Teori Kedaulatan Konsep Lembaga Perwakilan di Negara Modern.

Berpijak pada hal tersebut maka konsep lembaga perwakilan berkembang dan terbagi dalam berbagai system. Adapun konsep dasar dalam lembaga perwakilan atau parlemen adalah system demokrasi perwakilan dimana kedaulatan rakyat yang tercantum dalam undang-undang dasar, kemudian dipecah menjadi beberapa kekuasaan yang ada dan yang dipakai dalam teori kedaulatan adalah kekuasaan di bidang pengawasan dan pembuatan undang-undang.

2. Sistem Lembaga Perwakilan Rakyat.

Lembaga perwakilan atau yang lebih dikenal sebagai parlemen dibagi ke dalam berbagai sistem yaitu: a. Sistem Satu Kamar; Sistem satu kamar adalah sistem parlemen yang berdasar pada satu lembaga legislatif tertinggi dalam struktur Negara. Lembaga ini menjalankan fungsi legislatif dan pengawasan terhadap pemerintah dan juga membuat undang-undang. Isi aturan mengenai fungsi dan tugas parlemen unicameral ini beragam dan bervariasi dari suatu negara ke negara lain, akan tetapi pada pokoknya serupa secara kelambagaan fungsi legislatif tertinggi diletakkan sebagai tanggung jawab satu badan tertinggi yang dipilih oleh rakyat. b. Sistem dua kamar; Adapun sistem dua kamar adalah system yang sistem parlemennya terbagi atas dua lembaga legislatif dalam suatu struktur negara dan dalam menjalankan tugasnya kedua lembaga ini mempunyai tugas-tugas tertentu. Pada prinsipnya kedua kamar majelis dalam sistem bicameral ini memiliki kedudukan yang sederajat. Satu sama lain tidak saling membawahi baik secara politik maupun secara legislatif. Segala keputusan tidak dapat ditetapkan tanpa persetujuan bersama. c. Sistem tiga kamar tricameral; Sistem tiga kamar adalah siitem yang sistem parlemennya tebagi atas tiga lembaga legislatif atau lembaga perwakilan dalam suatu struktur negara. Konsep lembaga perwakilan di Indonesia jika dipecah-pecah akan terbagi kedalam beberapa periodesasi menurut Undang-Undang Dasar yang dipakai dalam Negara Indonesia ,yaitu: 6 1. UUD 1945, yang berlaku pada tahun 1945 sampai dengan tahun 1949. 2. Konstitusi RIS 1949, yang berlaku antara tahun 1949 sampai dengan tahun 1950. 3. UUDS 1950, yang berlaku pada tahun 1950 sampai dengan 1959. 4. kembali ke UUD 1945, yang berlaku sejak dekrit presiden pada tahun 1959 sampai dengan sekarang. Perkembangan konsep lembaga perwakilan di Indonesia dimulai sejak tahun 1945. tidak ada ketentuan secara tegas bahwa MPR termasuk lembaga perwakilan atau tidak. 6 Dahlan Thaib, Jazim Hamidi, Ni’matul Huda, Teori Hukum Dan Konstitusi, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1999, h.75. Secara filosofis MPR merupakan perwujudan seluruh rakyat di Indonesia, dan MPR secara yuridis menurut pasal 2 ayat 1 UUD 1945 yang berbunyi; ”kedaulatan ada di tangan rakyat dan menjalankan secara sepenuhnya oleh MPR”, berarti yang merupakan penjelmaan rakyat di Indonesia adalah MPR, sehingga lembaga MPR termasuk ke dalam penjelmaan perwakilan rakyat sepenuhnya dan mempunyai kekuasaan di segala fungsi. Jika dilihat dari penjelasan di atas MPR memiliki dua macam fungsi, yaitu: 1. Fungsi Legislatif, yang lahir dari kekuasaan-kekuasaan menetapkan Undang-undang Dasar, mengubah Undang-undang dasar dan kekuasaan menetapkan Garis-garis Besar Haluan Negara. 2. Fungsi non Legislatif, yang lahir melalui kekuasaaan memilih dan mengangkat presiden dan wakil presiden. Untuk menjamin agar majelis ini benar-benar menjadi penjelmaan seluruh rakyat. Maka ditentukan bahwa keanggotaannya meliputi: 1. Seluruh wakil rakyat yang terpilih melalui DPR. 2. Utusan Golongan yang ada dalam masyarakat menurut ketentuan peundang-undangan yang berlaku. 3. Utusan daerah seluruh Indonesia menurut ketentuan perundang-undangan yang berlaku. 7 Sebelum dilakukan perubahan UUD 1945 maka MPR mempunyai kewenangan menjalankan kedaulatan rakyat yang penuh. Tidak ada suatu 7 Jimly Asshidiqie, Pergumulan Peran Pemerintah Dan Parlemen Dalam Sejarah, Jakarta, UI Press, 1996, h.50