Pihak Konsumen umumnya masyarakat karyawan, buruh, tani yang berpenghasilan menengah ke bawah yang belum tentu mampu bila
membeli barang kebutuhannya itu secara tunai. Dalam pemberian kredit, risiko menunggak angsuran oleh Konsumen merupakan hal yang biasa
terjadi. Oleh karena itu, pihak Perusahaan dalam memberikan kredit kepada Konsumen masih memerlukan jaminan terutama jaminan ficusia
atas barang yang dibeli itu, di samping pengakuan hutang promissory notes dari pihak Konsumen.
Dalam Perjanjian Jual Beli antara Pemasok dan Konsumen, pihak Pemasok menetapkan syarat bahwa harga akan dibayar oleh pihak ketiga,
yaitu Perusahaan Pembiayaan Konsumen. Apabila karena alasan apa pun, Perusahaan tersebut melakukan wanprestasi, yaitu tidak melakukan
pembayaran sesuai dengan kontrak, maka jual belin barang antara Pemasok dan Konsumen akan dibatalkan voidable. Dalam Perjanjian
Jual Beli, pihak Pemasok Penjual menjamin barang dalam keadaan baik, tidak ada cacat tersembunyi, layanan purnajual after sale service.
3. Pemasok
Pemasok adalah pihak penjual barang kepada Konsumen atas pembayaran oleh pihak ketiga, yaitu Perusahaan Pembiayaan Konsumen. Hubungan
kontraktual antara Pemasok dan Konsumen adalah jual beli bersyarat. Syarat yang dimaksud adalah pembayaran dilakukan oleh pihak ketiga,
yaitu Perusahaan Pembiayaan Konsumen. Antara Pemasok dan Konsumen terdapat hubungan kontraktual, di mana Pemasok wajib menyerahkan
barang kepada Konsumen, dan Konsumen wajib membayar harga barang secara angsuran kepada Perusahaan yang telah melunasi harga barang
secara tunai. Antara pihak ketiga Perusahaan Pembiayaan Konsumen dan Pemasok
tidak ada hubungan kontraktual, kecuali sebagai pihak ketiga yang disyaratkan. Oleh karena itu, apabila pihak ketiga melakukan wanprestasi,
padahal Kontrak Jual Beli dan Kontrak Pembiayaan Konsumen telah selesai dilaksanakan, maka jual beli bersyarat tersebut dapat dibatalkan
oleh Pemasok dan pihak Konsumen dapat menggugat pihak ketiga, yaitu Perusahaan Pembiayaan Konsumen berdasarkan wanprestasi.
D. Hak dan Kewajiban para Pihak dalam Perjanjian Pembiayaan Konsumen
Setiap perjanjian tentunya memuat hak dan kewajiban yang telah disepakati oleh para pihak yang terikat di dalamnya. Ketika perjanjian telah lahir, maka secara
Universitas Sumatera Utara
otomatis hubungan hukum berupa adanya hak dan kewajiban telah lahir pula dan mengikat para pihak.
Antara hak dan kewajiban terdapat hubungan yang sangat erat. Yang satu mencerminkan adanya yang lain. Kita mengatakan, bahwa si A mempunyai suatu
kewajiban untuk melakukan sesuatu, apabila perbuatan si A itu ditujukan kepada orang tertentu, yaitu si B. dengan melakukan suatu perbuatan yang ditujukan kepada
B. Dengan melakukan suatu perbuatan yang ditujukan kepada B itu, A telah menjalankan kewajibannya. Sebaliknya karena adanya kewajiban pada B itulah, A
mempunyai suatu hak. Hak itu berupa kekuasaan yang bisa diterapkan terhadap B, yaitu berupa tuntutan untuk melaksanakan kewajibannya itu.
86
Curzon mengelompokkan Hak dan Kewajiban sebagai berikut:
87
1. Kewajiban-kewajiban yang mutlak dan nisbi
Austin berpendapat bahwa kewajiban yang mutlak adalah yang tidak mempunyai pasangan hak, seperti kewajiban yang tertuju kepada diri
sendiri; yang diminta oleh masyarakat pada umumnya; yang hanya ditujukan kepada kekuasaan sovereign yang membawahinya.
Kekuasaan nisbi adalah yang melibatkan pihak hak di lain pihak.
2. Kewajiban-kewajiban publik dan perdata
Kewajiban publik adalah yang berkorelasi dengan hak-hak publik, seperti kewajiban untuk mematuhi hukum pidana. Kewajiban perdata adalah
korelatif dari hak-hak perdata seperti kewajiban yang timbul dari perjanjian.
3. Kewajiban-kewajiban yang positif dan negatif
Kewajibaan positif menghendaki dilakukannya perbuatan positif, seperti kewajiban penjual untuk menyerahkan barang kepada pembelinya.
Kewajiban negatif adalah yang menghendaki agar suatu pihak tidak
86
Satjipto Rahardjo, Ilmu Hukum, Bandung: Citra Aditya Bakti, 1991, hlm.54.
87
Ibid, hlm. 60-62.
Universitas Sumatera Utara
melakukan sesuatu,seperti kewajiban seorang untuk tidak melakukan sesuatu yang milik tetangganya.
4. Kewajiban-kewajiban universal, umum dan khusus
Kewajiban universal ditujukan kepada segolongan orang-oreang tertentu, seperti orang asing, orang tua ayah dan ibu. Kewajiban khusus adalah
yang timbul dari bidang hukum tertentu,seperti dalam hukum perjanjian.
5. Kewajiban-kewajiban primer dan yang bersifat memberi sanksi
Kewajiban primer adalah yang tidak timbul dari perbuatan yang melawan hukum, seperti kewajiaban seseorang untuk tidak mencemarkan nama baik
orang lain yang dalam hal ini tidak timbul dari pelanggaran terhadap kewajiban lain sebelumnya.
Kewajiban yang bersifat memberi sanksi adalah yang semata-mata timbul dari perbuatan yang melawan hukum, seperti kewajiban tergugat untuk
membayar gugatan pihak lain yang berhasil memenangkan perkara.
Hak-hak dapat dikelompokkan sebagai berikut : 1.
Hak-hak yang sempurna dan tidak sempurna Hak yang sempurna adalah yang dapat dilaksanakan melalui hukum
seperti kalau perlu melalui pemaksaan oleh hukum. Hak yang tidak sempurna adalah yang diakui oleh hukum, tetapi tidak selalu dilaksanakan
oleh pengadilan, seperti hak yang dibatasi oleh lembaga daluwarsa.
2. Hak-hak utama dan tambahan
Hak utama adalah yang diperluas oleh hak-hak lain.Hak tambahan adalah yang melengkapi hak-hak utama, seperti perjanjian sewa menyewa tanah
yang memberikan hak tambahan kepada hak utama dari pemilik tanah
3. Hak-hak publik dan perdata
Hak publik adalah yang ada pada masyarakat umumnya, yaitu Negara. Hak perdata adalah yang ada pada perorangan, seperti hak seseorang
untuk menikmati barang yang dimilikinya.
4. Hak-hak positif dan negatif
Hak positif menuntut dilakukan perbuatan-perbuatan positif dari pihak tempat kewajiban korelatifnya berada, seperti hak untuk menerima
keuntungan pribadi.
5. Hak-hak milik dan pribadi
Hak-hak milik berhubungan dengan barang-barang yang dimiliki oleh seseorang yang biasanya bisa dialihkan. Hak-hak pribadi berhubungan
dengan kedudukan seseorang yang tidak pernah bisa dialihkan
Universitas Sumatera Utara
Secara umum, hak dan kewajiban para pihak dalam perjanjian pembiayaan konsumen adalah sebagai berikut :
1. Hak Perusahaan Pembiayaan Konsumen
1 Menerima pembayaran utang pokok, bunga, dan denda keterlambatan
dari konsumen; 2
Memeriksa tentang adanya dan keadaan barang; 3
Melakukan eksekusi atas barang konsumsi kendaraan ketika konsumen melakukan wanprestasi setelah diberikan somasi
sebagaimana mestinya. Kewajiban Perusahaan Pembiayaan Konsumen
1 Melakukan pembayaran sejumlah uang atas barang konsumsi
kendaraan kepada pemasok; 2
Menyerahkan semua jaminan kepada konsumen, setelah konsumen tersebut melunasi semua kewajibannya.
2. Hak Konsumen Nasabah
1 Menerima fasilitas pembiayaan dari perusahaan pembiayaan;
2 Menerima dan menggunakan barang konsumsi dalam keadaan baik
dan tidak cacat; 3
Menerima semua jaminan hak atas barang dari perusahaan pembiayaan konsumen setelah konsumen menyelesaikan
kewajibannya;
Universitas Sumatera Utara
Kewajiban Konsumen Nasabah 1
Membayar utang pokok, bunga, serta denda atas keterlambatan pembayaran;
2 Menyerahkan hak atas barang sebagai jaminan;
3 Memelihara dan menjaga barang konsumsi dengan sebaik-baiknya
dan dengan biaya sendiri; 4
Mengasuransikan barang konsumsi; 5
Mengizinkan perusahaan pembiayaan untuk memeriksa kondisi barang jaminan dimana pun barang tersebut berada.
3. Hak Pemasok Showroom
1 Menerima pembayaran sejumlah uang dari perusahaan pembiayaan
atas barang yang dikeluarkan oleh pihak pemasok; Kewajiban pemasok
1 Menyerahkan barang kepada konsumen dalam keadaan baik dan
tidak cacat;
Universitas Sumatera Utara
BAB IV PEMBEBANAN JAMINAN FIDUSIA ANTARA PERUSAHAAN
PEMBIAYAAN DENGAN NASABAH DALAM PRAKTIK DAN BISNIS PERDATA STUDI PADA PT. DIPO STAR FINANCE CABANG MEDAN
A. Pelaksanaan Pembebanan Jaminan Fidusia pada PT. Dipo Star Finance Cabang Medan
Berdasarkan ketentuan Pasal 5 ayat 1 UUJF menyebutkan bahwa pembebanan benda atas Jaminan Fidusia harus dibuat dalam akta notaris dalam bahasa Indonesia
yang disebut dengan Akta Jaminan Fidusia. Pembebanan Jaminan Fidusia dituangkan dalam Akta Notariil dimaksudkan untuk menjamin kepastian hukum berkenaan
mengenai Objek Jaminan Fidusia. Selain untuk memberikan kepastian hukum, Akta Jaminan Fidusia menjadi
dasar untuk dilakukannya pendaftaran Jaminan Fidusia. Oleh karena itu suatu Akta Jaminan Fidusia yang dibuat secara bawah tangan tidak dapat dilakukan untuk
melakukan pendaftaran Jaminan Fidusia. Adapun Akta Jaminan Fidusia mengandung syarat spesialitas yaitu syarat
yang memberikan pembuktian terhadap para pihak bahwa telah memberikan dan menerima benda tertentu dengan lembaga fidusia yang digunakan sebagai agunan,
yang biasanya berupa fasilitas kredit.
88
88
Tri Widiyono, Agunan Kredit dalam Financial Engineering, Bogor: Ghalia Indonesia, 2009, hlm 217.
Universitas Sumatera Utara