Perlakuan Akuntansi terhadap Aktiva Tetap dan Penerapan Metode Depresiasi pada PT. Kahar Duta Sarana

(1)

SKRIPSI

PERLAKUAN AKUNTANSI TERHADAP AKTIVA TETAP DAN

PENERAPAN METODE DEPRESIASI PADA PT. KAHAR DUTA SARANA CABANG MEDAN

O l e h:

NAMA : Mangerbang Parasian Siregar

NIM. : 040522168

DEPARTEMEN : AKUNTANSI

Guna memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi


(2)

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul: “Perlakuan Akuntansi terhadap Aktiva Tetap dan Penerapan Metode Depresiasi pada PT. Kahar Duta Sarana Cabang Medan” adalah benar hasil karya saya sendiri dan judul dimaksud belum pernah dimuat, dipublikasi atau diteliti oleh mahasiswa lain dalam konteks penulisan skripsi level program S1 Departemen Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara Semua sumber data dan informasi yang diperoleh, telah dinyatakan dengan jelas, benar apa adanya. Apabila di kemudian hari pernyataan ini tidak benar, saya bersedia menerima sanksi yang ditetapkan oleh Universitas.

Medan, 05 Agustus 2011

Yang membuat pernyataan,

Mangerbang P. Siregar


(3)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur saya panjatkan ke-hadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, karena berkat kasih, anugerah, dan perlindungan-Nya saya dapat menyusun dan menyelesaikan skripsi ini. Bimbingan dan penyertaanNya disaat-saat paling sulit telah memampukan saya untuk menyelesaikan skripsi ini. Kiranya berkat dan pimpinan-Nya juga yang selalu menyertai kita dalam melaksanakan segala aktifitas kita.

Skripsi ini berjudul “Perlakuan Akuntansi terhadap Aktiva Tetap dan

Penerapan Metode Depresiasi pada PT. Kahar Duta Sarana”, disusun dalam

rangka memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar kesarjanaan pada Fakultas Ekonomi Departemen Akuntansi Universitas Sumatera Utara. Berbekal masalah yang sederhana dan pengetahuan yang terbatas, saya menyadari bahwa masih terdapat banyak kekurangan dalam penyusunan skripsi ini baik dalam tata bahasa maupun ruang lingkup pembahasannya. Untuk itu saya menerima saran dan kritik yang membangun dari berbagai pihak demi penyempurnaan skripsi ini. Selama proses penyusunan skripsi ini saya banyak memperoleh bimbingan, dorongan semangat, nasehat, dan bantuan lain baik secara moril maupun materiil dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini saya mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada pribadi-pribadi istimewa sebagai berikut :

1. Bapak Drs. Jhon Tafbu Ritonga, M.Ec., selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.


(4)

2. Bapak Drs. Firman Syarif, MSi, Ak. selaku Ketua Program Studi S-1 Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara, dan Ibu Dra. Mutia Ismail, MM, Ak, selaku Sekretaris Program Studi S-1 Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Drs. Zainal A.T Silangit, Ak., selaku Dosen Pembimbing yang telah banyak memberikan bimbingan, pengarahan, dan bantuan dalam penyusunan skripsi.

4. Bapak Drs. Hotmal Jafar, MM, Ak., selaku Dosen Penguji I dan Bapak Chairul Nazwar, MSi, Ak., selaku Dosen Penguji II yang telah banyak memberikan pengarahan selama penyusunan skripsi. Seluruh dosen Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara khususnya Departemen Akuntansi yang telah membimbing dan mendidik saya selama masa perkuliahan di Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

5. PT. Kahar Duta Sarana Cabang Medan, khususnya kepada Ibu Rani selaku Supervisor Administrasi dan Keuangan yang telah memberikan kesempatan kepada saya untuk melakukan riset dalam rangka penulisan skripsi ini.

6. Keluarga besar saya, orangtua M. Siregar dan B. Br. Ompusunggu, kakak, adik, keponakan, dan sahabat tersayang yang telah memberikan segenap kasih sayang, dorongan semangat, dan doa kepada saya selama proses penyusunan skripsi ini.


(5)

Saya juga mohon maaf atas segala perkataan dan tindakan yang salah selama proses penyusunan skripsi ini. Akhirnya, saya berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi banyak pihak, dan dapat menjadi referensi bagi penelitian serupa.

Medan, 05 Agustus 2011

Peneliti,

Mangerbang P Siregar


(6)

ABSTRAK

Tujuan dilakukannya penelitian terhadap PT. Kahar Duta Sarana cabang Medan adalah untuk mengetahui bagaimana kebijakan akuntansi aktiva tetap dan penyusutan aktiva tetap yang diterapkan perusahaan terhadap aktiva tetapnya dan membandingkannya dengan PSAK No. 16  PSAK No. 17. Metode penelitian yang digunakan adalah metode analisis deskriptif yang dilakukan dengan cara memahami kenyataan yang ada dan membandingkan dengan teori yang dipelajari penulis sehingga dapat diambil kesimpulan. Dari hasil analisa yang dilakukan penulis, dapat diketahui bahwa perusahaan belum sepenuhnya menerapkan PSAK No.16  PSAK No. 17, diantaranya perusahaan belum menerapkan kebijakan penggolongan pengeluaran modal dan pendapatan, tidak melakukan telaah umur manfaat aktiva dan penyajian aktiva tetap di neraca belum memadai.

Kata kunci : kebijakan akuntansi, aktiva tetap, perolehan, penilaian, penilaian kembali, pengeluaran, penyusutan, pelepasan, penyajian.


(7)

ABSTRACT

The objective of the research held at PT. Kahar Duta Sarana Cabang Medan is to recognize fixed assets and its depreciation accounting policy of the company and to compare it to PSAK No. 16 and PSAK No. 17. The methode used for this research is descriptive analysis methode, which is proceeded through studying the existing facts and comparing it to the theory studied to get a conclusion. According to the writer’s analysis, can be concluded that the company hasn’t totally applied PSAK No. 16 and PSAK No. 17, such as, coompany has not applied capital and revenue expenditure classification policy, not reviewing assets useful life, and fixed assets presentation in balace sheet is not exactly accurate.

Keywords : accounting policy, fixed assets, acquiring, valuation, revaluation, expenditure, depreciation, discarding, presentation.


(8)

DAFTAR ISI

Halaman

PERNYATAAN ………. i

KATA PENGANTAR ………... ii

ABSTRAK ……… v

ABSTRACT ………. vi

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR GAMBAR ... x

DAFTAR TABEL ... xi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang... 1

B. Perumusan Masalah... 3

C. Tujuan Penelitian & Manfaat Penelitian... 3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Aktiva Tetap………. 5

B. Penggolongan /Klasifikasi Aktiva Tetap……… 7

C. Kebijakan Akuntansi Aktiva Tetap Menurut PSAK No.16 & 17………. 8

1. Perolehan dan Penilaian Aktiva Tetap………. 8

2. Penilaian Kembali Aktiva Tetap………... 23

3. Pengeluaran Selama Penggunaan Aktiva Tetap……. 26


(9)

5. Pelepasan Aktiva Tetap……….. 41

6. Penyajian Aktiva Tetap di Neraca………... 44

D. Kerangka Konseptual………... 46

BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian………. 48

B. Jenis Data……….. 48

C. Teknik Pengumpulan Data……….….. 48

D. Metode Analisis Data……… 49

E. Jadwal dan Lokasi Penelitian……… 49

BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN A. Data Penelitian……….. 50

1. Sejarah Singkat Perusahaan……….……….….. 50

2. Struktur Organisasi Perusahan………...………. 51

3. Aktivitas Perusahaan……….. 52

4. Kebijakan Akuntansi Aktiva Tetap yang diterapkan PT. Kahar Duta Sarana Cabang Medan……….. 53

a. Perolehan dan Penilaian Aktiva Tetap……… 53

b. Penilaian Kembali Aktiva Tetap……….…… 54

c. Pengeluaran Selama Penggunaan Aktiva Tetap……….…… 54

d. Penyusutan Aktiva Tetap………...……. 58


(10)

f. Penyajian Aktiva Tetap di Neraca………. 62

B. Analisis Hasil Penelitian ... 63

1. Perolehan dan Penilaian Aktiva Tetap……… 63

2. Penilaian Kembali Aktiva Tetap……….………. 64

3. Pengeluaran Selama Penggunaan Aktiva Tetap……… 65

4. Penyusutan Aktiva Tetap……… 66

5. Pelepasan Aktiva Tetap……….………. 67

6. Penyajian Aktiva Tetap di Neraca………….……... 68

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 69

B. Saran ... 71

DAFTAR PUSTAKA ... 72


(11)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman


(12)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

Tabel 2.1 Penyusutan Menurut Metode Garis Lurus... 32

Tabel 2.2 Penyusutan Menurut Metode Jumlah Angka Tahun... 33

Tabel 2.3 Penyusutan Menurut Metode Saldo Menurun... 34

Tabel 2.4 Penyusutan Menurut Metode Saldo Menurun Ganda... 34

Tabel 2.5 Penyusutan Menurut Metode Jam Jasa... 35

Tabel 2.6 Penyusutan Menurut Metode Jumlah Unit Produksi... 36

Tabel 2.7 Penyusutan Menurut Metode Kelompok... 37

Tabel 2.8 Daftar Aktiva Untuk Contoh Metode Penyusutan Jenis... 37

Tabel 2.9 Present Value Of Rp.1,- ... 39

Tabel 2.10 Present Value Of An Annuity Of Rp. 1,- ... 39

Tabel 2.11 Penyusutan Menurut Metode Anuitas... 40

Tabel 2.12 Penyajian Aktiva Tetap di Neraca 1... 45

Tabel 2.13 Penyajian Aktiva Tetap di Neraca 2... 46


(13)

ABSTRAK

Tujuan dilakukannya penelitian terhadap PT. Kahar Duta Sarana cabang Medan adalah untuk mengetahui bagaimana kebijakan akuntansi aktiva tetap dan penyusutan aktiva tetap yang diterapkan perusahaan terhadap aktiva tetapnya dan membandingkannya dengan PSAK No. 16  PSAK No. 17. Metode penelitian yang digunakan adalah metode analisis deskriptif yang dilakukan dengan cara memahami kenyataan yang ada dan membandingkan dengan teori yang dipelajari penulis sehingga dapat diambil kesimpulan. Dari hasil analisa yang dilakukan penulis, dapat diketahui bahwa perusahaan belum sepenuhnya menerapkan PSAK No.16  PSAK No. 17, diantaranya perusahaan belum menerapkan kebijakan penggolongan pengeluaran modal dan pendapatan, tidak melakukan telaah umur manfaat aktiva dan penyajian aktiva tetap di neraca belum memadai.

Kata kunci : kebijakan akuntansi, aktiva tetap, perolehan, penilaian, penilaian kembali, pengeluaran, penyusutan, pelepasan, penyajian.


(14)

ABSTRACT

The objective of the research held at PT. Kahar Duta Sarana Cabang Medan is to recognize fixed assets and its depreciation accounting policy of the company and to compare it to PSAK No. 16 and PSAK No. 17. The methode used for this research is descriptive analysis methode, which is proceeded through studying the existing facts and comparing it to the theory studied to get a conclusion. According to the writer’s analysis, can be concluded that the company hasn’t totally applied PSAK No. 16 and PSAK No. 17, such as, coompany has not applied capital and revenue expenditure classification policy, not reviewing assets useful life, and fixed assets presentation in balace sheet is not exactly accurate.

Keywords : accounting policy, fixed assets, acquiring, valuation, revaluation, expenditure, depreciation, discarding, presentation.


(15)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Perusahaan merupakan organisasi yang didirikan dan kemudian dioperasikan untuk mencapai beberapa tujuan yang sudah ditentukan, yang diantaranya untuk memperoleh laba yang maksimal, perluasan usaha, menjaga kelangsungan hidup perusahaan dan tujuan lainnya. Untuk mencapai tujuan ini manajemen sebagai pihak yang diberikan tanggung jawab diharuskan mampu mengolah faktor-faktor produksi yang ada yaitu man, money, material, dan method. Proses ini dimaksudkan untuk menghasilkan penerimaan kas melalui penjualan produk hasil produksi, dan kemudian penerimaan tersebut menjadi sumber dana utama untuk kelanjutan kegiatan produksi dan kegiatan lain dalam perusahaan. Dalam kegiatan produksi perusahaan, aktiva tetap memiliki peranan yang sangat besar, misalnya tanah tempat produksi pada perusahaan perkebunan, bangunan yang berfungsi sebagai pabrik, mesin yang digunakan untuk produksi, kendaraan untuk pengangkut, inventaris berupa peralatan kantor, meja, kursi dan sebagainya.

Peranan aktiva yang sangat besar bagi perusahaan dapat ditinjau dari segi fungsinya, jumlah dana yang diinvestasikan, pengolahannya yang melibatkan banyak orang, pembuatannya yang umumnya dalam jangka panjang, maupun pengawasannya yang rumit. Kerumitan pengawasan aktiva tetap misalnya dapat dilihat dari pemeliharaan berkelanjutan terhadap aktiva tetap agar terus dapat


(16)

digunakan dalam produksi dan cara penggunaan yang tidak melebihi kapasitasnya. Pengukuran atau penafsiran umur aktiva tetap juga merupakan suatu hal yang rumit karena dibutuhkan suatu penilaian khusus atas masa manfaat aktiva tetap tersebut. Penafsiran masa manfaat ini penting karena berhubungan dengan penentuan nilai penyusutan aktiva tetap, yang nantinya akan berguna untuk melihat apakah aktiva tetap masih layak atau tidak, dan tindakan apa yang akan dilakukan jika masa manfaat aktiva tetap telah berakhir.

Jika memang masa manfaat aktiva tetap berakhir perusahaan dapat memilih untuk membangun kembali (renovasi, overhaul,dan lain lain) aktiva agar bisa kembali digunakan atau menghapuskannya dari pembukuan jika sama sekali tidak lagi bisa digunakan. Tindakan merenovasi/memperbaiki aktiva tetap secara tidak langsung akan menambah masa manfaat dari aktiva tetap tersebut. Tindakan lain yang bisa dilakukan adalah dengan menjual aktiva tetap atau ditukar dengan aktiva tetap lain, dengan catatan pasar masih memberikan nilai atas aktiva tersebut.

Penelitian yang dilakukan peneliti dilakukan di PT. Kahar Duta Sarana Cabang Medanyaitu suatu perusahaan yang bergerak dalam bidang penjualan dan jasa elektronik. Perusahaan ini memiliki cukup banyak aktiva tetap sebagai pendukung operasional perusahaan. Melihat begitu besarnya peranan aktiva tetap di dalam perusahaan ini maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitan peranan aktiva tetap di dalam perusahaan ini dan tertuang dalam judul “Perlakuan

Akuntansi terhadap Aktiva Tetap dan Penerapan Metode Depresiasi pada


(17)

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian mengenai latar belakang masalah yang telah dikemukakan di atas, maka peneliti mencoba untuk merumuskan masalah dalam bentuk pertanyaan sebagai berikut:

1. Apakah kebijakan akuntansi aktiva tetap yang diterapkan oleh PT. Kahar Duta Sarana Cabang Medan telah sesuai dengan PSAK No.16 ?

2. Apakah kebijakan akuntansi penyusutan aktiva tetap yang diterapkan oleh PT. Kahar Duta Sarana Cabang Medan telah sesuai dengan PSAK No. 17 ?

C. Tujuan Penelitian & Manfaat Penelitian

Tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini dapat dijelaskan sebagai berikut :

1. Mengetahui apakah kebijakan akuntansi aktiva tetap yang diterakan oleh PT. Kahar Duta Sarana Cabang Medan telah sesuai dengan PSAK No. 16.

2. mengetahui apakah kebijakan akuntansi penyusutan aktiva tetap yang diterapkan oleh PT. Kahar Duta Sarana Cabang Medan telah sesuai dengan PSAK No. 17.

Adapun manfaat yang kiranya dapat dihasilkan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Bagi peneliti, untuk memperluas wawasan mengenai aktiva tetap baik secara teoritis maupun aplikasi pada dunia usaha.


(18)

2. Bagi perusahaan, sebagai bahan masukan mengenai kelebihan dan kelemahan kebijakan akuntansi aktiva tetap yang diaplikasikan serta diharapkan dapat membantu perusahaan dalam menghadapi permasalahan aktiva tetap nantinya. 3. Bagi akademisi, sebagai bahan referensi bagi yang ingin melakukan penelitian


(19)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Aktiva Tetap

Menurut peneliti aktiva tetap adalah harta milik perusahaan yang bertujuan untuk dipergunakan dalam operasional perusahaan bukan untuk diperjualbelikan, kecuali aktiva tersebut tidak bisa memberikan manfaat. Selama dipergunakan aktiva akan disusutkan setiap tahunnya. Jurnal penyusutan aktiva tetap adalah di sebelah debit beban penyusutan dan disebelah kredit adalah akumulasi penyusutan aktiva tersebut. Aktiva tetap yang dimiliki oleh perusahaan dapat memberikan nilai manfaat lebih dari satu tahun, dan nilai penyusutannya tergantung metode yang dipergunakan dan harus konsisten.

Aktiva tetap didefinisikan PSAK No. 16 paragraf 02 (IAI:2004) sebagai “aktiva berwujud yang diperoleh dalam bentuk siap pakai atau dengan dibangun terlebih dahulu, yang digunakan dalam operasi perusahaan, tidak dimaksudkan untuk dijual dalam rangka kegiatan normal perusahaan dan mempunyai masa manfaat lebih dari satu tahun”. Hal ini sesuai dengan pendapat Mulyadi (2001:591) ”Aktiva tetap adalah kekayaan perusahaan yang memiliki wujud, mempunyai manfaat ekonomis lebih dari satu tahun, dan diperoleh perusahaan untuk melaksanakan kegiatan perusahaan, bukan untuk dijual kembali. Karena kekayaan ini mempunyai wujud, seringkali aktiva tetap disebut dengan aktiva tetap berwujud (tangible fixed assets)”.


(20)

Soemarso (2005: 20) juga memberikan pendapat tentang aktiva tetap yaitu “Aktiva tetap adalah aktiva berwujud (tangible fixed assets) yang : (1) masa manfaatnya lebih dari satu tahun; (2) digunakan dalam kegiatan perusahaan; (3) dimiliki tidak untuk dijual kembali dalam kegiatan normal perusahaan serta; (4) nilainya cukup besar”. Hal ini dipertegas oleh Weygandt, Kieso dan Kimneel (2005:401) mengartikan ”Plant assets are resources that have three characteristics: they have a physical substance (a definite size and shape), are used in the operation of a business, and are not intended for sale to customers. They are also called property, plant, and equipment; plant and equipment; or fixed assets”.

Dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa suatu harta dapat dikatakan aktiva tetap apabila mempunyai karakteristik sebagai berikut :

1. Aktiva berwujud dalam bentuk siap pakai.

Yang dimaksud dengan bentuk siap pakai adalah aktiva yang langsung dapat digunakan dalam operasi perusahaan.

2. Digunakan untuk operasi normal perusahaan.

Dalam hal ini maksudnya aktiva tersebut digunakan untuk kegiatan perusahaan sehari-hari disamping itu aktiva tersebut juga memberikan manfaat pada saat sekarang dan masa yang akan datang, misalnya yang dinyatakan Stice, Stice dan Skousen (2004:141) ”tanah yang digunakan untuk tujuan spekulasi seharusnya diklasifikasikan sebagai investasi”, bukan aktiva tetap.


(21)

Aktiva tetap yang diperoleh untuk dijual kembali dalam kegiatan usaha perusahaan tidak boleh diklasifikasikan sebagai aktiva tetap, terlepas dari sifat permanennya maupun jangka waktu penggunaannya, misalnya tanah dan bangunan yang tujuannya diperjualkan akan diperlakukan sebagai persediaan barang dagangan dari usaha real estate.

4. Mempunyai masa manfaat lebih dari satu tahun (permanen).

Penggunaan aktiva tetap dalam operasi perusahaan adalah lebih dari satu tahun, karena apabila penggunaan dari aktiva tetap itu kurang dari satu tahun, maka aktiva tersebut digolongkan ke aktiva lancar.

B. Penggolongan / Klasifikasi Aktiva Tetap

Pendapat peneliti bahwa jenis aktiva tetap cukup banyak, antara lain meliputi gedung, tanah, kantor, pabrik, kendaraan, furniture, goodwill, dan lain sebagainya. Akan tetapi secara keseluruhan dapat dibagi dalam lima kategori yaitu :

a. Aktiva lancar b. Aktiva tetap c. Inventaris

d. Aktiva tidak berwujud e. Aktiva lain-lain.

Harahap (2002:20) melakukan pengelompokkan aktiva tetap dalam berbagai sudut antara lain :


(22)

a. Tangible assets atau aktiva berwujud seperti lahan, mesin, gedung, dan peralatan.

b. Intangible assets atau aktiva tidak berwujud seperti goodwill, patents, copyright, hak cipta, franchise, dan lain lain.

2. Sudut disusutkan atau tidak yaitu:

a. Depreciated Plant Assets yaitu aktiva tetap yang disusutkan seperti building (bangunan), equipment (peralatan), machinery (mesin), inventaris, jalan, dan lain-lain.

b. Undepreciated plant Assets yaitu aktiva yang tidak disusutkan seperti land (tanah).

3. Berdasarkan jenis yaitu: a. Lahan

Lahan adalah bidang tanah terhampar baik yang merupakan tempat bangunan maupun yang masih kosong. Dalam akuntansi apabila ada lahan yang didirikan bangunan di atasnya harus dipisahkan pencatatannya dari lahan itu sendiri.

b. Bangunan gedung

Gedung adalah bangunan yang berdiri di atas bumi ini baik di atas lahan/air. Pencatatannya harus terpisah dari lahan yang menjadi lokasi gedung itu.

c. Mesin

Mesin termasuk peralatan-peralatan yang menjadi bagian dari mesin yang bersangkutan.

d. Kendaraan

Semua jenis kendaraan seperti alat pengangkutan, truck, grader, forklift, mobil, kendaraan roda dua, dan lain-lain.

e. Perabot

Dalam semua jenis ini termasuk perabot kantor, perabot laboratorium, perabot pabrik yang merupakan isi dari suatu bangunan.

f. Inventaris/ Peralatan

Peralatan yang dianggap merupakan alat-alat besar yang digunakan dalam perusahaan seperti inventaris kantor, inventaris pabrik, inventaris laboratorium, inventaris gudang, dan lain-lain.

C. Kebijakan Akuntansi Aktiva Tetap Menurut PSAK No. 16

dan PSAK No. 17

1. Perolehan dan Penilaian Aktiva Tetap

Pendapat peneliti tentang perolehan dan penilaian aktiva tetap adalah aktiva tetap pada saat diperoleh dinilai sebesar jumlah uang yang dikeluarkan


(23)

untuk mendapatkan aktiva tetap tersebut sampai aktiva tersebut bisa digunakan. Jika aktiva tersebut dibangun sendiri maka semua pengeluaran yang ada dijumlahkan dan menjadi nilai dari aktiva tersebut. Jika diperbaiki (renovasi/reperasi) pengeluaran yang ada dapat ditetapkan sebagai capital expenditure atau revenue expenditure tergantung dari terpenuhinya syarat-syarat yang ditetapkan.

Jusuf (2005:155) mengemukakan :

Agar sejalan dengan prinsip akuntansi yang lazim, aktiva tetap harus dicatat sebesar harga perolehannya. Harga perolehan meliputi semua pengeluaran yang diperlukan untuk mendapatkan aktiva, dan pengeluaran-pengeluaran lain agar aktiva siap untuk digunakan. Sebagai contoh, harga beli mesin, biaya pengangkutan mesin yang dibayar pembeli, dan biaya pemasangan mesin adalah bagian dari harga perolehan mesin pabrik yang dibeli perusahaan.

Harga perolehan didefinisikan PSAK No. 16 paragraf 02 (IAI:2004) sebagai “jumlah kas atau setara kas yang dibayarkan atau nilai wajar imbalan lain yang diberikan untuk memperoleh suatu aktiva pada saat perolehan atau konsruksi sampai dengan aktiva tersebut dalam kondisi dan tempat yang siap untuk digunakan”. Jika perusahaan membeli tanah, maka harga perolehannya akan meliputi harga beli tanah ditambah biaya perantara, biaya pengukuran, balik nama dan biaya penyiapan tanah sampai di atas tanah itu siap didirikan bangunan, kalau tujuan pembeliannya memang untuk itu. Sementara untuk aktiva tetap yang diperoleh tanpa pengorbanan dinilai sebesar harga taksiran atau harga pasar yang layak.

Aktiva tetap dapat diperoleh perusahaan dengan berbagai cara, diantaranya: a. Pembelian kontan atau tunai


(24)

b. Pembelian secara angsuran atau kredit c. Pembelian dengan surat berharga d. Pertukaran atau tukar tambah (trade in) e. Sumbangan pihak lain (donation) f. Dibangun sendiri.

Pembelian kontan atau tunai

Dalam pembelian tunai, aktiva tetap dicatat sebesar uang kas yang dibayarkan dan meliputi harga beli dan semua biaya yang berhubungan dengan pemilikan itu. Semua biaya kemudaian dikurangi potongan harga yang diberikan. Contoh bisa dilihat sebagai berikut :

Perusahaan membeli bangunan Rp. 200.000.000,-, biaya akte notaris Rp. 250.000,-, biaya perantara Rp. 1.000.000,-

Perhitungan:

Bangunan Rp. 200.000.000,- Biaya akte notaris Rp. 250.000,- Biaya perantara Rp. 1.000.000,-


(25)

Ayat jurnal untuk mencatat pembelian tunai ini adalah:

Keterangan D K

Bangunan Rp. 201.250.000

Kas Rp. 201.250.000

(untuk mencatat pembelian

bangunan secara tunai)

Untuk pembelian tunai atas barang bekas pakai, harga perolehan yang dicatat adalah sebesar semua biaya untuk memperoleh aktiva tersebut termasuk biaya reparasi dan perbaikan sehingga aktiva dapat dipakai. Jika aktiva tetap dibeli secara gabungan dengan harga tunggal, maka sesuai dengan PSAK No. 16 paragraf 06 (IAI:2004) “Harga perolehan dari masing-masing aktiva tetap yang diperoleh secara gabungan ditentukan dengan mengalokasikan harga gabungan tersebut berdasarkan perbandingan nilai wajar masing-masing aktiva yang bersangkutan”.

Contoh :

Perusahaan membeli gedung pabrik, tanah dan mesin-mesinnya seharga Rp. 1.000.000.000,-

Taksiran harga pasar aktiva tersebut yaitu:

Gedung pabrik Rp. 550.000.000,-

Tanah Rp. 450.000.000,-


(26)

Berdasarkan taksiran harga pasar tersebut, maka harga perolehan gabungan tersebut dapat dialokasikan:

Taksiran Harga Pasar Harga Perolehan Gedung Rp. 550,000,000 Rp. 550,000,000 x Rp. 1,000,000,000 Rp. 343,750,000

Rp. 1,600,000,000

Tanah Rp. 450,000,000 Rp. 450,000,000 x Rp. 1,000,000,000 Rp. 281,250,000

Rp. 1,600,000,000

Mesin Rp. 600,000,000 Rp. 600,000,000 x Rp. 1,000,000,000 Rp. 375,000,000

Rp. 1,600,000,000

Rp. 1,600,000,000 Rp. 1,000,000,000

Jurnal dari pembelian gabungan ini adalah sebagai berikut:

Keterangan D K

Gedung Rp. 343.750.000

Tanah Rp. 281.250.000

Mesin Rp. 375.000.000

Kas Rp. 1.000.000.000

(untuk mencatat pembelian

tunai aktiva tetap gabungan)

Pembelian secara angsuran atau kredit

Dalam pembelian angsuran, bunga angsuran diperlakukan sebagai beban. Jadi, harga perolehan aktiva tetap itu adalah sebesar harga tunai ditambah biaya-biaya lain diluar beban bunga tersebut. Pembebanan bunga dapat berdasarkan metode bunga flat dan sisa utang dapat disajikan dalam contoh sebagai berikut : Perusahaan membeli mesin dengan harga tunai Rp. 300.000.000,-, uang muka sebesar Rp. 100.000.000,- dan sisanya dibayar dalam 10 kali angsuran semester. Bunga per tahun adalah 10%.


(27)

Jurnal saat pembelian :

Keterangan D K

Mesin Rp. 300.000.000

Kas Rp. 100.000.000

Utang Kontrak Rp. 200.000.000

(untuk mencatat pembelian mesin

secara angsuran)

Jurnal pembayaran angsuran : a. Secara flat

Keterangan D K

Utang Kontrak Rp. 20.000.000 Beban Bunga Rp. 10.000.000

Kas Rp. 30.000.000

(untuk mencatat pembayaran

angsuran mesin)

Jurnal yang sama dicatat sampai angsuran kesepuluh. b. Secara sisa utang

Angsuran pertama :Keterangan D K

Utang Kontrak Rp. 20.000.000 Beban Bunga Rp. 10.000.000

Kas Rp. 30.000.000

(untuk mencatat pembayaran

angsuran pertama mesin)


(28)

Angsuran kedua:

Keterangan D K

Utang Kontrak Rp. 20.000.000 Beban Bunga Rp. 9.000.000

Kas Rp. 29.000.000

(untuk mencatat pembayaran

angsuran kedua mesin)

Beban bunga untuk angsuran kedua dihitung 5% dari sisa utang terakhir, demikian juga untuk angsuran selanjutnya.

Pembelian dengan surat berharga

Aktiva tetap dapat diperoleh dengan mengeluarkan surat-surat berharga yang berupa saham atau obligasi. Harga perolehan aktiva tetap dicatat sebesar harga pasar saham atau obligasi pada saat pembelian aktiva tetap tersebut. Nilai saham atau obligasi dicatat sebesar nilai nominal atau pari. Selisih harga pasar dengan nominal diakui sebagai agio atau disagio saham. Jika harga pasar lebih besar dari nilai nominal selisihnya dicatat sebagai premium (agio saham). Jika harga pasar lebih kecil dari nilai nominal selisihnya dicatat sebagai discount (disagio saham). Contoh :

Perusahaan memperoleh peralatan dengan mengeluarkan 5000 lembar saham, nilai nominal saham Rp. 12.000,- per lembar. Harga kurs saat pembelian adalah: a. Sebesar 90 %


(29)

Jurnal saat pembelian: a. Jika kurs adalah 90

Keterangan D K

Peralatan Rp. 54.000.000

Disagio Saham Rp. 6.000.000

Modal Saham Rp. 60.000.000

(untuk mencatat pembelian

peralatan dengan saham saat kurs 90)

b. Jika kurs adalah 110

Keterangan D K

Peralatan Rp. 66.000.000

Agio Saham Rp. 6.000.000

Modal Saham Rp. 60.000.000

(untuk mencatat pembelian

peralatan dengan saham saat kurs 110)

Jika dalam pembelian aktiva tetap perusahaan mengeluarkan uang kas, maka harga perolehannya adalah harga pasar saham ditambah dengan uang kas yang dikeluarkan.

Contoh:

Perusahaan memperoleh mesin dengan mengeluarkan 1000 lembar saham serta uang kas Rp. 2.500.000,-, nilai nominal saham Rp. 8.000,- per lembar. Saat pembelian harga pasar saham Rp. 10.000,- per lembar, maka dijurnal:


(30)

Keterangan D K

Mesin Rp. 12.500.000

Agio Saham Rp. 2.000.000

Modal Saham Rp. 8.000.000

Kas Rp. 2.500.000

(untuk mencatat pembelian

mesin dengan saham dan uang kas)

Pertukaran atau tukar tambah (trade in)

Laba atau rugi pertukaran dihitung dari selisih nilai buku aktiva tetap lama dengan harga pasar aktiva tetap lama. Nilai buku aktiva tetap lama diperoleh dari pengurangan antara harga perolehan aktiva lama dengan akumulasi penyusutannya. Kas yang dibayarkan untuk pembelian itu dihitung dari pengurangan antara harga pasar aktiva baru dengan harga pasar aktiva lama.

a. Pertukaran aktiva tetap yang sejenis

Pada pertukaran aktiva tetap yang sejenis, aktiva lama ditukar dengan aktiva baru yang mempunyai sifat dan fungsi yang sama. Jika dalam pertukaran diperoleh laba, maka laba tersebut tidak diakui (dicatat), tetapi mengurangi harga atau nilai aktiva tetap yang baru itu, sesuai yang dinyatakan Warren, Reeve dan Fess (2005:509) bahwa “Keuntungan atas pertukaran aktiva tetap sejenis tidak diakui untuk tujuan pelaporan keuangan. Hal ini didasarkan teori bahwa pendapatan berasal dari produksi dan penjualan barang yang dibuat dengan memanfaatkan aktiva tetap, bukan dari pertukaran aktiva tetap yang


(31)

sejenis”. Tetapi jika dalam pertukaran timbul kerugian, maka kerugian itu akan diakui dalam perkiraan rugi pertukaran aktiva tetap.

Contoh:

Tanggal 1 Juli 2000 perusahaan memperoleh peralatan baru yang harganya Rp. 75.000.000,- dengan cara ditukar dengan peralatan lama yang dibeli tanggal 1 Jan 1998 dengan harga perolehan Rp. 55.000.000, masa manfaat 5 tahun dengan nilai sisa Rp. 5.000.000,- dan disusutkan dengan metode garis lurus. Pada saat pertukaran, nilai pasar aktiva lama sebesar Rp. 35.000.000,- dan kekurangannya dibayar dengan kas. Jurnal untuk mencatat penyusutan dari 1 Januari 2000 sampai dengan 1 Juli 2000 yaitu:

Keterangan D K

Beban Penyusutan Rp. 5.000.000

Akumulasi Penyusutan-Peralatan Rp. 5.000.000

(untuk mencatat penyusutan peralatan)

Maka jurnal untuk mencatat pertukaran aktiva tersebut:

Keterangan D K

Peralatan (baru) Rp. 70.000.000*) Akumulasi Penyusutan-Peralatan (lama) Rp. 25.000.000

Peralatan (lama) Rp. 55.000.000

Kas Rp. 40.000.000

(untuk mencatat pertukaran peralatan)


(32)

Perhitungan:

Harga perolehan peralatan (lama) Rp. 55.000.000,- Akum. Penyusutan (1 Jan 98 – 1 Jul 00) (Rp. 25.000.000,-)

Nilai buku peralatan (lama) Rp. 30.000.000,- Nilai pasar peralatan (lama) (Rp. 35.000.000,-) Laba pertukaran Rp. 5.000.000,-

*) Laba pertukaran Rp. 5.000.000,- akan langsung mengurangi nilai peralatan yang baru menjadi Rp. 70.000.000,- (Rp. 75.000.000 – Rp. 5.000.000).

b. Pertukaran aktiva tetap yang tidak sejenis

Pada pertukaran aktiva yang tidak sejenis, aktiva lama ditukar dengan aktiva baru yang tidak sama sifat dan fungsinya. Laba atau rugi pada pertukaran ini harus diakui.

Sumbangan pihak lain (donation)

Menurut PSAK No. 16 paragraf 07 (IAI:2004) “Aktiva tetap yang diperoleh dari sumbangan harus dicatat sebesar harga taksiran atau harga pasar yang layak dengan mengkreditkan akun Modal Donasi “.


(33)

Perusahaan menerima hadiah sebuah mobil yang harga pasarnya Rp. 115.000.000,- maka jurnal untuk mencatat perolehan aktiva tersebut:

Keterangan D K

Kendaraan Rp. 115.000.000

Modal Donasi Rp. 115.000.000

(untuk mencatat aktiva yang

diperoleh dari sumbangan)

Dibangun sendiri

Harga perolehan aktiva tetap yang dibangun sendiri meliputi biaya-biaya yang dikeluarkan untuk memproduksi aktiva tetap itu, seperti biaya bahan baku, biaya tenaga kerja, dan overhead hingga aktiva itu siap digunakan. Biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja langsung dimasukkan sebagai komponen harga perolehan aktiva tetap yang dibangun. Sementara untuk overhead, terdapat dua cara pembebanan yaitu:

a. Metode Incremental Cost

Dengan metode ini, overhead yang dibebankan adalah kenaikan (tambahan) overhead akibat adanya pembangunan aktiva tetap itu.

b. Metode Proportional

Dengan metode ini, overhead yang dibebankan selain berupa kenaikan (tambahan) overhead akibat adanya pembangunan aktiva tetap itu, juga termasuk sebagian overhead (normal) yang dialokasikan (secara proporsional)


(34)

berdasarkan tarif yang digunakan sebagai dasar pembebanan biaya untuk kegiatan produksi normal.

Bila proses pembuatan aktiva tetap tersebut menggunakan dana pinjaman, maka bunga pinjaman dimasukkan dalam perhitungan harga perolehan aktiva seperti yang dinyatakan Hongren, Harrison dan Bamber (2005:401) bahwa “If the company constructs its own assets, the cost of the building may include the cost of interest on borrowed money” dan biaya bunga itu harus dikapitalisasi selama masa kegiatan konstruksi.

Perhitungan biaya bunga yang dapat dikapitalisasi menurut Harnanto (2002:336) antara lain:

a. Hanya biaya bunga yang sesungguhnya terjadi dapat dikapitalisasi. Bunga atas modal sendiri tidak untuk dikapitalisasi.

b. Jumlah maksimum biaya bunga yang dapat dikapitalisasi meliputi seluruh bunga yang dibayar dan terhutang dalam tahun berjalan.

c. Biaya bunga dihitung dari sejak terjadinya pengeluaran untuk kegiatan konstruksi sampai dengan tarif kegiatan konstruksi berakhir dan aktiva siap untuk dipakai.

d. Jumlah rata-rata pengeluaran akumulatif dipakai sebagai dasar perhitungan biaya bunga. Biaya bunga dapat dihitung pada setiap kali terjadi pengeluaran, atau dapat diestimasi berdasar asumsi pengeluaran terjadi secara merata dalam masa berlangsungnya kegiatan konstruksi. Pengeluaran adalah pembayaran kas bukan akrual.

e. Dalam hal kegiatan konstruksi meliputi jangka waktu lebih dari satu periode akuntansi, jumlah pengeluaran akumulatif meliputi pengeluaran yang terjadi dalam tahun-tahun sebelumnya.

f. Suku bunga yang dipakai sebagai dasar perhitungan biaya bunga yang dapat dikapitalisasi adalah: (1) suku bunga pinjaman khusus untuk kegiatan konstruksi aktiva tetap untuk pengeluaran akumulatif sampai dengan jumlah pinjaman khusus; dan (2) suku bunga rata-rata tertimbang pinjaman lain untuk pengeluaran akumulatif di atas pinjaman khusus. g. Jika dana yang berasal dari pinjaman khusus diinvestasikan untuk

sementara waktu sambil menunggu tanggal jatuh temponya pembayaran, pendapatan dari investasi tidak dikurangkan dari biaya bunga untuk menentukan biaya bunga yang sesungguhnya terjadi; kecuali dana berasal dari pinjaman dengan fasilitas bunga bebas pajak.


(35)

h. Total biaya bunga yang sesungguhnya terjadi dan bagian dari biaya bunga yang dapat dikapitalisasi dalam tahun berjalan harus diungkapkan di dalam laporan keuangan.

Contoh :

Perusahaan membangun sendiri pabrik yang baru. Diperkirakan kegiatan konstruksi akan berlangsung selama dua tahun, dan memerlukan biaya Rp. 500.000.000,- Untuk keperluan itu, perusahaan memperoleh kredit investasi dari bank sebesar Rp. 150.000.000,- dengan suku bunga 12%. Di samping kredit investasi tersebut, perusahaan mempunyai pinjaman dari bank sebagai berikut: Hutang obligasi berjangka waktu 5 tahun, Rp. 65.000.000,- dengan bunga 11%

Hutang hipotik, dengan bunga 9% Rp. 90.000.000.-

Rp. 155.000.000,-

Pengeluaran untuk kegiatan konstruksi pabrik yang baru terjadi secara merata, dimulai tanggal 1 Januari 2002 sampai dengan tanggal 31 Desember 2003. Pengeluaran untuk kegiatan konstruksi dalam tahun buku tahun 2002 berjumlah Rp. 300.000.000,. Biaya bunga yang sesungguhnya terjadi dalam tahun 2002 adalah Rp. 33.150.000,- yang dihitung sebagai berikut:

Deskripsi Pokok Pinjaman Suku Bunga Biaya Bunga

Kredit investasi pabrik baru Rp. 150.000.000 12% Rp. 18.000.000

Hutang obligasi Rp. 65.000.000 11% Rp. 7.150.000

Hutang hipotik Rp. 90.000.000 9% Rp. 8.100.000

Jumlah Rp. 305.000.000 Rp. 33.250.000

Suku bunga rata-rata tertimbang untuk pinjaman lain yaitu 9.8% yang dihitung sebagai berikut:


(36)

Deskripsi Pokok Pinjaman Suku Bunga Biaya Bunga

Hutang obligasi Rp. 65.000.000 11% Rp. 7.150.000

Hutang hipotik Rp. 90.000.000 9% Rp. 8.100.000

Jumlah Rp. 155.000.000 9.8% * Rp. 15.250.000

*) Suku bunga rata-rata tertimbang = Rp. 15.250.000 / Rp. 155.000.000 x 100% = 9.8%

Rata-rata jumlah pengeluaran akumulatif – tahun 2002 adalah sebesar Rp. 150.000.000,- sedangkan biaya bunga yang dapat dikapitalisasi adalah sebesar Rp. 18.000.000,- yang dihitung sebagai berikut:

Akumulasi pengeluaran s/d 1 Januari 2002 Rp. 0

Pengeluaran dalam tahun 2002 Rp. 300.000.000

Akumulasi pengeluaran s/d 31 Desember 2002 Rp. 300.000.000

Rata-rata pengeluaran akumulatif – tahun 2002 Rp. 150.000.000

[ (Rp 0 + Rp. 300.000.000) / 2 ]

Biaya bunga yang dapat dikapitalisasi Rp. 18.000.000

[ 12% x Rp. 150.000.000]

Selanjutnya pengeluaran yang sesungguhnya terjadi dalam tahun 2003 adalah Rp.210.000.000,- sehingga membuat total biaya konstruksi menjadi Rp.510.000.000,-. Rata-rata pengeluaran akumulatif – tahun 2003 adalah sebesar Rp. 44.754.000,-

Akumulasi pengeluaran s/d 31 Desember 2002 Rp. 300.000.000

Biaya bunga dikapitalisasi tahun 2002 Rp. 18.000.000

Akumulasi pengeluaran s/d 31 Desember 2002 (termasuk biaya bunga) Rp. 318.000.000

Pengeluaran dalam tahun 2003 Rp. 210.000.000

Akumulasi pengeluaran s/d 31 Desember 2003 Rp. 528.000.000

Rata-rata pengeluaran akumulatif–tahun 2003 Rp. 423.000.000

[(Rp. 318.000.000 + Rp. 528.000.000) / 2]

Biaya bunga yang dapat dikapitalisasi–tahun 2003:

Pengeluaran s/d jumlah kredit investasi Rp. 18.000.000

[12% x Rp. 150.000.000]

Pengeluaran di atas kredit investasi Rp. 26.754.000

[9.8% x Rp. 273.000.000]


(37)

Total biaya bunga dapat dikapitalisasi dalam tahun 2003 Rp. 44.754.000

Dalam tahun 2002, biaya bunga yang sesungguhnya dibayar (Rp. 33.250.000) lebih besar daripada biaya bunga yang dihitung berdasarkan rata-rata jumlah pengeluaran akumulatifnya (Rp. 18.000.000). Oleh karena itu, seluruh biaya bunga yang dihitung berdasarkan rata-rata jumlah pengeluaran akumulatif dikapitalisasi sebagai bagian dari biaya konstruksi pabrik. Sebaliknya, dalam tahun 2003, lebih banyak dana internal perusahaan digunakan untuk kegiatan konstruksi pabrik, sehingga perhitungan biaya bunga yang sebenarnya dapat dikapitalisasi (Rp. 44.754.000) lebih besar dibandingkan dengan biaya bunga yang sesungguhnya dibayar (Rp. 33.250.000). Oleh karena itu, hanya biaya yang sesungguhnya dibayar dalam tahun 2003 dikapitalisasi sebagai bagian dari biaya konstruksi pabrik.

2. Penilaian Kembali Aktiva Tetap

Adakalanya aktiva tetap yang dimiliki perusahaan tidak lagi menunjukkan nilai yang layak yaitu terlalu rendah atau terlalu tingginya nilai aktiva tetap dalam laporan keuangan perusahaan dibandingkan dengan nilai aktiva tersebut di pasaran yang disebabkan perkembangan moneter atau alasan lainnya, sehingga perlu dilakukan penilaian kembali aktiva tetap (revaluasi). Revaluasi ini dimaksudkan agar perusahaan dapat melakukan penghitungan penghasilan dan biaya lebih wajar sehingga mencerminkan kemampuan dan nilai perusahaan yang sebenarnya.


(38)

Penilaian kembali aktiva tetap pada umumnya tidak diperkenankan oleh PSAK karena akuntansi menganut sistem pencatatan nilai historis. Namun bila diperkenankan, hal itu merupakan pengecualian. PSAK No. 16 paragraf 08 (IAI:2004) menjelaskan tentang penilaian kembali atau revaluasi aktiva tetap sebagai berikut:

Penilaian kembali atau revaluasi aktiva tetap pada umumnya tidak diperkenaankan karena Standar Akuntansi Keuangan menganut penilaian aktiva berdasarkan harga perolehan atau harga pertukaran. Penyimpangan dari ketentuan ini mungkin dilakukan berdasarkan ketentuan pemerintah. Dalam hal ini laporan keuangan harus menjelaskan mengenai penyimpangan dari konsep harga perolehan di dalam penyajian aktiva tetap serta pengaruh daripada penyimpangan tersebut terhadap gambaran keuangan perusahaan. Selisih antara nilai revaluasi dengan nilai buku aktiva tetap dibukukan dalam akun modal dengan nama Selisih Penilaian Kembali Aktiva Tetap.

Menurut PSAK No. 16 paragraf 13 (IAI:2004), untuk aktiva tetap yang dinilai kembali harus mengungkapkan:

a. dasar yang digunakan untuk menilai kembali aktiva; b. tanggal efektif penilaian kembali;

c. nama penilai independen, bila ada;

d. hakikat setiap petunjuk yang digunakan untuk menentukan biaya pengganti;

e. jumlah tercatat setiap jenis aktiva tetap; f. surplus penilaian kembali aktiva tetap.

Contoh 1:

Perusahaan mempunyai sebidang tanah dengan harga perolehan Rp. 23.000.000,-, dinilai kembali berdasarkan nilai sekarang sebesar Rp. 40.000.000,-, maka dijurnal:


(39)

Keterangan D K

Tanah Rp. 17.000.000

Modal-Penilaian Kembali Rp. 17.000.000

(untuk mencatat penilaian kembali tanah)

bila tanah dijual dengan harga Rp. 35.000.000,-, maka dijurnal:

Keterangan D K

Kas Rp. 35.000.000

Modal-Penilaian Kembali Rp. 17.000.000

Tanah Rp. 40.000.000

Laba Penjualan Tanah Rp. 12.000.000

(untuk mencatat penjualan tanah

yang telah dinilai kembali)

Contoh 2:

Peralatan yang harga perolehannya sebesar Rp. 10.000.000,-, umur ekonomis 8 tahun, sudah disusutkan 4 tahun, kemudian diturunkan nilainya menjadi Rp.3.000.000,-. Penyusutan tahunan untuk peralatan itu sebelum penurunan nilai adalah Rp. 1.250.000,- dihitung sebagai berikut:

Penyusutan per tahun = Rp. 10.000.000 = Rp. 1.250.000 8

Kerugian atas penurunan nilai peralatan adalah Rp. 2.000.000,- dihitung sebagai berikut:

Harga perolehan peralatan Rp. 10.000.000 Akumulasi penyusutan peralatan (Rp. 5.000.000) (4 x Rp. 1.250.000)


(40)

Nilai buku peralatan Rp. 5.000.000 Nilai buku peralatan setelah penurunan (Rp. 3.000.000)

Kerugian penurunan nilai Rp. 2.000.000

Kerugian penurunan nilai peralatan ini dijurnal sebagai berikut:

Keterangan D K

Akumulasi Penyusutan-Peralatan Rp. 5.000.000 Kerugian Penurunan Nilai Rp. 2.000.000

Peralatan Rp. 7.000.000*)

(untuk mencatat kerugian akibat

penurunan nilai aktiva tetap)

*) Harga perolehan peralatan setelah penurunan nilai yaitu sebesar Rp. 7.000.000 (Rp.10.000.000 – Rp. 3.000.000)

3. Pengeluaran Selama Penggunaan Aktiva Tetap

Aktiva tetap yang dimiliki perusahaan dan digunakan dalam perusahaan akan memerlukan pengeluaran-pengeluaran. Pengeluaran tersebut bertujuannya agar aktiva tetap tersebut tetap dapat digunakan sebagaimana mestinya. Pengeluaran yang ada harus dapat meningkatkan nilai manfaat aktiva sampai beberapa waktu ke depan.

Baridwan (2004:272) mengemukakan bahwa pengeluaran-pengeluaran yang berhubungan dengaan penggunaan aktiva tetap dapat dibagi dua:

a. Pengeluaran modal (Capital Expenditure) adalah pengeluaran-pengeluaran untuk meningkatkan manfaat aktiva untuk masa mendatang.


(41)

Pengeluaran-pengeluaran seperti ini dicatat dalam rekening aktiva (dikapitalisasi).

b. Pengeluaran Penghasilan (Revenue Expenditure) adalah pengeluaran untuk memperoleh suatu manfaat yang hanya dirasakan dalam periode akuntansi yang bersangkutan dan dicatat dalam rekening biaya.

Contoh pengeluaran yang meningkatkan manfaat ekonomi masa mendatang menurut PSAK No. 16 paragraf 07 (IAI:2004):

a. modifikasi suatu pos sarana pabrik untuk memperpanjang usia manfaatnya, termasuk suatu peningkatan kapasitasnya;

b. peningkatan kemampuan mesin (upgrading machine parts) untuk mencapai peningkatan besar dalam kualitas output; dan

c. penerapan proses produksi baru yang memungkinkan suatu pengurangan besar biaya operasi.

Contoh pengeluaran yang diakui sebagai beban saat terjadi menurut PSAK No. 16 paragraf 07 (IAI:2004) yaitu biaya pemeliharaan dan reparasi (servicing) atau turun mesin (overhauling) mesin pabrik dan peralatan.

Contoh:

Mesin giling dengan harga perolehan sebesar Rp. 408.500.000,00. Mesin giling tersebut memiliki masa manfaat 25 tahun dengan penyusutan pertahun sebesar Rp. 16.340.000,00. Perusahaan setiap bulannya mengeluarkan sejumlah biaya seperti biaya pergantian oli terhadap mesin giling tersebut sebesar Rp. 650.000,-. Pengeluaran ini masih merupakan pengeluaran penghasilan (revenue expenditure), karena jumlah biayanya relatif kecil dan merupakan pengeluaran rutin serta tidak menambah umur aktiva tetap tersebut. Maka untuk jurnal transaksinya adalah sebagai berikut :


(42)

Keterangan D K Biaya Pemeliharaan Mesin Giling Rp. 650.000

Kas Rp. 650.000

(untuk mencatat biaya pemeliharaan mesin giling)

Kemudian setelah berproduksi selama 15 tahun, perusahaan mengeluarkan sejumlah biaya untuk mengganti bagian-bagian yang rusak dari mesin giling tersebut. Perbaikan ini menambah umur ekonomis mesin tersebut. Biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan adalah sebesar Rp. 65.000.000,- dan umur ekonomis mesin giling tersebut bertambah 10 tahun, sehingga penyusutan mesin giling tersebut menjadi Rp. 11.420.000 dengan nilai buku baru sebesar Rp. 228.400.000 Perhitungannya dilakukan sebagai berikut :

Harga perolehan mesin giling Rp. 408.500.000,00 Akumulasi Penyusutan mesin giling Rp. 245.100.000,00*) Nilai buku mesin giling Rp. 163.400.000,00 Biaya yang dikeluarkan perusahaan Rp. 65.000.000,00_ Nilai buku baru mesin giling Rp. 228.400.000,00

*) Akumulasi penyusutan mesin giling selama 15 tahun = Rp. 16.340.000 x 15 = Rp. 245.100.000

Pengeluaran modal tersebut menambah 10 tahun umur ekonomis mesin giling, sehingga umur ekonomis mesin tersebut menjadi 20 tahun lagi dengan besar penyusutan mesin giling per tahun sebesar Rp. 11.420.000,00 yang dihitung sebagai berikut:


(43)

Penyusutan mesin giling = Rp. 228.400.000 = Rp. 11.420.000 per tahun 20

Dengan adanya pemisahan kedua jenis pengeluaran itu menimbulkan masalah untuk menggolongkan pengeluaran mana yang dianggap sebagai pengeluaran penghasilan dan mana yang diaanggap sebagai pengeluaran modal. Selama suatu aktiva tetap dipergunakan dalam operasi perusahaan, maka pengeluaran yang dilakukan adalah sebagai berikut :

a. Pemeliharaan

Pemeliharaan adalah pengeluaran untuk memelihara agar aktiva tetap yang bersangkutan tidak cepat rusak atau usang dan tetap dalam kondisi yang baik agar dapat melaksanakan fungsinya dalam operasi perusahaan. Pengeluaran tersebut dibukukan sebagai biaya seperti pelumasan, pengecatan dan lain lain. b. Penambahan

Penambahan adalah pengeluaran yang dilakukan untuk menambah, memperluas atau memperbesar kuantiti dari aktiva tetap. Pada umumnya akan dikapitalisasikan keperkiraan aktiva tetap dan akan disusutkan selama umur ekonomis.

c. Perbaikan

Perbaikan adalah pengeluaran yang dilakukan untuk mengembalikan kondisi suatu aktiva tetap yang rusak agar aktiva tetap tersebut dapat bekerja secara normal kembali.


(44)

Penggantian adalah pengeluaran yang dilakukan untuk mengganti bagian yang rusak dari aktiva tetap. Biaya dari penggantian ini dapat dibebankan ke expenses atau dikapitalisasikan ke perkiraan aktiva tetap. Hal ini tergantung pada besar kecilnya penggantian tersebut.

e. Penambahan nilai

Penambahan nilai adalah pengeluaran yang dilakukan untuk memperbaiki aktiva tetap (kemungkinan aktiva tersebut tidak dalam keadaan rusak) dengan maksud tidak hanya sekedar agar aktiva tetap tersebut dapat menjalankan fungsinya, melainkan juga untuk menambah nilai atau memperpanjang umur ekonomis dari aktiva tetap tersebut. Pengeluaran ini dikapitalisasikan keperkiraan aktiva tetap apabila menambah nilai.

4. Penyusutan Aktiva Tetap

Seluruh aktiva tetap milik perusahaan harus disusutkan. Nilai penyusutan tergantung pada metode yang digunakan oleh perusahaan, terkecuali untuk aktiva berbentuk tanah yang tidak dapat disusutkan kecuali tanah tersebut merupakan lokasi tambang.

Menurut PSAK No. 17 paragraf 02 (IAI:2004) “Penyusutan adalah alokasi jumlah suatu aktiva yang dapat disusutkan sepanjang masa manfaat yang diestimasi”.

Tiga faktor yang harus dipertimbangkan dalam menentukan jumlah beban penyusutan yang diakui setiap periode menurut Warren, Reeve dan Fess


(45)

(2005:497) yaitu: “(a) biaya awal aktiva tetap, (b) umur manfaat yang diperkirakan, dan (c) estimasi nilai pada akhir umur manfaat”.

Metode penyusutan yang dapat digunakan perusahaan untuk mengalokasikan biaya perolehan aktiva tetapnya menurut PSAK No. 17 paragraf 01 (IAI:2004) dapat dikelompokkan dalam kriteria sebagai berikut:

a. berdasarkan waktu:

1) metode garis lurus (straight-line method) 2) metode pembebanan yang menurun:

- metode jumlah-angka-tahun (sum-of-the-years-digit method);

- metode saldo-menurun / saldo-menurun-ganda (declining/double-declining balance method).

b. berdasarkan penggunaan:

1) metode jam-jasa (service-hours method);

2) metode jumlah unit produksi (productive-output method). c. berdasarkan kriteria lainnya:

1) metode berdasarkan jenis dan kelompok (grup and composite method);

2) metode anuitas (annuity method); 3) metode persediaan (inventory systems).

Metode garis lurus

Metode garis lurus menghasilkan beban penyusutan yang bernilai sama besar tiap tahunnya serta penurunan manfaat aktiva tetap yang konstan dari periode ke periode.

Beban penyusutan = Biaya perolehan – Nilai residu _ per tahun Taksiran masa manfaat aktiva (dalam tahun) Beban penyusutan = (Biaya perolehan – Nilai residu) x Tarif per tahun garis lurus Tarif garis lurus = 100% _ _


(46)

Contoh :

Peralatan dibeli seharga Rp. 15.000.000,- nilai residu ditaksir Rp. 2.500.000,- estimasi umur manfaatnya 5 tahun, maka

Beban penyusutan = Rp. 15.000.000 – Rp. 2.500.000 _ = Rp. 2.500.000,- per tahun 5

Tabel 2.1

Penyusutan Menurut Metode Garis Lurus

(Rp)

Tahun Biaya Tarif Beban Akumulasi Nilai Perolehan Penyusutan Penyusutan Buku

15.000.000

1 15.000.000 20% 2.500.000 2.500.000 12.500.000 2 15.000.000 20% 2.500.000 5.000.000 10.000.000 3 15.000.000 20% 2.500.000 7.500.000 7.500.000 4 15.000.000 20% 2.500.000 10.000.000 5.000.000 5 15.000.000 20% 2.500.000 12.500.000 2.500.000 Sumber: Olahan sendiri, 2010

Metode jumlah angka tahun

Dengan metode jumlah angka tahun, beban penyusutan berkala akan menurun sepanjang umur taksiran itu karena angka pecahan yang dikalikan setiap tahun ke harga perolehan dikurangi taksiran nilai residu semakin kecil. Penyebut dari pecahan itu tetap, yaitu jumlah angka-angka yang menunjukkan umur dari aktiva. Pembilang dari pecahan itu, yang setiap tahunnya berubah, adalah jumlah sisa umur aktiva.

Beban penyusutan = Biaya perolehan x Periode manfaat yang tersisa yang tersusutkan Jumlah angka – tahun

Jumlah angka – tahun = N (N+1)_ 2 N : masa manfaat aktiva (tahun)


(47)

Dengan contoh yang sama maka penyusutan peralatan sebagai berikut:

Tabel 2.2

Penyusutan Menurut Metode Jumlah Angka – Tahun

(Rp)

Tahun Biaya Tarif Beban Akumulasi Nilai Perolehan Penyusutan Penyusutan Buku

15.000.000

1 15.000.000 5/15 4.166.667 4.166.667 10.833.333 2 15.000.000 4/15 3.333.333 7.500.000 7.500.000 3 15.000.000 3/15 2.500.000 10.000.000 5.000.000 4 15.000.000 2/15 1.666.667 11.666.667 3.333.333 5 15.000.000 1/15 833.333 12.500.000 2.500.000 Sumber: Olahan sendiri, 2010

Metode saldo menurun

Dalam metode saldo menurun, beban penyusutan makin menurun dari tahun ke tahun, sesuai dengan anggapan semakin tua aktiva tetap, kemampuan berkapasitasnya juga semakin menurun.

Tarif penyusutan = 1 – n Nilai residu : Biaya Perolehan n : estimasi masa manfaat

Dengan contoh yang sama, maka penyusutan dapat dihitung sebagai berikut:


(48)

Tabel 2.3

Penyusutan Menurut Metode Saldo Menurun

(Rp)

Tahun Biaya Tarif Beban Akumulasi Nilai Perolehan Penyusutan Penyusutan Buku

15.000.000

1 15.000.000 30% 4.500.000 4.500.000 10.500.000 2 15.000.000 30% 3.150.000 7.650.000 7.350.000 3 15.000.000 30% 2.205.000 9.855.000 5.145.000 4 15.000.000 30% 1.543.500 11.398.500 3.601.500 5 15.000.000 30% 1.080.450 12.478.950 2.521.050 Sumber: Olahan sendiri, 2010

Metode Saldo Menurun Ganda

Metode saldo menurun ganda menghitung beban penyusutan per periode dengan melipatduakan tarif penyusutan metode garis lurus dan mengalikannya dengan nilai buku aktiva tetap.

Penyusutan = 2 x Tarif garis lurus x Nilai buku pada awal tahun

per tahun

Dengan contoh yang sama, maka penyusutan dapat dihitung sebagai berikut: Tarif penyusutan = 2 x 20% = 40%

Tabel 2.4

Penyusutan Menurut Metode Saldo Menurun Ganda

(Rp)

Tahun Biaya Tarif Beban Akumulasi Nilai Perolehan Penyusutan Penyusutan Buku

15.000.000

1 15.000.000 40% 6.000.000 6.000.000 9.000.000 2 15.000.000 40% 3.600.000 9.600.000 5.400.000 3 15.000.000 40% 2.160.000 11.760.000 3.240.000 4 15.000.000 40% 1.296.000 13.056.000 1.944.000 5 15.000.000 40% 777.600 13.833.600 1.166.400


(49)

Metode Jam Jasa

Metode jam jasa beranggapan bahwa nilai aktiva tetap merupakan sejumlah jam produksi, sehingga taksiran umur aktiva tetap itu tergantung pada jumlah jam kerja produksi yang dipakainya. Beban penyusutan dihitung sesuai dengan penggunaan jam kerja aktiva itu selama berproduksi.

Penyusutan per jam = Biaya Perolehan – Nilai Residu _ Taksiran total jam kerja produktif Beban penyusutan = Jumlah jam kerja x Penyusutan per jam

Dengan contoh di atas dan jam kerja peralatan ditaksir 50.000 jam maka: Penyusutan per jam = Rp. 15.000.000 – Rp. 2.500.000 _ = Rp. 250,-

50.000

Tabel 2.5

Penyusutan Menurut Metode Jam Jasa

(Rp)

Tahun Jam kerja Tarif Beban Akumulasi Nilai Penyusutan Penyusutan Buku

15.000.000

1 12.000 250 3.000.000 3.000.000 12.000.000 2 8.000 250 2.000.000 5.000.000 10.000.000 3 9.000 250 2.250.000 7.250.000 7.750.000 4 14.000 250 3.500.000 10.750.000 4.250.000 5 7.000 250 1.750.000 12.500.000 2.500.000 Sumber: Olahan sendiri, 2010

Metode jumlah unit produksi

Dalam metode unit produksi taksiran manfaat dinyatakan dalam kapasitas produksi yang dapat dihasilkan. Dasar penyusutannya adalah harga perolehan


(50)

dikurangi nilai sisa, sehingga beban penyusutan setiap periode dihitung dengan mengalikan tarif penyusutan dengan dasar penyusutan.

Penyusutan per unit produksi = Biaya Perolehan – Nilai Residu _ Taksiran jumlah unit produksi

Beban Penyusutan = Jumlah unit produksi x Penyusutan per unit produksi

Dengan contoh di atas dan peralatan ditaksir mampu memproduksi 500.000 unit, maka:

Penyusutan per = Rp. 15.000.000 – Rp. 2.500.000 _ = Rp. 25 unit produksi 500.000

Tabel 2.6

Penyusutan Menurut Metode Jumlah Unit Produksi

(Rp)

Tahun Unit Tarif Beban Akumulasi Nilai Produksi Penyusutan Penyusutan Buku

15.000.000

1 150.000 25 3.750.000 3.750.000 11.250.000 2 100.000 25 2.500.000 6.250.000 8.750.000 3 80.000 25 2.000.000 8.250.000 6.750.000 4 75.000 25 1.875.000 10.125.000 4.875.000 5 95.000 25 2.375.000 12.500.000 2.500.000 Sumber: Olahan sendiri, 2010

Metode Jenis dan Kelompok

Metode ini menyusutkan aktiva tetap tidak secara per unitnya, melainkan secara bersama. Metode kelompok menyusutkan sekelompok aktiva yang sejenis, sedangkan metode jenis digunakan untuk menyusutkan sekelompok aktiva yang tidak sejenis.


(51)

Dibeli 50 mesin seharga Rp. 100.000.000,- dengan umur rata-rata 5 tahun. Dari kelompok ini 20 mesin dihentikan pada akhir tahun keempat, 10 mesin pada tahun akhir tahun kelima dan sisanya pada akhir tahun keenam, maka:

Penyusutan per tahun = Rp. 100.000.000 : 50 = Rp. 400.000 per mesin 5

Tabel 2.7

Penyusutan Menurut Metode Kelompok

(Rp)

Tahun Penyusutan Biaya Perolehan Akumulasi Penyusutan Nilai Buku 20% Debet Kredit Saldo Debet Kredit Saldo

100.000.000 100.000.000 100.000.000

1 20.000.000 - - 100.000.000 - 20.000.000 20.000.000 80.000.000 2 20.000.000 - - 100.000.000 - 20.000.000 40.000.000 60.000.000 3 20.000.000 - - 100.000.000 - 20.000.000 60.000.000 40.000.000 4 20.000.000 - 40.000.000 60.000.000 40.000.000 20.000.000 40.000.000 20.000.000 5 12.000.000 - 20.000.000 40.000.000 20.000.000 12.000.000 32.000.000 8.000.000 6 8.000.000 - 40.000.000 - 40.000.000 8.000.000 - -

Sumber: Olahan sendiri, 2010

Contoh penyusutan dengan metode jenis :

Empat aktiva A, B, C, D mempunyai harga perolehan, nilai sisa dan umur ekonomis yang berbeda-beda sebagai berikut :

Tabel 2.8

Daftar Aktiva Untuk Contoh Metode Penyusutan Jenis

(Rp)

Aktiva Harga Nilai H. Perolehan Taksiran Penyusutan Perolehan Sisa disusutkan Umur Per Tahun A 10.000.000 1.000.000 9.000.000 10 900.000 B 5.000.000 500.000 4.500.000 5 900.000 C 20.000.000 2.000.000 18.000.000 10 1.800.000 D 7.500.000 500.000 7.000.000 7 1.000.000 42.500.000 4.000.000 38.500.000 4.600.000 Sumber: Olahan sendiri, 2010


(52)

Penyusutan per tahun = Rp. 4.600.000 x 100% = 10.82% Rp. 42.500.000

Bila terjadi penjualan aktiva, maka akan dicatat debet kas dan kredit harga perolehan aktiva tersebut, sedangkan selisihnya akan dibebankan pada akumulasi penyusutan. Jadi, tidak ada pengakuan laba rugi penjualan aktiva.

Metode anuitas

Dalam metode anuitas, harga perolehan aktiva tetap dianggap sebagai Present Value yang didiskontokan dari jasa yang akan diberikannya selama umur teknisnya. Penyusutan dianggap sebagai angka bunga aktiva tetap yang belum

disusutkan ditambah akumulasi penyusutan. Beban Penyusutan = Biaya Perolehan – PV Nilai Residu _

PVIFni

PVIFni : Present value dari anuitas selama taksiran umur pada tingkat bunga tertentu

Contoh :

Peralatan dibeli seharga Rp. 800.000,- dengan nilai residu Rp. 67.388,- tingkat bunga 10%. Taksiran umur manfaat 5 tahun, maka:

Beban Penyusutan = 800.000 – PV 5 10 67.385

PVIF 5 10

= 800.000 – (67.388 x 0,620921*) 3,790787**


(53)

*) Present value nilai selama 5 tahun pada tingkat bunga 10% yaitu sebesar 0,62092.

**) Present value dari anuitas selama 5 tahun pada tingkat bunga 10% yaitu sebesar 3,7908.

Tabel 2.9

Tabel Present Value Of Rp. 1,-

1% 2% 3% 4% 5% 6% 7% 8% 9% 10% 1 0.99010 0.98039 0.97007 0.96154 0.95238 0.94340 0.93458 0.92593 0.91743 0.90909 2 0.98030 0.96117 0.94260 0.92456 0.90703 0.89000 0.87344 0.85734 0.84168 0.82645 3 0.97059 0.94232 0.91514 0.88900 0.86384 0.83962 0.81630 0.79383 0.77218 0.75131 4 0.96098 0.92385 0.88849 0.85480 0.82270 0.79209 0.76290 0.73503 0.70843 0.68301 5 0.95147 0.90573 0.86261 0.82193 0.78353 0.74726 0.71299 0.68058 0.64993 0.62092 6 0.94204 0.88797 0.83748 0.79031 0.74622 0.70496 0.66634 0.63017 0.59627 0.56447 7 0.93272 0.87506 0.81309 0.75992 0.71068 0.66506 0.62275 0.58349 0.54703 0.51316 8 0.92348 0.85349 0.78941 0.73069 0.67684 0.62741 0.58301 0.54027 0.50187 0.46651 9 0.91434 0.83675 0.76642 0.70259 0.64461 0.59190 0.54393 0.50025 0.46043 0.42410 10 0.90529 0.82035 0.74409 0.67556 0.61391 0.55839 0.50835 0.46319 0.42241 0.38554

Sumber: Dasar – Dasar Pembelanjaan Perusahaan, 1997

Tabel 2.10

Tabel Present Value Of An Annuity Of Rp. 1,-

1% 2% 3% 4% 5% 6% 7% 8% 9% 10% 1 0.9901 0.9804 0.9709 0.9615 0.9524 0.9434 0.9346 0.9259 0.7174 0.9091 2 1.9704 1.9416 1.9135 1.8861 1.8594 1.8334 1.8080 1.7833 1.7591 1.7355 3 2.9410 2.8839 2.8286 2.7751 2.7232 2.6730 2.6243 2.5771 2.5313 2.4868 4 3.9020 3.8077 3.7171 3.6299 3.5459 3.4651 3.3872 3.3121 3.2397 3.1699 5 4.8535 4.7134 4.5797 4.4518 4.3295 4.2123 4.1002 4.9927 3.8896 3.7908 6 5.7955 5.6014 5.4172 5.2421 5.0757 4.9173 4.7665 4.6229 4.4859 4.3553 7 6.7282 6.4720 6.2302 6.0020 5.7863 5.5824 5.3893 5.2064 5.0329 4.8684 8 7.6517 7.3254 7.0196 6.7327 6.4632 6.2098 5.9713 5.7466 5.5348 5.3349 9 8.5661 8.1622 7.7861 7.4353 7.1078 6.8017 6.5152 6.2459 5.9852 5.7590 10 9.4714 8.9825 8.5302 8.1109 7.7217 7.3601 7.0236 6.7101 6.4176 6.1446


(54)

Tabel 2.11

Penyusutan Menurut Metode Anuitas

(Rp)

Tahun Penyusutan Interest Akumulasi Akumulasi Nilai

Revenue Penyusutan Penyusutan Buku

10% Per Tahun

800,000

1 200,000 80,000 120,000 120,000 680,000 2 200,000 68,000 132,000 252,000 548,000 3 200,000 54,800 145,200 397,200 402,800 4 200,000 40,280 159,720 556,920 243,800 5 200,000 24,308 175,692 732,612 67,388 Sumber: Olahan sendiri, 2010

Metode Persediaan

Metode persediaan digunakan untuk menilai aktiva tetap yang bernilai kecil. Aktiva tetap akan dinilai pada setiap akhir periode akuntansi pada kondisinya yang sekarang, melalui persentase keusangan dari aktiva yang digunakan atau melalui penilaian pihak luar. Metode ini dinilai tidak sistematis dan rasional karena tidak ada seperangkat formula yang dipakai dan juga sulit untuk menentukan nilai sesungguhnya aktiva tetap pada akhir periode.

Contoh :

Pembelian aktiva tetap pada awal tahun 2000 adalah sebesar Rp. 1.200.000,- dan taksiran nilai aktiva tetap itu pada akhir tahun adalah Rp. 750.000,- maka penyusutannya adalah sebesar Rp. 450.000,- dan dijurnal:


(55)

Keterangan D K

Beban Penyusutan Rp. 450.000

Akumulasi Penyusutan Aktiva Tetap Rp. 450.000

(untuk mencatat penyusutan aktiva tetap)

5. Pelepasan Aktiva Tetap

Aktiva tetap milik perusahaan bukan untuk dijual terkecuali jika sudah habis disusutkan (full depreciated), maka nilai aktiva tersebut adalah nilai perolehan aktiva dikurang dengan total akumulasi penyusutan.

Contoh : Gedung Rp. 400.000.0000,-

Akumulasi Penyusutan Gedung Rp. 400.000.0000,-

Nilai Akhir aktiva Rp. 0,-

Jika pada awalnya sudah ditetapkan bahwa aktiva setelah disusutkan akan memiliki nilai sisa dan kemudian dijual dengan harga lebih tinggi dari nilai sisa, maka jurnalnya adalah sbb :

Kas XXX

Akumulasi Penyusutan Aktiva Tetap XXX

Aktiva Tetap XXX

Laba atas pelepasan aktiva tetap XXX

Pelepasan aktiva tetap dapat disebabkan faktor keusangan, tersedia aktiva baru yang lebih produktif, kejadian tidak menyenangkan, misalnya bencana alam, dicuri,dan lain lain. Dalam pelepasan aktiva tetap tersebut, menurut Simamora


(56)

(2000:318) perusahaan dapat menjual, menukar dengan aktiva tetap yang baru, membesituakan, menghancurkan atau membuangnya.

PSAK No. 16 paragraf 12 (IAI:2004) menyatakan “aktiva yang ditarik secara permanen dari penggunaannya maupun tidak lagi memberikan manfaat ekonomi untuk masa mendatang harus dieliminasi dari neraca”. Sementara keuntungan dan kerugian yang timbul akibat pelepasan aktiva itu diakui dalam laporan laba rugi menurut PSAK No. 16 paragraf 13 (IAI:2004).

Contoh :

Mobil perusahaan seharga Rp. 120.000.000,- dengan umur ekonomis 5 tahun. Pada akhir tahun ketiga, mobil dicuri, maka oleh perusahaan dicatat sebagai berikut :

Keterangan D K

Beban Penyusutan Rp. 24.000.000

Akumulasi Penyusutan-Mobil Rp. 24.000.000

(untuk mencatat penyusutan mobil)

Sementara kerugian pelepasan aktiva tetap sebesar Rp. 48.000.000,- yaitu sebesar nilai buku mobil tersebut yang dihitung sebagai berikut:

Harga perolehan Rp. 120.000.000 Akumulasi penyusutan (3 x Rp. 24.000.000*) Rp. 72.000.000

Nilai buku Rp. 48.000.000

*) Penyusutan aktiva tetap per tahun = Rp. 120.000.000 = Rp. 24.000.000 5


(57)

Keterangan D K Akumulasi Penyusutan-Mobil Rp. 72.000.000

Kerugian Pelepasan Aktiva Tetap Rp. 48.000.000

Mobil Rp. 120.000.000

(untuk mencatat pelepasan aktiva tetap)

Jika mobil tersebut pada akhir tahun ketiga dijual seharga Rp. 60.000.000,- maka keuntungan penjualan mobil adalah Rp. 12.000.000,- yang dihitung sebagai berikut :

Harga jual Rp. 60.000.000

Nilai buku Rp. 48.000.000

Keuntungan penjualan aktiva tetap Rp. 12.000.000

Keuntungan penjualan aktiva tetap ini dicatat :

Keterangan D K

Kas Rp. 60.000.000

Akumulasi Penyusutan-Mobil Rp. 72.000.000

Mobil Rp. 120.000.000

Keuntungan Penjualan Aktiva Tetap Rp. 12.000.000

(untuk mencatat penjualan dan

keuntungan penjualan aktiva tetap)

Sementara untuk aktiva tetap yang sudah disusutkan penuh namun masih tetap digunakan dalam kegiatan perusahaan, maka menurut Warren, Reeve dan Fess (2005:507) bahwa


(58)

Aktiva tetap tidak boleh dihapus dari akun hanya karena aktiva tetap tersebut telah disusutkan secara penuh. Jika aktiva tetap masih digunakan oleh perusahaan, maka biaya dan akumulasi penyusutan harus tetap tercatat dalam buku besar. Hal ini ditujukan untuk mempertahankan pertanggungjawaban bagi aktiva tersebut dalam buku besar. Jika nilai buku dalam aktiva dihapuskan dari buku besar, tidak akan ada lagi bukti mengenai keberadaan dari aktiva.

6. Penyajian Aktiva Tetap di Neraca

Tujuan dari laporan keuangan adalah menyajikan informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja, serta perubahan posisi keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah besar pemakai dalam pengambilan keputusan ekonomi. Laporan keuangan yang disajikan manajemen haruslah dapat menggambarkan secara wajar posisi keuangan dan tidak menyesatkan.

Laporan keuangan terdiri dari laporan laba rugi, laporan perubahan modal, laporan arus kas, neraca dan catatan atas laporan keuangan. Aktiva tetap perusahaan disajikan dalam neraca perusahaan pada sisi sebelah debet dan dinyatakan sebesar nilai buku, yaitu harga perolehan aktiva tetap dikurangi dengan akumulasi penyusutannya atau dapat disajikan dengan mencatat masing-masing aktiva tetapnya sebesar harga perolehannya kemudian dikurangi akumulasi penyusutan secara keseluruhan.

PSAK No. 16 paragraf 17 (IAI:2004) menyatakan bahwa:

Laporan keuangan harus mengungkapkan, dalam hubungan dengan setiap jenis aktiva tetap:

a. dasar penilaian yang digunakan untuk menentukan jumlah tercatat bruto. Jika lebih dari satu dasar yang digunakan, jumlah tercatat bruto untuk dasar dalam setiap kategori harus diungkapkan;

b. metode penyusutan yang digunakan;


(59)

d. jumlah tercatat bruto dan akumulasi penyusutan pada awal dan akhir periode;

e. suatu rekonsiliasi jumlah tercatat pada awal dan akhir periode memperlihatkan: penambahan, pelepasan, akuisisi melalui penggabungan usaha, revaluasi yang dilakukan berdasarkan ketentuan pemerintah, penurunan nilai tercatat, penyusutan, beda nilai tukar neto yang timbul pada penjabaran laporan keuangan suatu entitas asing dan setiap pengklasifikasian kembali.

Contoh penyajian aktiva tetap di neraca:

Tabel 2.12

Penyajian Aktiva Tetap di Neraca

PT. Y NERACA

Per 31 Desember 20xx

(Rp)

AKTIVA PASIVA

Aktiva Lancar Kewajiban

Aktiva Tetap

Tanah Rp. xxx Gedung Rp. xxx Ak. Penyusutan (Rp. xxx) Rp. xxx Peralatan Rp. xxx

Ak. Penyusutan (Rp. xxx) Rp. xxx Modal Mesin Rp. xxx

Ak. Penyusutan (Rp. xxx) Rp. xxx

Total Aktiva

Tetap Rp. xxx


(60)

Tabel 2.13

Penyajian Aktiva Tetap di Neraca 2

PT.Y

NERACA

Per 31 Desember 200x

(Rp)

AKTIVA PASIVA

Aktiva Lancar Kewajiban

Aktiva Tetap

Tanah Rp. xxx

Gedung Rp. xxx

Peralatan Rp. xxx Modal

Mesin Rp. xxx

Total Aktiva Tetap Rp. xxx

Ak. Penyusutan (Rp. xxx)

Nilai Buku Rp. xxx

Sumber: Akuntansi Aktiva Tetap, 2002

D. Kerangka Konseptual

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan kerangka konseptual untuk membantu memahami dan membahasa masalah yang ada. Adapun bentuk kerangka konseptual tersebut adalah seperti berikut ini :


(61)

PT. Kahar Duta Sarana

Aktiva Tetap

PSAK No. 16 PSAK No. 17

NERACA

Gambar 1.1 Kerangka Konseptual


(62)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian yang dilakukan adalah penelitian yang bersifat deskriptif. Penelitian ini bermaksud dilakukan untuk menguraikan sifat-sifat dan karakteristik dari suatu objek penelitian.

B. Jenis Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu:

1. Data Primer, yaitu data yang belum diolah yang diperoleh langsung dari responden selaku objek penelitian. Dalam hal ini data yang digunakan merupakan data dari hasil wawancara langsung dengan staf akuntansi dan keuangan, misalnya kebijakan perusahaan tentang penyusutan aktiva tetap, pengeluarannya, dan lain lain.

2. Data Sekunder, yaitu data yang telah diolah yang diperoleh dari sumber yang sudah terdokumentasi di perusahaan seperti sejarah singkat perusahaan, struktur organisasi perusahaan, serta data kepustakaan.

C. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan peneliti dalam penelitian ini terdiri dari:


(63)

1. Teknik wawancara, yaitu teknik pengumpulan data primer dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan kepada staf akuntansi dan keuangan PT. Kahar Duta Sarana Cabang Medan untuk memperoleh data.

2. Teknik Dokumentasi, yaitu dengan melakukan pengamatan terhadap dokumen yang berkaitan dengan akuntansi aktiva tetap di perusahaan yang diteliti. 3. Studi kepustakaan, yaitu teknik mengumpulkan informasi yang dibutuhkan

melalui buku, peraturan dan lainnya yang berkaitan dengan masalah yang diteliti.

D. Metode Analisis Data

Metode yang digunakan dalam menganalisis data adalah Metode Analisis Deskriptif, yaitu metode yang digunakan dengan cara menentukan, mengumpulkan, mengklasifikasikan, menginterpretasikan data dan kemudian menganalisanya serta membandingkan dengan teori, lalu diambil kesimpulan yang selanjutnya dapat diberikan saran.

E. Jadwal dan Lokasi Penelitian

Penelitian untuk penulisan skripsi ini berlangsung dari bulan April 2010 yang dilakukan peneliti di PT. Kahar Duta Sarana Cabang Medan yang beralamat di Jln. Putri Hijau Dalam No. 3C Medan 20000


(64)

BAB IV

ANALISIS HASIL PENELITIAN

A. Data Penelitian

1. Sejarah Singkat Perusahaan

Kelompok usaha Kahar Duta Sarana (KDS) mulai berdiri pada tahun 1979 dengan sebuah badan usaha yang memasok alat tulis dan mesin-mesin kantor. Dengan 6 karyawan dan sebuah ruang kantor sederhana di daerah Senen Jakarta Pusat, KDS meniti tahun-tahun pertamanya dengan ketekunan dan kerja keras. Mutu dan layanan yang baik membuat KDS dipercaya memasok keperluan mesin kasir sebuah instansi pemerintah. Momentum ini tidak disia-siakan begitu saja. KDS berhasil meyakinkan sebuah perusahan Jepang, Tokyo Electric Corporation (TEC), untuk bermitra, dan untuk pertama kalinya KDS menjadi Sole Distributor mesin kasir TEC. Dalam perkembangan selanjutnya, KDS juga dipercaya untuk memasarkan produk-produk TEC yang lain seperti Digital Scale, Point of Sale System, dan lain-lain.

Pada pertengahan 1980 KDS lebih menegaskan kiprahnya yang terfokus pada penyelenggaraan retail system solution dengan memasuki bidang Marking System, yaitu dengan memasarkan Barcode Printer dan memasuki era produksi marking labels pada tahun 1990. Saat ini bahkan pengembangan pasarnya juga meliputi industrial labels yang di antara


(65)

pelanggannya termasuk pula multinational corporation. Produksi KDS telah memenuhi syarat kualitas dan mendapat sertifikasi dari UL (Underwriting Laboratory) USA. Bidang marking makin lengkap dengan ditunjuknya KDS sebagai distributor oleh PSC Inc. untuk produk Laser Scanner dan oleh Loveshaw (UK) untuk produk Large Character Printer.

Perkembangan yang paling akhir dari kiprah KDS adalah berdirinya Divisi Niaga pada awal dekade 1990 yang mengayomi sejumlah outlet swalayan fotografi dibeberapa tempat di Jakarta, kemudian disusul dengan berdirinya Divisi CASIO yang memegang keagenan tunggal Digital Camera, Dye Sublimation Printer dan Personal Data Assitant (PDA). Dalam memasuki dekade pertama abad 21, Indonesia dengan pasti akan berkembang menjadi pemain yang penting dalam ekonomi global. KDS akan terus mengambil peran yang aktif dan dinamis serta berkembang terus memenuhi tuntutan zaman.

2. Struktur Organisasi Perusahaan

PT Kahar Duta Sarana Cabang Medan wilayah kerjanya meliputi 4 provinsi yaitu : Provinsi Nanggroe Aceh Darusalam, Sumatera Utara, Sumatera Barat, dan Riau; yang dipimpin oleh seorang Kepala Cabang yang bertanggung jawab terhadap Direktur Penjualan. Adapun fungsi dari Kepala Cabang ini adalah untuk pengkoordinasian penyelenggaraan kegiatan pembekalan dan pemasaran produk – produk Kahar Duta Sarana di wilayah kerja Kahar Duta Sarana Cabang Medan. Kepala Cabang Medan membawahi


(66)

tiga bagian divisi kerja. Masing – masing bagian dipimpin oleh Kepala Seksi. Struktur Organisasi PT. Kahar Duta Sarana Cabang Medan bisa dilihat dalam lampiran satu skripsi ini. Untuk lebih jelasnya, fungsi dari masing – masing bagian akan diuraikan sebagai berikut :

a. Bagian Penjualan

Bagian ini berfungsi sebagai pengkoordinasian kegiatan penjualan produk – produk Kahar Duta Sarana yang berada di wilayah kerja cabang medan yang meliputi : Nanggro Aceh Darusalam, Sumatera Utara, Sumatera Barat, dan Riau.

b. Bagian Service

Bagian ini berfungsi sebagai pengkoordinasian kegiatan after sales yang meliputi perawatan dan perbaikan terhadap hasil penjualan produk – produk diseluruh wilayah kerja Kahar Duta Sarana.

c. Bagian Administrasi dan Keuangan

Bagian ini berfungsi sebagai pengkoordinasian dan pengendalian aspek keuangan, yang meliputi kegiatan rencana kerja / anggaran, personalia, akuntansi dan perbendaharaan di Kahar Duta Sarana.

3. Aktivitas Perusahaan

PT. Kahar Duta Sarana Cabang Medan adalah perusahaan yang bergerak dalam bidang penjualan dan jasa elektronik. Produk – produk yang dipasarkan adalah mesin kasir, barcode, scale, dan perlengkapan mesin kasir seperti label, ticket roll, dan ribbon serta jasa service untuk mesin – mesin


(67)

yang dipasarkan tersebut. Sistem penjualan yang dilakukan oleh PT. Kahar Duta Sarana Cabang Medan adalah sistem penjualan tunai, yaitu pelanggan menyetorkan dana ke Bank atau ke bagian Kasa perusahaan secara tunai sejumlah nilai penjualan.

4. Kebijakan Akuntansi Aktiva Tetap yang diterapkan PT. Kahar Duta

Sarana Cabang Medan

a. Perolehan dan Penilaian Aktiva Tetap

Seluruh aktiva tetap pada PT. Kahar Duta Sarana diperoleh dengan cara pembelian tunai, termasuk untuk gedung yang digunakan sebagai kantor. Dasar pencatatan yang dilakukan PT. Kahar Duta Sarana dalam pembelian aktiva tetap secara tunai adalah sebesar nilai pembelian yang tercantum dalam harga faktur pembelian tunai ditambah biaya-biaya lainnya yang terjadi agar aktiva tetap itu siap untuk digunakan, seperti biaya pengiriman, pengangkutan dan lainnya.

Contoh:

Pada Maret 2001 perusahaan membeli Mobil Toyota Kijang LSX EFI/2001 seharga Rp.155.000.000,- secara tunai. Atas pembelian ini perusahaan mengeluarkan biaya surat-surat kendaraan Rp. 5.000.000,-. Sehingga oleh perusahaan dihitung harga perolehan sebesar Rp. 160.000.000,- (Rp. 155.000.000 + Rp. 5.000.000). Dan perolehan atas mobil tersebut dicatat perusahaan sebagai berikut :


(1)

sesuai dengan kebijakan aktiva tetap dan akuntansi penyusutan menurut PSAK No. 16 dan PSAK No. 17.

3. Kebijakan perolehan dan penilaian aktiva tetap PT. Kahar Duta Sarana telah sesuai dengan kebijakan PSAK dimana perusahaan menilai aktiva tetap yang diperolehnya sebesar biaya perolehannya

4. Kebijakan penilaian kembali aktiva tetap PT. Kahar Duta Sarana telah sesuai dengan kebjakan PSAK yang menganut historical cost dimana sampai saat ini perusahaan belum pernah melakukan penilaian kembali aktiva tetapnya seiring perkembangan moneter.

5. Kebijakan pengeluaran selama penggunaan aktiva tetap PT. Kahar Duta Sarana belum sesuai dengan kebijakan PSAK karena perusahaan membebankan seluruh pengeluaran yang terjadi menjadi biaya operasi tanpa mempertimbangkan apakah pengeluaran tersebut mampu memperpanjang umur manfaat aktiva tetap dan juga tidak dilakukan telaah ulang umur manfaat aktiva tetap akibat pengeluaran modal tersebut.

6. Kebijakan penyusutan aktiva tetap PT. Kahar Duta Sarana telah sesuai dengan kebijakan PSAK dimana perusahaan memilih metode penyusutan garis lurus untuk mengalokasikan biaya perolehan berdasarkan tarif penyusutan tertentu yang telah disesuaikan dengan kebijaksanaan perusahaan serta telah menerapkannya secara konsisten.


(2)

dieliminasi keberadaannya dari neraca dan terdapat pengakuan keuntungan atau kerugian dari pelepasan aktiva tetap tersebut.

8. Kebijakan penyajian aktiva tetap PT. Kahar Duta Sarana di neraca belum sesuai dengan kebijakan PSAK dimana perkiraan aktiva tetap perusahaan disajikan sebesar total dari seluruh golongan atau jenis aktiva tetap perusahaan tanpa merinci harga perolehan aktiva tetap itu berdasarkan golongan atau jenisnya.

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh, maka peneliti menyarankan sebagai berikut:

1. Mengenai kebijakan pengeluaran selama penggunaan aktiva tetap yang diterapkan perusahaan, sebaiknya perusahaan membedakan antara pencatatan pengeluaran pendapatan dan pengeluaran modal, dengan mempertimbangkan kemampuan pengeluaran itu untuk menambah umur manfaat aktiva tetapnya. 2. Perusahaan sebaiknya melakukan telaah ulang umur manfaat aktiva tetap

setelah terjadi pengeluaran modal yang menambah umur manfaat aktiva tetap tersebut.

3. Mengenai penyajian aktiva tetap di neraca, sebaiknya perusahaan merinci harga perolehan aktiva tetap berdasarkan golongan atau jenisnya agar memberi informasi yang lebih jelas bagi pemakai laporan keuangan.


(3)

DAFTAR PUSTAKA

Baridwan, Zaki, 2004. Intermediate Accounting, BPFE, Yogyakarta.

Harahap, Sofyan Safri, 2002. Akuntansi Aktiva Tetap, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta.

Harnanto, 2002. Akuntansi Keuangan Menengah, BPFE-Yogyakarta, Yogyakarta. Hongren, Charles T., Walter T. Harrison Jr. dan Linda Smith Bamber, 2005.

Accounting, 6th Edition, Prentice Hall, New Jersey.

Jusuf, Al.Haryono, 2005. Dasar-Dasar Akuntansi, STIE YKPN, Yogyakarta. Mulyadi, 2001. Sistem Akuntansi, Salemba Empat, Jakarta.

Niswonger, Warren, Reeve dan Fess. 2004. Prinsip-Prinsip Akuntansi, Edisi 19, Terjemahan Helda Gunawan, Erlangga, Buku 1, Jakarta.

Simamora, Henry. 2000. Akuntansi: Basis Pengambilan Keputusan, Salemba Empat, Jakarta.

Soemarso S.R, 2005. Akuntansi: Suatu Pengantar, Salemba Empat, Jakarta. Stice, Earl K., James D. Stice dan K. Fred Skousen. 2004. Akuntansi

Intermediate, Edisi 15, Terjemahan Safrida R. Parulian dan Ahmad

Maulana, Salemba Empat, Buku 1, Jakarta.

Warren, Carl S., James M. Reeve dan Phillip E. Fess, 2005. Pengantar Akuntansi, Edisi 21, Terjemahan Aria Farahmita, Amanugrahani dan Taufik Hendrawan, Salemba Empat, Buku 1, Jakarta.

Weygnandt, Jerry J., Donald E. Kieso, Paul D. Kimneel, 2005. Accounting

Principles, 7th Edition, John Wiley & Sons, New York.

Ikatan Akuntan Indonesia, 2004. Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan, Salemba Empat, Jakarta.

Jurusan Akuntansi, Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara, 2004. Buku


(4)

Lampiran 1

BAGAN STRUKTUR ORGANISASI PT KAHAR DUTA SARANA CABANG MEDAN

 

 


(5)

Lampiran 2

PT. KAHAR DUTA SARANA NERACA

PER 31 DESEMBER 2010

Pos-Pos 2009 2010 Perubahan Pos-Pos 2009 2010 Perubahan

AKTIVA KEWAJIBAN & EKUITAS

AKTIVA LANCAR HUTANG LANCAR

Kas dan Setara Kas xxxxx xxxxx Hutang Usaha xxxxx xxxxx

Kas di Bank xxxxx xxxxx Hutang Pajak xxxxx xxxxx

Piutang Usaha xxxxx xxxxx Beban Masih Harus Dibayar xxxxx xxxxx

Biaya Dibayar Dimuka xxxxx xxxxx Pendapatan Diterima Dimuka xxxxx xxxxx

Piutang Lain-lain xxxxx xxxxx xxxxx xxxxx

Persediaan xxxxx xxxxx Total Hutang Lancar

Total Aktiva Lancar

- HUTANG JANGKA PANJANG

Hutang Bank xxxxx xxxxx

AKTIVA TETAP Hutang Jangka Panjang Lainnya xxxxx xxxxx

Aktiva Tetap xxxxx xxxxx

Akumulasi Penyusutan

Aktiva Tetap xxxxx xxxxx Total Hutang Jangka Panjang

Total Aktiva Tetap

- EKUITAS

Modal Disetor xxxxx xxxxx

Laba Ditahan xxxxx xxxxx

AKTIVA LAIN-LAIN xxxxx xxxxx Laba (rugi) Tahun Berjalan xxxxx xxxxx

Total Ekuitas

TOTAL AKTIVA

-

-

-

TOTAL KEWAJIBAN & EKUITAS

-

- -

Sumber: PT. KAHAR DUTA SARANA.


(6)

Lampiran 3 LAPORAN LABA RUGI

PT. KAHAR DUTA SARANA CABANG MEDAN Untuk periode berakhir 31 Desember 2010

SALES xxxxx

COST OF GOODS SOLD

Beginning Inventory xxxx

Purchase xxxx

Goods available for sold xxxx

Ending Inventory xxxx

Cost of Goods Sold xxxx

Gross Profit xxxx

OPERATING EXPENSES

Selling Expenses xxxx

Sales Commissions xxxx

Freight xxxx

SalesTransport & Travelling xxxx

Fuel-Delivery Car xxxx

Sales Representation xxxx

Sales Advertising & Promotion xxxx

Sales Training & Meeting xxxx

Other Selling & Distribution Expense xxxx

Total Operating Expenses xxxx

GENERAL & ADMINISTRATION EXPENSES

Salaries & Wages xxxx

Office Supplies xxxx

Official Expenses xxxx

Rent Expenses xxxx

Interest xxxx

Repair & Maintenance xxxx

Insurance xxxx

General Transport & Travelling xxxx

Fuel-General Car xxxx

Telephone/Fax/Pager xxxx Electricity/Water xxxx

Bank Charges xxxx

General Representation xxxx

General Advertising & Promotion xxxx

General Training & Meeting xxxx

Research & Development xxxx

Taxes Expenditures xxxx

PBB xxxx

Miscellaneous xxxx

Depreciation xxxx Amortization xxxx

Total General & Administration Expenses xxxx

Total Expenses xxxx

Operating Profit xxxx

Interest Expense xxxx

Profit before Tax xxxx