Implikatur Landasan Teori .1 Pragmatik

2.2.2 Implikatur

Menurut Gunpers dalam Lubis, 1991:68, inferensi implikatur adalah proses interpretasi yang ditentukan oleh situasi dan konteks. Selalu benar apa yang dimaksud oleh si pembicara tidak sama dengan apa yang ditanggap oleh si pendengar sehingga terkadang jawaban si pendengar tidak dapat atau sering juga terjadi si pembicara mengulangi kembali ucapannya mungkin dengan cara atau kalimat yang lain supaya dapat ditanggapi oleh si pendengar. Hal yang memungkinkan berlangsungnya situasi percakapan seperti di atas dikuasai oleh satu hukum atau kaidah pragmatik umum yang menurut H. Paul Grice 1967 dalam Soemarmo, 1988:171 disebut kaidah penggunaan bahasa. Kaidah ini mencakup peraturan tentang bagaimana percakapan dapat dilakukan secara efektif dan efisien. Kaidah ini terdiri dari 2 pokok, yaitu: 1 prinsip koperatif yang menyatakan “katakan apa yang diperlukan pada saat terjadinya percakapan itu dengan memegang tujuan dari percakapan itu.” 2 empat maksim percakapan yang terdiri dari maksim kuantitas, maksim kualitas, maksim relevansi, dan maksim pelaksanaan. Maksim kualitas mewajibkan setiap peserta percakapan mengatakan hal yang sebenarnya. Konstribusi peserta percakapan hendaknya didasarkan pada bukti-bukti yang memadai. Misalnya seseorang harus mengatakan bahwa Indonesia adalah ibukota Jakarta, bukan kota-kota yang lain kecuali kalau benar- benar tidak tahu. Akan tetapi, bila terjadi hal yang sebaliknya, tentu ada alasan- alasan mengapa hal demikian bisa terjadi. Universitas Sumatera Utara Maksim kuantitas menghendaki setiap peserta pertuturan memberikan konstribusi yang secukupnya atau sebanyak yang dibutuhkan oleh lawan bicaranya. Contoh: 4 Tetangga saya hamil. 5 Tetangga saya yang perempuan hamil. Ujaran 4 di atas lebih ringkas, juga tidak menyimpang nilai kebenaran truth value. Setiap orang tentu mengetahui bahwa wanitalah yang mungkin hamil. Dengan demikian, elemen yang perempuan dalam tuturan 5 sifatnya berlebihan. Kata hamil dalam 4 sudah menyarankan tuturan itu. Kehadiran yang perempuan dalam 5 justru menerangkan hal-hal yang sudah jelas. Hal ini bertentangan dengan maksim kuantitas. Maksim relevansi mengharuskan setiap peserta percakapan memberikan konstribusi yang relevansi dengan masalah pembicaraan. Contoh: 6 + Ani, ada telepon untuk kamu. - Saya lagi di belakang, Bu Jawaban - pada 6 di atas sipintas tidak berhubungan, tetapi bila diamati, hubungan implikasionalnya dapat diterangkan. Jawaban - pada 6 mengimplikasikan bahwa saat itu ia tidak dapat menerima telepon itu. Fenomena 6 mengisyaratkan bahwa fenomena relevansi tindak ucap peserta konstribusinya tidak selalu terletak pada makna ujarannya, tetapi memungkinkan pula pada apa yang diimplikasikan ujaran itu. Universitas Sumatera Utara Maksim pelaksanaan mengharuskan setiap peserta percakapan berbicara secara langsung, tidak takabur, tidak taksa, dan tidak belebihan serta runtut. Contoh: 7 + let’s stop and get something to eat - Okay, but not M-C-D-O-N-A-L-D-S Dalam 7 tokoh - menjawab ajakan + secara langsung, yakni dengan mengeja satu per satu kata Mc Donalds penyimpangan ini dilakukan karena ia tidak menginginkan anaknya yang sangat menggemari makanan itu mengetahui maksudnya. Salah satu pegangan atau kaidah percakapan ialah bahwa pendengarnya menganggap bahwa pembicaraanya mengikuti dasar-dasar atau maksim di atas. Apabila terdapat tanda-tanda bahwa salah satu dasar atau maksim tersebut tidak diikuti maka ucapan itu mempunyai implikatur Siregar 1997:30 Contoh: A. Nasinya sudah masak. Implikaturnya adalah silakan dimakan. B. Saya punya sepeda. Implikaturnya adalah sepeda saya boleh Anda pakai. Kalimat-kalimat di atas mempunyai implikatur karena keduanya tidak sesuai dengan maksim kuantitas sesuatu yang jelas masih dinyatakan. Jadi, pendengarnya harus memutuskan bahwa ada makna lain di balik ucapan itu dan karena disetiap percakapan kita harus menganggap bahwa prinsip kooperatifnya selalu diikuti maka tugas pendengarnya adalah menetapkan atau mengolah ucapan itu untuk menentukan makna di baliknya dengan mempergunakan kaidah-kaidah yang ada. Universitas Sumatera Utara

2.2.3 Tindak Tutur