Pengertian Waralaba SEPUTAR BISNIS FRANCHISE

BAB III SEPUTAR BISNIS FRANCHISE

A. Pengertian Waralaba

Kata “Franchise” berasal dari bahasa Perancis kuno yang berarti “bebas”. Pada abad pertengahan franchise diartikan sebagai “hak utama” atau “kebiasaan”, saat itu pemerintahan setempat atau lord gelar kebangsawanan di Inggris biasanya dimiliki oleh tuan tanah setempat memberikan hak khusus seperti untuk mengoperasikan kapal Feri atau untuk berburu tanahnya. Konsep franchise berkembang di Jerman sekitar tahun 1840-an, pada saat itu mulai diberikan hak khusus untuk menjual minuman, hal ini merupakan konsep awal dari franchising. Konsep franchise mengalami perkembangan yang sangat pesat di Amerika, pada tahun 1951 yaitu perusahaan mesin jahit Singer di Amerika mulai memberikan distribution franchise 25 untuk penjualan mesin-mesin jahit. Singer membuat perjanjian distribution franchise secara tertulis, sehingga Singer dapat disebut sebagai pelopor dari perjanjian franchise modern. Pengertian franchise ini masih sederhana, franchise hanya dikenal sebagai pemberian hak untuk mendistribusikan produk serta menjual produk-produk hasil manufaktur. 26 25 Distribution franchise adalah hak yang diperoleh franchisee untuk mendistribusikan atau menjual produk suatu produsen atau pemasok. 26 Johannes Ibrahim dan Lindawaty Sewu, Hukum Bisnis; Dalam persepsi Manusia Modern, Bandung, PT. Rineka Aditama, 2004, hal. 122 Menurut Kamus Lengkap Ekonomi Collins, franchise berarti “hak untuk memasarkan suatu produk”. Penyerahan hak oleh suatu perusahaan kepada suatu perusahaan lain secara eksklusif atau pihak-pihak lain tidak secara eksklusif untuk memasok produknya. Suatu franchise adalah suatu perjanjian kontrak dagang dalam jangka waktu tertentu dimana yang diberi hak franchisee membayar royalti kepada pemberi hak atas hak dagang yang diberikan. Menurut Hardjowidiyo, definisi franchise adalah sebagai berikut: “….Suatu sistem usaha yang sudah khas atau memiliki ciri mengenai bisnis di perdagangan atau jasa , berupa jenis produk dan bentuk yang diusahakan, identitas perusahaan logo, desain, merk bahkan termasuk pakaian karyawan perusahaan, rencana pemasaran dan bantuan operasional”. 27 Sedangkan pengertian lainnya, franchising adalah hubungan berdasarkan kontrak antara franchisor dengan franchisee. Franchisor menawarkan dan berkewajiban menyediakan terus menerus pada bisnis dari franchisee melalui penyediaan pengetahuan dan pelayanan. Franchisee beroperasi dengan menggunakan nama dagang, format, atau prosedur yang dipunyai serta dikendalikan oleh franchisor. 28 Franchise individual biasanya disyaratkan untuk menyediakan modal yang besar pada franchisor guna mendukung bantuan teknik, peralatan khusus, 27 Lindawaty S. Sewu, Franchise; Pola Bisnis Spektakuler Dalam Perspektif Hukum dan Ekonomi, Bandung: CV. Utomo, 2004, hal. 11 28 Ibid. periklanan dan promosi. Sistem franchise membolehkan franchisor untuk membangun usahanya tanpa harus meningkatkan jumlah modal yang besar. Kata “waralaba” merupakan terjemahan bebas dari kata franchise yang pertama kali dikenalkan oleh lembaga pendidikan dan pembinaan menajemen LPPM sebagai padanan kata “franchise”. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, waralaba berasal dari kata “wara” yang berarti lebih atau istimewa “laba” berarti untung. Jadi, waralaba berarti usaha yang memberikan keuntungan lebih atau istimewa. 29 Menurut Peraturan Pemerintah RI No. 16 tahun 1997 tanggal 18 Juni 1997 tentang waralaba, dikatakan bahwa “waralaba adalah perikatan dimana salah satu pihak diberikan hak untuk memanfaatkan dan atau menggunakan hak atas kekayaan intelektual atau penemuan atau ciri khas usaha yang dimiliki pihak lain dengan suatu imbalan berdasarkan persyaratan dan atau penjualan dan atau jasa” pasal 1 angka 1. 30 Amir Karamoy menulis bahwa batasan pengertian pewaralabaan ialah: “Warlaba adalah suatu pola kemitraan usaha antara perusahaan yang memiliki merk dagang dikenal dan system manajemen, keuangan dan pemasaran yang telah mantap, disebut pewaralaba, dengan perusahaan atau individu yang memanfaatkan atau menggunakan merk dan system milik pewaralaba, disebut terwaralaba. Pewaralaba wajib memberikan bantuan teknis, manajemen dan 29 Ibid. hal. 12 30 Gunawan Widjaja, Seri Hukum Bisnis; Waralaba, Jakarta, PT. Raja Grafindo Perkasa, 2003, cet II, hal. 257 pemasaran kepada terwaralaba dan sebagai imbal baliknya, terwaralaba membayar sejumlah biaya fees kepada pewaralaba. Hubungan kemitraan usaha antara kedua pihak dikukuhkan dalam suatu perjanjian lisensi atau waralaba”. 31 Jadi yang dimaksud waralaba franchising adalah bentuk kerjasama dimana pemberi waralaba franchisor memberikan izin kepada penerima waralaba franchisee untuk menggunakan hak intelektualnya, seperti nama, merk dagang, produk dan jasa serta sistem operasi usahanya. Sebagai timbal baliknya, penerima waralaba membayar suatu jumlah seperti franchisee fee dan royalty fee atau lainnya. 32

B. Sejarah Waralaba