Suaka Politik Menurut Hukum Internasional
yang tidak mengikat, yaitu Universal Declaration of Humanrights, 1948 pasal 14. Tetapi selama ini hak itu tidak terjamin oleh Hukum Internasional,
sekalipun usul-usul untuk mengakui hak itu sudah dipertimbangkan oleh PBB. Kebebasan negara untuk memberikan suaka dapat ditiadakan dengan traktat
penyerahan. Hukum Internasional modern tidak mengakui adanya hak kepala
perwakilan untuk memberikan suaka dalam gedung perwakilannya. Malah pemberian itu rupa-rupannya dilarang oleh Hukum Internasional, karena
akibatnya membebaskan pelarian dari pelaksanaan hukum dan keadilan oleh negara teritorial. Ketiadaan hak suaka diplomatik seperti ini telah ditegaskan
oleh Mahkamah
Internasional dalam
perkara Asylum
Case yang
mempersoalkan penerapan aturan-aturan Hukum Internasional Latin –Amerika
mengenai suaka diplomatik.
20
Mahkamah berpendapat jikalau suaka telah diberikan di gedung-gedung perwakilan tanpa pembenaran, kepala perwakilan tersebut tidak wajib
menyerahkan pelarian kepada penguasa-penguasa setempat, jika tidak ada trakta-trakta yang mengharuskannya. Suaka dapat diberikan dalam gedung-
gedung perwakilan sebagai pengecualian dalam hal-hal berikut: a
Sebagai tindakan sementara, terhadap individu yang terancam bahaya massa, atau bahaya korupsi politik yang ekstrim. Pembenaran pemberian
20
C.s.t. Kansil, hubungan diplomatik republik indonesia, h. 339
suaka dalam hal ini, ialah karena dengan demikian bahaya yang mengancam dapat dielakkan.
b Jika ada kebiasaan setempat yang sudah lama diakui memperkenankan
suaka diplomatik. c
Karena diperbolehkan dalam traktat antara negara teritorial dengan negara yang diwakili itu.
Headquarters Agreement PBB dan Specialised agencies tidak memperkenankan lembaga-lembaga internasional memberikan suaka ataupun
penaungan di gedung-gedungnya, malah tidak dapat memberikan perlindungan diatas dasar-dasar humaniter bagi penjahat-penjahat. Tetapi sulit
dipikirkan bahwa lembaga-lembaga itu tidak dapat memberikan pernaungan sementara dalam keadaan-keadaan berbahaya.
21
Kedaulatan teritorial adalah kedaulatan yang dimiliki oleh suatu negara dalam melaksanakan jurisdiksi eksklusif diwilayahnya. Di dalam
wilayah inilah negara memiliki wewenang untuk melaksanakan hukum nasionalnya. Ini berarti bahwa semua orang yang berada di suatu wilayah
pada prinsipnya tunduk kepada kekuasaan hukum dari negara yang memiliki wilayah tersebut. Hakim Huber mengungkapkan bahwa dalam kaitannya
dengan wilayah ini, kedaulatan mempunyai dua ciri yang sangat penting yang dimiliki oleh suatu negara. Dua ciri tersebut yaitu : pertama, kedaulatan
21
Ibid., h. 343-345
merupakan prasyarat hukum untuk adanya suatu negara. Kedua, kedaulatan menunjukan negara tersebut merdeka yang sekaligus juga merupakan fungsi
dari suatu negara. Suatu negara tidak dapat melaksanakan jurisdiksi eksklusifnya keluar
dari wilayahnya yang dapat menganggu kedaulatan wilyah negara lain. Pada prinsipnya suatu negara hanya dapat melaksanakannya secara eksklusif dan
penuh di dalam wilayahnya saja. Karena itu pula suatu negara yang tidak memiliki wilayah, tidaklah mungkin menjadi suatu negara.
22