perkembangan seorang anak baik bagi perilakunya maupun prestasi belajarnya. Lingkungan sosial yang tidak baik memungkinkan seorang
anak menjadi seseorang yang berkelakuan buruk. Seorang siswa tergantung pula dengan lingkungan ia berada, yakni bagaimana
penerimaan orang yang berada disekitarnya, bagaimana hubungan dengan keluarganya, maupun teman sebayanya baik dilingkungan sekolah dan
masyarakat. Pengaruh sosial terhadap perkembangan jiwa anak adalah
bagaimana pola asuh orangtua, kebiasaan yang terdapat didalam lingkungan keluarga, sekolah, dan masyarakat. Hal ini dapat berpengaruh
kepada besar atau kecilnya tingkat kenakalan remaja yang terjadi, dan inipun dapat menyebabkan berkembang atau terhanbatnya prestasi belajar
seseorang.
c. Standarisasi Prestasi
Standarisasi prestasi belajar pada tiap mata pelajarannya satu sama lain berbeda. Hal ini ditentukan oleh tiap guru mata pelajaran dengan
melihat dan mengukur batas kemampuan yang perkirakan akan bisa dicapai oleh seluruh siswa, misalnya: untuk mata pelajaran Fiqih, guru
fiqih menetapkan bahwa standar siswa dinyatakan lulus adalah enam 6. Maka bagi siswa dengan nilai dibawah 6, dia tidak bisa dinyatakan lulus
dalam mata pelajaran fiqih. Biasanya satandarisasi prestasi ini lebih dikenal dengan SKBM Standar kegiatan belajar-megajar.
d. Indikator Prestasi
Disekolah hasil belajar siswa dinyatakan dengan angka-angka nilai dalam semua mata pelajaran yang diberikan. Jadi, bentuk angka
nilai ini merupakan lambang untuk prestasi atau hasil belajar siswa. Tetapi untuk penilaian sikap biasa menggunakan huruf sebagai lambang
nilainya.
Penilaian hasil belajar peserta didik dilakukan oleh guru untuk memantau proses kemajuan, perkembangan hasil belajar siswasesuai
dengan potensi yang dimiliki dan kemampuan yang diharapkan secara berkesinambungan. Penilaian juga dapat memberikan umpan balik kepada
guru agar dapat menyempurnakan perencanaan dan proses pembelajaran. Penilaian hasil belajar baik formal maupun informal haruslah
diadakan dalam suasana menyenangkan, sehingga memungkinkan siswa menunjukkan apa yang dipahami dan mampu dikerjakannya. Hasil belajar
siswa dalam periode waktu tertentu kemudian dibandingkan dengan hasil yang dimiliki siswa tersebut sebelumnya.
Satuan kurikulum yang dipergunakan di MTs YPKP Jakarta Timur adalah Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan KTSP. KTSP merupakan
penjabaran dari standar isi dan standar kompetensi kelulusan. Didalamnya memuat kompetensi secara utuh yang merefleksikan pengetahuan,
ketrampilan, dan sikap sesuai karakteristik masing-masing mata pelajaran. Muatan dari standar isi pendidikan adalah standar kompetensi dan
kompetensi dasar. Satu standar kompetensi terdiri dari beberapa kompetensi dasar, dan setiap kompetensi dasar dijabarkan ke dalam
indikator-indikator pencapaian hasil belajar yang dirumuskan dan dikembangkan oleh guru dengan mempertimbangkan situasi dan kondisi
sekolah atau daerah masing-masing. Indikator yang dikembangkan merupakan acuan yang digunakan untuk menilai pencapaian kompetensi
dasar bersangkutan. Indikator merupakan ukuran, karakteristik, ciri-ciri, pembuatan atau
proses yang berkontribusi atau menunjukkan ketercapaian suatu kompetensi dasar. Indikator dirumuskan dengan menggunakan kata kerja operasional
yang dapat di ukur, seperti: mengidentifikasikan, menghitung, membedakan, menyimpulkan, menceritakan kembali, mempraktekkan,
mendemonstrasikan, dan mendeskripsikan. Indikator pencapaian hasil belajar, dikembangkan oleh guru dengan memperhatikan perkembangan dan
kemampuan setiap peserta didik. Setiap kompetensi dasar dapat
dikembangkan menjadi dua atau lebih oindikator pencapaian hasil belajar. Hal ini sesuai dengan keluasan dan kedalaman kompetensi dasar tersebut.
Indikator dan pencapaian hasil belajar dari setiap kompetensi dasar merupakan acuan yang digunakan untuk melakukan penilaian.
41
B. Hasil Penelitian yang Relevan
Dari beberapa penelitian yang telah dilakukan, ada sebuah penelitian tentang kenakalan remaja dan prestasi belajar yang mempunyai sedikit
kemiripan dengan penelitian yang penulis teliti. Penelitian ini berjudul “Hubungan Kenakalan Remaja dengan Prestasi Belajar Pendidikan Agama