Pengaruh Ujian Nasional Terhadap Mutu Pendidikan (Studi Eksplanatif di SMAN 1 Bandar Perdagangan Kec. Bandar Kab. Simalungun)

(1)

PENGARUH UJIAN NASIONAL TERHADAP

MUTU PENDIDIKAN

(Studi Eksplanatif di SMAN 1 Bandar Perdagangan Kec. Bandar Kab. Simalungun)

SKRIPSI

Guna Memenuhi Syarat Akhir Untuk Memperoleh Gelar Sarjana

Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

OLEH

KASIATI

040901016

DEPARTEMEN SOSIOLOGI

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2008


(2)

ABSTRAKSI

Penelitian ini berangkat dari wacana tentang Ujian Nasional yang berfungsi sebagai alat pengendali pendidikan secara nasional dan pendorong peningkatan mutu pendidikan. Bahwasannya Ujian Nasional itu penting dan bahkan harus ada untuk perbandingan mutu lulusan suatu sekolah ataupun mutu pendidikan suatu daerah. Terlebih lagi di era otonomi daerah seperti sekarang ini, Ujian nasional sangat diperlukan sebagai alat kontrol mutu pendidikan karena otonomi dikhawatirkan akan menyebabkan sekolah berjalan sendiri-sendiri tanpa arah yang jelas. Disamping itu diasumsikan bahwa pengaruh Ujian Nasional terhadap sekolah akan sangat besar, salah satu pengaruhnya yaitu adanya persaingan antar sekolah, sehingga sekolah akan berpacu menggenjot siswanya belajar semaksimal mungkin dengan harapan untuk mendapatkan peringkat atas.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh ujian nasional terhadap mutu pendidikan dengan variabel antara proses belajar mengajar. Untuk memperoleh data sesuai dengan penelitian, digunakan metode kuantitatif dengan tehnik pengumpulan data yang dilakukan adalah penyebaran kuesioner kepada 134 responden. Adapun penentuan jumlah sampel berdasarkan rumus Suharsimi Arikunto serta tehnik pengambilan sampel yaitu metode sampling proporsional. Sedangkan untuk analisa datanya digunakan tabel tunggal, tabel silang, koefisien korelasi Pearson untuk mengetahui hubungan antar variabel serta uji t hitung untuk menguji signifikansinya.

Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat pengaruh antara variabel X ( ujian nasional ) dengan variabel Y ( mutu pendidikan ) serta variabel Z ( proses belajar mengajar ), yaitu hubungan yang kuat karena berada diantara 0,60 s/d 0,799. Begitu juga setelah dilakukan uji signifikansi menunjukkan bahwa hubungan antar variabel adalah signifikan karena nilai t hitung lebih besar dari t tabel ( 9,1279 > 1,960 ). Dengan demikian berarti Ho ditolak dan Ha diterima sehingga terdapat pengaruh antara ujian nasional dengan mutu pendidikan.


(3)

KATA PENGANTAR

Ucapan syukur kehadirat Allah SWT, dengan ridha-Nya yang begitu besar pada penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul” Pengaruh Ujian Nasional terhadap Mutu Pendidikan”. Sejalan dengan penulisan skripsi ini begitu banyak hikmah yang penulis terima terutama dalam hal kesabaran, ketekunan dan penyerahan diri pada Yang Kuasa. Disiplin dan kesabaran untuk memahami orang lain, kemampuan berfikir dan daya nalar, khususnya dalam penyelesaian skripsi ini, dimana semuanya itu merupakan pengalaman yang tidak terlupakan.

Penulis menyadari akan keterbatasan yang dimiliki, selama penulis menyelesaikan skripsi dan selama melaksanakan penelitian, dimana penulis banyak memperoleh bantuan semua pihak. Oleh karena itu dengan segala kerendahan hati izinkan penulis menghanturkan terima kasih dan penghargaan yang tulus kepada:

1. Bapak Prof. Dr. M. Arief Nasution. M.A sebagai Dekan FISIP-USU 2. Bapak Prpf. Dr. Badaruddin, M.Si sebagai Ketua Departemen Sosiologi 3. Ibu Dra. Rosmiani,M.A selaku sekretaris Departemen Sosiologi

4. Bapak Drs. Sismudjito, M.Si selaku dosen wali saya yang telah bersedia membimbing studi saya selama ini, dan sekaligus beliau sebagai dosen pembimbing saya yang telah banyak membantu penulis, membimbing, memberikan waktu, sumbangan pemikiran serta tenaga dalam memberikan saran dan kritik serta mengevaluasi sehingga skripsi ini berjalan dengan baik 5. selaku dosen penguji Satu


(4)

6. Seluruh staf pengajar dan administrasi FISIP-USU, khususnya Departemen Sosiologi saya ucapkan terima kasih

7. Rasa hormat dan cinta yang sedalam-dalamnya kepada ayahanda dan ibunda tercinta yang telah memberikan kasih sayang yang tidak ternilai, dorongan, doa, pengorbanan yang tidak henti-hentinya kepada penulis terutama dalam menyelesaikan skripsi ini. Begitu juga pada adikku satu-satunya (Andi), kakak, abang serta keponakan aku yang lucu-lucu yang secara tidak langsung memberi semangat kepada penulis

8. Terima kasih kepada seluruh keluarga (nenek, om, ibu, uwak, dan semua sepupu-sepupu aku.

9. Terima kasih kepada teman- teman yang sudah banyak membantu dalam penyelesaian skripsi ini khususnya anak-anak 04, Benny temen seperjuangan yang respect banget dalam memberikan masukan mulai dari penulisan proposal hingga penulisan skripsi ini, devi yang udah mau bantu ngetik, Nita sang alumni yang bisa dijadikan tempat bertanya, Imay, Wenny, Rini, Diana, Meipa, Reni cerewet, Titin, Burung, Dini, Ismi, Tika (PS), Ferika, Juni, Nova, Jeni, Rabanta, Herna, Flo, Kristina, Hesti, Helenta, Toeit, Dila, Ika, kiki, ira, Rosma, Yulianti, Heru, Rudi, Ikhsan, Abdi, Eko S, Otto, Robin, Citra, Faisal, Fakhrudin, Hardiansyah, Wildan, Suyadi, Idris, Alex, Wendi, Ari, Eko dan lain-lain, yang pastinya semua anak 04 makasih ya woi untuk semangatnya.


(5)

10. Terima kasih juga untuk senior-senior sosiologi 02, Sos 03, serta adik-adik Sos 05, Sos 06 dan Sos 07

11. Terima kasih juga untuk temen-temen penulis saat SMA, Fitri, Eko, Lokot, Candra, Tety, Hetty, Iril dan lain-lain yang juga memberi semangat dan doanya untuk penulis

12. Kepada kepala sekolah SMU Negeri 1 Bandar Perdagangan beserta guru-guru dan khususnya kepada adik-adik siswa/I kelas X, X1, X11 yang telah berkenan meluangkan waktunya untuk terlibat dalam penelitian ini

13. Kepada pihak-pihak yang tidak bisa disebutkan satu persatu, yang selama ini memberikan kontribusinya dan membantu penulis selama perkuliahan dan selam pembuatan skripsi

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih terdapat banyak kekurangan dan kelemahan dengan segala keterbatasan kemampuan yang penulis miliki. Oleh karenanya, segala masukan yang membangun sangat penulis hargai. Akhir kata, semoga skripsi ini dapat berguna dan bermanfaat bagi kita semua. Terima kasih.

Medan, mei 2008 Penulis

( )


(6)

DAFTAR ISI

ABSTRAKSI……….i

KATA PENGANTAR………...ii

DAFTAR ISI………...v

DAFTAR TABEL……….vi

BAB 1 PENDAHULUAN………..1

1.1.Latar Belakang Masalah………1

1.2.Perumusan Masalah………..5

1.3. Tujuan Penelitian……….6

1.4. Manfaat Penelitian………...6

1.5. Kerangka Teori………....6

1.6. Hipotesis……….11

1.7. Definisi Konsep………..11

1.8. Operasional Variabel………..12

BAB 11 TINJAUAN PUSTAKA………..15

BAB 111 METODOLOGI PENELITIAN Jenis Penelitian………...26

Lokasi Penelitian………26

Populasi dan Tehnik Penarikan Sampel……….27

Tehnik Pengumpulan Data……….28

TehnikAnalisa Data………....29

Jadwal Kegiatan………..32

Keterbatasan Penelitian………...33

BAB 1V HASIL DAN ANALISA PENELITIAN 4.1. Gambaran Umum Lokasi………34

4.2. Tabel Tunggal...………...46

4.2.1. Identitas Responden………..46

4.2.2. Ujian Nasional………..49


(7)

4.2.4. Mutu Pendidikan………...67 4.3. Tabel Silang …….………...72

4.3.1.Hubungan antara kemampuan mengerjakan soal – soal UN dengan waktu belajar dalam sehari ………72 4.3.2 Hubungan Kemampuan Memahami Pelajaran

denganPeningkatan Nilai………73 4.3.3.Hubungan Kemampuan Mengerjakan Soal UN dengan

Peningkatan Nilai………74 4.3.4 Hubungan Antara Waktu Belajar Sehari dengan

Kemampuan Mengerjakan Soal UN serta Peningkatan Nilai……….75 4.4. Analisis Data……….79 4.4.1. Hubungan Ujian Nasional dengan Mutu Pendidikan…….80 4.4.2. Hubungan Proses Belajar Mengajar dengan Ujian

Nasional………..83 4.4.3. Hubungan Proses Belajar Mengajar dengan Ujian

Nasional………..85 4.4.4. Hubungan Antara Ketiga Variabel Secara Bersamaan

……….87 BAB V PENUTUP

5.1. Kesimpulan………...88 5.2. Saran……….89 DAFTAR PUSTAKA


(8)

DAFTAR TABEL

Tabel 4.1. Luas sekolah serta penggunaannya……….35

Tabel 4.2. Fasilitas sekolah bardasarkan statusnya………..35

Tabel 4.3. Jumlah siswa berdasarkan jenis kelamin……….37

Tabel 4.4. Jumlah siswa berdasarkan jurusan………...38

Tabel 4.5. Jumlah siswa berdasarkan agama………38

Tabel 4.6. Persentase kelulusan………41

Tabel 4.7. Jumlah tenaga pengajar………42

Tabel 4.8. Tentang status guru dan pegawai……….43

Tabel 4.9. Jumlah guru tiap mata pelajaran………..43

Tabel 4.10. Struktur organisasi sekolah……….45

Tabel 4.11. Distribusi jawaban responden berdasarkan jenis kelamin…………..46

Tabel 4.12. Distribusi jawaban responden berdasarkan usia……….46

Tabel 4.13. Distribusi jawaban responden berdasarkan agama……….47

Tabel 4.14. Distribusi jawaban responden berdasarkan penghasilan orang tua……….47

Tabel 4.15. Distribusi jawaban responden berdasarkan kelas……….………….48

Tabel 4.16. Distribusi jawaban responden berdasarkan program studi yang sedang / akan diambil………48

Tabel 4.17. Distribusi jawaban responden tentang pengetahuan akan adanya ujian nasional………49

Tabel 4.18. Distribusi jawaban responden tentang pengetahuan akan adanya standarisasi nilai ……….49


(9)

Tabel 4.19. Distribusi jawaban responden tentang standarisasi nilai …………..50 Tabel 4.20. Distribusi jawaban responden tentang pengetahuan manfaat dari

standarisasi nilai………..50 Tabel 4.21. Distribusi jawaban responden tentang naiknya standarisasi nilai tiap tahun

ajaran baru………51 Tabel 4.22. Distribusi jawaban responden tentang pengetahuan adanya penambahan

mata pelajaran UN………51 Tabel 4.23. Distribusi jawaban responden tentang penambahan mata

pelajaran………52 Table 4.24. Distribusi jawaban responden dalam membaca / membahas soal-soal

UN……….52 Tabel 4.25. Distribusi jawaban responden dalam membandingkan soal – soal UN

dengan materi pelajaran sekolah………53 Tabel 4.26. Distribusi jawaban responden tentang kemampuan menyelesaikan soal –

soal UN……….53 Tabel 4.27. Distribusi jawaban responden tentang kesesuaian soal – soal UN dengan

materi sekolah………..54 Tabel 4.28. Distribusi jawaban responden tentang motivasi belajar terkait adanya

standar nilai………..54 Tabel 4.29. Distribusi jawaban responden tentang kecukupan waktu belajar untuk memahami pelajaran……….55 Tabel 4.30. Distribusi jawaban responden tentang cara menguasai materi


(10)

Tabel 4.31. Distribusi jawaban responden tentang kegiatan mengulang pelajaran di rumah ……….……….56 Tabel 4.32. Distribusi jawaban responden tentang lamanya waktu belajar dalam

sehari………56 Tabel 4.33. Distribusi jawaban responden tentang cara guru mengajar…………57 Tabel 4.34. Distribusi jawaban responden tentang kemudahan memahami pelajaran

yang diberikan guru………..57 Tabel 4.35. Distribusi jawaban responden tentang kesesuaian materi yang diujikan oleh guru………58 Tabel 4.36. Distribusi jawaban responden tentang adanya soal yang belum pernah

dijelaskan………..58 Tabel 4.37. Distribusi jawaban responden tentang system dalam memberi test

………..………59 Tabel 4.38. Distribusi jawaban responden tentang cara guru dalam memberi test

……….………59 Tabel 4.39. Distribusi jawaban responden tentang cara mengajar yang disukai

……….………60 Tabel 4.40. Distribusi jawaban responden tentang kemauan bertanya………….60 Tabel 4.41. Distribusi jawaban responden tentang keikutsertaan dalam

ekstrakurikuler……….61 Tabel 4.42. Distribusi jawaban responden tentang manfaat kegiatan tersebut


(11)

Tabel 4.43. Distribusi jawaban responden tentang les tambahan

disekolah………..62 Tabel 4.44. Distribusi jawaban responden tentang keharusan dalam mengikuti

les………..62 Tabel 4.45. Distribusi jawaban responden tentang kesepakatan terhadap les

tersebut……….63 Tabel 4.46. Distribusi jawaban responden tentang system

pembayarannya………....63 Tabel 4.47. Distribusi jawaban responden tentang tanggapan orang tua terhadap les

tambahan……….64 Tabel 4.48. Distribusi jawaban responden tentang pembayaran les

tersebut………....64 Tabel 4.49. Distribusi jawaban responden tentang les tambahan di luar

sekolah……….65 Tabel 4.50. Distribusi jawaban responden tentang intensitas kegiatan

les………65 Tabel 4.51. Distribusi jawaban responden tentang manfaat les

tersebut………66 Tabel 4.52. Distribusi jawaban responden tentang fasilitas sekolah………67 Tabel 4.53. Distribusi jawaban responden tentang kondisi fasilitas tersebut……67 Tabel 4.54. Distribusi jawaban responden tentang fungsi fasilitas………..68 Tabel 4.55. Distribusi jawaban responden tentang kelengkapan buku di


(12)

Tabel 4.56. Distribusi jawaban responden tentang minat baca siswa…………69 Tabel 4.57. Distribusi jawaban responden tentang program sekolah………….69 Tabel 4.58. Distribusi jawaban responden tentang perolehan nilai………70 Tabel 4.59. Distribusi jawaban responden tentang penghargaan terhadap

siswa………..70 Tabel 4.60. Distribusi jawaban responden tentang dukungan sekolah terhadap siswa

berbakat………...71 Tabel 4.61. Distribusi jawaban responden tentang prestasi sekolah………71 Tabel 4.62. Hubungan antara kemampuan mengerjakan soal – soal UN dengan waktu

belajar sehari………72 Tabel 4.63. Hubungan kemampuan memahami pelajaran dengan peningkatan

nilai………...73 Tabel 4.64. Hubungan kemampuan mengerjakan soal – soal UN dengan peningkatan

nilai………...74 Tabel 4.65. Hubungan Antara Waktu Belajar Sehari dengan Kemampuan


(13)

ABSTRAKSI

Penelitian ini berangkat dari wacana tentang Ujian Nasional yang berfungsi sebagai alat pengendali pendidikan secara nasional dan pendorong peningkatan mutu pendidikan. Bahwasannya Ujian Nasional itu penting dan bahkan harus ada untuk perbandingan mutu lulusan suatu sekolah ataupun mutu pendidikan suatu daerah. Terlebih lagi di era otonomi daerah seperti sekarang ini, Ujian nasional sangat diperlukan sebagai alat kontrol mutu pendidikan karena otonomi dikhawatirkan akan menyebabkan sekolah berjalan sendiri-sendiri tanpa arah yang jelas. Disamping itu diasumsikan bahwa pengaruh Ujian Nasional terhadap sekolah akan sangat besar, salah satu pengaruhnya yaitu adanya persaingan antar sekolah, sehingga sekolah akan berpacu menggenjot siswanya belajar semaksimal mungkin dengan harapan untuk mendapatkan peringkat atas.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh ujian nasional terhadap mutu pendidikan dengan variabel antara proses belajar mengajar. Untuk memperoleh data sesuai dengan penelitian, digunakan metode kuantitatif dengan tehnik pengumpulan data yang dilakukan adalah penyebaran kuesioner kepada 134 responden. Adapun penentuan jumlah sampel berdasarkan rumus Suharsimi Arikunto serta tehnik pengambilan sampel yaitu metode sampling proporsional. Sedangkan untuk analisa datanya digunakan tabel tunggal, tabel silang, koefisien korelasi Pearson untuk mengetahui hubungan antar variabel serta uji t hitung untuk menguji signifikansinya.

Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat pengaruh antara variabel X ( ujian nasional ) dengan variabel Y ( mutu pendidikan ) serta variabel Z ( proses belajar mengajar ), yaitu hubungan yang kuat karena berada diantara 0,60 s/d 0,799. Begitu juga setelah dilakukan uji signifikansi menunjukkan bahwa hubungan antar variabel adalah signifikan karena nilai t hitung lebih besar dari t tabel ( 9,1279 > 1,960 ). Dengan demikian berarti Ho ditolak dan Ha diterima sehingga terdapat pengaruh antara ujian nasional dengan mutu pendidikan.


(14)

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang

Indonesia merupakan negara berkembang yang masih baru membangun dan mengejar ketinggalan yang dirasakan akibat masa feodalisme penjajahan. Keberhasilan pembangunan sedikit banyak dipengaruhi oleh sumber daya alam yang melimpah yang dimiliki negara Indonesia, serta tidak kalah pentingnya yaitu sumber daya manusia sebagai subyek pelaksana pembangunan. Sejalan dengan itu Soetrisno (1986:3) menjelaskan bahwa ada suatu tuntutan murni masyarakat yang tidak pernah pudar yaitu pendidikan yang berkualitas dengan mutu pendidikan yang dapat diandalkan.

Pendidikan diartikan sebagai suatu proses sosialisasi dengan menanamkan pengetahuan, nilai dan norma kepada manusia yang diharapkan dapat berkreativitas menurut keinginannya dan mengaktualisasikan pribadinya. Sebagaimana juga dinyatakan dalam pasal 3 UU No. 20/2003 tentang sistem pendidikan nasional (Sisdiknas) bahwa fungsi pendidikan nasional adalah untuk mengembangkan kemampuan dan membentuk watak dan kepribadian yang luhur dan meningkatkan martabat bangsa. Oleh karena itu Pemerintah melakukan reformasi dibidang pendidikan agar out put yang dihasilkan satuan pendidikan dapat semakin meningkat kualitasnya dan mampu bersaing secara global.

Dasar hukum penyelenggaraan dari reformasi sistem pendidikan nasional adalah UU RI No. 20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional yang memuat visi, misi, fungsi, dan tujuan serta strategi pembangunan untuk mewujudkan


(15)

pendidikan yang bermutu, relevan dengan kebutuhan masyarakat dan berdaya saing dalam kehidupan global (UU Sisdiknas 2005:153-154). Kegiatan-kegiatan pokok yang dilaksanakan dalam program pendidikan nasional dalam upaya untuk mencapai tujuan dan sasaran program pembangunan pendidikan, diantaranya adalah meningkatkan standar mutu pendidikan nasional secara bertahap agar lulusannya mampu bersaing dengan lulusan di negara-negara lain. Oleh karena itu ditetapkan indeks angka kelulusan ujian akhir nasional yang tiap tahun terus ditingkatkan standar minimalnya.

Upaya Depdiknas dalam meningkatkan mutu pendidikan lewat standar Ujian nasional (UN) merupakan keinginan mulia yang pantas diberikan apresiasi positif, apalagi jika hasil UN yang merupakan alat ukur kelulusan siswa digunakan untuk mengukur objek yang memiliki karakteristik hampir sama (relatif homogen). Akan tetapi pendidikan di sekolah masih sangat heterogen, maka kesan yang muncul yakni memaksakan alat ukur yang sama pada objek yang berbeda dan pada akhirnya memicu rasa ketidakadilan.

Pada awal standard kelulusan dalam UN dicanangkan pada angka 3,01 untuk tahun ajaran 2002/2003, pemerintah tidak mendapatkan tanggapan kontra. Hal demikian bisa dipahami bahwa standar 3,01 dimungkinkan masih bisa diraih oleh hampir semua siswa. Tetapi pada tahun berikutnya dengan terbitnya keputusan Mendiknas No 153/U/2003 tentang Ujian Akhir Nasional dengan standar 4,01 hingga pada tahun 2008 standar nilai menjadi 5,25 menyebabkan munculnya berbagai pendapat kontra dan kritikan tajam. Demonstrasi menentang keputusan Mendiknas tak terelakkan. Asumsi yang mendasari kesemuanya itu pada umumnya adalah


(16)

kekhawatiran banyaknya yang akan tidak lulus, bila bercermin dari perolehan hasil UN pada tahun 2002/2003.

Aksi penolakan pelaksanaan UN juga terjadi di Sumatera Utara. Penolakan dilakukan dengan deklarasi bersama yang diikuti siswa, guru sekolah, guru besar perguruan tinggi, dewan perwakilan daerah, dewan perwakilan rakyat daerah ,lembaga swadaya masyarakat serta masyarakat umum. Para peserta aksi tersebut tergabung dalam Masyarakat Pendidikan Sumut (MPS) yang menyampaikan alasan penolakan UN diantaranya adalah dampak buruk UN terhadap hak pendidikan anak, dimana pada dasarnya ada tiga ranah yang diharapkan bisa dikuasai oleh siswa setelah mereka belajar dan menamatkan studinya pada jenjang pendidikan.

Pertama, kognitif (pengetahuan). Proses pendidikan yang dilalui siswa harus mampu memberikan perubahan pada peserta didik dalam hal pengetahuan, dari belum tahu menjadi tahu setelah melalui proses belajar. Kedua, afektif (sikap). Dengan bekal pendidikan yang di berikan kepada siswa, terutama dalam bidang studi tertentu, harus mampu memberikan perubahan sikap pada siswa. Ketiga, psikomotorik (keterampilan). Aspek afektif dan psikomotorik di anggap masih sangat minim didapat dari sistem pengajaran kita saat ini, apalagi dengan ditetapkannya standarisasi nilai dalam UN ,maka ranah yang mendominasi adalah ranah kognitif ,guru dan siswa lebih terfokus pada bidang studi dan terkesan mengabaikan bidang studi yang lain ,sehingga berkembang anggapan bahwa mata pelajaran UN merupakan doktrin terpenting bagi siswa. Bila ada salah satu mata pelajaran yang gagal ibarat hidup sudah gagal, meskipun pemerintah memberikan ujian ulangan


(17)

paket A untuk SD, paket B untuk SMP dan paket C untuk SMA bagi siswa yang gagal .

Disamping itu menurut Masyarakat Pendidikan Sumut (MPS),UN juga bertentangan dengan UU Sisdiknas 2003 pasal 51 tentang otoritas para guru untuk melakukan evaluasi atau memberikan penilaian secara otonom terhadap kemampuan siswa serta pasal 59 ayat 1 tentang pemerintah melakukan evaluasi terhadap satuan pendidikan bukan terhadap peserta (Analisa ,3 Nopember 2007).

Walaupun standar kelulusan yang dilakukan UN terus mendapatkan kritik, namun Depdiknas tetap melaksanakannya . Sebagaimana diamanatkan dalam UU No. 20/2003 yang menyebutkan bahwa evaluasi hasil belajar peserta didik dilakukan untuk menilai pencapaian standar nasional pendidikan dan mengukur pencapaian siswa dari proses pembelajaran .

Apabila kita lihat di Kabupaten Simalungun,yang merupakan salah satu kabupaten yang ada di Sumatera Utara diketahui bahwa berdasarkan pengamatan dinas pendidikan dan pengajaran, saat dilaksanakan UN dan ujian sekolah (US), perolehan angka sekolah negeri mulai dari tingkat SD, SMP dan SMA/SMK di Kabupaten Simalungun diperkirakan naik mencapai dua persen. Terutama hasil UN tingkat SMP yang semula dibawah standar propinsi (6,60) naik sebesar 0,28 sehingga berada diatas rata-rata target propinsi. Hasil rata-rata UN SD tingkat Simalungun hanya (6,88) sedangkan standar tingkat propinsi (6,63). Hasil nilai UN SMP sebesar (6,86) sementara rata-rata propinsi sebesar (6,67). Hasil UN SMA/SMK sebesar

(6,19) beda tipis dibanding standar propinsi sebesar (6,17)


(18)

Sarana pendidikan yang tersedia di Kabupaten Simalungun untuk tingkat SD sampai dengan SMA baik negeri maupun swasta berjumlah 1130 sekolah. Ditingkat SD jumlah sekolah negeri 838 sekolah, swasta sebanyak 77 sekolah.Ditingkat SLTP jumlah sekolah negeri 48 sekolah dan untuk tingkat SMA jumlah sekolah negeri 16 sekolah dan swasta sebanyak 28 sekolah (http://www.bainfokomsumut.go.id/online/open.php?id:simalungun).

Salah satu sekolah negeri yang ada di Kabupaten Simalungun adalah SMAN 1 Bandar. Sekolah ini merupakan salah satu sekolah negeri yang terbesar di Kabupaten Simalungun dan turut memberikan sumbangan terhadap nilai rata-rata hasil UN serta merupakan titik fokus dalam penelitian ini dengan metode yang ditatapkan pemerintah khususnya Depdiknas dalam upaya meningkatkan mutu pendidikan.

1.2.Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas maka yang menjadi perumusan masalah dalam penelitian ini adalah : Apakah ada pengaruh ujian nasional terhadap mutu pendidikan di sekolah SMAN 1 Bandar Perdagangan Kec.Bandar Kab.Simalungun?


(19)

1.3.Tujuan Penelitian

Tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah ada pengaruh Ujian Nasional terhadap mutu pendidikan di SMAN 1 Bandar Kec. Bandar Kab. Simalungun

1.4. Manfaat Penelitian

Adapun beberapa manfaat yang diharapkan dalam penelitian ini adalah - Manfaat praktis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan dalam dunia

pendidikan, khususnya lembaga pendidikan formal sehubungan dengan usaha dari lembaga pendidikan itu sendiri yang terus berusaha mencari model yang tepat bagi perkembangan dunia pendidikan di Indonesia .

- Manfaat teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan menjadi sumbangan bagi khasanah keperpustakaan yang bermutu, serta masukan-masukan penting bagi institusi pendidikan serta dapat memberikan kontribusi kepada mahasiswa lainnya yang akan melakukan penelitian

1.5.Kerangka Teori

Dalam kerangka teori peneliti akan menguraikan mengenai struktur sosial yang secara terperinci dijelaskan dalam struktur sosial dengan teori struktural fungsional. Teori struktural fungsionalisme mempelajari dan menerangkan kehidupan bermasyarakat dengan menguraikan konsekuensi-konsekuensi obyektif dari struktur


(20)

sosial bagi kehidupan, baik yang bersifat positif maupun yang negatif, yang disadari maupun tidak disadari .

Struktural fungsional juga memunculkan asumsi tentang hakekat manusia. Didalam fungsionalisme, manusia diperlukan sebagai abstraksi yang menduduki status dan peranan yang membantuk struktur sosial. Didalam perwujudannya, struktur fungsional memperlakukan manusia sebagai pelaku yang memainkan ketentuan-ketantuan yang telah dirancang sebelumnya sesuai dengan norma-norma / aturan-aturan masyarakat. Artinya manusia dibentuk oleh struktur sosial dimana ia hidup, yang didalam melakukan tindakannya manusia memiliki beberapa pilihan / alternatif yang secara sosial dimantapkan oleh tuntutan-tuntutan normatif. Dengan demikian manusia merupakan aktor-aktor yang memiliki kebebasan yang luas untuk melakukan apa yang meraka inginkan dan bukan sebagai robot-robot otomatis yang tindakan-tindakannya benar-benar telah ditentukan sebelumnya ( Poloma ,1987:45 ).

Pendekatan struktural fungsional dibangun atas asumsi bahwa masyarakat merupakan organisasi. Karena itu penekanan dari pendekatan ini pada umumnya diberikan kepada institusi sosial, dan pendidikan merupakan salah satu institusi sosial. Disamping itu teori ini cenderung memusatkan perhatian pada fungsi yang harus dipanuhi oleh setiap sistam yang hidup demi kelestariannya. Sekolah sebagai lembaga pendidikan merupakan sistem terbuka yang menerima berbagi masukan misalnya penyelenggaraan program pendidikan yang salah satunya adalah ujian nasional (UN). Talcott Parson dalam Doyle (1986:130-131) menawarkan konsep AGIL sebagai seperangkat prasayrat fungsional yang harus dipenuhi, yaitu:


(21)

Adaptation ( Adaptasi)

Merupakan keharusan bagi sistem untuk menghadapi lingkungannya. Harus terdapat suatu penyesuaian dari sistem itu terhadap tuntutan kenyataan yang keras yang mungkin tidak dapat diubah dari lingkungan, juga dapat dilakukan proses transformasi aktif dari situasi itu.

G- Goal Attainment ( Pencapaian Tujuan)

Tindakan diarahkan bukan untuk mencapai tujuan pribadi, individu, melainkan tujuan bersama para anggota dalam suatu sistem sosial.

Integration ( Integrasi)

Agar suatu sistem dapat berfungsi secara efektif, maka diperlukan adanya tingkat solidaritas diantara individu yang terlibat. Masalah integrasi merujuk pada kebutuhan untuk menjamin bahwa ikatan emosional yang mampu menghasilkan solidaritas dan kerelaan untuk bekerjasama dapat dikembangkan dan dipertahankan.

L- Latent Pattern Maintenance ( Pemeliharaan pola-pola yang latent)

Suatu sistem sosial diharapkan mampu mengatasi kemungkinan bahwa suatu saat para anggotanya akan merasa letih dan jenuh, yaitu dengan pemeliharaan fungsi laten.

Disamping menggunakan teori fungsional Parsons, peneliti juga menggunakan teori fungsional Robert K Merton yang menjelaskan bahwa analisis struktural fungsional memusatkan perhatian pada kelompok, organisasi, masyarakat dan kultur. Perbedaan analisa Parsons dan Merton terletak pada kajian Merton mengenai disfungsional serta fungsi manifest dan fungsi laten, dimana semua itu belum dijelaskan sebelumnya oleh Parsons. Merton dalam Ritzer (2004:142)


(22)

menyatakan bahwa setiap objek yang dapat dijadikan sasaran analisis struktural fungsional tentu mencerminkan hal yang standar (artinya terpola dan berulang ). Sasaran studi struktural fungsional antara lain adalah: peran sosial, pola institusional, proses sosial, pola kultur, emosi yang terpola secara kultural, norma sosial. Organisasi kelompok, struktur sosial, perlengkapan untuk pengendalian sosial dan sebagainya. Dimana struktur sosial lebih dipusatkan pada fungsi sosial ketimbang pada motif individual. Fungsi itu sendiri didefinisikan sebagai konsekuensi-konsekuensi yang dapat diamati yang dapat menimbulkan adaptasi atau penyesuaian dari sistem tersebut.

Dalam pembahasan mengenai struktur sosial. Merton dalam Kamanto (2000:186) mengemukakan bahwa dalam struktur sosial dan budaya dijumpai tujuan, sasaran dan kepentingan yang didefenisikan sebagai tujuan yang sah bagi seluruh atau sebagian anggota masyarakat. Institusi dan struktur budaya mengatur cara yang harus ditempuh untuk meraih tujuan tersebut. Menurut Merton struktur sosial tidak hanya menghasilkan perilaku konformis ,tetapi menghasilkan pula perilaku menyimpang nonkonform.

Merton juga mengemukakan konsep nonfunctions yang didefinisikan sebagai akibat-akibat yang sama sekali tak relevan dengan sistem yang sedang diperhatikan. Disamping itu Merton juga menjelaskan mengenai konsep fungsi nyata (manifest) dan fungsi tersembunyi (laten ). Fungsi manifest adalah konsekuensi- konsekuensi obyektif yang menyumbang pada penyesuaian terhadap sistem yang dimaksudkan dan diketahui oleh partisipan dalam sistem itu. Sedangkan fungsi laten adalah fungsi yang tidak dimaksudkan atau tidak disadari.


(23)

Ketika menjelaskan teori fungsional Merton dalam Ritzer (2004:142) menunjukkan bahwa struktur mungkin bersifat disfungsional untuk sistem secara keseluruhan. Dengan demikian tidak semua struktur diperlukan untuk berfungsinya sistem sosial, diman akibat yang tidak diharapkan tidak sama dengan fungsi yang tersembunyi. Fungsi tersembunyi adalah satu jenis dari akibat dari yang tak diharapkan, satu jenis fungsional untuk jenis tertentu. Tetapi ada dua tipe lain dari akibat yang tak diharapkan: yang disfungsional untuk sistem tertentu dan ini terdiri disfungsi tersembunyi dan yang tak relevan dengan sistem yang dipengaruhinya, baik secara fungsional atau disfungsional atau konsekuensi non fungsionalnya.

Prasyaratan analisa struktural Merton mencakup pengakuan sebagai berikut:

1. bahwa oleh karena proses diferensiasi struktur sosial dapat menimbulkan konflik sosial

2. bahwa ambivalensi sosiologis berkembang dalam struktur normatif dalam bentuk ketidaksesuaian harapan-harapan yang berpola

3. bahwa struktur sosial menimbulkan perubahan di dalam struktur-struktur dan perubahan struktur itu sendiri.


(24)

1.6. Hipotesis

Hipotesis merupakan proposisi yang akan diuji keberlakuannya atau merupakan suatu jawaban sementara atas pertanyaan penelitian (Prasetyo, 2005: 1976). Berdasarkan penjelasan teori diatas maka hipotesis dalam penelitian ini adalah:

Ho : tidak ada pengaruh UN terhadap mutu pendidikan

Ha : ada pengaruh UN terhadap mutu pendidikan

1.7. Defenisi Konsep

Untuk memperjelas maksud dan pengertian, serta menghindari timbulnya kesalahan penafsiran dalam penelitian maka perlu menguraikan batasan konsep yang digunakan. Adapun batasan konsep yang digunakan dalam penelitian ini adalah : UN : ujian yang dilakukan oleh siswa secara nasional sebagai syarat

menyelesaikan / menamatkan sekolah .Dalam hal ini UN yang dimaksud adalah ujian dimana soal-soalnya dan standar nilai kelulusannya ditentukan oleh pusat (Depdiknas).

Proses belajar mengajar: suatu proses yang mengandung usaha untuk memperoleh ilmu atau menguasai suatu keterampilan, berlatih (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2006 : 23).


(25)

Mutu : kualitas

Pendidikan : proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau sekelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan penelitian

Mutu pendidikan : kualitas dari hasil proses pengajaran . Dalam hal ini bagaimana kualitas / mutu sekolah terkait dengan ditetapkannya standarisasi nilai dalam UN .

1.8. Operasional Variabel

Definisi operasional merupakan gambaran teliti mengenai prosedur yang diperlukan untuk memasukkan unit-unit dalam kategori tertentu dari tiap-tiap variabel. Variabel adalah konsep yang secara empiris dapat diukur dan dinilai. Dalam penelitian kuantitatif secara umum terdiri dari dua (2) variabel yaitu variabel bebas (independent ) dan variabel terikat (dependent ) .Dalam penelitian ini yang menjadi variabel adalah sebagai berikut :

Bagan Alur Hubungan Antar Variabel

Ujian Nasional (X)

Proses Belajar Mengajar (Z)


(26)

Ket : X = Variabel bebas Z = Variabel antara Y = Variabel terikat

1.Variabel UN (ujian nasional ) sebagai variabel bebas .Indikator variabelnya adalah • Standarisasi nilai yaitu standar yang digunakan sebagai

pedoman penilaian dalam penentuan kelulusan peserta didik dari satuan pendidikan. Standarisasi nilai yang dimaksudkan adalah nilai standar yang ditetapkan oleh pusat ( Depdiknas ) untuk semua satuan pendidikan (sekolah), dimana nilai standar ini digunakan sebagai indikator untuk menentukan lulus atau tidaknya seorang siswa dalam UN (ujian nasional).

• Mata pelajaran yaitu bahan – bahan pelajaran yang diujikan

dalam ujian nasional. Dalam hal ini yang diujikan adalah mata pelajaran sesuai spesifikasi jurusan yang diambil.

• Soal – Soal ujian

2.Variabel proses balajar mengajar sebagai variabel antara Indikatornya adalah :

- Waktu belajar yaitu lamanya waktu yang digunakan untuk memperoleh ilmu atau untuk menguasai suatu keterampilan.


(27)

- Metode belajar yaitu cara yang digunakan untuk memperoleh ilmu atau untuk menguasai keterampilan.

- Metode mengajar yaitu cara yang digunakan dalam melatih, memberi atau menyampaikan pelajaran.

3 .Variabel mutu pendidikan, indikatornya adalah:

- Kualitas siswa yaitu kemampuan siswa dalam memahami pelajaran yang diberikan oleh guru.

- Sarana /fasilitas sekolah yaitu sarana untuk melancarkan pelaksanaan fungsi dan kemudahan dalam proses belajar mengajar di sekolah.


(28)

BAB 11

TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Struktural fungsional

Manusia sebagai makhluk sosial (zoon politicon) tidak dapat berdiri sendiri tanpa adanya lingkungan sekitarnya, sekaligus sebagai makhluk yang memiliki karakteristik dinamis dengan peradaban yang tumbuh dan berkembang diiringi dengan pertumbuhan ilmu pengetahuan dan teknologi. Dengan perubahan struktur masyarakat yang sangat bersahaja menuju masyarakat yang sangat rumit dan kompleks, secara spesifik memiliki keterkaitan dengan lembaga yang berkembang dimasyarakat yang berfungsi sebagai wadah bagi peradaban manusia.

Selanjutnya Talcott Parson dalam bukunya ” Structure and Process in Modern Societies ” mengatakan bahwa ” salah satu ciri struktur paling penting tentang suatu masyarakat terletak pada kemenonjolan organisasi-organisasi yang secara relatif berskala besar dengan fungsi-fungsi yang dikhususkan, yang secara agak longgar cenderung disebut birokrasi ”. Birokrasi bersinonim dengan organisasi, seperti lembaga pendidikan, ekonomi, pemerintah, agama, rumah sakit, dan sebagainya. Dalam organisasi ini, tingkah laku manusia diorientasikan kepada seperangkat aturan yang berdasarkan analisis sosiologi merupakan sesuatu yang hakiki ( Albrow,1989 : 97-98 ).

Penegasan lebih jauh dari pernyataan diatas dapat disimak melalui gagasan tentang konsep evolusi sosial (teori positivis organis Spencer), yang secara definitif menjelaskan bahwa masyarakat adalah organisme yang berdiri sendiri, berevolusi lepas dari kemauan dan bertanggung jawab kepada anggotanya, dan dibawah kuasa


(29)

suatu hukum (Veegar,1985:39). Dan memiliki hubungan dinamis antar bagian yang membentuk kearah keseragaman nilai yang mendasar dalam berbagai tingkat interpretasi warganya melalui aturan penanaman nilai sejak dini, melalui sistem pendidikan.

Menurut Durkheim dalam Faisal (1980:27), disini peran pendidikan merupakan alat untuk mengembangkan kesadaran diri dan kesadaran yang menjadi suatu paduan atau kesatuan yang stabil, disiplin dan utuh secara bermakna dimasyarakat. Jadi pendidikan merupakan suatu elemen yang dinamis dan tidak memandang bahwa pendidikan semata-mata sebagai alat merealisasikan cita-cita abstrak dan ideal dari suatu kebudayaan. Disamping itu juga sebagai suatu ikhtisar sosial yang ideal dan aktual mengikuti alur masyarakat sekaligus menentukan tipe-tipe pendidikan yang diselenggarakan dan diterima masyarakat.

Keberadaan pendidikan dimasyarakat secara sadar mengarahkan aktifitasnya dan mengorganisasikan departemen-departemennya dengan suatu cita-cita guna mengembangkan corak watak baru tertentu, sekaligus sebagai penyelamat dan pengontrol nilai dan norma yang berakar dimasyarakat. Untuk itu isi pendidikan harus relevan dengan tujuan luhur masyarakat.

Struktur suatu sistem pendidikan haruslah sesuai dengan tujuan yang hendak dicapainya. Untuk mencapai tujuan yang sudah ditetapkan penting untuk membicarakan struktur yang ada dengan kelebihan dan kelemahannya terlebih dahulu sebelum memutuskan tujuan umum yang realitas yang bisa diletakkan sepuluh atau lima belas tahun yang akan datang, perubahan apa yang perlu dilakukan dan berapa lama waktu yang diperlukan. Hal ini penting dilakukan, karena selain dapat


(30)

membantu dan menghambat kemajuan dari tujuan yang hendak dicapai, struktur sistem yang bisa mempengaruhi kegiatan belajar mengajar yang sebenarnya di sekolah.

Dalam hal ini struktur sekolah menengah dianggap lebih banyak variasi dibandingkan dengan struktur sekolah dibawahnya. Kriteria yang ditetapkan Proyek Penilaian Nasional Pendidikan (PPNP) sebagai suatu struktur yang baik bagi sistem sekolah lanjutan adalah:

1. Harus se-ekonomis mungkin yaitu pemakaian secara maksimal ruangan-ruangan khusus, peralatan dan staf pengajar serta penggunaan dana yang wajar untuk administrasi.

2. Harus mampu menyiapkan siswa untuk mengikuti pendidikan yang lebih tinggi atau terjun langsung kedalam lapangan kerja tanpa:

- Fungsi yang satu berbaur dengan fungsi yang lain.

- Menciptakan perbedaan yang tidak perlu akibat jenis pendidikan yang telah diterima siswa.

3. Bila menyangkut kegiatan penyaringan masuk sekolah maka sistem itu haruslah:

- Membuat penyaringan yang efektif atas dasar kecakapan .

- Memungkinkan dilakukan pemindahan siswa, baik itu karena kekeliruan dalam penyaringan maupun karena kehendak murid sendiri.

4. Harus mampu membawa perbaikan yang cepat dalam mutu pendidikan, yang untuk tujuan ini organisasi haruslah membuka kemungkinan bagi kerja


(31)

spesialisasi ditiap sekolah dibawah pimpinan tenaga-tenaga cakap untuk meningkatkan standar.

5. Struktur sekolah lanjut harus memungkinkan diadakannya percobaan dengan metode atau kurikulum dan penyesuaian tahap kondisi-kondisi setempat demi untuk memelihara persatuan nasional dan mengkoordinir berbagai bagian dari sistem pendidikan.

6. Struktur harus cocok dengan kondisi geografis, politik, sosial-ekonomi Indonesia (Beeby,1987:212-215).

Kebijakan Pemerintah dalam pendidikan yang sedang gencar akhir – akhir ini adalah pelaksanaan standarisasi kelulusan melalui UN sebagaimana diamanatkan dalam UU No. 20/2003 yang menyebutkan bahwa evaluasi hasil belajar peserta didik dilakukan untuk menilai pencapaian standar nasional pendidikan. UN merupakan sebuah instrumen yang digunakan untuk mengukur pencapaian siswa dari proses pembelajaran. Artinya, UN merupakan instrumen yang terstandar untuk melihat output pendidikan. Dengan sendirinya, output pendidikan telah distandarkan dengan adanya UN yang dilakukan secara nasional. Penentuan kelulusan peserta didik telah mengalami beberapa kali perubahan hingga akhirnya pada keputusan standarisasi nilai dalam UN. Berikut adalah kilas balik penentuan kelulusan peserta didik, yaitu:

Pada tahun pelajaran 1975/1976 sampai tahun pelajaran 1982-1983 penilaian yang digunakan dalam penentuan kelulusan diserahkan seluruhnya kepada sekolah masing-masing mulai dari alat evaluasi (soal-soal), pemeriksaan, penetapan nilai sampai penentuan lulus atau tidaknya seorang siswa. Mengenai kriteria lulus adalah


(32)

“nilai mata pelajaran pendidikan agama, pendidikan moral Pancasila (PMP) dan Bahasa Indonesia minimal 6 dan rata-rata nilai minimal 6,00”.

Pada tahun pelajaran 1983/1984 sampai tahun pelajaran 2000/2001 penilaian digunakan dalam penentuan kelulusan adalah nilai Ebta (Evaluasi belajar tahap akhir) digabung dengan nilai-nilai lain selama berada di kelas terakhir. Ebta berlaku bagi SD, SMP/SLTP dan SMA/SMU . Dalam Ebta ada dua macam soal yaitu soal yang berasal dari DEPDIKBUD Pusat yang disebut Ebtanas (Evaluasi belajar akhir nasional) yaitu untuk SD lima mata pelajaran, SMP/SLTP enam mata pelajaran dan SMA/SMU tujuh mata pelajaran sedangkan sisanya menjadi kewenangan sekolah (Ebta sekolah). Mengenai kriteria kelulusan sama dengan tahun-tahun sebelumnya namun pada tahun 1994 PMP berubah menjadi PPKN.

Pada tahun pelajaran 2001/2001 Ebta/Ebtanas diganti dengan ujian akhir nasional (UAN) untuk SLTP, SMU/SMA. Untuk SD disebut ujian akhir sekolah (UAS) untuk SLTP dan SMU mata pelajaran yang diujikan sama dengan yang di Ebtakan soal-soal kewenangan DEPDIKNAS Pusat sama dengan yang di Ebtanaskan, sedangkan lebihnya kewenangan sekolah baik kewenangan pusat maupun soal kewenangan sekolah semua disebut UAN. Mengenai kriteria kelulusan adalah rata-rata nilai UAN minimal 6,00 jadi penilaian yang digunakan dalam penentuan kelulusan adalah UAN murni.

Pada tahun pelajaran 2002/2003 terjadi perubahan mendasar dalam UAN yaitu jumlah mata pelajaran yang soalnya menjadi kewenangan DEPDIKNAS pusat tinggal tiga mata pelajaran. Sistem penilaian kelulusan sama dengan tahun 2001/2002 akan tetapi bagi siswa yang tidak lulus diberikan kesempatan mengikuti ujian ulang.


(33)

Mengenai kriteria kelulusan, sama dengan tahun sebelumnya akan tetapi ada standar nilai minimal untuk setiap mata pelajaran yaitu 3,01.

Untuk tahun pelajaran 2003/2004 UAN tetap dilaksanakan. Soal-soal yang menjadi kewenangan pusat masih sama dengan UAN 2002/2003 yaitu tiga mata pelajaran. Namun ada perbedaan yang mendasar yaitu terjadi perubahan nomenklatur untuk SLTP berubah menjadi SMP dan SMU berubah menjadi SMA, standarisasi untuk setiap mata pelajaran adalah 4,01 dan sistem penilaian mata pelajaran yang dipraktikan dimana tahun sebelumnya diadakan penggabungan ujian tertulis dan nilai ujian praktik sedangkan tahun ini masing-masing sendiri.

Untuk tahun ajaran 2004/2005 standarisasi untuk tiap mata pelajaran adalah 4,25 dan yang diujikan adalah 3 mata pelajaran. Tahun 2005/2006 standarisasi untuk tiap mata pelajaran adalah 4,50 dan yang diujikan juga 3 mata pelajaran. Sama halnya dengan tahun 2006/2007 hanya standarisasi menjadi 5,01. Tahun ajaran 2007/2008 standarisasi nilai menjadi 5,25 dimana mata pelajaran yang diujikan menjadi enam mata pelajaran yaitu, untuk IPA ( bahasa Indonesia, matematika, Bahasa inggris, Fisika, Kimia, Biologi ) dan untuk IPS ( Bahasa Indonesia, Ekonomi, Bahasa inggris, Sosiologi, Geografi, Sejarah ).

Standarisasi nilai dalam UN terbilang sistem baru dalam dunia pendidikan yang perlu juga memenuhi prasyarat fungsional yang diajukan oleh Parsons, yaitu: Adaptation ( Adaptasi)

Berkaitan dengan hal ini, ujian nasional dengan standar nilai kelulusan merupakan suatu yang terbilang baru dalam dunia pendidikan yang harus beradaptasi dengan dunia pendidikan itu sendiri.


(34)

G- Goal Attainment ( Pencapaian Tujuan)

Standarisasi kelulusan dalam ujian nasional tersebut dibuat untuk kepentingan bersama diantaranya untuk meningkatkan kualitas lulusan dan satuan pendidikan yang diharapkan nantinya berguna bagi dirinya maupun bangsa Indonesia secara umum, sehingga tindakan yang dilakukan memang benar-benar untuk tujuan bersama.

I- Integration ( Integrasi)

Solidaritas ini dapat dilakukan antara siswa, guru, orang tua, maupun pemerintah agar sistem standarisasi kelulusan dapat berjalan dengan baik. Solidaritas dalam hal saling mendukung tercapainya standarisasi kelulusan dalam ujian nasional dapat berupa dorongan untuk siswa atau saling bekerja sama diantara siswa, guru, orang tua dan pemerintah, misalnya guru memberikan pengajaran yang bagus untuk siswa, orang tua memberikan semangat dan pemerintah memenuhi fasilitas-fasilitas yang diperlukan sekolah.

L- Latent Pattern Maintenance ( Pemeliharaan pola-pola yang latent)

Suatu sistem sosial diharapkan mampu mengatasi kemungkinan bahwa sutu saat para anggotanya akan merasa letih dan jenuh, yaitu dengan pemeliharaan fungsi laten. Dalam pendidikan itu sendiri khususnya sekolah harus memelihara fungsi-fungsi latent itu, misalnya memberikan penghargaan bagi siswa berprestasi agar semua siswa tidak jenuh untuk mengikuti proses belajar dan ujian nasional dengan standarisasi kelulusan tidak menjadi sesuatu yang dianggap menakutkan karena pengusaaan terhadap setiap materi pelajaran setiap harinya.


(35)

Tidak dapat dipungkiri bahwa perubahan sistem kelulusan UN dapat mengubah sendi – sendi manajemen pada operasional belajar mengajar di sekolah. Prinsip dasar dalam proses belajar mengajar (PBM) itu sendiri adalah memberdayakan semua potensi yang dimiliki siswa sehingga mereka mampu meningkatkan pemahamannya terhadap fakta / konsep / prinsip dalam kajian ilmu yang dipelajarinya yang akan terlihat dalam kemampuannya untuk berfikir logis, kritis dan kreatif. Prinsip dasar proses belajar mengajar lainnya yaitu: berpusat pada siswa, mengembangkan kreatif siswa, penciptaan kondisi menyenangkan dan menantang, mengembangkan beragam kemampuan yang bermuatan nilai, menyediakan pengalaman belajar yang beragam dan belajar melalui berbuat (http:/www.puskur.net/index.php?menu=profil&pro=113&iduser=5)

Kebijakan Sentralisasi sektor pendidikan secara teoritik memang memudahkan untuk melakukan kontrol terutama pencapaian standar mutu yang diharapkan. Akan tetapi pada kenyataannya, etos guru dalam mengajar tidak semuanya sesuai harapan. Dampak yang muncul dari sentralisasi dan standarisasi kelulusan secara nasional tersebut jelas terlihat disekolah. Para kepala sekolah, guru, siswa dan juga orang tua terkena dampak dari UN yang menggunakan standarisasi kelulusan.

Para pendidik terutama kepala sekolah senantiasa dihadapkan pada pemikiran persentase kelulusan siswa. Bahkan bisa saja tingkat kelulusan ini berimplikasi negative pada jabatan kepala sekolah apabila tidak memenuhi target yang sudah ditetapkan. Begitu juga setiap guru tidak ingin dianggap gagal sehingga mereka pun bekerja ekstra. Para guru bidang studi UN ini berupaya memberikan materi pelajaran


(36)

sesuai tuntutan kurikulum dan memprediksi soal – soal yang bakal muncul pada saat UN. Disamping itu sekolah juga mengambil kebijakan untuk mengadakan terobosan dengan waktu tambahan diluar jam pelajaran regular.

Hal tersebut yang menyebabkan munculnya anggapan bahwa persoalan pendidikan yang sembraut selama ini diduga karena keterlibatan birokrasi yang begitu kuat. Zamroni dalam Muhyi (2004:122-123) mengemukakan: “ birokrasi pusat cenderung menekankan proses pendidikan secara klasikal yang bersifat mekanistik. Dengan demikian proses pendidikan cenderung diperlakukan sebagai mana sebuah pabrik. Satuan pendidikan sebagai penyelenggara pendidikan terkontaminasi oleh sistem yang begitu kuat mencengkram kebijakan apapun terhadap pendidikan. Sehingga satuan-satuan pendidikan dipaksa untuk mengikuti adanya penyeragaman baik dalam hal kurikulum, perilaku guru dan pola managemen yang terpusat.

Merton juga menjelaskan mengenai konsep fungsi nyata (manifest)dan fungsi tersembunyi (laten). Fungsi manifest adalah konsekuensi – konsekuensi obyektif yang menyumbang pada penyesuaian terhadap sistem yang dimaksud dan diketahui oleh partisipan dalam sistem itu. Sedangkan fungsi laten adalah fungsi yang tidak dimaksudkan atau tidak disadari. Upaya Depdiknas meningkatkan mutu pendidikan lewat standar kelulusan dalam UN merupakan keinginan mulia yang pantas diberikan apresiasi positif. Disatu sisi Depdiknas menginginkan output pendidikan yang berkualitas, dipihak lain kemampuan merealisasikan anggaran pendidikan masih rendah. Hal ini berarti bahwa upaya membangun dunia pendidikan masih jauh dari tuntutan perubahan.


(37)

Pelaksanaan UN dengan standar kelulusan dan kualifikasi kesulitan materi ujian yang tidak terverifikasi kurang memiliki nilai akuntabilitas publik dan aksesibilitas edukasi, karena mutu sekolah yang komplit fasilitasnya berpeluang meluluskan siswanya lebih besar dibandingkan sekolah yang minus anggaran dan fasilitasnya, sehingga tidak jarang pelaksanaan UN menyebabkan kontra pihak – pihak tertentu.

Suatu kondisi yang memang wajar bahwa adanya reformasi baru di bidang pendidikan akan melahirkan dua belahan sikap, yaitu mereka yang menerima dan menolak reformasi itu. Suara-suara penolakan akan tetap ada, betapapun baiknya konsep dan aplikasi reformasi itu dikemas. Sepanjang kebutuhan akan reformasi itu harus diterima secara apa adanya, setidaknya sedikit para edukator akan berargumen bahwa kondisi atau kecenderungan yang ada saat ini sesungguhnya layak untuk dipertahankan. Ketakutan mereka yang terutama adalah ketakutan kalau-kalau reformasi itu hanya sebatas mengubah konformitas ke mandat kebijakan ketimbang berbasis pada kebutuhan edukasional anak ( Sudarwan, 2003: 51).

2.2 Ujian Nasional dan Motivasi Berprestasi

Dengan adanya UN sebagai pertimbangan kelulusan, siswa suka atau tidak suka tidak punya pilihan lain kecuali berusaha belajar sesuai dengan potensi yang dimiliki, dan tidak dapat dipungkiri jika siswa termotivasi karenanya. Motivasi berprestasi oleh Mc. Clelland dalam Suwarsono (1991:28) menjelaskan apa yang disebut sebagai kebutuhan berprestasi yaitu keinginan yang kuat untuk mencapai prestasi gemilang yang dikerjaakannya melalui penampilan kerja yang baik dengan


(38)

selalu berfikir dan berusaha untuk menemukan cara-cara baru untuk memperbaiki kualitas kerja yang dicapainya, sama halnya dalam proses belajar mengajar.

Seseorang bisa disebut memiliki kebutuhan berprestasi yang kuat apabila seseorang berfikir tentang bagaimana meningkatkan situasi sekarang ke arah yang lebih baik, dan hendaknya melaksanakan tugas-tugas yang dihadapinya dengan cara yang lebih baik. Disamping itu hendaknya para pengambil dan penentu kebijaksanaan negara tidak lagi membatasi lingkup investasi dananya pada pembangunan prasarana dasar ekonomi, tetapi hendaknya mulai melakukan investasi pada pengembangan sumber daya. Hal tersebut nampak dari hasil lapangan bahwa responden mengikuti les tambahan dan bimbingan belajar untuk menambah atau memperdalam kembali pengetahuan yang telah diperoleh di sekolah.

Pada kaitannya dengan Ujian Nasional, nilai standar yang ditentukan oleh pusat merupakan upaya memperbaiki kondisi pendidikan di Indonesia menuju ke arah yang lebih baik lagi. Dan nilai standar yang dilaksanakan melalui penyelenggaraan UN dapat berfungsi sesuai yang diharapakan oleh pemerintah yaitu sebagai pengendali mutu yang bermuara pada pengembangan SDM di Indonesia, dan hendaknya ujian nasional ini punya ruh yang mampu memberikan motivasi berprestasi dan berkompetisi antar siswa serta guru-gurunya.Hal ini juga tampak dari data lapangan bahwa adanya ujian nasional membuat responden termotivasi sebanyak 107 orang (79,85 %) dari 134 responden.

Dalam menaikkan skala kebutuhan berprestasi ( motivasi berprestasi), Mc. Clelland cenderung lebih menekankan dari lingkungan keluarga, khususnya pada tahapan proses pembimbingan anak, yaitu:


(39)

a. Orang tua hendaknya menentukan standar motivasi yang tinggi pada anak-anaknya, misalnya melalui pengharapan agar anaknya memiliki prestasi yang gemilang di sekolah kemudian memiliki pekerjaan yang mapan dan menjadi dikenal di masyarakat

b. Hendaknya orang tua lebih menggunakan metode memberikan dorongan dan hubungan yang hangat dalam sosialisasi dengan anak-anak mereka. Orang tua hendaknya memberikan dorongan dan perhatian yang cukup dan memberikan ganjaran yang memadai jika memang anak-anak mereka mampu mencapai dan menyelesaikan beban yang diberikan oleh orang tua mereka c. Orang tua hendaknya tidak bersikap otoriter. Orang tua tidak

diharapkan memanjakan atau berinisiatif sendiri demi kebutuhan-kebutuhan yang diperlukan oleh anak-anaknya, tetapi justru sebaliknya, mereka hendaknya memberikan kesempatan kepada anak-anaknya untuk mengambil inisiatif dan menetukan cara-caranya sendiri untuk mengatasi persoalan yang dihadapinya (Suwarsono, 1991:31-32)

Dalam kasus ini, tidak hanya kepala sekolah maupun guru saja yang berusaha meningkatkan motivasi berprestasi seorang siswa agar dapat mencapai nilai standar, akan tetapi orang tua juga memiliki andil dalam memberikan dorongan bagi anaknya dalam urusan/ masalah pendidikan sekolahnya.


(40)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian eksplanatif dengan menggunakan pendekatan kuantitatif yaitu penelitian untuk mendeteksi sejauh mana variabel bebas mempengaruhi variabel terikat. Penelitian eksplanatif ini bertujuan untuk menguji hubungan antar variabel yang dihipotesiskan yakni untuk mengetahui apakah suatu variabel berasosiasi ataukah tidak dengan variabel lainnya, ataukah suatu variabel disebabkan atau dipengaruhi atau tidak oleh variabel lainnya ( Faisal ,1998:21 ).

3.2. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di kota Perdagangan yaitu di SMA Negeri 1 Bandar Perdagangan. Adapun alasan pemilihn tempat ini adalah:

2. SMA N 1 Bandar merupakan salah satu sekolah paling besar di Kota Perdagangan

3. SMA N 1 Bandar merupakan sekolah yang mempunyai jumlah siswa paling banyak di kota Perdagangan

4. SMA N 1 merupakan asal pendidikan peneliti sehingga dapat memperoleh akses yang lebih baik dengan pihak sekolah, ditambah lagi peneliti masih dikenali oleh beberapa guru yang masih aktif mengajar.


(41)

3.3. Populasi dan Teknik Penarikan Sampel

Populasi adalah keseluruhan gejala /satuan yang ingin diteliti (Prasetyo,2005:119). .Populasi yang diambil dalam penelitian ini adalah para siswa di SMAN 1 Bandar Perdagangan. Dalam penelitian ini populasinya sebanyak 1335 orang yang terbagi atas :

Siswa kelas 1 :536 orang Siswa kelas 2 :413 orang Siswa kelas 3 :386 orang

Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti dan dianggap dapat menggambarkan populasinya. Dengan jumlah populasi diatas akan diambil sample sebagi respondenyang akan diambil sebagai sumber informasi penelitian ini. Dasar pengambilan sampell dalam penelitian ini berdasarkan pendapat Suharsimi Arikunto, yang menyatakan: bahwa untuk sekedar ancar-ancar apabila subjeknya kurang dari 100 maka lebih baik diambil semua sebagai sample sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi. Selanjutnya jika subjeknya besar dapat diambil sampelnya 10%-15% atau 20%-25% (Arikunto, 1991: 107). Dan dalam penelitian ini peneliti mengambil sample 10% dari populasi: Jadi jumlah sampelnya adalah:

10 x 1335 =133,5 = 134 orang 100

Kelas X : 536 x 10% = 53,6= 54 orang Kelas X1 : 413 x 10% = 41,3= 41 orang Kelas X11 : 386 x 10% = 38,6= 39 orang


(42)

3.4. Teknik Pengumpulan Data

Data penelitian dapat digolongkan menjadi dua bagian yaitu data primer dan data sekunder. Dimana data tersebut diperoleh dengan menggunakan teknik pengumpulan data yang biasa digunakan dalam penelitian. Dalam penelitian ini digunakan teknik pengumpulan data sebagai berikut:

Studi kepustakaan: Yaitu teknik pengumpulan data atau informasi yang menyangkut masalah yang diteliti dengan mempelajari dan menelaah buku ,majalah atau surat kabar dan bentuk tulisan lainnya yang ada relevansinya dengan masalah yang diteliti . Studi lapangan : Yaitu teknik pengumpulan data melalui penelitian langsung dengan turun kelokasi penelitian untuk mencari fakta/data-data yang berkaitan dengan masalah yang diteliti ,yaitu dengan cara :

-Observasi, yaitu pengamatan langsung terhadap objek yang diteliti untuk mendapatkan gambaran yang tepat mengenai objek penelitian .

-Kuesioner, yaitu teknik pengumpulan data dengan menyebarkan angket yang berisi pertanyaan yang diajukan secara tertulis kepada siswa sebagai responden .

-Dokumentasi, yaitu teknik pengumpulan data yang tidak langsung ditujukan pada subjek penelitan, namun melalui dokumen .Dalam penelitian ini peneliti memerlukan dokumen dari sekolah tentang jumlah siswa dan lain-lain yang dapat mendukung penelitian ini .


(43)

3.5. Teknik Analisis Data

Dalam menganalisa data ini peneliti juga menggunakan fasilitas SPSS untuk mempermudah, mempercepat pengolahan. Data-data yang diperoleh dari observasi akan dikelolah dan dipergunakan untuk mendapatkan penjelasan data secara khusus ,yang berfungsi melengkapi data-data yang diperlukan .

Untuk melihat hubungan antara variabel digunakan rumus koefisien korelasi sebagai berikut :

r =

(

)( )

(

)

{

2 2

}

{

2

( )

2

Y N X N X -XY N

X Y

Y

Kemudian untuk menguji korelasi dari ketiga variabel yang diteliti,peneliti menggunakan rumus Parsial sebagai berikut :

r =

( )

( )

(

2

) (

2

)

1

1 zy zx

zx zy xy r r r r r − − − −

Keterangan : rxy= Koefisien korelasi antara X dan Y

zy

r =Koefisien korelasi antara Z dan Y

xz

r =koefisien korelasi antara X dan Z

Dari hasil perhitungan diatas akan diketahui tingkat hubungan / kuat lemahnya hubungan.


(44)

Langkah selanjutnya adalah menguji kesignifikan dari rumus yang digunakan digunakan rumus sebagai berikut :

t =

2

r -1

3 -n r

Dari hasil perhitungan kemudian nilai t hitung dibandingkan dengan nilai t tabel, jika harga t hitung lebih besar dari t tabel maka Ho ditolak dengan kata lain ada korelasi antara variabel penelitian.


(45)

3.6. Jadwal Kegiatan

No Jenis Kegiatan Bulan ke

2 3 4 5 6 7 8 9 10

1 Pra Observasi

2 ACC Judul √

3 Penyusunan Proposal

Penelitian

√ √

4 Seminar Penelitian √

5 Revisi Proposal Penelitian √

6 Penyerahan Hasil Seminar Proposal

7 Operasional Penelitian √

8 Bimbingan √ √ √ √

9 Penulisan Laporan Akhir √


(46)

3.7. Keterbatasan Penelitian

Keterbatasan dalam penelitian ini disebabkan oleh terbatasnya kemampuan dan pengalaman yang dimiliki oleh peneliti untuk melakukan kegiatan penelitian ilmiah. Kendala yang dihadapi adalah terbatasnya waktu, berhubungan dengan tempat penelitian yang merupakan instansi pendidikan, dimana peneliti mengalami kendala dalam menentukan waktu yang tepat untuk peneliti menyebarkan angket kepada responden, karena ketika peneliti melakukan penelitian berbenturan dengan waktu belajar responden. Disamping itu peneliti juga memperhatikan bahwa dalam menjawab pertanyaan yang dibagikan melalui angket, seringkali responden saling bekerja sama dalam menjawabnya.


(47)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Deskripsi Lokasi Penelitian

4.1.1.Sejarah Sekolah

Lokasi penelitian adalah SMA Negeri I Perdagangan ayng beralamat di Jalan Kuala Tanjung No. 10 Perdagangan. Sekolah ini didirikan pada tanggal 08 Agustus 1965. Sekolah SMA Negeri terletak di daerah perkotaan. Pada awalnya sekolah SMA Negeri 1 Bandar terbagi dalam dua lokasi. Lokasi pertama terletak di jalan Kuala Tanjung sebagai pusat sekolah. Dimana lokasi ini digunakan untuk siswa-siswi kelas X1 dan kelas X11. Lokasi kedua terletak di jalan Sandang Pangan yang digunakan untuk siswa-siswi kelas X.

Pada tahun 1998, sekolah SMA Negeri 1 Bandar melakukan rehabilitasi berat dengan penambahan jumlah kelas sebanyak 7 ruangan dengan sumber dana APBN. Rehabilitasi ini berkaitan dengan rencana disatukannya dua lokasi sekolah tersebut menjadi satu lokasi. Kemudian pada tahun 2003, sekolah ini kembali melakukan rehabilitasi ringan yaitu penambahan 3 ruang kelas dengan sumber dana APBN, dan pada tahun 2003 tersebut sekolah SMA Negeri 1 Bandar menjadi satu tempat yaitu di jalan Kuala Tanjung No.10 Perdagangan.


(48)

4.1.2.Luas Sekolah

Sekolah SMA Negeri I Bandar memeliki luas tanah serta penggunaannya seperti dalam tabel berikut :

Tabel 4.1. Luas sekolah serta penggunaannya

Status Kepemilikan

Luas Tanah Seluruhnya

Penggunaan

Bangunan Halaman L. O. Raga Kebun Lain-lain

M2 M2 M2 M2 M2 M2

Sertifikat - - - -

Belum 9,972 3,624 6,346 - - -

Bukan Milik - - - -

Sumber Data SMA Negeri 1 Bandar tahun 2008

Dari data diketahui bahwa tidak ada spesifikasi berapa luas dari lapangan olah raga, kebun dan lain-lain, namun semua dihitung dalam satu kesatuan luas halaman sekolah yaitu 6,346 M2.

4.1.3.Fasilitas Sekolah

SMA Negeri I Bandar juga menyediakan ruang-ruang lain disamping ruang belajar, sebagai berikut :

Tabel 4.2. Fasilitas sekolah berdasarkan statusnya

No Ruang

Gedung

Pemerintah K. Sekolah Di – sewa Permanen Semi Permanen Ya Tidak Ya Tidak Ya Tidak Ya Tidak Ya Tidak

1 Kantor Ya

2 UKS

3 Perpustakaan Ya

4 Laboratorium Ya

5 BP Ya

6 Guru Ya

7 Kepsek Ya


(49)

Dari data diatas diketahui bahwa semua fasilitas yang ada di SMA Negeri 1 Bandar adalah gedung atau bangunan yang permanen. Fasilitas tersebut digunakan demi kelancaran proses belajar mengajar di sekolah.

4.1.4. Ruang Kelas

Sekolah SMA Negeri 1 Bandar menyediakan 47 ruangan dengan perincian sebagai berikut

- Ada 34 kelas untuk ruang belajar,yang terdiri dari 14 (empat belas ) ruang belajar untuk kelas X, 10 (sepuluh) ruang belajar untuk kelas XI dan 10 (sepuluh) ruang belajar untuk untuk kelas XII. Rumpun mata pelajarannya adalah untuk jurusan Ilmu Alam atau IPA, dan untuk jurusan Ilmu Sosial atau IPS, dimana siswa-siswi telah menentukan jurusan yang diambil pada saat duduk dikelas XI. Disamping itu ada sistem kelas berdasarkan prestasi atau jumlah nilai siswa, kelas tersebut dinamakan kelas plus yang biasanya identik dengan kata satu, misalnya kelas X 1, XI 1, IPA 1 dan IPS 1. Kelas tersebut untuk siswa-siswa dengan kriteria nilai lebih tinggi jika dibandingkan dengan siswa-siswa dikelas yang lain.

- Ada 4 ruangan untuk laboratorium yang terdiri dari :1 ruang loboratorium IPA,1 ruang laboratorium komputer dan 2 ruang laboratorium TIK.

- Ruang koperasi - Ruang guru


(50)

- Ruang BP - Aula

- Perpustakaan - Mushala

- Gudang (2 ruangan),disamping itu juga tersedia beberapa WC dan kantin.

4.1.5. Jumlah Siswa

Dilihat dari jumlah muridnya, sekolah SMA Negeri I Bandar merupakan sekolah yang terbesar di Kabupaten Simalungun. Berikut ini adalah jumlah siswa di SMA Negeri I Bandar pada tahun 2008.

Tabel 4.3. Jumlah siswa kelas X, kelas XI, kelas XII berdasarkan jenis kelamin

Kelas Siswa Jumlah Jumlah

Kelas Laki-laki Perempuan

X 187 349 536 14

XI 117 296 413 10

XII 133 253 386 10

Jlh 437 898 1335 34

Sumber Data SMA Negeri 1 Bandar tahun 2008

Di SMA Negeri I Bandar memiliki 2 spesifikasi jurusan yaitu jurusan Ilmu Alam (IPA) dan Ilmu Sosial (IPS), dan siswa – siswi diharuskan memilih jurusannya ketika duduk di kelas XI. Berikut ini jumlah siswa berdasarkan jurusan yang dipilihnya.


(51)

Tabel 4.4. Jumlah siswa kelas X, kelas XI, kelas XII berdasarkan jurusan dan jenis kelamin

Kelas Jurusan

IPA IPS IPB Jumlah

L P L P L P L P

X - - - 187 349

XI 55 146 62 150 - - 117 296

XII 60 125 73 128 - - 133 253

Jlh. 115 271 135 278 - - 437 898

Sumber Data SMA Negeri 1 Bandar tahun 2008

Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa jumlah siswa di sekolah SMA Negeri 1 Bandar lebih banyak perempuan yaitu 898 siswi dibandingkan dengan laki-laki yang hanya 437 siswa.Kemudian jika dilihat dari jumlah setiap jurusan maka lebih banyak yang memilih jurusan IPS dibandingkan IPA.

4.1.6. Agama

Tabel 4.5. Jumlah siswa kelas X, kelas XI, kelas XII berdasarkan agama

Kelas

Agama

Islam Protestan Katolik Hindu Budha Lain-lain

X 298 214 24 - - -

XI 250 142 19 1 1 -

XII 194 177 14 - 1 -

Jumlah 742 533 57 1 2 -

Sumber Data SMA Negeri 1 Bandar tahun 2008

Dari tabel diatas diketahui bahwa mayoritas siswa di SMA negeri 1 Bandar adalah beragama islam sebanyak 742 orang siswa, dan kemudian agama kristen protestan 533 siswa, kemudian katholik dan seterusnya.


(52)

4.1.7.Program Kegiatan di SMA Negeri 1 Bandar Perdagangan

Adapun program kegiatan yang dilaksanakan di SMA Negeri 1 Bandar adalah sebagai berikut:

1. Kegiatan Intra Kurikuler meliputi :

- Kegiatan belajar mengajar yang meliputi proses belajar mengajar , evaluasi belajar dan pelaksanaan UAS/UAN.

- Kegiatan bimbingan penyuluhan. - Upacara dan senam pagi Indonesia. - Penerimaan murid baru

2. Kegiatan ekstra kurikuler yaitu kegiatan menunjang terlaksananya proses belajar mengajar / kegiatan diluar jam belajar mengajar , merupakan program kerja OSIS yang dibimbing langsung oleh para guru yang telah ditunjuk untuk menanganinya. Adapun kegiatan-kegiatan tersebut antara lain :

- Pramuka

- Olah raga prestasi - Kesenian

- Pesantren Kilat - Paskibraka - Karya Ilmiah


(53)

4.1.8.Organisasi Siswa Intra Sekolah

OSIS merupakan organisasi sekolah yang bersifat intra dan harus ada disetiap sekolah menengah. OSIS bersifat otonom yang berarti tidak terikat dengan organisasi apapun diluar sekolah.

Adapun yang menjadi tujuan OSIS adalah:

- Mempersiapkan siswa menjadi warga yang memenuhi jiwa pancasila, berkepribadian luhur, moral dan mental tinggi, berkecakapan serta memiliki pengetahuan yang siap diamalkan.

- Mempersiapkan siswa agar menjadi warga negara yang mengabdi kepada Tuhan YME, tanah air dan bangsanya.

- Menggalang persatuan dan kesatuan siswa yang kokoh dan akrab disekolah dalam satu wadah OSIS.

- Menghindarkan siswa dari pengaruh-pengaruh yang tidak sehat dan mencegah siswa dari sasaran perebutan pengaruh dan kepentingan suatu golongan . Sebagai suatu organisasi formal, OSIS mempunyai struktur organisasi yang terdiri dari ketua, sekretaris, bendahara maupun seksi-seksi. OSIS juga mempunyai pembina yaitu kepala sekolah dan para guru, dimana para anggotanya bekerjasama dengan perwakilan kelas.


(54)

4.1.9.Data Kelulusan

Dengan ditetapkannya ujian nasional dengan sistem yang baru, diketahui tabel persentase kelulusan siswa SMA Negeri 1 Bandar tiap tahunnya setelah adanya standarisasi kelulusan dalam UN yang semakin diitingkatkan 0,5 setiap tahun ajaran baru yaitu :

Tabel 4.6. Persentase Kelulusan Siswa SMA Negeri 1 Bandar Perdagangan Mulai Tahun Ajaran 2003/2004 - 2006/2007

Tahun Program Terdaftar Peserta UN Lulus %

Kelulusan Lk Pr Jml Lk Pr Jml Lk Pr Jml

2003/2004 IPA IPS 58 85 125 188 183 273 58 82 125 186 183 268 49 59 117 143 166 202 81,59 %

Jumlah 143 313 456 140 311 451 108 260 368

2004/2005 IPA IPS 56 76 120 118 176 264 56 76 120 188 176 264 54 70 119 161 173 231 91,81 %

Jumlah 132 308 440 132 308 440 124 280 404

2005/2006 IPA IPS 54 102 135 179 189 281 54 102 134 175 188 277 54 102 133 175 187 277 99,78 %

Jumlah 156 314 470 156 309 465 156 308 464

2006/2007 IPA IPS 54 106 128 164 182 270 54 106 127 164 181 269 54 101 127 161 181 262 98,44 %

Jumlah 160 192 452 160 191 450 155 288 443


(55)

4.1.10. Tenaga Pengajar

Dalam menjalankan proses belajar mengajar, dengan jumlah kelas dan jumlah siswa yang tersebut diatas, sekolah SMA Negeri I Bandar memeliki tenaga pengajar (guru). Guru sebagai motivator bagi siswa yang merupakan unsur pendukung utama bagi jalannya suatu pendidikan, disamping sarana pendukung lainnya.

Berbagai guru yang ada ini, selain mengajar mata pelajaran tertentu juga berfungsi membantu langsung tugas kepala sekolah, baik dalam urusan kesiswaan, koordinator BP maupun bimbingan karier dan lain sebagainya dalam rangka memudahkan operasional proses pendidikan disekolah ini. Berikut adalah tenaga pengajar di SMU Negeri 1 Bandar, yaitu:

Tabel 4.7. Jumlah tenaga pengajar di SMA Negeri I Bandar

1 Kepala Sekolah : 01 Orang

2 Guru Bidang Study : 69 Orang

3 Guru Olah Raga : 03 Orang

4 Guru Agama : Orang

Islam : 02 Orang

Protestan : 04 Orang

Katolik : - Orang

Hindu : - Orang

Budha : - Orang

Jumlah Guru : 81 Orang

Penjaga Sekolah : - Orang

Pegawai/ Guru Honorer : 16 Orang


(56)

Tabel 4.8. Tentang status guru dan pegawai di SMA Negeri I Bandar

No Status Guru dan

Pegawai

GOL GOL GOL GOL

Jumlah

I II III IV

L P L P L P L P L P

1 Guru PNS - - - - 18 29 17 12 35 41

2 Guru PNS DPK - - - - 1 - - - 1 -

3 Guru PNS DEPAG - - - 1 - - - 1

4 Guru Bantu - - - 1

5 GTT - - - 5 4

6 GTY - - - -

7 GTT PNS - - - -

8 Pegawai PNS - - - - 2 2 - - 2 2

9 Pegawai Non PNS - - - 5 2

Jumlah 21 32 17 12 48 51

Sumber Data SMA Negeri 1 Bandar tahun 2008

Berikut ini adalah mata pelajaran yang ada di SMA Negeri I Bandar serta jumlah guru pada masing-masing mata pelajaran.

Tabel 4.9. Jumlah guru tiap mata pelajaran

No Guru Mata Pelajaran Diperlukan (D)

Ada (A)

Kekuranga n (K)

Kelebihan

(L) Ket

1 Pendidikan Agama Islam 4 2 2 -

2 Pendidikan Agama Kristen 4 4 - -

3 Pendidikan Agama Katolik 1 - 1 -

4 Pendidikan Agama Budha - - - -

5 Pendidikan

Kewarganegaraan 4 5 - 1

6 Pendidikan Luar Sekolah - 1 - 1

7 Bahasa dan Sastra Indonesia 8 3 5 -

8 Sejarah Nasional dan Sejarah

Umum 5 1 4 -

9 Ekonomi 4 6 - 2

10 Akuntansi 2 3 - 1


(57)

12 Pendidikan Olah Raga dan

Kesehatan 4 3 1 -

13 Pendidikan Seni (rupa,

musik, tari) 4 2 2 -

14 Pendidikan Keterampilan

(jasa, teknik, ppk) - 3 - 3

15 Matematika 8 12 - 4

16 Biologi 5 8 - 3

17 Fisika 4 2 2 -

18 Kimia 4 5 - 1

19 Bahasa Inggris 8 7 1 -

20 Sosiologi 4 - 4 -

21 Antropologi - 2 - 2

22 Teknologi Informasi dan

Komunikasi (TIK) 4 - 4 -

23 Bahasa Jerman 3 2 1 -

24 Bahasa Prancis 2 1 1 -

25 Bimbingan Penyuluhan/

Bimbingan Karir 6 4 2 -

26 Muatan Lokal 2 - 2 -

27 Administrasi Pendidikan - 1 - 1

Jumlah 94 78 35 19

Sumber Data SMA Negeri 1 Bandar tahun 2008

Untuk membantu kelancaran belajar mengajar di SMA Negeri I Bandar maka dibentuk susunan struktur organisasi serta personalnya yang bertugas membantu kepala sekolah untuk tahun pelajaran 2007/ 2008 sesuai dengan Keputusan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor: 84/ 1993 tentang Jabatan Fungsional Guru dan Angka Kreditnya, serta Keputusan Bersama Menteri Pendidikan dan Kebudayaan dan Kepala Badan Administrasi Kepegawaian Negara Nomor : 0433/ P/ 1993 dan Nomor: 25 Tahun 1993 Tentang Petunjuk Pelaksanaan Jabatan Fungsional Guru dan Angka Kreditnya. Berikut ini susunan struktur organisasi SMA Negeri I Bandar Tahun Pelajaran 2007/ 2008.


(58)

Tabel 4.10. Struktur organisasi sekolah

Sumber Data SMA Negeri 1 Bandar tahun 2008

PANGKAT/ GOL RUANG

1 KARNALI SARAGIH, S.Pd Pembina, Tk. I Gol. VI/ b Kepala Sekolah

NIP. 131 433 269

2 JUNUS PASARIBU, S.Pd Pembina, Gol. VI/ a Wakil Kepala Sekolah

NIP. 131 431 580 Bidang Kurikulum

3 MOKH. ALI IMRON Penata, Gol. III/ c Wakil Kepala Sekolah

NIP. 132 185 210 Bidang Kesiswaan

4 LONDON PARULIAN NAPITUPULU, S.Pd Penata, Tk. I, Gol. III/ d Wakil Kepala Sekolah

NIP. 132 183 208 Bidang sarana/ prasarana

5 SRI MAINI, S.Pd Penata, Gol. III/ c Wakil Kepala Sekolah

NIP. 132 142 438 Bidang Hukum

6 DUMISRAN SITORUS, S.Pd, M. Pd Penata, Tk. I, Gol. III/ d Pembantu Osis

NIP. 132 132 965 Bidang Akademis

7 MUKHTAR SIHOMBING, S.Pd Penata Muda, Gol. III/ a Pembantu Osis

NIP. 400 051 585 Bidang Non Akademis

8 PARLINGGOMAN SIBURIAN Penata, Tk. Gol. III/ a Koordinator Adminstrasi

NIP. 132 183 806 Kurikulum

9 NURITA HARIANJA Penata, Tk. I, Gol. III/ d Koordinator BP/ BK

NIP. 131 842 876

10 MARIANI SAMOSIR Penata, Tk. I. Gol. III/ d Koordinator Piket

NIP. 131 773 224

11 JOHAN PELAWI Pembina, Gol. IV/ a Koordinator Olah

NIP. 131 277 761 Raga/ SKJ

12 SAUT LUBIS, S.Pd Pembina, Go. IV/ a Koordinator Seni

NIP. 131 680 684 / Kreasi

13 HARTAULINA Br. TARIGAN Penata, Tk. I, Gol. III/ d Koorniator Laboratorium

NIP. 131 872 842 IPA

14 SURADIN, S.Pd Penata, Tk. I Gol. III/ d Koordinator Audio

NIP. 131 929 382 Visual/ Komputer

15 MINDO MARIDUK Pembina, Gol. IV/ a Koordinator

NIP. 131 400 445 Perpustakaan

16 RATNA DWI WAHYUNI, S.Pd Penata Tk. I Gol. III/ d Koordinator 7K

NIP. 132 041 630

17 UDIN SIDABUTAR, S.Pd Penata, Gol. III/ c Koordinator Pramuka

NIP. 131 903 190

18 SURIADI, SE Penata Muda Tk. I Koordinator Tata Usaha

NIP. 131 587 876 Gol. III/ b

19 MASKODER SARAGIH Penata Muda Bidang Gaji/

NIP. 130 781 374 Tk. I Gol. III/ b

NAMA/ NIP


(59)

4.2.TABEL DISTRIBUSI

4.2.1.IDENTITAS RESPONDEN

Tabel 4.11. Distribusi jawaban responden berdasarkan jenis kelamin

Pernyataan Frekuensi Persentase (%)

Laki-laki 33 24, 63

Perempuan 101 75, 37

Jumlah 134 100, 00%

Sumber data kuesioner tahun 2008

Bersdasarkan tabel distribusi diatas diketahui jumlah responden laki-laki 33 orang (24, 63%) dan responden perempuan sebanyak 101 orang (75, 37%)

Tabel 4.12. Distribusi jawaban responden berdasarkan usia

Pernyataan Frekuensi Persentase (%)

14 Tahun 3 2, 24

15 Tahun 28 20, 89

16 Tahun 43 32, 09

17 Tahun 34 25, 37

18 Tahun 22 16, 42

19 Tahun 3 2, 24

Jumlah 133 99, 25%

Sumber data kuesioner tahun 2008

Berdasarkan tabel distribusi diatas diketahui responden yang berusia 14 tahun sebanyak 3 orang (2, 24%), usia 15 tahun sebanyak 28 orang (20, 89%), usia 16 tahun sebanyak 43 orang (32, 09%), usia 17 tahun sebanyak 34 orang (25, 37%), usia 18 tahun sebanyak 22 orang (16, 42%), usia 19 tahun sebanyak 3 orang (2, 24%) dan 1 responden yang tidak menjawab.


(60)

Tabel 4.13. Distribusi jawaban responden berdasarkan Agama

Pernyataan Frekuensi Persentase (%)

Islam 77 57, 46

Protestan 53 39, 55

Katolik 3 2, 24

Jumlah 133 99, 25%

Sumber data kuesioner tahun 2008

Berdasarkan tabel diatas diketahui responden yang beragama Islam sebanyak 77 orang (57, 465), beragama protestan sebanyak 53 orang (39, 55%), responden yang beragama katolik sebanyak 3 orang (2, 24%) dan 1 responden yang tidak memberikan jawaban.

Tabel 4.14. Distribusi jawaban responden berdasarkan penghasilan orang tua

Pernyataan Frekuensi Persentase (%)

Rp. 100.000 - Rp. 700.000 14 10, 45

Rp. 800.000 – Rp. 1.400.000 32 23, 88

Rp. 1.500.000 – Rp. 2.100.000 20 14, 92

Rp. 2.200.000 – Rp. 2.800.000 3 2 , 24

Rp. 2.900.000 – Rp. 3.500.000 6 4, 48

Jumlah 75 55, 97%

Sumber data kuesioner tahun 2008

Berdasarkan tabel diatas diketahui responden yang menyatakan bahwa penghasilan orang tuanya sebanyak Rp. 100.000 – Rp. 700.000 sebanyak 14 orang ( 10, 45%), sebesar Rp. 800.000 – Rp. 1.400.000 sebanyak 32 orang (23, 88%), sebesar rp. 1.500. 000 – Rp. 2.100.000 sebanyak 3 orang (2, 24%), sebesar Rp. 2.900.000 – 3.500.000 sebesar 6 orang (4, 48%), dan responden yang tidak menjawab sebanyak 59 orang ( 44, 03%).


(61)

Tabel 4.15. Distribusi jawaban Responden berdasarkan kelas

Pernyataan Frekuensi Persentase (%)

X 54 40, 30

XI 41 30, 60

XII 39 29, 10

Jumlah 134 100, 00%

Sumber data kuesioner tahun 2008

Berdasarkan tabel diatas diketahui respoden yang menyatakan kelas X sebanyak 54 orang (40, 30%), kelas XI sebanyak 41 orang (30, 60%) dan kelas XII sebanyak 39 orang (29,10%)

Tabel 4.16

Distribusi jawaban responden berdasarkan program studi yang sedang / akan diambil.

Pernyataan Frekuensi Persentase (%)

IPA 75 55, 97

IPS 56 41, 79

Jumlah 131 97, 76%

Sumber data kuesioner tahun 2008

Berdasarkan tabel diatas diketahui responden yang sedang / akan mengambil program studi IPA sebanyak 75 orang (55, 97%), responden yang sedang / akan mengambil program studi memberikan jawaban (41, 79%) dan sebanyak 3 orang responden tidak memberikan jawaban


(62)

4.2.2.UJIAN NASIONAL (Variabel Bebas) Tabel 4.17

Distribusi jawaban responden tentang pengetahuan akan adanya ujian nasional (UN) saat akan menamatkan sekolah

Pernyataan Frekuensi Persentase (%)

Tidak 0 0

Belum 0 0

Ya 134 100

Jumlah 134 100, 00%

Sumber data kuesioner tahun 2008

Berdasarkan tabel distribusi diatas diketahui bahwa responden yang menyatakan mengetahui adanya ujian nasional (UN) sebanyak 134 orang ( 100%)

Tabel 4.18

Distribusi jawaban responden tentang pengetahuan adanya standarisasi nilai dalam setiap pelaksanaan ujian nasional (UN)

Pernyataan Frekuensi Persentase (%)

Tidak 4 2, 99

Belum 1 0, 74

Ya 129 96, 27

Jumlah 134 100, 00%

Sumber data kuesioner tahun 2008

Berdasarkan tabel distribusi diatas diketahui bahwa responden yang menyatakan tidak mengetahui adanya standarisasi nilai dalam pelaksanaan UN sebanyak 14 orang (2, 99%), yang menyatakan belum mengetahui sebanyak 1 orang ( 0, 74%) dan yang menyatakan mengetahui adanya standarisasi nilai dalam UN sebanyak 129 orang (96, 27%).


(63)

Tabel 4.19. Distribusi jawaban responden tentang standarisasi nilai yang ditetapkan oleh pusat (Depdiknas).

Pernyataan Frekuensi Persentase (%)

Tidak setuju 19 14, 18

Kurang setuju 46 34, 33

Setuju 69 51, 49

Jumlah 134 100, 00%

Sumber data kuesioner tahun 2008

Berdasarkan tabel distribusi diatas diketahui bahwa responden yang menyatkan tidak setuju jika standarisasi nilai ditetapkan oleh pusat sebanyak 19 orang ( 14, 18%), yang menyatakan kurang setuju sebanyak 46 orang ( 34, 33%) dan yang menyatakan setuju sebanyak 69 orang (51, 49%)

Tabel 4.20. Distribusi jawaban responden tentang pengetahuan manfaat dari adanya standarisasi kelulusan dalam UN

Pernyataan Frekuensi Persentase (%)

Tidak 11 8, 21

Sedikit 47 35, 07

Tahu 76 56, 72

Jumlah 134 100, 00%

Sumber data kuesioner tahun 2008

Berdasarkan tabel distribusi diatas diketahui bahwa responden yang menyatakan tidak tahu akan manfaat dan standarisasi kelulusan sebanyak 11 orang (8, 21%), yang menyatakan sedikit tahu akan manfaat standarisasi kelulusan sebanyak 47 orang (35, 07%) dan yang menyatakan tahu sebanyak 76 orang (56, 72%).


(64)

Tabel 4.21. Distribusi jawaban responden tentang standarisasi nilai UN yang dinaikan 0, 5 setiap tahun ajaran

Pernyataan Frekuensi Persentase (%)

Tidak setuju 40 29, 85

Kurang setuju 60 44, 78

Setuju 34 25, 37

Jumlah 134 100, 00%

Sumber data kuesioner tahun 2008

Berdasarkan tabel distribusi diatas diketahui bahwa responden yang menyatakan tidak setuju dengan dinaikannya standarisasi nilai sebanyak 40 orang (29, 85%), yang menyatakan kurang setuju sebanyak 60 orang (44, 78%), yang menyatakan kurang setuju sebanyak 60 orang (44, 78%) dan yang menyatakan setuju sebanyak 34 orang (25, 37%).

Tabel 4.22. Distribusi jawaban responden tentang pengetahuan adanya penambahan mata pelajaran yang diujikan dalam UN

Pernyataan Frekuensi Persentase (%)

Tidak 26 19, 40

Sedikit 8 5, 97

Tahu 100 74, 63

Jumlah 134 100.00%

Sumber data kuesioner tahun 2008

Berdasarkan tabel distribusi diatas diketahui bahwa responden yang menyatakan tidak tahu adanya penambahan mata pelajaran UN sebanyak 26 orang (19, 40%), yang menyatakan sedikit mengetahui adanya penambahan mata pelajaran UN sebanyak 8 orang (5, 97%) dan yang menyatakan tahu akan adanya penambahan mata pelajaran UN sebanyak 100 orang (74, 63%).


(65)

Tabel 4.23. Distribusi jawaban responden tentang penambahan mata pelajaran dalam UN

Pernyataan Frekuensi Persentase (%)

Tidak setuju 41 30, 59

Kurang setuju 59 44, 03

Setuju 34 25, 37

Jumlah 134 100, 00%

Sumber data kuesioner tahun 2008

Berdasarkan tabel distribusi diatas diketahui bahwa responden yang menyatakan tidak setuju dengan penambahan tersebut senyak 41 orang (30, 50%), yang menyatakan kurang setuju sebanyak 59 orang (44, 03%) dan yang menyatakan setuju dengan penambahan mata pelajaran tersebut 34 orang ( 25, 37%)

Tabel 4.24. Distribusi jawaban responden dalam membaca/ membahas soal-soal UN

Pernyataan Frekuensi Persentase (%)

Tidak 14 10, 45

Kadang-kadang 56 41, 79

Ya 64 47, 76

Jumlah 134 100, 00%

Sumber data kuesioner tahun 2008

Berdasarkan tabel distribusi diatas diketahui bahwa responden yang menyatakan tidak pernah membaca/ membahas soal-soal UN sebanyak 14 orang (10, 45%), yang menyatakan hanya kadang-kadang saja membaca soal UN sebanyak 56 orang (41, 79%) dan yang menjawab ya. Sebanyak 64 orang (47, 76%).


(1)

IV .PROSES BELAJAR MENGAJAR (variabel antara )

13 .Menurut anda apakah waktu belajar disekolah telah mencukupi untuk anda memahami setiap materi pelajaran ?

a. tidak b. relatif c .cukup

14 .Bagaimana cara anda agar dapat menguasai materi pelajaran tersebut ? a. membiarkannya

b.mengikuti les tambahan c. dan lain-lain

15 .Apakah anda mengulang atau mempelajari kembali pelajaran yang anda dapatkan disekolah?

a.tidak

b.kadang-kadang (ketika mau ujian ) c.ya

16 .Jika diluar jam belajar sekolah ,berapa lama anda belajar dalam sehari ? a. tidak pernah

b.kurang dari 1 jam c.kurang dari 2 jam

17 .Menurut anda ,bagaimana cara guru anda mengajar ? a. kurang baik

b. cukup baik c. baik


(2)

18.Apakah anda mudah untuk memahami setiap materi pelajaran yang diberikan ? a.tidak mudah

b.cukup mudah c. mudah

19 .Apakah bahan-bahan pelajaran yang diberikan guru sesuai dengan soal yang diberikannya ketika ujian ?

a.tidak

b.kadang-kadang c.ya

20 .Pernahkah soal ujian yang diberikan oleh guru tidak pernah dijelaskan sebelumnya ?

a. tidak

b. kadang-kadang c. pernah

21 .Bagaimana sistem yang digunakan guru anda dalam memberi test ? a. test mingguan

b. test bulanan c. semester

22 .Bagaimana cara guru anda memberi test? a.lisan

b.tulisan c.relatif

23 .Cara mengajar yang seperti apa yang anda sukai dari seorang guru ? a.tidak pernah memberi tugas

b. hanya sesekali memberi tugas c.umpan balik pelajaran


(3)

24.Apakah anda bertanya apabila anda tidak memahami pelajaran yang diberikan di kelas ?

a. tidak

b. kadang-kadang c. ya

25.Adakah kegiatan ekstrakurikuler yang anda ikuti disekolah ? a. tidak

b. relatif c.ada

26 .Apakah kegiatan itu memberi manfaat untuk anda ? a. tidak

b. sedikit c.ya

27 . Bagaimana les tambahan di sekolah anda? a. kurang baik

b. cukup baik c. baik

28 .Apakah les tambahan itu merupakan suatu keharusan bagi siswa? a. tidak

b. relatif c. ya

29.Apakah anda setuju dengan adanya les tambahan tersebut? a.tidak setuju

b. kurang setuju c. setuju


(4)

30 .Bagaimana sistem dari les tambahan tersebut ? a. gratis

b. pembayaran ditentukan

c. pembayaran tersendiri (sukarela )

31 .Bagaimana tanggapan orang tua anda dengan adanya les tambahan tersebut ? a. tidak setuju

b. kurang setuju c. setuju

32 .Apakah biaya dari les tambahan itu memberatkan bagi anda? a. tidak

b. sedikit c. ya

33 .Apakah anda mengikuti les tambahan/bimbingan belajar di luar sekolah? a. tidak

b. kadang-kadang c. ya

34. Berapa kali dalam seminggu anda mengikuti les tambahan? a. tidak ada

b. 2 kali

c.lebih dari 2 kali

35 .Adakah les tambahan itu dapat membantu anda untuk lebih memahami materi-materi pelajaran?

a. tidak b. sedikit c. ya


(5)

V . MUTU PENDIDIKAN (variabel terikat)

36. Fasilitas apa saja yang tersedia di sekolah anda sebagai pendukung proses belajar mengajar ?

a.perpustakaan ,laboratorium b.lapangan olah raga

c. a,b serta fasilitas lainnya

37 .Bagaimana kondisi dari fasilitas-fasilitas yang disediakan tersebut ? a.kurang baik

b.cukup baik c. baik

38.Apakah fasilitas tersebut berfungsi sesuai kebutuhan dalam proses balajar mengajar ?

a.tidak b.relatif c.ya

39 .Menurut pengetahuan anda, apakah perpustakaan menyediakan buku yang lengkap?

a. tidak lengkap b. kurang lengkap c. lengkap

40 .Menurut pengetahuan anda, bagaimana minat baca siswa-siswi di perpustakaan? a. tidak baik

b. cukup baik c. baik


(6)

41.Menurut pengetahuan anda,adakah program khusus yang dibuat oleh sekolah untuk meningkatkan kualitas siswa ataupun guru?

a.tidak b.belum c .ya

42.Menurut anda, apakah setiap semester nilai anda mengalami peningkatan ? a.tidak

b.kadang-kadang c.ya

43.Menurut pengetahuan anda,adakah sekolah memberikan pengharagaan bagi siswa-siswi yang berprestasi ?

a. tidak

b. kadang-kadang c. ya

44. Menurut pengetahuan anda ,adakah pihak sekolah memberikan dukungan berupa sarana dan prasarana bagi siswa-siswi yang memiliki bakat tertentu dalam bidang pendidikan ?

a. tidak

b. kadang-kadang c. ya

45. Menurut pengetahuan anda,bagaimana prestasi sekolah anda jika dibandingkan dengan sekolah yang lainnya ?

a. tidak baik b. cukup baik c. baik