Akibat Hukum Pembebanan Jaminan Fidusia yang Tidak Didaftarkan

Adapun Tujuan dibentuknya Akta Jaminan Fidusia adalah: 92 1 Menyatakan bahwa debitur nasabah memiliki sejumlah utang kepada kreditur perusahaan pembiayaan 2 Menyatakan bahwa debitur terikat dengan perjanjian yg belum selesai dengan kreditur 3 Seandainya debitur melakukan wanprestasi, maka debitur tidak pernah mengklaim bahwa objek jaminan itu adalah milik debitur, dan kreditur dapat melakukan eksekusi terhadap objek jaminan dengan bantuan aparat kepolisian atau pihak lain yg ditunjuk oleh kreditur Berdasarkan tujuan di atas dapat diketahui bahwa Akta Jaminan Fidusia bertujuan untuk melindungi perusahaan pembiayaan konsumen selaku kreditur. Selain itu, Akta Jaminan Fidusia juga bertujuan untuk melindungi nasabah selaku debitur, yaitu untuk memberikan kepastian hukum bahwa BPKB, yang sedang berada di bawah kekuasaan perusahaan pembiayaan, tidak akan dialihkan atau dikuasai oleh pihak lain, selain daripada perusahaan pembiayaan itu sendiri sebagai kreditur. 93

B. Akibat Hukum Pembebanan Jaminan Fidusia yang Tidak Didaftarkan

Undang-Undang Nomor 42 Tahun 1999 tentang Jaminan Fidusia mewajibkan dilakukannya pendaftaran terhadap Objek Jaminan Fidusia dan Pendaftaran Jaminan Fidusia dilakukan pada Kantor Pendaftaran Fidusia. Hal tersebut dapat kita lihat dalam Pasal 11 ayat 1 dan Pasal 12 ayat 1 UUJF : Pasal 11 ayat 1, “Benda yang dibebani dengan Jaminan Fidusia wajib didaftarkan.” 92 Muhammad Hendra, Senior Legal PT.. Dipo Star Finance Cabang Medan, Hasil Wawancara pada tanggal 22 Februari 2014. 93 Wawancara Notaris Eben Heiser Universitas Sumatera Utara Pasal 12 ayat 1, “Pendaftaran Jaminan Fidusia sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 ayat 1 dilakukan pada Kantor Pendaftaran Fidusia.” Adapun pendaftaran Jaminan Fidusia memenuhi syarat publisitas yang artinya memberikan kepastian pendaftaran. Memberikan kepastian pendaftaran, artinya apa yang dituangkan dalam Akta Jaminan Fidusia tidak terdapat duplikasi karena pendaftaran tersebut telah disentralisasi sesuai ketentuan Pasal 11 UUJF. Oleh karena itu dengan asas pemenuhan syarat publisitas tersebut, masyarakat umum dianggap telah mengetahui dan berhak meminta informasi mengenai hal-hal yang telah didaftar. Dengan pola pendaftaran tersebut, maka terdapat unifikasi dan kepastian informasi yang mudah diakses. 94 Proses pendaftaran Jaminan Fidusia ini menjadi bagian yang sangat penting, karena setelah Jaminan Fidusia tersebut didaftarkan maka diterbitkan Sertifikat Jaminan Fidusia dan ketika dilakukan pencatatan Jaminan Fidusia dalam Buku Daftar Fidusia maka saat itu lah Jaminan Fidusia lahir sebagaimana yang diatur dalam Pasal 14 ayat 3 UUJF dan juga melahirkan hak preferent bagi Penerima Fidusia. Pelaksanaan pendaftaran Jaminan Fidusia diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 86 Tahun 2000 tentang Tata Cara Pendaftaran Jaminan Fidusia dan Biaya Pembuatan Akta Jaminan Fidusia. Pasal 2 Peraturan Pemerintah ini menyebutkan Tata Cara Pendaftaran Jaminan Fidusia adalah sebagai berikut : 1 Permohonan pendaftaran Jaminan Fidusia diajukan kepada Menteri. 2 Permohonan pendaftaran sebagaimana dimaksud dalam ayat 1 diajukan secara tertulis dalam bahasa Indonesia melalui Kantor oleh Penerima 94 Ibid, hlm. 219. Universitas Sumatera Utara Fidusia, kuasa, atau wakilnya dengan melampirkan pernyataan pendaftaran Jaminan Fidusia.Permohonan pendaftaran Jaminan Fidusia sebagaimana dimaksud dalam ayat 2 dikenakan biaya yang besarnya ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah tersendiri mengenai Penerimaan Negara Bukan Pajak. 3 Permohonan pendaftaran Jaminan Fidusia sebagaimana dimaksud dalam ayat 2 dilengkapi dengan : a. salinan akta notaris tentang pembebanan Jaminan Fidusia; b. surat kuasa atau pendelegasian wewenang untuk melakukan pendaftaran Jaminan Fidusia; c. bukti pembayaran biaya pendaftaran Jaminan Fidusia sebagaimana dimaksud dalam ayat 3. 4 Pernyataan pendaftaran Jaminan Fidusia sebagaimana dimaksud dalam ayat 2 dilakukan dengan mengisi formulir yang bentuk dan isinya ditetapkan dengan Keputusan Menteri. Berdasarkan ketentuan pendaftaran Jaminan yang diatur dalam Undang- Undang Nomor 42 Tahun 1999 dan PP Nomor 86 Tahun 2000 tersebut maka terdapat beberapa kekurangan-kekurangan yang menyangkut pendaftaran Jaminan Fidusia itu sendiri. Pertama, Undang-Undang Nomor 42 Tahun 1999 dan PP Nomor 86 Tahun 2000 tidak menyebutkan jangka waktu yang jelas untuk dilakukannya pendaftaran Jaminan Fidusia. Hal ini sangat berbeda dengan jaminan Hak Tanggungan yang mengenai pendaftarannya diatur sebagai: 95 1 Pemberian Hak Tanggungan wajib didaftarkan pada Kantor Pertanahan 2 Selambat-lambatnya 7 tujuh hari kerja setelah penandatanganan Akte Pemberian Hak Tanggungan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 ayat 2 dua UUHT, Pejabat Pembuat Akta Tanah selanjutnya disebut dengan PPAT wajib mengirimkan akte pemberian Hak Tanggungan yang bersangkutan dan warkah lain yang diperlukan kepada Kantor Pertanahan. 3 Pendaftaran Hak Tanggungan sebagaimana dimaksud pada ayat 1 dilakukan oleh Kantor Pertanahan dengan membuat buku tanah Hak 95 Lihat Pasal 13 Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1996 tentang Hak Tanggungan Universitas Sumatera Utara Tanggungan dan mencatatnya dalam buku tanah hak atas tanah yang menjadi objek Hak Tanggungan serta menyalin catatan tersebut. 4 Tanggal buku tanah Hak Tanggungan sebagaimana yang dimaksud pada ayat 3 adalah tanggal hari ketujuh setelah penerimaan secara lengkap surat-surat yang diperlukan bagi pendaftarannya dan jika hari kerja ketujuh pada hari libur, buku tanah yang bersangkutan diberi tanggal hari kerja berikutnya. 5 Hak Tanggungan lahir pada hari tanggal buku tanah Hak Tanggungan sebagaimana dimaksud pada ayat 4. Karena tidak diatur dengan jelas dan tegas kapan harusnya Jaminan Fidusia itu didaftarkan, bagaimana mungkin dapat terpenuhinya asas dalam pendaftaran yakni asas publisitas. Hendaknya mengenai kapan harus didaftarkannya Jaminan Fidusia itu harus diatur dengan jelas dan tegas, agar pemberi fidusia dan penerima fidusia yang hendak menggunakan Lembaga Jaminan Fidusia mengerti dan taat kepada asas, sehingga tujuan asas publisitas dapat tercapai. 96 Kedua,tempat pendaftaran adalah Kantor Pendaftaran Fidusia yang wilayahnya meliputi tempat kedudukan Pemberi Fidusia. Kantor Pendaftaran Fidusia adalah bagian dalam lingkungan Kementrian Hukum dan Hak Asasi Manusia. Dalam praktek sering terjadi permasalahan di mana Pejabat Notaris yang membuat Akta Jaminan Fidusia harus mendaftarkan ke Kantor Pendaftaran Fidusia di luar wilayah di mana Notaris tersebut berkedudukan karena Kantor Pendaftaran Fidusia hanya berada di wilayah ibukota provinsi. Selain itu dalampenerbitan sertifikat juga memakan waktu yang lama. Oleh karena itu pendaftaran yang dilakukan pada Kantor Pendaftaran Fidusia dirasakan tidak efektif dan memakan 96 Eko Yudhistira, Thesis Pendaftaran Jaminan Fidusia : Hambatannya Dilihat dari Aspek Sistem Hukum, Universitas Sumatera Utara, 2008. Universitas Sumatera Utara waktu yang lama. Selain itu dalam prakteknya juga terdapat pungutan liar, yang tentunya merugikan pejabat notaris ketika melakukan pendaftaran Jaminan Fidusia. 97 Ketiga, dalam Undang-Undang Nomor 42 Tahun 1999 dan PP Nomor 80 Tahun 2000 tidak disebutkan akibat hukum atau pun sanksi yang diberikan ketika tidak dilakukan pendaftaran Jaminan Fidusia. Tentunya hal ini menyebabkan para pihak, khususnya Penerima Fidusia, tidak memandang bahwa Pendaftaran Jaminan Fidusia tersebut merupakan suatu keharusan dan bersifat “wajib” seperti yang disebutkan dalam Pasal 11 ayat 1 Undang-Undang Nomor 42 Tahun 1999. Oleh karena tidak adanya akibat hukum ataupun sanksi yang diberikan oleh Undang-Undang Nomor 42 Tahun 1999 maupun PP Nomor 80 Tahun 2000, maka dalam praktek banyak ditemukan bahwa Penerima Fidusia tidak melakukan pendaftaran bahkan hanya membuat perjanjian Jaminan Fidusia di bawah tangan. Hal ini tentunya merugikan Penerima Fidusia itu sendiri selaku Kreditur manakala Kreditur tidak mempunya bukti yang kuat jika pada suatu saat Pemberi Fidusia melakukan wanprestasi. Seiring dengan berjalannya waktu, maka lahirlah beberapa peraturan yang berusaha menjawab dan mengatasi kekurangan tersebut. Diantaranya adalah Peraturan Menteri Keuangan Nomor 130 PMK.010 2012 tentang Pendaftaran Jaminan Fidusia bagi Perusahaan Pembiayaan yang Melakukan Pembiayaan Konsumen untuk Kendaraan Bermotor dengan Pembebanan Jaminan Fidusia. 97 Wawancara Eben Heiser Universitas Sumatera Utara PMK Nomor 130 PMK.010 2012 mewajibkan Perusahaan Pembiayaan yang melakukan Pembiayaan Konsumen untuk kendaraan bermotor dengan pembebanan Jaminan Fidusia untuk melakukan pendaftaran di Kantor Pendaftaran Fidusia. 98 Adapun yang menjadi pembeda dalam peraturan ini dapat kita lihat dalam Pasal 2 yang berbunyi, “Perusahaan Pembiayaan wajib mendaftarkan Jaminan Fidusia pada Kantor Pendaftaran Fidusia paling lama 30 tiga puluh hari kalender terhitung sejak tanggal Perjanjian Pembiayaan Konsumen.” Hal ini tentunya berbeda dengan Undang-Undang Nomor 42 Tahun 1999 tentang Jaminan Fidusia yang tidak mengatur mengenai jangka waktu untuk dilakukannya pendaftaran. Sedangkan dalam PMK Nomor 130 PMK.010 2012 menentukan batas waktu, yaitu 30 tiga puluh hari setelah Perjanjian Pembiayaan Konsumen lahir. Oleh karena itu, pihak Perusahaan Pembiayaan dalam praktek segera melakukan pembebanan Jaminan Fidusia ke Pejabat Notaris dan selanjutnya dilakukan Pendaftaran ke Kantor Pendaftaran Fidusia. Selain itu, Pasal 3 PMK Nomor 130 PMK.0102012 juga mengatur akibat hukum jika Perusahaan Pembiayaan Konsumen tidak melakukan pendaftaran yaitu, “Perusahaan Pembiayaan dilarang melakukan penarikan benda Jaminan Fidusia berupa kendaraan bermotor apabila Kantor Pendaftaran Fidusia belum menerbitkan Sertifikat Jaminan Fidusia dan menyerahkannya kepada Perusahaan Pembiayaan.” 98 Lihat pasal 1 PMK Nomor 130PMK. 010 2012 Universitas Sumatera Utara Seperti diketahui bahwa tindak lanjut setelah dilakukan proses pendaftaran Jaminan Fidusia adalah diterbitkannya Sertifikat Jaminan Fidusia. Oleh karena itu ketika tidak dilakukan pendaftaran, maka Sertifikat Jaminan Fidusia juga tidak akan terbit sehingga mengakibatkan Perusahaan Pembiayaan selaku Kreditur tidak dapat melakukan eksekusi terhadap objek jaminan jika terdapat nasabah yang melakukan wanprestasi. Hal ini tentunya merugikan Perusahaan Pembiayaan itu sendiri jika tidak melakukan pendaftaran. Karena Perusahaan Pembiayaan tidak akan mendapatkan Sertifikat Jaminan Fidusia yang menjadi dasar dan bukti yang kuat untuk melakukan eksekusi terhadap objek Jaminan Fidusia. Selain itu Peraturan ini juga mengatur mengenai sanksi yang akan diterima Perusahaan Pembiayaan yang tidak melakukan pendaftaran, yaitu berupa: 99 a. Peringatan; b. Pembekuan kegiatan usaha; atau c. Pencabutan izin usaha. Dengan ditentukannya jangka waktu pendaftaran, akibat hukum jika tidak dilakukan pendaftaran, dan juga sanksi yang akan diterima jika diterima jika Perusahaan Pembiayaan tidak melakukan pendaftaran, maka Peraturan ini tentunya bersifat lebih tegas dibandingkan Undang-Undang Nomor 42 Tahun 1999 tentang Jaminan Fidusia. Oleh karena itu setelah lahirnya PMK Nomor 130 PMK. 010 2012 ini, Perusahaan Pembiayaan lebih tertib untuk melakukan kegiatan Pendaftaran 99 Lihat pasal 5 ayat 1 PMK 130 PMK. 010 2012 Universitas Sumatera Utara Jaminan Fidusia ini jika dibandingkan dengan kreditur lain seperti Bank selaku Penerima Fidusia. Seiring dengan lahirnya PMK Nomor 130 PMK. 010 2012 yang menyebabkan meningkatkan permohonan pendaftaran Jaminan Fidusia pada Kantor Pendaftaran Fidusia, maka dirasakan pendaftaran Jaminan Fidusia secara manual dirasakan tidak efektif lagi. Oleh karena itu, terhitung tanggal 5 Maret 2013, Direkotarat Jenderal Administrasi Hukum Umum Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Kemenkumham meluncurkan sistem fidusia online dengan menerbitkan Surat Edaran Dirjen AHU No. AHU-06.OT.03.01 tentang Pemberlakuan Sistem Administrasi Pendaftaran Jaminan Fidusia secara Elektronik Online System. Menurut Surat Edaran Dirjen AHU, pemberlakuan system pendaftaran Jaminan Fidusia online merupakan pelaksanaan amanat Pasal 14 ayat 1 dan Pasal 16 ayat 2 UUJF. Kepala Humas Ditjen AHU Sucipto memaparkan sistem pendaftaran fidusia secara online ini diluncurkan oleh Kemenkumham dalam rangka meningkatkan pelayanan Kementerian sesuai dengan amanat UU Pelayanan Publik. 100 Hadirnya sistem Fidusia Online ini tentunya disambut baik oleh banyak pihak, dalam penelitian ini baik untuk Perusahaan Pembiayaan maupun Pejabat Notaris sendiri. Karena jika pada pendaftaran Jaminan Fidusia secara manual, penerbitan 100 http:www.hukumonline.comberitabacalt513748e798da3kemenkumham-luncurkan- sistem-fidusia-online diakses pada tanggal 24 Maret 2014 pukul 13. 10 WIB Universitas Sumatera Utara sertifikat memakan waktu yang lama dan rawan untuk dilakukan pungutan liar, sedangkan dengan adanya sistem Fidusia Online, maka permohonan pendaftaran akan selesai dalam waktu 7 menit dan Pejabat Notaris dapat langsung mem-print Sertifikat Jaminan Fidusia tersebut. Adapun langkah-langkah untuk melakukan pendaftaran Jaminan Fidusia secara online hingga penerbitan Sertifikat Jaminan Fidusia adalah sebagai berikut: 1. Mengakses situs fidusia online di www.ditjenahu.kemenkumham.go.id lalu pilih Permohonan Pendaftaran Jaminan Fidusia; 2. Pada halaman login, pengguna wajib mengisi username dan password, setelah itu klik tombol submit; 3. Pada menu pemohon, terdapat 4 pilihan menu utama, yaitu Menu Pendaftaran, Menu Perubahan, Menu Penghapusan dan Daftar Transaksi; 4. Untuk melakukan pendaftaran, maka pilih Menu Pendaftaran; 5. Pemohon mengisi informasi secara bertahap sebagai berikut : a. Identitas pihak Pemberi dan Penerima Fidusia yang dapat berupa PERUSAHAAN atau PERSEORANGAN b. Keterangan Akta Jaminan Fidusia c. Data perjanjian pokok yang dijamin Fidusia d. Uraian Objek Jaminan Fidusia e. Nilai Objek Jaminan Fidusia Setelah informasi selesai diisi, maka akan ada pemberitahuan bahwa data berhasil diproses. Universitas Sumatera Utara 6. Pemohon mencetak bukti permohonan pendaftaran untuk melakukan pembayaran ke bank persepsi yaitu Bank BNI. Apabila tidak melakukan pembayaran selama 3 hari, maka data permohonan pendaftaran akan dibatalkandihapus dari database; 7. Setelah pemohon melakukan pembayaran pendaftaran Jaminan Fidusia dari bank persepsi, maka pemohon akan mendapatkan rergister pendaftaran Jaminan Fidusia; 8. Pilih Data Transaksi untuk melihat list pendaftaran yang telah dilakukan lalu klik Sertifikat untuk mencetak Sertifikat Jaminan Fidusia. Tombol Sertifikat akan muncul jika pemohon telah melakukan pembayaran pendaftaran Jaminan Fidusia; Jika dilihat secara substansial, terdapat beberapa perbedaan di antara Sertifikat Jaminan Fidusia sebelum menggunakan sistem online dan setelah menggunakan sistem online. Pertama, Sertifikat Jaminan Fidusia sebelum menggunakan sistem online menguraikan dengan lengkap Objek Jaminan Fidusia, yang terdiri dari Jenis Objek, Bukti Hak, dan Nilai Objek. Sedangkan pada Sertifikat Jaminan Fidusia setelah menggunakan sistem online tidak menguraikan Objek Jaminan Fidusia, tetapi hanya memuat keterangan bahwa Objek Jaminan Fidusia sesuai dengan yang tertuang dalam Akta Jaminan Fidusia. Tentunya hal tersebut merupakan salah satu kekurangan, yang dapat menghambat pihak kreditur dalam hal ini Perusahaan Pembiayaan untuk melakukan Universitas Sumatera Utara eksekusi terhadap Objek Jaminan Fidusia. Oleh karena itu untuk mengatasi kekurangan tersebut, dalam prakteknya Perusahaan Pembiayaan juga ikut melampirkan Lampirkan Keterangan Objek Jaminan Fidusia di lembar yang terpisah yang merupakan tidak berbentuk satu kesatuan dengan Sertifikat Jaminan Fidusia. Kedua, pada Sertifikat Jaminan Fidusia sebelum menggunakan sistem online, Tanda Tangan yang dibubuhkan pada sertifikat berupa tanda tangan asli dan disertai dengan stempel dari Kemenkumham. Sedangkan pada Sertifikat Jaminan Fidusia setelah menggunakan sistem online, hanya berupa tanda tangan hasil scan dan tidak disertai dengan stempel dari Kemenkumham. C. Hambatan-Hambatan yang Dihadapi Para Pihak Ketika Melakukan Pengikatan Pembebanan Jaminan Fidusia Dalam melakukan Pembebanan Jaminan Fidusia yang dibuat dengan Akta Notaris yang disebut dengan Akta Jaminan Fidusia, terdapat beberapa hambatan yang dihadapi oleh para pihak yaitu Perusahaan Pembiayaan dalam hal ini PT. Dipo Star Finance Cabang Medan selaku Kreditur Penerima Fidusia, Nasabah Debitur Pemberi Fidusia, atau`Pejabat Notaris. Pada Perusahaan Pembiayaan dalam hal ini PT. Dipo Star Finance Cabang Medan, perusahaan pembiayaan sering mengalami hambatan dimana terdapat calon Nasabah yang memberikan identitas palsu guna mendapatkan fasilitas pembiayaan dari Perusahaan Pembiayaan. Identitas palsu tersebut baik diketahui oleh perusahaan dalam hal ini diketahui oleh tenaga marketing yang melakukan customer verification Universitas Sumatera Utara ke lapangan, maupun yang tidak diketahui oleh perusahaan itu sendiri. Contohnya, calon Nasabah mengaku belum menikah dan tidak menyatakan pernyataan persetujuan dari isteri untuk melakukan Perjanjian Pembiayaan Konsumen, padahal fakta di lapangan calon Nasabah tersebut sudah berkeluarga. Identitas palsu itu sendiri tentunya dapat berakibat pada pembuatan Akta Jaminan Fidusia dimana identitas Nasabah selaku Pemberi Fidusia harus diuraikan dengan jelas dan benar. Ketika identitas Nasabah yang tertuang dalam Akta Jaminan Fidusia bukanlah identitas yang sebenarnya, maka dikhawatirkan akan dapat menimbulkan permasalahan dikemudian hari. Oleh karena itu untuk menghindari adanya identitas palsu dari Nasabah yang nantinya dapat merugikan Perusahaan Pembiayaan sendiri, maka PT. Dipo Star Finance Cabang Medan melakukan customer verification dengan teliti dan hati-hati pada calon Nasabah nya dan menekankan kepada tenaga Marketing perusahaan untuk melaporkan hasil customer verification tersebut dengan sebenar-benarnya. Hal ini dilakukan sebagai salah satu upaya untuk menghindari terjadinya pembayaran macet ataupun masalah dikemudian hari. 101 Pada Nasabah atau Konsumen atau Debitur selaku Penerima Fidusia dalam prakteknya tidak tahu mengenai istilah Jaminan Fidusia atau Perjanjian Pembiayaan Konsumen itu sendiri. Nasabah kebanyakan hanya mengetahui bahwa mereka melakukan kredit kendaraan mobil atau sepeda motor dari perusahaan pembiayaan 101 Muhammad Hendra, Senior Legal PT.. Dipo Star Finance Cabang Medan, Hasil Wawancara pada tanggal 22 Februari 2014. Universitas Sumatera Utara dan mereka melakukan pembayaran secara cicilan atau angsuran beserta bunga. Yang penting bagi Nasabah adalah bahwa mereka telah berhasil mendapatkan kendaraan yang diinginkan dan dapat menggunakannya, dan selanjutnya mereka berusaha untuk melunasi pembayaran atas kendaraan tersebut. Hal ini dikarenakan pada proses pembebanan Jaminan Fidusia, Nasabah tidak dilibatkan secara langsung, tetapi hanya memberikan identitas yang mendukung kepada Perusahaan Pembiayaan dan menyerahkan pelaksanaan pembebanan Jaminan Fidusia hingga pendaftaran Jaminan Fidusia kepada Perusahaan Pembiayaan sebagaimana telah dimuat dalam Surat Kuasa antara Nasabah kepada Perusahaan Pembiayaan. Pada Pejabat Notaris, Notaris melihat bahwa dalam praktek masih ada beberapa perusahaan pembiayaan yang belum melakukan pembebanan Jaminan Fidusia dengan Akta Notaris dengan alasan dapat merugikan finansial perusahaan. Karena seperti diketahui bahwa ditentukan tarif untuk melakukan pembebanan Jaminan Fidusia. Namun dalam praktek pembuatan Akta Jaminan Fidusia sendiri, Notaris belum menemui hambatan, karena format atau isi dari Akta Jaminan Fidusia sendiri telah dibakukan dari Perusahaan Pembiayaan yang jika dilihat isinya hampir sama antara perusahaan pembiayaan yang satu dengan yang lain. Hambatan pernah ditemukan ketika melakukan pendaftaran Jaminan Fidusia secara online, dimana jaringan atau sistem dari pusat mengalami gangguan, sehingga dapat mengakibatkan Universitas Sumatera Utara terlambatnya proses pendaftaran Jaminan Fidusia dan terbitnya Sertifikat Jaminan Fidusia itu sendiri. 102 102 Wawancara dengan Notaris X di kota Medan Universitas Sumatera Utara

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Dokumen yang terkait

Kajian Hukum Atas Lelang Terhadap Barang Jaminan Fidusia Kendaraan Bermotor Pada Perusahaan Leasing (Studi Pada PT. Summit Oto Finance Cabang Medan)

11 159 147

Tanggung Jawab Perusahaan Asuransi Kendaraan Bermotor Terhadap Perjanjian Kredit Dalam Perusahaan Pembiayaan ( Leasing ) Atas Klaim Dari Tertanggung (Studi Pada Perusahaan Pembiayaan PT. Dipo Star Finance Cabang Medan)

3 81 156

Eksekusi Di Bawah Tangan Objek Jaminan Fidusia Atas Kredit Macet Kepemilikan Mobil Di Lembaga Keuangan Non-Bank PT. Batavia Prosperindo Finance Cabang Medan

2 115 132

PERJANJIAN PEMBIAYAAN DENGAN JAMINAN FIDUSIA PADA PT.ASTRA SEDAYA FINANCE CABANG PADANG.

0 0 13

PEMBEBANAN JAMINAN FIDUSIA DALAM PERSPEKTIF HUKUM PERLINDUNGAN KONSUMEN (STUDI PADA PT. MEGA AUTO CENTRAL FINANCE CABANG PAYAKUMBUH).

0 2 30

Aspek Hukum Pembebanan Jaminan Fidusia Antara Perusahaan Pembiayaan Dengan Nasabah (Studi Pada PT. Dipo Star Finance Cabang Medan)

0 0 10

Aspek Hukum Pembebanan Jaminan Fidusia Antara Perusahaan Pembiayaan Dengan Nasabah (Studi Pada PT. Dipo Star Finance Cabang Medan)

0 0 2

Aspek Hukum Pembebanan Jaminan Fidusia Antara Perusahaan Pembiayaan Dengan Nasabah (Studi Pada PT. Dipo Star Finance Cabang Medan)

0 0 14

Aspek Hukum Pembebanan Jaminan Fidusia Antara Perusahaan Pembiayaan Dengan Nasabah (Studi Pada PT. Dipo Star Finance Cabang Medan)

0 0 38

Aspek Hukum Pembebanan Jaminan Fidusia Antara Perusahaan Pembiayaan Dengan Nasabah (Studi Pada PT. Dipo Star Finance Cabang Medan)

0 0 3