Pengertian dan Sejarah Lahirnya Pembiayaan Konsumen

BAB III TINJAUAN HUKUM PERJANJIAN PEMBIAYAAN KONSUMEN

MENURUT KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM PERDATA

A. Pengertian dan Sejarah Lahirnya Pembiayaan Konsumen

Pembiayaan Konsumen dalam bahasa Inggris disebut dengan istilah consumer finance. Pembiayaan konsumen ini pada hakikatnya sama saja dengan kredit konsumen consumer credit. Bedanya hanya terletak pada lembaga yang membiayainya. Pembiayaan konsumen biaya diberikan oleh perusahaan pembiayaan financing company, sedangkan kredit konsumen biaya diberikan oleh Bank. Di Inggris, kredit konsumen ini sudah diatur dalam suatu undang-undang tersendiri, yaitu dalam Undang-Undang Kredit Konsumen 1974 Consumer Credit Act, 1974. 63 Jika dilihat masing-masing pengertian antara kredit konsumen dengan pembiayaan konsumen secara substantif tidak lah berbeda, yaitu : Kredit konsumen adalah kredit yang diberikan kepada konsumen-konsumen guna pembelian barang-barang konsumsi dan jasa-jasa seperti yang dibedakan dari pinjaman-pinjaman yang digunakan untuk tujuan-tujuan produktif atau dagang. Kredit yang demikian itu dapat mengandung risiko yang lebih besar dari pada kredit dagang biasa; maka dari itu, biasanya kredit itu diberikan dengan tingkat bunga yang lebih tinggi. Pasal 1 angka 6 Keppres No. 61 Tahun 1988 tentang Lembaga Pembiayaan menyebutkan bahwa, “Pembiayaan konsumen adalah pembiayaan pengadaan barang untuk kebutuhan Konsumen dengan sistem pembayaran angsuran atau berkala.” 63 Sunaryo, Op.cit., hlm. 96. Universitas Sumatera Utara Menurut Peraturan Presiden Nomor 9 Tahun 2009 tentang Lembaga Pembiayaan sebagaimana dimuat dalam Pasal 1 angka 7 menyebutkan, “Pembiayaan Konsumen Consumers Finance adalah kegiatan pembiayaan untuk pengadaan barang berdasarkan kebutuhan konsumen dengan pembayaran secara angsuran.” Melihat beberapa definisi di atas, dapat diketahui bahwa pembiayaan konsumen adalah kegiatan untuk membiayai barang untuk tujuan konsumtif, yang dapat dipergunakan sehari-hari dan dengan pembiayaan relatif kecil. Berdasarkan definisi di atas, Abdulkadir Muhammad dan Rilda Murniati telah memerinci unsur-unsur yang terkandung dalam pengertian pembiayaan konsumen yaitu sebagai berikut: 64 1. Subjek adalah pihak-pihak yang terkait dalam hubungan hukum pembiayaan konsumen, yaitu perusahaan pembiayaan konsumen kreditur, konsumen debitur, dan penyedia barang pemasok,supplier 2. Objek adalah barang bergerak keperluan konsumen yang akan dipakai untuk keperluan hidup atau keperluan rumah tangga, misalnya televisi, kulkas, mesin cuci, alat-alat dapur, perabot rumah tangga, kendaraan. 3. Perjanjian, yaitu perbuatan persetujuan pembiayaan yang diadakan antara pemasok dan konsumen dan konsumen, serta jual beli antara pemasok dan konsumen. Perjanjian ini didukung oleh dokumen-dokumen. 4. Hubungan hak dan kewajiban, yaitu perusahaan pembiayaan konsumen wajib membiayai harga pembelian barang yang diperlukan konsumen dan membayarnya secara tunai kepada pemasok. Konsumen wajib membayar secara angsuran kepada perusahaan pembiayaan konsumen, dan pemasok wajib menyerahkan barang kepada konsumen. 5. Jaminan, yaitu terdiri atas jaminan utama, jaminan pokok, dan jaminan tambahan. Jaminan utama berupa kepercayaan terhadap konsumen debitur bahwa konsumen dapat dipercaya untuk membayar angsurannya sampai selesai. Jaminan pokok secara fidusia berupa barang yang dibiayai oleh perusahaan pembiayaan konsumen di mana semua dokumen kepemilikan barang dikuasai oleh perusahaan pembiayaan konsumen 64 Abdulkadir Muhammad Rilda Murniati, Segi Hukum Lembaga Keuangan dan Pembiayaan, Bandung: Citra Aditya Bakti, 2000, hlm. 246. Universitas Sumatera Utara fiduciary transfer of ownership sampai angsuran terakhir dilunasi. Adapun jaminan tambahan berupa pengakuan utang promissory notes dari konsumen. Istilah perjanjian pembiayaan sendiri berasal dari terjemahan Bahasa Inggris, yaitu “finance contract”. Di dalam berbagai peraturan perundang-undangan yang mengatur tentang pembiayaan tidak kita temukan pengertian perjanjian pembiayaan. Namun pengertian perjanjian pembiayaan konsumen dapat kita temukan dalam doktrin. Munir Fuady mengemukakan bahwa, ”perjanjian pembiayaan konsumen adalah hubungan antara kreditur dengan konsumen adalah hubungan kontraktual dalam hal ini kontrak pembiayaan konsumen, di mana pihak pemberi biaya sebagai kreditur dan pihak penerima biaya konsumen sebagai pihak debitur. Pihak pemberi biaya berkewajiban utama untuk memberi sejumlah uang untuk pembelian barang konsumsi, sementara pihak penerima biaya konsumen berkewajiban utama untuk membayar kembali uang tersebut secara cicilan kepada pihak pemberi biaya. Jadi, hubungan kontraktual antara pihak penyedia dana dengan pihak konsumen adalah sejenis perjanjian kredit. 65 Salim HS juga memberikan pengertian mengenai perjanjian pembiayaan konsumen yaitu, “kontrak atau perjanjian yang dibuat antara pemberi fasilitas dengan penerima fasilitas, di mana pemberi fasilitas menyediakan dana untuk membeli barang dan penjual barang, untuk digunakan oleh si penerima fasilitas, dan penerima 65 Munir Fuady, Hukum tentang Pembiayaan dalam Teori dan Praktek, Bandung: Citra Aditya Bakti, 2002, hlm. 166. Universitas Sumatera Utara fasilitas berkewajiban untuk membayar pinjaman itu, baik berupa pokok dan bunga, sesuai dengan jangka waktu yang telah ditentukan oleh kedua belah pihak.” 66 Dalam praktiknya, istilah yang digunakan untuk menyebut para pihak pada pembiayaan konsumen adalah pemberi fasilitas dan penerima fasilitas. Pemberi fasilitas adalah perusahaan yang bergerak di bidang pembiayaan konsumen. Penerima fasilitas adalah orang atau badan yang menerima pembayaran dari pemberi fasilitas untuk membeli barang dari penjual. Objeknya adalah berupa pinjaman uang dari pemberi fasilitas kepada penerima fasilitas. Pinjaman itu digunakan untuk membayar harga barang dari penjual. Pada umumnya, perusahaan pembiayaan banyak membiayai untuk membeli kendaraan bermotor, baik roda dua maupun roda empat. Sedangkan untuk barang-barang bergerak, seperti TV, tape, kulkas, umumnya menggunakan perjanjian beli sewa. 67 Selanjutnya, berdasarkan definisi beserta unsur-unsur sebagaimana diuraikan di atas, dapat diidentifikasi karakteristik dari pembiayaan konsumen serta perbedaannya dengan kegiatan sewa guna usaha, khususnya dalam bentuk financial lease. Karakteristik dari pembiayaan konsumen, yaitu sebagai berikut: 68 1. Sasaran pembiayaan jelas, yaitu konsumen yang membutuhkan barang- barang konsumsi. 2. Objek pembiayaan berupa barang-barang untuk kebutuhan atau konsumsi konsumen. 3. Besarnya pembiayaan yangdiberikan oleh perusahaan pembiayaan konsumen kepada masing-masing konsumen relatif kecil, sehingga; 66 Salim HS, Perkembangan Hukum Kontrak di Luar KUH Perdata, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2008, hlm. 130-131. 67 Ibid, hlm. 131. 68 Sunaryo, Op.cit., hlm. 97. Universitas Sumatera Utara 4. Resiko pembiayaan relatif lebih aman karena pembiayaan tersebar pada banyak konsumen. 5. Pembayaran kembali oleh konsumen kepada perusahaan pembiayaan konsumen kepada perusahaan pembiayaan konsumen dilakukan secara berkalaangsuran Dalam praktik di masyarakat, sering sekali terjadi anggapan bahwa kegiatan pembiayaan konsumen sama dengan kegiatan sewa guna usaha leasing. Padahal kedua kegiatan tersebut tentulah pada prinsipnya berbeda. Adapun perbedaan pembiayaan konsumen dengan sewa guna usaha, khususnya yang dengan hak opsi finance lease menurut Budi Rachmat adalah sebagai berikut: 69 1. Pada pembiayaan konsumen, pemilikan barang.objek pembiayaan berada pada konsumen yang kemudian diserahkan secara fidusia kepada perusahaan pembiayaan konsumen. Adapun pada sewa guna usaha pemilikan barangobjek pembiayaan berada pada lessor; 2. Pada pembiayaan konsumen, tidak ada batasan waktu pembiayaan dalam arti disesuaikan dengan umur ekonomis barangobjek pembiayaan. Adapun pada sewa guna usaha jangka waktu diatur sesuai dengan umur ekonomis barangobjek pembiayaan. Adapun pada sewa guna usaha jangka waktu diatur sesuai dengan umur ekonomis objekbarang modal yang dibiayai oleh lessor; 3. Pada pembiayaan konsumen tidak membatasi pembiayaan kepada calon konsumen yang telah mempunyai NPWP, mempunyai kegiatan usaha dari atau pekerjaan bebas. Adapun pada sewa guna usaha calon lessee diharuskan ada atau memiliki syarat-syarat di atas; 4. Perlakuan perpajakan antara pembiayaan konsumen dan sewa guna usaha berbeda, baik dilihat dari sisi perusahaaan pembiayaan maupun dari sisi konsumen atau lessee; 5. Pada pembiayaan konsumen, kegiatan dalam bentuk sale and lease back belum diatur. Adapun pada sewa guna usaha hal tersebut dimungkinkan terjadinya. Pada saat ini, kegiatan pembiayaan konsumen tumbuh subur dan sangat diminati oleh masyarakat khususnya masyarakat kelas menengah ke bawah, karena 69 Budi Rachmat, Multi Finance : Sewa Guna Usaha, Anjak Piutang, Pembiayaan Konsumen, Jakarta : Novindo Pustaka Mandiri, 2002, hlm. 137. Universitas Sumatera Utara kegiatan ini dianggap mampu untuk mengamodir kebutuhan masyarakat atas barang- barang konsumen. Adapun sejarah lahirnya pemberian kredit dengan sistem pembiayaan konsumen ini adalah sebagai jawaban atas kenyataan-kenyataan sebagai berikut: 70 1. Bank-bank kurang tertariktidak cukup banyak dalam menyediakan kredit kepada konsumen, yang umumnya merupakan kredit-kredit berukuran kecil; 2. Sumber dana yang formal lainnya banyak keterbatasan atau sistemnya yang kurang fleksibel atau tidak sesuai kebutuhan. Misalnya apa yang dilakukan oleh Perum Pegadaian, yang di samping daya jangkauannya yang terbatas, tetapi juga mengharuskan penyerahan sesuatu sebagai jaminan. Ini sangat memberatkan bagi masyarakat; 3. Sistem pembayaran informal seperti yang dilakukan oleh para lintah darat atau tengkulak dirasakan sangat mencekam masyarakat. Sehingga sistem seperti ini sangat dibenci atau dianggap sebagai riba, dan banyak negara maupun agama yang melanggarnya; 4. Sistem pembayaran formal lewat koperasi, seperti Koperasi Unit Desa ternyata juga tidak berkembang seperti yang diharapkan. Berdasarkan faktor-faktor di atas, maka dibutuhkan adanya suatu sistem pembiayaan yang dianggap mampu menjangkau kebutuhan masyarakat luas, namun pelaksanannya tidak jauh berbeda dengan sistem perkreditan biasa. Oleh karena itu mulai lah dikembangkan suatu sistem pembiayaan di luar perbankan yang dikenal dengan kegiatan pembiayaan konsumen.

B. Dasar Hukum Perjanjian Pembiayaan Konsumen

Dokumen yang terkait

Kajian Hukum Atas Lelang Terhadap Barang Jaminan Fidusia Kendaraan Bermotor Pada Perusahaan Leasing (Studi Pada PT. Summit Oto Finance Cabang Medan)

11 159 147

Tanggung Jawab Perusahaan Asuransi Kendaraan Bermotor Terhadap Perjanjian Kredit Dalam Perusahaan Pembiayaan ( Leasing ) Atas Klaim Dari Tertanggung (Studi Pada Perusahaan Pembiayaan PT. Dipo Star Finance Cabang Medan)

3 81 156

Eksekusi Di Bawah Tangan Objek Jaminan Fidusia Atas Kredit Macet Kepemilikan Mobil Di Lembaga Keuangan Non-Bank PT. Batavia Prosperindo Finance Cabang Medan

2 115 132

PERJANJIAN PEMBIAYAAN DENGAN JAMINAN FIDUSIA PADA PT.ASTRA SEDAYA FINANCE CABANG PADANG.

0 0 13

PEMBEBANAN JAMINAN FIDUSIA DALAM PERSPEKTIF HUKUM PERLINDUNGAN KONSUMEN (STUDI PADA PT. MEGA AUTO CENTRAL FINANCE CABANG PAYAKUMBUH).

0 2 30

Aspek Hukum Pembebanan Jaminan Fidusia Antara Perusahaan Pembiayaan Dengan Nasabah (Studi Pada PT. Dipo Star Finance Cabang Medan)

0 0 10

Aspek Hukum Pembebanan Jaminan Fidusia Antara Perusahaan Pembiayaan Dengan Nasabah (Studi Pada PT. Dipo Star Finance Cabang Medan)

0 0 2

Aspek Hukum Pembebanan Jaminan Fidusia Antara Perusahaan Pembiayaan Dengan Nasabah (Studi Pada PT. Dipo Star Finance Cabang Medan)

0 0 14

Aspek Hukum Pembebanan Jaminan Fidusia Antara Perusahaan Pembiayaan Dengan Nasabah (Studi Pada PT. Dipo Star Finance Cabang Medan)

0 0 38

Aspek Hukum Pembebanan Jaminan Fidusia Antara Perusahaan Pembiayaan Dengan Nasabah (Studi Pada PT. Dipo Star Finance Cabang Medan)

0 0 3