bersikap dan bertindak berdasarkan penghormatan dan penghargaan terhadap kedaulatan setiap individu serta menjagadan mempertahankan kedaulatan bangsa.

3. Prinsip Kemandirian

Kemandirian dimaknai sebagai bekerja dan berkarya berdasarkankemampuan diri sendiri dan tidak menggantungkan diri pada bantuan pihak lain.Kemandirian juga dimaknai sebagai manifestasi dari kepercayaan diri dan penghargaan atas diri sendiri serta menempatkan setiap individu sebagai entitas yang memiliki kemampuan dan karya. Partai Gerindra bersikap dan bertindak berdasarkan kemampuan yang dimiliki serta menghargai kemandirian setiap individu.


(39)

4. Prinsip Persamaan Hak

Dalam tata kehidupan berbangsa dan bernegara, setiap individu memilikipersamaan hak yang dilindungi oleh konstitusi dan peraturan perundangan yang berlaku. Tak ada yang dikecualikan dan dibedakan haknya, kecuali dikarenakan oleh karya dan kerja individu itu sendiri. Partai Gerindra bersikap dan bertindak dengan mengedepankan persamaan hak setiap individu dan mengembangkan sikap anti diskriminasi.

5. Prinsip Kerjasama dan Gotong Royong

Sikap kerjasama dan gotong royong yang dilandasi oleh penghormatanatas kedaulatan, kemandirian, dan persamaan hak dalam mengerjakan dan menuntaskan sebuah pekerjaan sejatinya merupakan kebutuhan setiap manusia sebagai makhluk sosial. Tidak ada individu yang bias hidup tanpa membutuhkan individu lain. Partai Gerindra sangat menyadari pentingnya kerjasama, karena itudalam setiap sikap dan tindakan, Partai Gerindra mengedepankan danmengembangkan kerjasama dan gotong royong dengan entitas masyarakat lainnya sebagai landasan pergaulan berbangsa dan bernegara.

6. Prinsip Musyawarah

Musyawarah merupakan ciri khas budaya bangsa Indonesia yang luhur.Musyawarah memberikan penghormatan kedaulatan individu dan mengedepankan kepentingan masyarakat diatas kepentingan pribadi. Musyawarah harus dijadikan jalan utama dalam memecahkan setiap permasalahan sehingga tidak memunculkan konflik dan kebuntuan.


(40)

2.5.STRUKTUR KEPENGURUSAN DPC GERINDRA KOTA MEDAN

Adapun struktur kepengurusan DPC Gerindra Kota Medan adalah sebagai berikut :

Ketua : BOBBY O. ZULKARNAEN, SE Sekretaris : JHON SARI HALOHO, SH, MM Bendahara : CUI TJING HUI (AWI)


(41)

BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Pemilihan kepala daerah (Pemilukada) secara langsung merupakan sistem baru dalam praktek ketatanegaraan di Indonesia. Penerapan pemilihan kepala daerah langsung merupakan salah satu akibat dari perubahan politik yang terjadi di Indonesia. Tujuan utamanya adalah pengambilan kedaulatan rakyat dalam memilih pemimpin dalam Negara, baik presiden dan kepala daerah provinsi serta kabupaten/kota.

Dengan lahirnya UU No. 32 Tahun 2004 tentang pemerintahan daerah dan peraturan pemerintah (PP) No.6 Tahun 2005 tentang tata cara pemilihan, pengesahan, pengangkatan dan pemberhentian kepala daerah, merupakan landasan hukum bagi pelaksanaan pemilihan kepala daerah secara langsung.1 Melalui pemilihan kepala daerah langsung berarti mengembalikan hak-hak dasar masyarakat di daerah untuk berpartisipasi dalam proses politik dalam rangka rekrutmen politik lokal secara demokrasi.2 Rakyat memiliki kedaulatan penuh atas hak politiknya dalam memilih pemimpin mereka. Semangat pemilihan kepala daerah secara langsung adalah memberikan ruang yang luas bagi partisipasi politik masyarakat untuk menentukan kepala daerah sesuai dengan aspirasi dan kebutuhan di daerah masing-masing sehingga diharapkan kebijakan-kebijakan dari pemerintah nantinya sesuai dengan harapan dan keinginan rakyat pada umumnya.3

Tahun 2005, merupakan awal perubahan besar terjadi, dimana untuk pertamakalinya Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah, dipilih secara langsung oleh rakyat. Peristiwa ini menandai babakan baru dalam sejarah politik daerah di Indonesia. Adapun pemilihan umum Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah secara langsung diatur dalam UU No.32/2004 tentang Pemerintah Daerah

1

Daniel.S.Slossa. 2005. Mekanisme Persyaratan dan Tata Cara Pemilukada Secara Langsung, Yogjakarta: Media Presindo. hal. 9

2

Ramlan Surbakti. 1992. Memahami Ilmu Politik. Jakarta : Gramedia Widia Sarana. hal. 131 3

Donni Edwin. 2005. Pemilukada Langsung :Demokratisasi Daerah dan Mitos Good Governance. Jakarta : Patner Ship. hal. 2


(42)

Pasal 56. Dalam Pasal 56 ayai (1) dikatakan : “Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah dipilih dalam satu pasangan calon yang dilaksanakan secara demokratis berdasarkan asas langsung, umum, bebas, rahasia, jujur dan adil.”

Demokrasi di tingkat lokal mulai mekar, dimana pada tahun 2005 untuk pertama kalinya dalam sejarah perjalanan bangsa Indonesia digelar perhelatan akbar “Pemilihan Umum Kepala Daerah Langsung”, baik gubernur dan wakil gubernur, bupati dan wakil bupati maupun walikota dan wakil walikota. Pemilukada langsung merupakan hasil kerja keras dalam perwujudan demokrasi, walaupun banyak hal yang menjadi konsekuensinya seperti biaya yang besar, energi, waktu, pikiran dan lain sebagainya. Namun, keberhasilan pemilukada untuk melahirkan kepemimpinan daerah yang murni secara demokratis, sesuai kehendak dan tuntutan rakyat sangat tergantung pada sikap kritisme dan rasionalitas rakyat sendiri.4

Berdasarkan UU No. 22/2007 tentang Penyelenggara Pemilu, pemilihan umum Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah (pemilukada) juga dimasukkan sebagai bagian dari kategori pemilu. Pemilihan umum Kepala Daerah langsung merupakan suatu capaian yang baik dalam proses demokrasi di Indonesia. Melalui pemilihan umum Kepala Daerah langsung berarti mengembalikan hak – hak masyarakat di daerah untuk berpartisipasi dalam proses politik dalam rangka rekrutmen politik lokal secara demokrasi.5

Salah satu sisi lain yang perlu dicermati dari Pemilukada adalah rekrutmen calon kepala daerah yang dilakukan partai politik menjelang Pemilukada. Partai politik merupakan salah satu jalur pencalonan kepala daerah. Hal ini ditegaskan dalam revisi ke-2 UU No. 32 tahun 2004 pasal 56 ayat (2) bahwa “Pasangan calon diusulkan oleh partai politik, gabungan partai politik, atau perseorangan yang didukung oleh sejumlah orang yang memenuhi persyaratan.”

Sehingga hal ini semakin memajukan demokrasi ditingkat lokal karena masyarakat lokal akan memilih sendiri siapakah calon pemimpinnya atau yang mewakilinya di daerah.

4

Joko J. Prihatmoko. 2005. Pemilihan Kepala Daerah Langsung. Yogyakarta : Pustaka Pelajar. hal. 3 5


(43)

Selain itu partai politik meyakini bahwa ada perbedaan karakteristik antara pemilihan kepala daerah langsung (pemilukadasung) dengan pemilihan umum (pemilu) legislatif. Dalam Pemilu Legislatif, pemilih memilih partai politik, sementara dalam Pemilukada pemilih memilih orang (kandidat). Dalam Pemilukadasung, kandidat yang mempunyai ketokohan tinggi akan lebih dipilih, tidak peduli berasal dari partai mana. Hal inilah yang menyebabkan betapa pentingnya tahap rekrutmen yang dilakukan oleh partai politik .6

Pertama, sebagai kata kunci awal di dalam memperebutkan kekuasaan eksekutif di masing-masing daerah. Setidaknya, arena eksekutif inilah nantinya bisa menjadi mesin yang ampuh dalam menjalankan kebijakan dan visi-visi politik masing-masing partai politik. Kedua, sebagai peluang bagi partai politik dalam proses pembelajaran para kader politiknya. Hal ini terutama bagi partai politik yang selama proses Pemilukada cenderung mendorong para kadernya untuk maju sebagai kandidat. Ketiga, sebagai arena untuk menjaring para kader potensial yang populer.

Partai politik sebagai ikon utama demokrasi merupakan organisasi yang berkecimpung dalam proses politik. Partai politik memiliki tujuan untuk menaklukkan kekuasaan atau mengambil bagian dalam pelancaran kekuasaan. Untuk itu kemenangan dalam Pemilukada penting untuk diperoleh sebagai pencapaian tujuan partai politik. Ahmad Nyarwi mengemukakan bahwa makna penting kemenangan Pemilukada bagi partai politik, yaitu :

7

Selanjutnya partai politik dan gabungan partai politik memproses bakal calon melalui mekanisme yang demokratis dan transparan. Maka tentunya setiap partai politik memiliki suatu Dalam pencalonan kepala daerah tidak semua partai politik dapat mengajukan calonnya. Hal ini dapat kita lihat dalam UU No. 32 Tahun 2004 pasal 59 ayat (2) yang menggariskan bahwa : “Partai politik atau gabungan partai politik yang dapat mendaftarkan pasangan calon apabila memenuhi persyaratan perolehan sekurang-kurangnya 15 % dari jumlah kursi DPRD atau 15 % dari akumulasi perolehan suara sah dalam pemilihan umum anggota DPRD di daerah yang bersangkutan“.

6

Eriyanto, Pemilukada dan Penguasaan Partai Politik, Kajian Bulanan LSI Edisi 03-Juli 2007,

7

Ahmad Nyarwi, Siasat Partai Politik dan Strategi Pencalonan, Kajian Bulanan LSI Edisi 03-Juli 2007,


(44)

sistem atau mekanisme pencalonan kepala daerah. Pelaksanaan pemilukada bermuara pada pemilihan kepala daerah yang dapat menjalankan tugas sebagai kepala daerah dengan baik hingga harapan terbentuknya good governance benar-benar terwujud. Partai politik sebagai salah satu pintu bagi pencalonan tersebut tentunya memiliki peranan dan kepentingan partai dalam setiap proses pelaksanaan pemilukada. Oleh karenanya proses perekrutan yang dilakukan partai politik tersebut sangat menentukan bagi partai itu sendiri.

Seleksi partai politik sangatlah menentukan sosok calon kepala daerah yang tampil dan akan dipilih oleh rakyat. Hal ini menjadikan kehendak partai politik lebih dominan dan belum tentu sama dengan kehendak konstituen pada umumnya. Selama ini proses internal partai politik cenderung tertutup dari keterlibatan konstituen secara langsung. Persaingan elit partai lebih dominan sehingga kerap kali mengabaikan proses rekrutmen yang terbuka dan memberi kesempatan potensial di luar partai untuk berpartisipasi8

Partai politik adalah juga salah satu prasyarat dari terwujudnya demokrasi. Adanya partai politik yang berfungsi maksimal dan efektif sebagai wadah aspirasi politik masyarakat dan sebagai media untuk melakukan bargaining kebijakan dengan negara (pemerintah) karena itu sebagian pihak menilai yang paling penting barangkali bukan mempersoalkan mengenai keberadaan parpol

.

Pada dasarnya peran partai politik dalam pemilukada adalah sebagai kendaraan. Sesuai ketentuan Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 pasal 56, setiap kontestan pemilukada diwajibkan memakai kendaraan berupa partai politik dan gabungan parpol. Kendaraan ini tidak hanya berfungsi sebagai alat untuk masuk arena, melainkan juga sebagai mesin yang bekerja untuk mengumpulkan dukungan rakyat. Calon yang belum dikenal publik, mereka harus berusaha keras mendekati publik, memperkenalkan diri, visi misi, program aksi ke publik. Usaha keras ini membutuhkan dukungan kekuatan mesin politik. dalam mengambil hati rakyat juga diperlukan dalam meraih kekuasaan.

8

Syamsuddin Haris(ed), Pemilu Langsung di Tengah Oligarki Partai Proses Nominasi dan Seleksi Calon Legislatif Pemilu 2004, Jakarta : Gramedia, 2005, hal. 143-144.


(45)

secara fisik di suatu negara. Demi terwujudnya demokrasi dan tersalurkannya aspirasi publik, justru yang jauh lebih penting adalah menguak kinerja dan efektifitas fungsi parpol jelas tidak bisa dilepaskan dari berdirinya parpol itu sebagai suatu kebutuhan politik masyarakat. Asal usul secara historis dan berbagai aspek kesejarahan yang lain, terutama perkembangan politik di Indonesia di masa Orde Lama, Orde Baru dan reformasi perlu mendapat sorotan agar analisis atas kinerja dan prilaku partai politik bisa didahulukan secara menyeluruh.

Partai Politik berproses untuk dapat berkuasa, dan dengan demikian memimpin proses pengambilan kebijakan publik. Hal ini mengharuskan partai politik untuk mempersiapkan calon-calon pemimpin yang diharapkan mampu mengatur jalannya pemerintahan. Dalam proses internal partai itulah, salah satu fungsi partai politik urgen untuk dibahas, yakni fungsi perkaderan. Proses pematangan kader untuk mampu memimpin, baik dalam konteks pemerintahan lokal maupun nasional, itulah yang perlu mendapat sorotan tajam, khususnya mengenai partai-partai di Indonesia. Dalam kenyataan Indonesia pasca kemerdekaan, dapat diakatakan adanya kegagalan partai politik dalam melahirkan kepemimpinan yang berkualitas.9

9

Ibid., hal, 105

Pola kaderisasi yang masih setengah hati, serampangan, dan miskin konsep seolah menjadi identitas yang tepat bagi keseriusan pembangunan sumber daya manusia dalam sebuah partai.

Salah satu partai politik yang harus menjalankan proses tersebut di atas adalah Partai Gerindra. Partai Gerakan Indonesia Raya adalah salah satu partai politik di Indonesia yang telah malang melintang di kancah perpolitikan nasional. Sebagai salah satu contohnya adalah pada perhelatan Pemilukada Walikota dan wakil Walikota Medan tahun 2015 Partai Gerindra yang berkoalisi dengan Partai Demokrat dan Hanura, dengan mengusung pasangan calon Ramadhan Pohan – Eddi Kusuma bersanding dengan kontestan lainnya yakni pasangan Dzulmi Eldin dan Akhyar Nasution yang didukung usung oleh PDI-P, Partai Golkar, PKS, PAN, PPP, PBB, PKPI, dan Nasdem.


(46)

Dari hasil perolehan suara Pemilukada yang telah dilakukan tersebut, pasangan yang diusung oleh Partai Gerindra dan Demokrat yakni Ramadhan Pohan – Eddi Kusuma mengalami kekalahan, dan banyak kalangan yang menyatakan bahwa kekalahan itu adalah kekalahan telak Partai Gerindra dalam Pemilukada. Pasangan tersebut hanya memperoleh 136.817 Suara (28,32%) sementara itu pasangan Dzulmi Eldin – Akhyar Nasution memperoleh 346.308 Suara (71,68%). Hasil ini memang sangat mengejutkan banyak pihak terutama dari kalangan Gerindra, namun ada hal yang signifikan yang membuat begitu telaknya kekalahan Partai Gerindra. Hal tersebut adalah tidak tepatnya penetapan calon yang diusung oleh Partai Gerindra dalam Pemilukada Kota Medan tersebut.

Dalam proses mekanisme penjaringan calon kepala daerah yang dilakukan DPC Partai Gerindra Kota Medan, terdapat tiga nama calon yang masuk, yakni Ikhwan Ritonga, sofyan Tan dan Eddi Kesuma. Ikhwan Ritonga dan Sofyan Tan adalah kader Partai Gerindra yang yang merupakan putra daerah asli Kota Medan yang telah lama berkecimpung di perpolitikan Kota Medan. Sedangkan Eddi Kesuma adalah kader Partai Gerindra yang bukan merupakan putra daerah Kota Medan dan lebih banyak berkecimpung pada organisasi kemasyarakatan di Jakarta.

Dalam penetapan akhir calon yang akan diusung, DPP Partai Gerindra membuat keputusan yang mengejutkan yaitu mendukung pasangan Ramadhan Pohan dan Eddi Kesuma sebagai calon walikota dan calon wakil walikota yang akan diusung Partai Gerindra pada Pemilukada Kota Medan Tahun 2015. Keputusan ini memang agak menimbulkan sedikit resistensi. Pencalonan calon kepala daerah yang merupakan keputusan dari pusat merupakan sebuah fenomena yang menarik sebab sebenarnya masyarakat Kota Medan lebih mengenal serta menginginkan sosok Ikhwan Ritonga atau Sofyan Tan dibandingkan dengan Eddi Kesuma untuk maju sebagai calon walikota dari Partai Gerindra. Tentunya sebagai Partai Politik yang baik mampu mendengarkan aspirasi dari masyarakat dan konstituennya dalam menentukan pasangan calon yang maju dalam Pemilukada, dan hal itu memang dipertegas oleh kader dan pengurus Partai Gerindra lainnya bahwa hal tersebutlah yang menjadi akar utama kekalahan telak Partai Gerindra di Pemilukada Kota Medan 2015. Hal ini


(47)

menimbulkan pertanyaan terhadap proses penjaringan calon kepala daerah yang dilakukan oleh Partai Gerakan Indonesia Raya.

Hal inilah yang menarik penulis untuk melakukan kajian terhadap “Mekanisme Penjaringan Calon Kepala Daerah Dalam Pemilukada Kota Medan Tahun 2015” (Studi Kasus DPC Partai Gerindra Kota Medan).

2. Rumusan Masalah

Dari uraian latar belakang diatas maka yang menjadi rumusan masalah dalam penulisan studi ini adalah :

1. Bagaimana proses penjaringan calon walikota dan wakil walikota yang di lakukan oleh Partai Gerindra ?

2. Mengapa Partai Gerindra lebih memilih mengusung calon walikota yang bukan berasal dari Kota Medan ?

3. Batasan Masalah

Dalam melakukan penilitian ini penulis perlu membuat pembatasan masalah terhadap masalah yang akan di bahas, agar hasil penelitian yang diperoleh tidak menyimpang dari tujuan yang ingin dicapai, yang akan membuat sebuah karya tulis yang sistematis dan tidak melebar. Maka batasan masalah dalam penelitian ini adalah:

1.

Mekanisme penjaringan calon kepala daerah dari Partai Gerindra.

2.

Alasan Partai Gerindra tidak mencalonkan kadernya yang putra daerah.

4. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian

Adapun yang menjadi tujuan dalam penelitian ini adalah :


(48)

b. Untuk mengetahui penyebab Partai Gerindra tidak mencalonkan kadernya yang putra daerah dan lebih populer sebagai walikota.

2.

Manfaat Penelitian

Dalam Penelitian ada tiga jenis manfaat penelitian, yaitu :

a. Manfaat bagi penulis

Manfaat penelitian ini bagi penulis dapat menambah wawasan dan pengalaman berharga dalam kapasitas kemampuan, dan kontribusi penulis untuk melihat bagaimana sebenarnya partai politik melakukan proses rekrutmen calon kepala daerah. Penelitian ini juga bermanfaat untuk mengembangkan kemampuan dalam menulis karya ilmiah khususnya tentang studi partai politik.

b. Manfaat praktis

Manfaat praktis dari penelitian ini adalah agar hasil penelitian ini menjadi masukan yang berguna bagi partai politik pada khususnya dan masyarakat pada umumnya.

c. Manfaat akademis

Manfaat akademis dari penelitian ini adalah untuk memperkaya penelitian di bidang partai politik dan pemilukada.

5.

Kerangka Teori

Penggunaan teori dalam sebuah penelitian sangatlah perlu sebagai landasan untuk menyelesaikan masalah. Setiap penelitian memerlukan kejelasan titik tolah atau landasan berfikir dalam memecahkan atau menyoroti permasalahannya, untuk itu perlu menyusun kerangka teori


(49)

yang memuat pokok-pokok pikiran yang menggambarkan dari sudut mana masalah penelitian akan di soroti.10

Menurut Khoiruddin dengan mengutip Lapalombara dan Weiner serta Maurice Duverger. Ada tiga jenis krisis yang mendorong kemunculan partai, yaitu

Adapun teori yang dianggap relevan dengan penelitian ini adalah sebagai berikut:

5.1 Partai Politik

Partai politik pertama-tama lahir di negara-negara Eropa Barat. Dengan meluasanya gagasan bahwa rakyat merupakan faktor yang perlu deperhitungkan sebagai pelaku dalam proses politik, maka partai politik telah lahir secara spontan dan berkembang menjadi penggabungan antara rakyat di satu pihak dan pemerintah di pihak lain. Partai politik pada umumnya dianggap sebagai manifestasi dari suatu sistem politik yang sudah modern atau yang sedang berjalan dalam proses memodrenisasikan diri. Maka dari itu, dewasa ini di negara-negara baru pun partai sudah menjadi lembaga politik yang biasa di jumpai.

11

1.

Krisis legitimasi, seiring dengan modernisasi di Eropa dimana terjadi

perubahan-perubahan yang besar, termasuk di dalamnya adalah tuntutan

perubahan otoritas yang dimiliki oleh kerajaan yang feodal. Masyarakat,

terutama kalangan menengah, borjuis, tidak lagi memandang penguasa

memiliki legitimasi. Parpol didirikan sebagai upaya untuk mencari pemimpin

yang memiliki otoritas dan legitimasi. Adapun keterkaitan antara berdirinya

partai dengan upaya memperbaiki krisis legitimasi ini adalah karena terdapat

kecenderungan perubahan dasar legitimasi yang sebelumnya legitimasi berasal

dari pihak paling atas yaitu kerjaan, maka pada perkembangannya legitimasi

:

10

Bagong Suyanto dan Sakinah. 2005. Metode Penelitian Sosial. Jakarta : Kencana. hal 39-40 11

Khoiruddin. 2004. Partai Politik dam Agenda Transisi Demokrasi Menakar Kinerja Partai Politik Era Transisi di Indonesia. Yogyakarta. hal.65


(1)

Demikian ucapan syukur dan terimakasih penulis kepada semuanya yang

telah berkontribusi dalam penulisan Skripsi ini, penulis sadar masih banyak

kekurangan dalam penulisan skripsi ini, tapi penulis berharap semoga skripsi ini

dapat bermanfaat bagi kita semua.

Medan, 22 September 2016


(2)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

ABSTRAK... ... ii

ABSTRACK... ... iii

HALAMAN PENGESAHAN ... iv

HALAMAN PERSETUJUAN ... v

LEMBAR PENGESAHAN ... vi

KATA PENGANTAR ... vii

DAFTAR ISI ... viii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Perumusan Masalah ... 9

1.2.1.

Mekanisme Penetapan ...

10

1.2.2.

Koalisi Pendukung Calon ...

11

1.3. Tujuan Penelitian ... 11

1.4. Kerangka Teori ... 12

1.4.1. Politik Fungsinya Sebagai Rekrutmen Politi ... ... 13

1.4.2. Rational Choice Dalam Pengambilan Keputusan ... 17

1.4.3. Teori Koalisi Politik ... 22

1.5. Metodologi Penelitian... 27

1.5.1.

Jenis Penelitian ……….... 27


(3)

1.5.3.

Tekhnik Analisis Data... 29

1.6. Sistematika Penulisan ……….. 29

BAB II DESKRIPSI PARTAI POLITIK GERINDRA ... 31

2.1. Latar Belakang Lahirnya Partai Politik Gerindra ... 34

2.2. Visi dan Misi Partai Gerindra ... 35

2.3. Prinsip Dasar Partai Gerindra ... 36

2.4. Pokok-pokok Perjuangan Partai Gerindra ... 38

2.5. DPC Partai Gerindra Kota Medan ... 45

2.5.1. Wewenang DPC Gerindra Kota Medan ... 48

2.5.2. Anggota dan Kader ... 50

BAB III ANALISA DATA ... 52

3.1. Partai Gerindra Pada Pemilukada Kota Medan Tahun 2015 ... 52

3.2. Tahapan dan Pelaksanaan Penentuan Calon Wali Kota Dan Wakil Walikota Kota Medan dari Partai Gerindra Berdasarkan Petunjuk Pelaksanaan Nomor: JULAK- 13/DPP/Gerindra/XI/2014 ... 56

3.2.1 Tahap Penjaringan Nama Tokoh ... 52

3.2.2 Tahap Survei Awal ... 60

3.2.3 Tahap Seleksi Bakal Calon Internal ... 62

3.2.4 Tahap Perkuatan Elektabilitas Bakal Calon ... 62


(4)

3.2.6 Tahap Perkuatan Elektabilitas Bakal

Calon Lanjutan ... 63

3.2.7 Tahap Survei Akhir ... 70

3.2.8 Tahap Pemilihan dan Penetapan Calon Terpilih ... 71

3.2.9 Tahap Penentuan Pasangan Calon ... 82

3.2.10 Tahap Pengesahan Pasangan Calon ... 82

3.3. Koalisi Pendukung Calon ... 83

BAB IV PENUTUP ... 88

4.1. Kesimpulan ... 88

4.2. Saran ... 89


(5)

DAFTAR TABEL

Halaman Tabel 2.1 : Luas Lahan Peruntukan di Kota Medan ... 37

Tabel 3.1 : Perolehan Suara Akhir Pemilukada Kota Medan

Tahun 2015 ... 47 Tabel 3.2 : Nama-nama Bakal Calon Wali Kota Medan ... 52


(6)

DAFTAR GAMBAR

Halaman Gambar 2.1 : Peta Kota Medan ... 36


Dokumen yang terkait

Pemenuhan Hak-Hak Kaum Disabilitas dalam Pemilihan Umum Gubernur dan Wakil Gubernur Sumatera Utara Tahun 2013 di Kota Medan

6 62 116

Implikatur Dalam Wacana Kampanye Politik Pemilihan Calon Walikota Dan Wakil Walikota Medan Periode 2010 – 2015

2 32 91

Rekrutmen Calon Kepala Daerah: Studi Terhadap Rekrutmen Calon Walikota Dan Wakil Walikota Dari Partai Demokrat Dalam Rangka Pemilihan Kepala Daerah Kota Medan Tahun 2010

3 57 72

Pengaruh Isu Politik yang Berkembang Saat Pemilihan Umum Presiden dan Wakil Presiden Tahun 2014 Terhadap Preferensi Politik Pemilih (Studi Kasus: Mahasiswa Universitas Sumatera Utara dan Universitas HKBP Nomennsen)

0 40 170

Sengketa pemilihan walikota dan wakil Walikota Tangerang 2013: masalah dan penyelesaian

1 11 122

Kebijakan Politik Partai Gerindra Kota Medan Pada Pemilihan Kepala Daerah (Studi Kasus: Pemilihan Walikota dan Wakil Walikota Medan Tahun 2015)

0 0 14

Kebijakan Politik Partai Gerindra Kota Medan Pada Pemilihan Kepala Daerah (Studi Kasus: Pemilihan Walikota dan Wakil Walikota Medan Tahun 2015)

0 0 2

Kebijakan Politik Partai Gerindra Kota Medan Pada Pemilihan Kepala Daerah (Studi Kasus: Pemilihan Walikota dan Wakil Walikota Medan Tahun 2015)

0 1 27

Kebijakan Politik Partai Gerindra Kota Medan Pada Pemilihan Kepala Daerah (Studi Kasus: Pemilihan Walikota dan Wakil Walikota Medan Tahun 2015)

0 0 11

Kebijakan Politik Partai Gerindra Kota Medan Pada Pemilihan Kepala Daerah (Studi Kasus: Pemilihan Walikota dan Wakil Walikota Medan Tahun 2015)

0 0 2