Review Study Terdahulu . PENDAHULUAN

kedaulatan rakyat dalam politik islam dan politik Indonesia melalui analisa komparatif, selain itu menunjukan adanya sksistensi lembaga-lembaga perwakilan sebagai pelaksana operasional kedaulatan rakyat baik di Indonesia maupun dalam politik pemerintahan islam. Secara umum tinjauan review pustaka di atas telah banyak membahas tentang konsep perwakilan dari berbagai versi dan pengembangannya. Akan tetapi, belum terdapat suatu kajian yang membahas tentang kajian tentang eksistensi kekuasaan MPR di Indonesia yang diterapkan pada masa reformasi yang telah banyak berubah seiring adanya beberapa perubahan Undang- undang Dasar 1945 Amandemen UUD 1945 yang kemudian ditinjau dengan hukum tata negara Islam. Atas dasar itu, penulis berinisiatif untuk meninjau lebih dalam mengenai konsep kekuasaan MPR di Indonesia pada masa reformasi dan tinjauan Hukum Tata Negara Islamnya.

F. Sistematika Pembahasan.

Pembahasan skripsi ini terdiri dari lima bab yang disusun secara sistematis, sebagai berikut: Bab I: Berisi pendahuluan yang terdiri dari lima pokok bahasan yaitu latar belakang masalah, tujuan dan manfaat penelitian, metode penelitian dan teknik penulisan, review studi terdahulu dan sistematika pembahasan. Bab II : Berisi tentang Majelis Permusyawaratan Rakyat sebagai lembaga negara dalam UUD 1945, yang menjelaskan tentang konsep Lembaga negara dalam UUD 1945, konsep lembaga perwakilan di negara modern dan fungsi dan kewenangan lembaga Majelis Permusyawaratan Rakyat dalam UUD 1945.. Bab III: Berisi tentang lembaga Majelis Permusyawaratan Rakyat MPR dalam hukum ketatanegaraan islam yang menjelaskan kedaulatan rakyat dalam hukum ketatanegaraan islam, konsep syura dan demokrasi dalam hukum ketatanegaraan Islam dan Majelis Syurasebagai lembaga perwakilan rakyat. Bab IV: Dalam bab ini saya membahas kekuasaan MPR RI dalam UUD 1945 pasca Reformasi ditinjau dalam hukum ketatanegaraan Islam yang terdiri dari; konsep Majelis Permusyawaratan Rakyat pasca Reformasi 1999-2004, Tugas dan wewenang Majelis Permusyawaratan Rakyat di Era Reformasi ditinjau dari Hukum Tata Negara Islam dan analisa perbandingan Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia dengan Majelis Syura dalam Hukum Ketatanegaraan Islam. Bab V: Berisi penutup terdiri dari kesimpulan dan saran-saran.

BAB II MAJELIS PERMUSYAWARATAN RAKYAT SEBAGAI LEMBAGA

NEGARA DALAM UUD 1945

A. Konsep Lembaga Negara dalam UUD 1945.

Berbicara mengenai lembaga negara berarti berbicara mengenai alat kelengkapan yang ada dalam sebuah negara. Lembaga negara merupakan lembaga pemerintahan negara yang berkedudukan di pusat yang fungsi, tugas dan kewenangannya diatur secara tegas dalam UUD. Secara keseluruhan UUD 1945 sebelum perubahan mengenal enam lembaga tinggitertinggi negara, yaitu MPR sebagai tertinggi negara, dan DPR, Presiden, MA, BPK, dan DPA sebagai lembaga tinggi negara. Namun setelah perubahan, lembaga negara berdasarkan UUD adalah MPR, DPR, DPD, Presiden, BPK, MA, MK, tanpa mengenal istilah lembaga tinggi atau lembaga tertinggi negara. Republik Indonesia merupakan salah satu negara kesatuan yang sangat luas wilayahnya dan sangat besar jumlah penduduknya. Karena itu UUD 1945 yang sejak semula menganut prinsip ”semua harus terwakili”, melembagakan ketiga prinsip perwakilan politik, perwakilan teritorial dan perwakilan fungsional sekaligus dalam keanggotaan lembaga permusyawaratan rakyat di MPR. Itu sebabnya maka pasal 2 ayat 1 UUD 1945 yang lama berbunyi : ” MPR terdiri dari anggota-anggota DPR, ditambah dengan itutusan-utusan dari daerah-daerah dan golongan-golongan menurut aturan yang ditetapkan dengan undang-undang” 15