Muammar Nasution : Perlakuan Akuntansi Aktiva Tetap pada PT. PLN Persero Pikitring Suar Medan, 2010.
BAB III TOPIK PENELITIAN
Dalam BAB III ini peneliti akan membuat pembahasan mengenai perlakuan aktiva tetap yang dilakukan dengan cara membandingkan teori yang
diperoleh dari hasil tinjauan peneliti ke PT. PLN Persero Pikitring Suar MEDAN.
A. Aktiva Tetap
Aktivitas transaksi bisnis dalam penyusunan laporan keuangan berupa Neraca adalah membuat jurnal-jurnal yang berhubungan dengan aktiva tetap
fixed assets. Menurut Mulyadi 2001, “ pengertian aktiva tetap adalah kekayaan
perusahaan yang memiliki wujud, mempunyai manfaat ekonomis lebih dari satu tahun, dan diperoleh perusahaan untuk melaksanakn kegiatan perusahaan, bukan
untuk dijual kembali ”. Menurut IAI Ikatan Akuntan Indonesia 2002. “ pengertian aktiva
adalah sumber daya yang dikuasai oleh perusahaan sebagai akibat dari peristiwa masa lalu dan dari mana manfaat ekonomi di masa depan diharapkan akan
diperoleh perusahaan dan mengalami penurunan nilai jual penyusutan ”.
Muammar Nasution : Perlakuan Akuntansi Aktiva Tetap pada PT. PLN Persero Pikitring Suar Medan, 2010.
B. Pembagian Aktiva Tetap
Menurut Mulyadi, 2001 aktiva tetap berwujud yang dimiliki oleh suatu perusahaan dikelompokkan sebagai berikut :
1. Tanah dan pematangan tanah land and land improvement ,
2. Gedung dan perbaikan gedung,
3. Mesin,
4. Meubel,
5. Kendaraan-kendaraan.
Sesuai dengan pengertian yang dikemukakan oleh Ikatan Akuntan Indonesia diatas terkait ciri-ciri aktiva tetap, maka seluruh kategori yang ada pada
PT. PLN Persero MEDAN telah disesuaikan dengan Standar Akuntansi Keuangan dimana aktiva tetap yang ada memiliki ciri-ciri sesuai dengan yang
dimaksudkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia yaitu berwujud dimiliki oleh perusahaan serta tidak dimaksudkan untuk dijual kembali.
Berikut ini adalah transaksi yang mengubah rekening aktiva tetap pada PT. PLN Persero MEDAN, beberapa aktiva tetap yang dimiliki oleh PT. PLN
Persero Pikitring Suar MEDAN antara lain : a.
Bangunanan Gedung dan Kelengkapan Halaman b.
Peralatan kantor c.
Komputer d.
Kendaraan
Muammar Nasution : Perlakuan Akuntansi Aktiva Tetap pada PT. PLN Persero Pikitring Suar Medan, 2010.
1. Transaksi Aktiva Tetap
a Transaksi perolehan
Aktiva tetap perusahaan diperoleh melalui berbagai cara antara lain seperti pembelian, pembangunan, dan sumbangan. PT. PLN Persero MEDAN
memperoleh aktiva tetap periode 1 Januari 2008 berupa gedung dan kelengkapan halaman dengan cara membeli dengan harga Rp. 47.637.877.000. Transaksi
perolehan aktiva tetap dari pembelian dicatat dalam register buku kas keluar
dengan jurnal sebagai berikut :
Gedung 47.637.877.000
Bukti Kas Keluar Yang Akan dibayar 47.637.877.000
b Transaksi Pengeluaran Modal
Transaksi pengeluaran modal adalah transaksi yang bersangkutan dengan aktiva tetap yang mempunyai manfaat lebih dari satu tahun, maka pada saat
terjadinya pengeluaran modal tersebut dicatat sebagai tambahan harga pokok aktiva tetap yang bersangkutan, dan didepresiasikan dalam tahun-tahun yang
menikmati manfaat pengeluaran modal tersebut. Transaksi pengeluaran modal capital expenditure dicatat dalam register bukti kas keluar, untuk pembelian
aktiva tetap berupa gedung dan kelengkapan halaman periode 1 Januari 2008
diatas dijurnal sebagai berikut :
Gedung 47.637.877.000
Bukti kas keluar yang akan dibayar 47.637.877.000
Muammar Nasution : Perlakuan Akuntansi Aktiva Tetap pada PT. PLN Persero Pikitring Suar Medan, 2010.
c Transaksi Depresiasi Aktiva Tetap
Secara periodik, harga pokok aktiva tetap dialokasikan kedalam periode akuntansi yang menikmati jasa yang dihasilkan oleh aktiva tetap. Alokasi ini
dikenal dengan istilah depresiasi aktiva tetap. Dari penelitian yang dilakukan oleh penulis pada PT. PLN Persero MEDAN, metode penyusutan yang digunakan
adalah menggunakan metode garis lurus straight line method . Transaksi depesiasi yang dicatat oleh PT. PLN Persero MEDAN Periode 31 Desember
2008 adalah sebagai berikut :
Beban penyusutan Gedung 1.689.616.138
Akumulasi penyusutan Gedung 1.689.616.138
2. Metode Cara Perolehan dan Penyusutan Aktiva Tetap
2.1. Metode Cara Perolehan Aktiva Tetap
Ikatan Akuntan Indonesia 2002 berpendapat bahwa biaya perolehan suatu aktiva tetap terdiri dari harga belinya, termasuk bea impor dan PPh masukan
tidak boleh retribusi non refundable , dan setiap biaya yang dapat diretribusikan secara langsung dalam membawa aktiva tersebut dapat bekerja untuk penggunaan
yang dapat dimasukkan setiap potongan dikurangkan dari harga pembelian. Dalam menjalankan aktivitasnya suatu perusahaan dapat memperoleh
aktiva tetap dengan beberapa cara, yakni dengan pembelian, disumbangkan hadiah, dibangun sendiri.
Muammar Nasution : Perlakuan Akuntansi Aktiva Tetap pada PT. PLN Persero Pikitring Suar Medan, 2010.
1. Pembelian
Pembelian suatu aktiva tetap dapat dilakukan secara tunai dan kredit. Secara tunai biasa dilakukan apabila perusahaan memiliki dana yang cukup untuk
memperolehnya. Dalam perkiraan, aktiva tetap tersebut dicatat sebesar jumlah uang yang dikeluarkan sehubungan dengan pembelian tersebut. Biaya-biaya yang
dikapitalisasi sebagai harga perolehan adalah aktiva tetap itu sendiri ditambah dengan biaya-biaya terkait pembelian aktiva tetap tersebut seperti pajak penjualan,
biaya pengangkutan, asuransi dalam perjalanan, bea nama balik, dan biaya pemasangan.
Dengan begitu aktiva tetap dapat diakui oleh perusahaan pada saat aktiva tetap tersebut diterima sebesar harga perolehannya. Menurut Niswonger-Fess-
Warren 1990 berpendapat bahwa harga perolehan aktiva tetap mencakup segala pengeluaran yang perlu sampai aktiva tersebut di tempat dan siap untuk dipakai.
Pajak pertambahan nilai, ongkos angkut, asuransi selama aktiva dalam perjalanan, fondasi khusus dan biaya pemasangan harus ditambahkan ke harga pembelian
aktiva tetap yang bersangkutan. Aktiva tetap yang dibeli harus dicatat sebesar harga pembelian tersebut ditambah biaya-biaya reparasi atau perbaikan agar dapat
dipakai. Nilai buku dari pihak yang dijual tidak perlu diperhatikan. Jika perusahaan melakukan pembelian secara kredit, maka dalam aktiva
tetap yang bersangkutan dicatat sebesar nilai tunainya. Sedangakan selisih antara nilai tunai dengan harga pembelian kredit tersebut dianggap sebagai beban bunga.
Unsur bunga dan financing cost yang terdapat didalamnya harus dikeluarkan dan
Muammar Nasution : Perlakuan Akuntansi Aktiva Tetap pada PT. PLN Persero Pikitring Suar Medan, 2010.
diperlakukan sebagai biaya dalam periode dimana pembayaran itu terjadi. Oleh karena itu harus dicatat dalam perkiraan beban bunga.
2. Aktiva Tetap yang dihadiahkan
Aktiva tetap yang diperoleh dengan cara dihadiahkan disebut nonreciprocal transfer atau transfer yang tidak memerlukan umpan balik. Aktiva
ini wajib dicatat sebesar harga pasar yang wajar atau berdasarkan penilaian yang dilakukan oleh pihak perusahaan penilai yang independen appraisal company
dan di kredit modal donasi donate capital . Aktiva tetap yang dihadiahkan dicatat sebagai aktiva apabila hak atas aktiva tetap tersebut sudah diterima.
Apabila ada biaya-biaya dalam rangka perolehan ini, maka dicatat sebagai resume expenditure. Contohnya biaya surat-surat, akte, dan sebagainya.
3. Aktiva yang dibangun sendiri
Dalam memperoleh suatu aktiva tetap terkadang dilakukan dengan cara dibangun sendiri. Hal ini dikarenakan biaya perolehannya akan lebih rendah,
selain itu kualitas aktiva tetap akan lebih baik. Biaya perolehan aktiva tetap meliputi seluruh biaya-biaya pembuatannya termasuk bahan baku, tenaga kerja,
dan biaya overhead langsung maupun tidak langsung yang merupakan biaya-biaya diluar biaya operasional perusahaan sehari-hari. Menentukan jumlah overhead
tidak langsung yang akan dialokasikan pada aktiva yang dikerjakan bukanlah hal yang mudah.
Muammar Nasution : Perlakuan Akuntansi Aktiva Tetap pada PT. PLN Persero Pikitring Suar Medan, 2010.
2.2. Metode Penyusutan Aktiva Tetap
Penyusutan adalah penurunan kemampuan aktiva tetap dalam menyediakan manfaat dalam rangka aktivitas operasional perusahaan. Hal ini
dikarenakan pemakaian yang terus-menerus, sehingga mengakibatkan fungsi aktiva tetap tersebut menurun dari hari ke hari. Menurut Ikatan Akuntan
Indonesia, 2002 penyusutan adalah alokasi sistematik jumlah yang dapat disusutkan dari suatu aktiva sepanjang masa manfaat.
Hal-hal yang menyebabkan penyusutan biasa diidentifikasikan sebagai penyusutan fisik atau penyusutan fungsional. Penyusutan fisik terjadi disebabkan
kerusakan ketika digunakan, dan karena cuaca. Sedangkan penyusutan fungsional terjadi karena aktiva tetap yang dimaksud tidak lagi mampu menyediakan manfaat
dengan tingkat seperti yang diharapkan. Metode garis lurus menghasilkan jumlah beban penyusutan periodic yang
sama sepanjang umur aktiva. Metode unit produksi menghasilkan jumlah beban penyusutan periodik beragam, tergantung dari tingkat pemakaian aktiva. Metode
saldo menurun menghasilkan jumlah penyusutan yang lebih tinggi pada tahun- tahun awal pemakaian aktiva, yang kemudian terus menurun. Untuk alasan ini
metode saldo menurun dinamakan metode penyusutan dipercepat. Metode ini paling cocok dipakai jika penurunan produktivitas atau kemampuan menghasilkan
pendapatan dari aktiva terjadi lebih tajam pada tahun-tahun awal pemakaian aktiva. Lebih jauh pemakaian metode ini dapat dibenarkan dengan alasan bahwa
reparasi cenderung meningkat seiring dengan meningkatanya umur aktiva.
Muammar Nasution : Perlakuan Akuntansi Aktiva Tetap pada PT. PLN Persero Pikitring Suar Medan, 2010.
Dengan demikian berkurangnya jumlah penyusutan dalam tahun-tahun akhir, akan ditutupi oleh meningkatnya beban reparasi.
PT. PLN Persero MEDAN mengalokasikan harga dari masing-masing akhir periode aktiva tetap sebagai biaya penyusutan. Metode penyusutan yang
diterapkan didasarkan atas pertimbangan dan alasan yang layak, serta penerapan aktiva tetap yang dimiliki secara konsisten. Masa manfaat dari seluruh jenis aktiva
tetap yang dimiliki oleh perusahaan seperti bangunan, mesin, kendaraan dan peralatan pada akhirnya akan habis secara perlahan-lahan kecuali tanah.
Ada beberapa alasan PT. PLN Persero MEDAN membuat penyusutan terhadap aktiva tetap yaitu disebabkan oleh penuaan fisik, perubahan teknologi.
1. Penuaan Fisik
Penyusutan dapat dikarenakan penggunaannya yang dipengaruhi oleh cuaca maupun suhu seperti panas maupun dingin. Perawatan secara rutin
disertai pemeliharaan yang baik dapat menambah masa manfaat dan penggunaan suatu aktiva tetap. Namun lambat laun seluruh aktiva
terkecuali tanah sewaktu-waktu harus diganti. 2.
Perubahan Teknologi Kemajuan teknologi dapat mempengaruhi masa manfaat dari aktiva tetap.
Contohnya komputer, manfaat dari computer dapat habis sebelum masanya dikarenakan perubahan teknologi yang begitu cepat ditambah
lagi karena perusahan mengikuti system yang ada di luar negeri. Untuk
Muammar Nasution : Perlakuan Akuntansi Aktiva Tetap pada PT. PLN Persero Pikitring Suar Medan, 2010.
menghitung beban penyusutan aktiva tetap PT. PLN Persero MEDAN menggunakan metode garis lurus.
Metode penyusutan dengan garis lurus dianggap sederhana dan relatif mudah ini diterapkan terhadap semua jenis aktiva tetap. Pengalokasian dilakukan
apabila aktiva tetap yang bersangkutan benar-benar telah digunakan dalam aktivitas perusahaan. Bentuk persentase penyusutan dari taksiran masa manfaat
berbeda-beda sesuai dengan kategorinya.
C. Penggantian Aktiva Tetap