DAFTAR TABEL
Nomor Judul
Halaman
2.1 Klasifikasi Utama Stroke
8
2.2
Klasifikasi Berat Badan Lebih dan Obesitas pada Orang Dewasa Berdasarkan IMT Menurut WHO 2000
20
2.3 Klasifikasi Berat Badan Lebih dan Obesitas Berdasarkan
IMT dan Lingkar Perut Menurut Kriteria Asia Pasifik 2000
21
5.1
Distribusi Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin 31
5.2 Distribusi Karakteristik Responden Berdasarkan Usia
31
5.3 Distribusi Karakteristik Responden Berdasarkan Suku
32
5.4 Distribusi Karakteristik Responden Berdasarkan Pekerjaan
32
5.5 Distribusi Frekuensi Stroke Iskemik Berdasarkan Kategori
Lingkar Perut 33
5.6 Distribusi Karakteristik Responden Berdasarkan Kategori
Lingkar Perut 34
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR GAMBAR
Nomor Judul
Halaman
Gambar 2.1. Anatomi Sirkulus Willisi
12
Gambar 2.2. Tipe Obesitas Android Apple-Shaped dan Obesitas
Ginekoid Pear-Shaped 19
Gambar 3.1 Kerangka Konsep Penelitian
25
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Daftar Riwayat Hidup
Lampiran 2 Lembar Pengukuran
Lampiran 3 Lembar Penjelasan Kepada Calon Subjek Penelitian
Lampiran 4 Lembar Persetujuan Setelah Penjelasan PSP
Lampiran 5 Ethical Clearance
Lampiran 6 Surat Izin Penelitian
Lampiran 7 Data Induk
Lampiran 8 Output SPSS
Universitas Sumatera Utara
ABSTRAK
Stroke merupakan penyebab utama kematian dan kecacatan di banyak negara, termasuk Indonesia. Hingga saat ini kasus stroke terus meningkat setiap
tahunnya. Kasus stroke merupakan kasus terbanyak dari seluruh penyakit saraf yang di rawat inap di RSUP H. Adam Malik Medan pada tahun 2011, khususnya
stroke iskemik. Sejumlah faktor risiko stroke telah diketahui, baik yang dapat dimodifikasi maupun yang tidak dapat dimodifikasi. Obesitas adalah salah satu
faktor risiko stroke yang dapat dimodifikasi. Penelitian ini bertujuan untuk melihat gambaran obesitas pada penderita stroke dewasa, khususnya stroke
iskemik.
Metode penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan pendekatan cross sectional study. Penelitian ini dilaksanakan di Ruang Rawat Inap SMF Neurologi
RSUP Haji Adam Malik Medan pada 7 Agustus – 20 November 2012. Besar sampel yang digunakan ialah sebanyak 42 orang dengan teknik consecutive
sampling. Data dikumpulkan melalui pengukuran lingkar perut serta dari data dan keterangan tentang pasien untuk penentuan jenis stroke pasien. Pengolahan dan
analisis data dilakukan dengan program komputer SPSS.
Dari analisis hasil penelitian, diperoleh bahwa 32 orang 76,2 dari responden merupakan penderita stroke yang obesitas dan 10 orang 23,8
lainnya penderita stroke yang bukan obesitas. Sebagian besar responden penderita stroke yang obesitas adalah perempuan yaitu 53,1, umur 45-60 tahun yaitu
53,1, dan bersuku Batak yaitu 53,1.
Kesimpulan dari hasil penelitian ini menunjukkan sebagian besar penderita dewasa stroke iskemik termasuk dalam kategori obesitas. Dengan mencegah
obesitas sebagai faktor risiko stroke yang dapat dimodifikasi, maka diharapkan kejadian stroke dapat dicegah.
Kata kunci: stroke, obesitas, lingkar perut.
Universitas Sumatera Utara
ABSTRACT
Stroke is a major cause of death and disability in adulthood in many countries, include Indonesia. Until now, cases of stroke continues to rise each
year. Cases of stroke is the highest of all cases of neurological diseases in the department of inpatients H. Adam Malik Medan of the year 2011, particularly,
ischemic stroke. Many risk factor of stroke have been known, there are the modifiable risk factor and the non modifiable one. Obesity is one of the modifiable
risk factor. The purpose of this research is to show the obesity description of stroke patients in adult, especially ischemic stroke.
This study was done with descriptive study method, with cross sectional design. The study held in Neurology Department, Haji Adam Malik General
Hospital, Medan on August 7
th
- November 20
th
2012. The number of this study subjects was 42 people, used the consecutive sampling technique. Data was
collected by measuring the abdominal circumstance, and taking some information about patients for the type of stroke. Data analysis is done by the SPSS program.
Result of data analysis show that 32 of respondents are obese stroke patients, and 10 others are non obese stroke patients. Many of the obese and
stroke respondent are 53,1 woman, 53,1 age of 45-60, and 53,1 Bataknese. The conclusion of this study shows that the most stroke patients are obese
76,2. Prevention of obesity as the modifiable risk factor should help prevent risk of stroke.
Keywords: stroke, obesity, abdominal circumstance.
Universitas Sumatera Utara
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Stroke merupakan penyebab kematian dan kecacatan yang utama di banyak negara termasuk Indonesia. Pola penyebab kematian di rumah sakit yang
utama dari Informasi Rumah Sakit Departemen Kesehatan Republik Indonesia 2004 menyebutkan bahwa stroke menempati urutan pertama sebagai penyebab
kematian di rumah sakit. Di Amerika Serikat, stroke merupakan penyebab kematian nomor tiga setelah penyakit jantung dan kanker pada orang dewasa
National Stroke Association, 2009. Menurut American Heart Association dalam Japardi 2002, insidensi penyakit stroke di Amerika Serikat mencapai 500.000
pertahun. Di negara-negara berkembang, jumlah penderita stroke cukup tinggi dan mencapai dua pertiga dari total penderita stroke di seluruh dunia WHO, 2004.
Dari data Departemen Kesehatan R.I. 2009, prevalensi stroke di Indonesia mencapai angka 8,3 per 1.000 penduduk. Daerah yang memiliki
prevalensi stroke tertinggi adalah Nanggroe Aceh Darussalam 16,6 per 1.000 penduduk dan yang terendah adalah Papua 3,8 per 1.000 penduduk. Dari 8,3
per 1.000 penderita stroke, 6 diantaranya telah didignosis oleh tenaga kesehatan. Hal ini menujukkan sekitar 72,3 kasus stroke di masyarakat telah terdiagnosis
oleh tenaga kesehatan, namun angka kematian akibat stroke tetap tinggi. Data menunjukkan bahwa stroke menempati urutan pertama sebagai
penyebab kematian utama semua umur di Indonesia. Stroke, bersama-sama dengan hipertensi, penyakit jantung iskemik dan penyakit jantung lainnya juga
merupakan penyakit tidak menular utama penyebab kematian di Indonesia Departemen Kesehatan R.I, 2009.
Di Indonesia, seiring dengan kemajuan pembangunan fisik yang dicapai, terjadi pula pergeseran pola hidup disertai semakin meningkatnya usia harapan
hidup. Akibat perubahan tersebut, terjadi pula pergeseran pola penyakit. Stroke, yang insidensinya cenderung terus meningkat, telah menjadi salah satu masalah
kesehatan di Indonesia. Menurut SKRT 1995, stroke merupakan salah satu
Universitas Sumatera Utara
penyebab kematian dan kecacatan yang utama di Indonesia Kelompok Studi Serebrovaskuler Neurogeriatri Perdossi, 1999.
Sampai saat ini stroke masih merupakan masalah kesehatan yang serius. Stroke dengan serangannya yang akut dapat menyebabkan kematian dalam waktu
singkat. Selain itu stroke juga sebagai penyebab utama kecacatan fisik maupun mental pada usia produktif dan usia lanjut Gorelick, 1995.
Dilihat dari kelompok umur, di Indonesia, penderita stroke tersebut terbanyak pada kelompok umur yang produktif. Apabila mortalitas dan cacat yang
terjadi dapat diatasi maka penderita stroke yang produktif tersebut masih dapat meneruskan kariernya untuk mendapatkan penghasilan dalam menghidupi
keluarganya, menyumbangkan pikiran dan darma baktinya kepada nusa dan bangsa. Dengan penanganan stroke yang baik, cepat dan tepat, berarti dapat
mengatasi berkurangnya sumber daya manusia yang potensial dalam masyarakat Indonesia Lamsudin, 2000.
Sejumlah faktor risiko stroke telah diketahui, baik yang dapat dimodifikasi maupun yang tidak dapat dimodifikasi. Faktor risiko yang tidak dapat
dimodifikasi adalah usia, jenis kelamin, herediter dan rasetnis, sedangkan faktor risiko yang dapat dimodifikasi adalah riwayat stroke, hipertensi, penyakti jantung,
DM, stenosis karotis, TIA, hiperkolesterol, penggunaan kontrasepsi oral, obesitas, merokok, alkoholik, penggunaan narkotik, antibodi anti fosfolipid, hiperurisemi,
peninggian hematokrit dan peninggian kadar fibrinogen Kelompok Studi Serebovaskuler Neurogeriatri Perdossi, 2001.
Obesitas merupakan suatu keadaan dengan akumulasi lemak yang tidak normal atau berlebihan di jaringan adiposa sehingga dapat mengganggu kesehatan
Sugondo, 2009. Obesitas dipengaruhi oleh lingkungan, kebiasaan makan, kurangnya kegiatan fisik, dan kemakmuran. Pada zaman sekarang ini kelebihan
berat badan ataupun obesitas sudah menjadi hal biasa di dunia, baik di negara maju maupun di negara yang sedang berkembang. Hal tersebut patut mendapat
perhatian karena kelebihan berat badan dapat memacu kelainan kardiovaskuler terutama stroke dan penyakit jantung, Diabetes, kelainan muskuloskeletal, dan
beberapa kanker WHO, 2011.
Universitas Sumatera Utara
Orang dengan obesitas cenderung memiliki kolesterol tinggi, tekanan darah tinggi, dan diabetes, yang secara keseluruhan akan meningkatkan risiko
terjadinya stroke National Stroke Association, 2009. Dengan menggunakan IMT sebagai variabel, para peneliti mendapatkan bahwa subjek yang ikut serta dalam
The US Physicians Health Study dengan IMT ≥27,8 kgm2 memiliki risiko yang
lebih besar secara bermakna untuk stroke iskemik dan hemoragik Price, 2006. Insidensi obesitas di negara-negara berkembang makin meningkat,
sehingga saat ini banyaknya orang dengan obesitas di dunia hampir sama jumlahnya dengan mereka yang menderita karena kelaparan. Diduga bahwa
peningkatan prevalensi obesitas akan mencapai 50 pada tahun 2025 bagi negara-negara maju Sugondo, 2009. Sedangkan menurut RISKESDAS 2007,
prevalensi obesitas pada penduduk dewasa di atas 15 tahun di Indonesa cukup tinggi seperti di Sumatera utara 20.9 dengan 17.7 pria dan 23.8 wanita, di
DKI Jakarta 26.9 dengan 22.7 pria dan 30.7 wanita. Dan di Indonesia adalah 19.1 dengan wanita 23.8 dan pria 13.9.
Untuk memperkirakan kelebihan berat badan seseorang, terdapat banyak cara yang dapat digunakan. Mengukur lemak tubuh secara langsung sangat sulit
dan sebagai pengukur pengganti digunakan Body Mass Index BMI atau Indeks Massa Tubuh IMT untuk mengidentifikasi berat badan lebih dan obesitas pada
orang dewasa. IMT diukur dengan cara berat badan dalam kilogram kg dibagi tinggi badan dalam meter kuadarat m
2
. Menurut WHO, nilai IMT 25-29,9 kgm
2
dikatakan sebagai pra-obese dan nilai IMT ≥30 kgm
2
sebagai obesitas. Dalam melakukan penilaian IMT, perlu diperhatikan akan adanya perbedaan individu dan
etnik. Menurut kriteria Asia Pasifik 2000, dikatakan obesitas jika IMT ≥25
kgm
2
. Metode lain adalah pengukuran lingkar perut, lingkar pinggang, lingkar lengan, serta perbandingan lingkar pinggang dan lingkar panggul.
Menurut National Stroke Association 2009, kejadian stroke dapat dicegah sampai 80. Pencegahan yang paling mungkin dilakukan adalah terhadap
faktor risiko yang dapat dimodifikasi yang salah satunya adalah obesitas. Dengan mengetahui hubungan antara obesitas dan stroke, maka kejadian stroke dapat
dicegah baik di tingkat primer maupun sekunder. Hal inilah yang mendorong
Universitas Sumatera Utara
penulis untuk melakukan penelitian ini, yaitu untuk melihat gambaran obesitas pada penderita stroke iskemik yang dirawat inap di SMF Neurologi RSUP H.
Adam Malik Medan tahun 2012.
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan permasalahan dalam penelitian ini adalah:
Bagaimana gambaran obesitas pada pasien stroke iskemik yang dirawat inap di SMF Neurologi RSUP H. Adam Malik Medan tahun 2012?
1.3. Tujuan Penelitian
1.3.1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui gambaran obesitas pada penderita stroke iskemik yang dirawat inap di SMF Neurologi RSUP H. Adam Malik Medan tahun 2012.
1.3.2. Tujuan Khusus
Yang menjadi tujuan khusus dalam penelitian ini adalah: 1. Mengetahui distribusi frekuensi stroke berdasarkan lingkar perut.
2. Mengetahui distribusi karakteristik pasien stroke yang obesitas. 3. Mengetahui distribusi frekuensi jenis stroke yang terjadi iskemik dan
hemoragik pada pasien stroke yang obesitas.
1.4. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat berupa: 1. Sebagai sarana untuk meningkatkan wawasan peneliti dalam melakukan
penelitian dan pengetahuan mengenai gambaran obesitas pada penderita stroke iskemik.
Universitas Sumatera Utara
2. Memberikan informasi bagi masyarakat sebagai bahan pertimbangan dalam melakukan pencegahan penyakit stroke.
3. Data penelitian yang didapat, diharapkan mampu dijadikan sebagai acuan ataupun masukan bagi peneliti berikutnya.
Universitas Sumatera Utara
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Stroke
2.1.1 Definisi Stroke
Menurut definisi WHO 2006, stroke adalah suatu tanda klinis yang berkembang cepat akibat gangguan otak fokal atau global dengan gejala-gejala
yang berlangsung selama 24 jam atau lebih dan dapat menyebabkan kematian tanpa adanya penyebab lain yang jelas selain vaskuler.
Stroke atau bencana peredaran darah di otak, yang juga disebut sebagai serangan otak brain attack merupakan penyebab cacat disabilitas, invaliditas
utama pada kelompok usia di atas 45 tahun Lumbantobing, 2007.
2.1.2 Epidemiologi Stroke
Insidensi terjadinya stroke di Amerika Serikat lebih dari 700.000 orang per tahun, dimana 20 darinya akan mati pada tahun pertama. Jumlah ini
diperkirakan akan meningkat menjadi 1 juta per tahun pada tahun 2050 Becker, dkk, 2010. Sedangkan di Indonesia dari data Departemen Kesehatan R.I. 2009,
prevalensi stroke mencapai angka 8,3 per 1.000 penduduk. Daerah yang memiliki prevalensi stroke tertinggi adalah Nanggroe Aceh Darussalam 16,6 per 1.000
penduduk dan yang terendah adalah Papua 3,8 per 1.000 penduduk. Di Indonesia, data nasional epidemiologi stroke belum ada, tetapi dari data sporadik
di rumah sakit terlihat adanya tren kenaikan angka morbiditas stroke, yang seiring dengan semakin panjangnya life expentancy dan gaya hidup yang berubah Modul
Neurovaskular PERDOSSI, 2009. Menurut WHO, penyakit serebrovaskular termasuk stroke adalah
pembunuh nomor 2 di dunia. WHO memperkirakan 5,7 juta kematian terjadi akibat stroke pada tahun 2005 dan itu sama dengan 9,9 dari seluruh kematian.
Angka kematian akibat stroke lebih tinggi pada wanita 11 dari pada pria 8,4 pada tahun 2004. Menurut penelitian Lamsudin, dkk 2000 dilaporkan
bahwa proporsi morbiditas stroke di rumah sakit di Jogyakarta tahun 1991
Universitas Sumatera Utara
menunjukkan kecenderungan meningkat hampir 2 kali lipat 1,79 per 100 penderita dibandingkan dengan laporan penelitian sebelumnya pada tahun 1989
0,96 per 100 penderita Sjahrir, 2003. Insidensi stroke di seluruh dunia bervariasi. Insidensi tahunan rata-rata
meningkat sejalan dengan pertambahan usia, dari 3 per 100.000 pada kelompok umur dekade ketiga dan keempat menjadi hampir 300 per 100.000 penduduk pada
kelompok umur dekade kedelapan dan kesembilan Fieschi, et al, 1998 dalam Rambe, 2003. Di Indonesia, sejalan dengan semakin meningkatnya usia harapan
hidup penduduknya, terlihat pula kecenderungan meningkatnya insidensi stroke. Dari studi rumah sakit yang dilakukan di Medan pada tahun 2001, ternyata pada
12 rumah sakit di Medan dirawat 1263 kasus stroke terdiri dari 821 stroke iskemik dan 442 stroke hemoragik, dimana meninggal 201 orang 15,91 terdiri dari 98
11,93 stroke iskemik dan 103 23,30 stroke hemoragik Nasution, 2007. Pada tahun 2011, dari seluruh penderita yang dirawat di bangsal rawat inap SMF
Neurologi RSUP H. Adam Malik Medan, 59 adalah penderita stroke, dimana 43 diantaranya adalah penderita stroke iskemik.
2.1.3 Klasifikasi Stroke
Dikenal bermacam-macam klasifikasi stroke. Semuanya berdasarkan atas gambaran klinik, patologi anatomi, sistem pembuluh darah dan stadiumnya. Dasar
klasifikasi yang berbeda-beda ini perlu, sebab setiap jenis stroke mempunyai cara pengobatan, preventif dan prognosis yang berbeda, walaupun patogenesisnya
serupa. Stroke dapat diklasifikasikan berdasarkan beberapa kriteria. Menurut
Misbach 1999 dalam Ritarwan 2002, klasifikasi tersebut antara lain: 1. Berdasarkan patologi anatomi dan penyebabnya:
1.1 Stroke iskemik a. Transient Ischemic Attack TIA
b. Thrombosis arteri c. Emboli serebri
Universitas Sumatera Utara
1.2. Stroke hemoragik a. Perdarahan intraserebral
b. Perdarahan subarachnoid 2. Berdasarkan stadium dan pertimbangan waktu :
2.1. Transient Ischemic Attack Pada bentuk ini gejala neurologi yang timbul akibat gangguan peredaran
darah di otak akan menghilang dalam waktu 24 jam. 2.2. Reversible Ischemic Neurologic Deficit RIND
Gejala neurologik yang timbul akan menghilang dalam waktu lebih lama dari 24 jam tetapi tidak lebih dari seminggu.
2.3. Progresing stroke atau stroke in evolution Gejala neurologik yang makin lama makin berat.
2.4. Completed stroke Gejala klinis sudah menetap.
3. Berdasarkan sistem pembuluh darah Sistem karotis dan sistem vertebra-basiler.
Sedangkan penggunaan klinis yang lebih praktis lagi adalah klasifikasi dari New York Neurological Institute, dimana stroke menurut mekanisme terjadinya dibagi
dalam dua bagian besar yang dapat dilihat dalam Tabel 2.1.
Tabel 2.1: Klasifikasi Utama Stroke Klasifikasi Utama Stroke
Stroke Iskemik 80-85
Stroke Hemoragik 15-20
Oklusi trombotik 75-80 Lakunar
Oklusi embolik 15-20 Kardiogenik
Arteri ke arteri Intraserebrum Parenkim
Subaraknoid PSA
Sumber: Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit
Universitas Sumatera Utara
2.1.4 Faktor Risiko Stroke
Menurut WHO 1997 dalam Price dan Wilson 2006, faktor utama yang berkaitan dengan epidemi penyakit serebrovaskular adalah perubahan global
dalam gizi dan merokok, ditambah urbanisasi dan menuanya populasi. Menurut National Stroke Association 2009, ada 2 tipe faktor risiko terjadinya stroke:
a. Faktor risiko yang tidak dapat dimodifikasi: 1. Usia
Menurut Kissela B, et al., dalam Ardelt 2009, usia merupakan faktor risiko stroke yang paling kuat
.
Dengan meningkatnya usia, maka meningkat pula insidensi iskemik serebral tanpa memandang etnis dan jenis kelamin. Setelah
usia 55 tahun, insidensi akan meningkat dua kali tiap dekade.
2. Jenis kelamin Wanita lebih banyak memiliki kecacatan setelah stroke dibanding pria.
Wanita juga lebih bayak mati setiap tahunnya karena stroke dibandingkan pria. Namun, insidensi stroke lebih tinggi pada pria.
3. Ras Amerikan Afrikan berisiko terkena stroke dua kali lipat dibanding
kaukasian. Orang Asia Pasifik juga berisiko lebih tinggi dari pada kaukasian.
4. Riwayat Keluarga Jika dalam keluarga ada yang menderita stroke, maka yang lain memiliki
risiko lebih tinggi terkena stroke dibanding dengan orang yang tidak memiliki riwayat stroke di keluarganya.
b. Faktor risiko yang dapat dimodifikasi: 1. Segi Medis
• Tekanan darah tinggi Hipertensi Tekanan darah tinggi adalah faktor risiko stroke yang paling penting.
Tekanan darah normal pada usia lebih dari 18 tahun adalah 12080. Pre- hipertensi jika tekanan darah lebih dari 12080, dan tekanan darah tinggi
atau hipertensi jika tekanan darah 14090 atau lebih. Orang yang
Universitas Sumatera Utara
bertekanan darah tinggi memiliki risiko setengah atau lebih dari masa hidupnya untuk terkena stroke dibanding orang bertekanan darah
normal. Tekanan darah tinggi menyebabkan stress pada dinding pembuluh darah. Hal tersebut dapat merusak dinding pembuluh darah,
sehingga bila kolesterol atau substansi fat-like lain terperangkap di arteri otak akan menghambat aliran darah otak, yang akhirnya dapat
menyebabkan stroke. Selain itu, peningkatan stress juga dapat melemahkan dinding pembuluh darah sehingga memudahkan pecahnya
pembuluh darah yang dapat menyebabkan perdarahan otak. • Fibrilasi atrium
Penderita fibrilasi atrium berisiko 5 kali lipat untuk terkena stroke. Kira- kira 15 penderita stroke memiliki fibrilasi atrium. Fibrilasi atrium
dapat membentuk bekuan-bekuan darah yang apabila terbawa aliran ke otak akan menyebabkan stroke.
• Hiperkolesterol Hiperkolesterol merupakan sumber pembentukan lemak dalam tubuh
termasuk juga pembuluh darah. Kolesterol atau plak yang terbentuk di arteri oleh low-density lipoproteins LDL dan trigliserida dapat
menghambat aliran darah ke otak sehingga dapat menyebabkan stroke. Kolesterol tinggi meningkatkan risiko penyakit jantung dan
aterosklerosis, yang keduanya merupakan faktor risiko stroke.
• Diabetes Mellitus DM
Penderita DM mempunyai risiko terkena stroke 2 kali lebih besar. Seseorang yang menderita DM harus mengendalikan kadar gula
darahnya secara baik agar selalu terkontrok dan stabil. Dengan melaksanakan program pengendalian DM secara teratur antara lain
dengan merencanakan pola makan yang baik, berolahraga, serta pengobatan yang tepat dan akurat maka penyakit DM dapat
ditanggulangi dengan baik. Dengan demikian bagi penderita DM, risiko terkena serangan stroke dapat diminimalkan.
Universitas Sumatera Utara
• Riwayat Stroke Faktor mendapatkan serangan stroke yang paling besar adalah pernah
mengalami serangan stroke sebelumnya. Diperkirakan 10 dari mereka yang pernah selamat dari serangan stroke akan mendapatkan serangan
stroke kedua dalam setahun.
2. Pola Hidup • Merokok
Merokok berisiko 2 kali lipat untuk terkena stroke jika dibandingkan dengan yang bukan perokok. Merokok mengurangi jumlah oksigen
dalam darah, sehingga jantung bekerja lebih keras dan memudahkan terbentuknya bekuan darah. Merokok juga meningkatkan terbentuknya
plak di arteri yang menghambat aliran darah otak, sehingga menyebabkan stroke. M
erokok terbukti menjadi faktor risiko penyakit vaskuler dan stroke yang diakibatkan pembentukan aterosklerosis dan
berujung pada pemanjangan waktu inflamasi endotel Cole, 2008.
• Alkohol Meminum alkohol lebih dari 2 gelashari meningkatkan risiko terjadinya
stroke 50. Namun, hubungan antara alkohol dan terjadinya stroke masih belum jelas.
• Obesitas Obesitas dan kelebihan berat badan akan mempengaruhi sistem sirkulasi.
Obesitas juga menyebabkan seseorang memiliki kecenderungan memiliki kolesterol tinggi, tekanan darah tinggi, dan DM, yang
semuanya dapat meningkatkan risiko terjadinya stroke.
Menurut PERDOSSI 2004 dalam Rambe 2006, nonmodifiable risk factors merupakan kelompok faktor risiko yang ditentukan secara genetik atau
berhubungan dengan fungsi tubuh yang normal sehingga tidak dapat dimodifikasi. Yang termasuk kelompok ini adalah usia, jenis kelamin, ras, riwayat stroke dalam
keluarga dan serangan Transient Ischemic Attack atau stroke sebelumnya.
Universitas Sumatera Utara
Kelompok modifiable risk factors merupakan akibat dari gaya hidup seseorang dan dapat dimodifikasi. Faktor risiko utama yang termasuk dalam kelompok ini
adalah hipertensi, diabetes mellitus, merokok, hiperlipidemia dan intoksikasi alkohol.
2.1.5 Patofisiologi Stroke
Gangguan pasokan aliran darah otak dapat terjadi di mana saja di dalam arteri-arteri yang yang membentuk sirkulus Willisi arteri karotis interna dan
sistem vertebrobasilar atau semua cabang-cabangnya Gambar 2.1.
Gambar 2.1: Anatomi Sirkulus Willisi
Sumber: Emedicine, Medscape Reference
Universitas Sumatera Utara
Perlu diingat bahwa oklusi di suatu arteri tidak selalu menyebabkan infark di daerah otak yang diperdarahi oleh arteri tersebut. Alasannya adalah bahwa
mungkin terdapat sirkulasi kolateral yang memadai ke daerah tersebut. Proses patologik yang mendasari hal tersebut mungkin salah satu dari berbagai proses
yang terjadi di dalam pembuluh darah yang memperdarahi otak. Mekanisme patofisiologi umum pada stroke antara lain:
− Keadaan penyakit pada pembuluh darah itu sendiri, seperti pada aterosklerosis dan trombosis, robeknya dinding pembuluh, atau
peradangan. − Berkurangnya perfusi akibat gangguan status aliran darah, misalnya syok
atau hiperviskositas darah. − Gangguan aliran darah akibat bekuan atau embolus infeksi yang berasal
dari jantung atau pembuluh ekstrakranium. − Ruptur vaskular di dalam jaringan otak atau ruang subarakhnoid.
2.1.6 Diagnosis Stroke
Untuk mendiagnosis stroke, konsensus nasional pengelolaan stroke di Indonesia, 1999 dalam Lumbantobing 2004 antara lain mengemukakan hal
berikut: − Diagnosis stroke ditegakkan berdasarkan temuan klinis.
− CT scan tanpa kontras merupakan pemeriksaan baku emas untuk
menentukan jenis patologi stroke, lokasi dan ekstensi lesi serta menyingkirkan lesi non vaskuler.
− Pungsi lumbal dapat dilakukan bila ada indikasi khusus. − MRI dilakukan untuk mendeteksi lesi patologik stroke secara lebih tajam
darah ekstrakranial dan intracranial dalam membantu evaluasi diagnostik, etiologik, terapi dan prognostik.
Universitas Sumatera Utara
2.1.7 Penatalaksanaan Stroke
Mengenai penatalaksanaan umum stroke, konsensus nasional pengelolaan stroke di Indonesia 1999 dalam Lumbantobing 2007, mengemukakan hal berikut:
− Bebaskan jalan nafas dan usahakan ventilasi adekuat, bila perlu berikan oksigen 1-2 Lmenit sampai ada hasil gas darah.
− Kandung kemih yang penuh dikosongkan, sebaiknya dengan kateterisasi intermiten.
− Penatalaksanaan tekanan darah dilakukan secara khusus. − Hiperglikemia atau hipoglikemia harus dikoreksi.
− Suhu tubuh harus dipertahankan normal. − Nutrisi peroral hanya boleh diberikan setelah hasil tes fungsi menelan baik,
bila terdapat gangguan menelan atau penderita dengan kesadaran menurung, dianjurkan melalui pipa nasogastrik.
− Keseimbangan cairan dan elektrolit dipertahankan. Pemberian cairan intravena berupa cairan kristaloid atau koloid, hindari yang mengandung glukosa murni
atau hipotonik. − Bila ada dugaan Deep Vein Thrombosis DVT diberikan heparinheparinoid
dosis rendah subkutan, bila tidak ada kontraindikasi.
Menurut PERDOSSI 2001, gaya hidup sehat untuk prevensi stroke yang dapat dilakukan antara lain:
1. Mengatur pola makan yang sehat 2. Menghentikan rokok
Merokok menyebabkan peninggian koagubilitas, viskositas darah, meninggikan level fibrinogen, mendorong aggregasi platelet, meninggikan
tekanan darah, menaikkan hematokrit dan menurunkan HDL. 3. Menghindari konsumsi alkohol dan penyalahgunaan alkohol
Penyalahgunaan obat seperti kokain, heroin, penilpropanolamin dan mengkonsumsi alkohol dalam dosis berlebihan dan jangka panjang abuse
alcohol akan memudahkan terjadinya stroke. 4. Melakukan olahraga yang teratur
Universitas Sumatera Utara
Melakukan aktivitas fisik yang mempunyai nilai aerobik jalan cepat, bersepeda, berenang, dll secara teratur minimum 3 kali perminggu untuk
dewasa, tiap kali 20-30 menit akan dapat menurunkan tekanan darah, memperbaiki kontrol diabetes, memperbaiki kebiasaan makan dan
menurunkan berat badan. Efek biologis: penurunan aktivitas platelet, reduksi fibrinogen plasma dan
menaiknya aktivitas tissue plasminogen activator dan konsentrasi HDL 5. Menghindari stres dan beristirahat yang cukup
Istirahat cukup dan tidur teratur antara 6-8 jam sehari. Mengendalikan stres dengan cara berpikir positif.
Pada konsensus nasional pengelolaan stroke di Indonesia 2004 dalam Lumbantobing 2007, dikemukakan upaya yang dapat dilakukan untuk
pencegahan primer penyakit stroke adalah dengan memasyarakatkan gaya hidup sehat bebas stroke, antara lain:
1. Menghindari: merokok, stres mental, alkohol, kegemukan, konsumsi garam berlebih.
2. Mengurangi: kolesterol, konsumsi lemak dalam makanan. 3. Mengendalikan: hipertensi, DM, penyakit jantung misalnya fibrilasi atrium.
4. Menganjurkan: konsumsi gizi yang seimbang dan berolahraga secara teratur.
2.2 Stroke Iskemik