Sejarah Waralaba SEPUTAR BISNIS FRANCHISE

pemasaran kepada terwaralaba dan sebagai imbal baliknya, terwaralaba membayar sejumlah biaya fees kepada pewaralaba. Hubungan kemitraan usaha antara kedua pihak dikukuhkan dalam suatu perjanjian lisensi atau waralaba”. 31 Jadi yang dimaksud waralaba franchising adalah bentuk kerjasama dimana pemberi waralaba franchisor memberikan izin kepada penerima waralaba franchisee untuk menggunakan hak intelektualnya, seperti nama, merk dagang, produk dan jasa serta sistem operasi usahanya. Sebagai timbal baliknya, penerima waralaba membayar suatu jumlah seperti franchisee fee dan royalty fee atau lainnya. 32

B. Sejarah Waralaba

Perkembangan waralaba berkaitan erat dengan tumbuhnya revolusi industri pada akhir 1800 di Eropa barat, khususnya di Inggris. Perubahan teknologi berkembang sejalan dengan pergerakan penduduk ke kota-kota di Eropa ketika itu. Daerah perkotaan menjadi pusat industri dan bisnis yang berkembang pesat, yang kemudian mendorong tumbuhnya kelompok kelas menengah yang disebut wirausaha entrepreneur. Revolusi mendorong pula terjadinya perubahan dalam sistem perdagangan dan distribusi barang. The British Brewers perusahaan pembuat bir adalah pionir pewaralabaan modern yang dimulai di Inggris pada abad ke-19. Ada pula anggapan bahwa Isaac 31 Amir Karamoy, Menjadi Kaya Lewat Waralaba, Jakarta, Pustaka Bisnis Indonesia, Oktober, 2005, Cet I, hal. 6 32 Pietra Sarosa, Kiat Praktis Membuka Usaha; Mewaralabakan Usaha Anda, Jakarta: PT. Elex Media Komputindo, 2004, hal. 2 Singer adalah orang pertama yang menerapkan waralaba pada 1851 di Amerika Serikat. Sistem waralaba yang berkembang pada saat itu mirip dengan tipe pewaralabaan produk dan merk dagang, yaitu menggunakan tenaga penjual independent semacam agen yang dibayar berdasarkan komisi. Dengan cara tersebut dapat menjual mesin jahit produknya, Singer relatif tidak mengeluarkan modal.Pada 1898 waralaba sebagai konsep pemasaran memperoleh pengakuan yang lebih besar ketika General Motors Coorporation berhasil menjual waralabanya yang pertama. Sejak itu pewaralabaan digunakan dalam industri otomotif dan Stasiun Pompa Bensin Umum SPBU. 33 Berdasarkan fakta sejarah diduga kuat bahwa pelopor waralaba dalam pemasaran bahan bakar minyak khususnya bensin di Indonesia adalah PT. Permindo sekarang Pertamina yang dibentuk dalam rangka kebijakan nasionalisasi perusahaan minyak asing, yaitu Belanda dan Inggris NIAM- Nederlandsche Indische Aardolie Maatschappij pada 1959. Sampai saat ini Pertamina masih menerapkan sistem pewaralabaan produk dan merk dagang, dengan memberikan kesempatan pada investor terwaralaba untuk berusaha dibidang jasa SPBU secara waralaba akan semakin marak dengan diizinkannya perusahaan minyak asing membuka SPBU di pasar lokal, seperti Shell. Pada 1950-an, setelah Perang Dunia II berakhir, dapat dikatakan sebagai periode “Franchising Booming” di Amerika Serikat. Dengan ditandai munculnya “raksasa” waralaba dalam dalam bidang makanan siap saji Kentucky Fried 33 Amir Karamoy, Menjadi Kaya Lewat Waralaba, Jakarta: Pustaka Bisnis Indonesia, Oktober, 2005, cet I, hal. 8 Chicken yang didirikan Kolonel Harlan Sander’s 1950 dan McDonald’s 1955. McDonald’s kemudian berkembang pesat scara waralaba atas jasa Ray Kroc. 34 Pada 1970-an regulasi waralaba mulai diterapkan di Amerika Serikat. Setiap pewaralaba diwajibkan melakukan disclosure dan pendaftaran, hampir mirip dengan peraturan tentang penjualan surat berharga securities. Regulasi ini dibuat untuk melindungi terwaralaba dari kemungkinan praktik tidak jujur dalam penawaran offering waralaba oleh terwaralaba atau disebut pula unfair business practices. Disamping untuk mendidik calon terwaralaba agar lebih teliti dalam memilih prospek pewaralabanya. Dari dengar pendapat yang dilakukan Small Business Commitees of US Senate dan The House of Representatives dengan dukungan industri waralaba, beberapa negara bagian di Amerika Serikat mengadopsi peraturan yang mensyaratkan pewaralaba disclosure dan pendaftaran. Pada 1979 The Federal Trade Commission melahirkan The Franchise Disclosure Act yang mewajibkan pewaralaba memuat dua puluh persyaratan untuk dicantumkan dalam prospektus penawaran waralaba. Di Indonesia regulasi khusus mengenai waralaba baru diberlakukan pada 1997 menjelang jatuhnya Pemerintahan Orde Baru dengan keluarnya PP No. 16 1997. Peraturan Pemerintah ini kemudian dioperasionalkan dalam Surat Keputuan Menteri Perindustrian dan Perdagangan Nomor 259 MPP Kep? 7 1997. 34 Ibid hal. 9 Disamping itu Undang-Undang Nomor 9 1995 tentang Usaha Kecil dan PP Nomor 44 1977 mengenai Kemitraan, mengatur pula mengenai waralaba. 35 Walaupun telah bermunculan pewaralaba lokal, seperti Es Teler 77, Indomaret dan Alfamart toko swalayan mini, Homes 21 Realty pialang real estate, California Fried Chicken CFC pada 1970-an dan 1980-an, perkembangan waralaba di Indonesia sebenarnya lebih banyak dipacu oleh McDonald’s ketika membuka gerai pertamanya di gedung Sarinah di Jakarta pada 1991. Pertumbuhan McDonald’s di Indonesia dapat dianggap sebagai fenomena tersendiri, yang menjadi tolok ukur keberhasilan sistem waralaba di Indonesia. Tantangan bagi McDonald’s Indonesia dan usaha sejenis seperti KFC dan Wendy’s selanjutnya adalah melakukan subwaralaba dipasar lokal dan memperbanyak jumlah terwaralaba, bukan lagi company owned restaurants. Pada awal 1990-an Pemerintah Indonesia Departemen Perdagangan, yang kemudian diikuti oleh kantor Kementerian Negara Koperasi dan Usaha Kecil Menengah mulai memberikan perhatian pada pewaralabaan di Indonesia. Departemen Perdagangan melihat waralaba sebagai suatu pola distribusi barang atau jasa yang efektif, sehingga perlu dibina dan dikembangkan. Strategi pembinaan waralaba lokal oleh Departemen Perdagangan belakangan diarahkan pada upaya pengembangan ekspor waralaba lokal ke pasar global. Sementara itu, kantor Kementerian Negara Koperasi dan Usaha Kecil Menengah melihat 35 Ibid, hal. 10 waralaba sebagai salah satu model pembinaan pengusaha kecil dan menengah, melalui pola kemitraan usaha dengan pengusaha besar. Namun, program kemitraan usaha ini relatif belum berjalan baik, walaupun merupakan amanat UU Nomor 9 1995 tentang Usaha Kecil. C. Tinjauan Umum Mengenai Bisnis Kata “Bisnis” berasal dari bahasa Inggris yaitu “Business”. Bisnis dapat di definisikan sebagai “segala aktivitas dari berbagai institusi yang menghasilkan barang dan jasa yang perlu untuk kehidupan masyarakat sehari-hari”. 36 Secara luas kata “bisnis” sering diartikan sebagai keseluruhan kegiatan usaha yang dijalankan oleh orang atau badan secara teratur dan terus menerus, yaitu berupa kegiatan mengadakan barang-barang atau jasa-jasa maupun fasilitas-fasilitas untuk diperjualbelikan, dipertukarkan, dan disewagunakan dengan tujuan untuk mendapatkan keuntungan. 37 Sedangkan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia memberikan pengertian bisnis adalah usaha dagang, usaha komersial dalam dunia perdagangan. 38 Berdasarkan pada pengertian yang telah diuraikan diatas nampak bahwa bisnis merupakan kegiatan perdagangan namun meliputi unsur yang lebih luas, yaitu pekerjaan, profesi, penghasilan, mata pencaharian, dan keuntungan. 36 M. Manullang, Pengantar Bisnis, Yogyakarta: Gajah Mada University Press, 2002, hal. 3 37 Richard Buton Simatupang, Aspek Hukum Dalam Bisnis, Jakarta: Rineka Cipta, 1994, hal. 138 38 Depdiknas, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta, PT. Balai Pustaka, 1994, hal. 138 Gambaran mengenai bisnis dalam definisi tersebut apabila diuraikan lebih lanjut akan sebagai berikut: 39 1. Bisnis merupakan suatu kegiatan yang rutin dilakukan, karena dikatakan sebagai suatu pekerjaan, mata pencaharian, bahkan suatu profesi. 2. Bisnis merupakan aktivitas dalam perdagangan. 3. Bisnis dilakukan dalam rangka memperoleh suatu keuntungan. 4. Bisnis dilakukan baik oleh perorangan maupun perusahaan. Kegiatan mencari keuntungan ini dilakukan oleh usaha perseorangan, persekutuan, atau kerjasama untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Tapi ada pula kegiatan yang tidak mencari keuntungan yaitu kegiatan yang dilakukan oleh kantor-kantor pemerintahan, rumah sakit, pemadam kebakaran dan lain sebagainya. Jadi pengertian bisnis mencakup usaha yang dilakukan pemerintah dan swasta yang menyediakan barang dan jasa guna memenuhi kebutuhan masyarakat, baik mengejar keuntungan atau tidak. Tujuan utama kegiatan bisnis adalah mencari keuntungan, mengejar pertumbuhan, meningkatkan efisiensi, dan melindungi masyarakat bagi kegiatan bisnis yang tidak mengejar keuntungan. 40 39 Johannes Ibrahim dan Lindawaty Sewu, Op. Cit., hal. 26 40 Buchari Alma, Dasar-dasar Bisnis dan Pemasaran, Bandung: CV. Alfabeta, 1992, hal. 1-2 Lingkup aktivitas bisnis sangat luas, namun pada dasarnya aktivitas tersebut terdiri dari produksi, distribusi dan konsumsi. 41 1. Produksi, berarti aktivitas untuk memuaskan kebutuhan manusia. Produksi dapat dibedakan atas produksi primer, sekunder dan tersier. Produksi primer yaitu aktivitas bisnis menarik sumber daya alam yang ada dilingkungan, misalnya perikanan, orang mengambil ikan dari laut, dan pertanian, petani menanam padi dan menuai hasilnya. Pada tingkat produksi sekunder, sumber daya alam atau bahan mentah diolah atau proses menjadi barang jadi, misalnya balok kayu diubah menjadi meubel dan bijih besi diubah menjadi pipa atau lempengan besi, termasuk alat-alat dan mesin-mesin yang dibutuhkan oleh pabrikan dalam menghasilkan barang produksinya. Pada produksi tersier, umumnya yang dihasilkan sdalah jasa-jasa, misalnya perusahaan transportasi membawa produk-produk manufaktur dari pabrik ke penyalur, pedagang besar dan kecilmenyediakan jasa pendistribusian kepada pemakai akhir, transportasi udara, telekomunikasi dan pos, perumahan, perbankan, perhotelan, restoran, dan lain-lain. Termasuk jasa yang dipersiapkan oleh professional seperti dokter, guru, akuntan, dan jasa yang disediakan oleh pemerintah juga merupakan bentuk dari produksi tersier. 2. Distribusi, berarti pemindahan tempat barang dan jasa dari produsen ke konsumen, termasuk pemindahan material dari lini permulaan ke produksi yang meliputi penyimpanan, pengepakan, pengawasan, persediaan dan 41 M. Manullang, Op. Cit., hal. 12-16 transportasi kepada pemakai akhir. Dulu seorang produsen lebih suka mendistribusikan secara langsung ke konsumen, seperti tukang susu langsung ke rumah tangga, namun untuk saat ini sangat sedikit pendistribusian barang secara langsung. Kebanyakan pabrikan akan sangat tergantung pada suatu jalinan kerjasama antara pedagang besar maupun kecil agar barang-barang yang telah di produksi sampai ke konsumen. 3. Konsumsi. Keberhasilan seorang produsen terlihat dari permintaan akan barang dan jasa yang ditunjukkan oleh volume penjualan barang dan jasa. Seorang produsen biasanya memberi usaha yang cukup untuk mempromosikan atau menciptakan suatu kesadaran akan produksi atau jasa, sehingga konsumen sadar dan mengetahui bahwa barang yang dibutuhkannya dapat dibeli dipasar. Aktivitas promosi ini diarahkan pada konsumen potensial yang mungkin memiliki daya beli namun belum ada keinginan untuk membeli. Konsumsi seseorang dipengaruhi oleh beberapa faktor, salah satunya adalah umur. Untuk seorang anak kecil, produk yang populer adalah mainan dan jajanan, anak sekolah dan remaja membutuhkan buku-buku, peralatan tulis atau alat olah raga, sedangkan orang dewasa dan telah berkeluarga membutuhkan meubel, alat elektronik dan alt rumah tangga lainnya. Daya beli konsumen dapat ditingkatkan melalui kredit, seperti bank atau lembaga keuangan lainnya yang menyediakan pinjaman perumahan untuk dibayar kembali pada jangka waktu yang telah ditentukan. Jadi inti aktivitas ini adalah permintaan dan tenaga beli konsumen dan kesukaan mereka untuk barang dan jasa dengan tersedianya pendanaan.

D. Elemen-Elemen Pokok Dalam Bisnis Franchise