Penyusutan Volume Setelah Sintering

47

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh kemurnian alumina terhadap temperatur sintering keramik alumina, serta mengetahui pengaruh tingkat kemurnian bahan baku alumina terhadap sifat fisis dan sifat mekanis keramik alumina. Riset dilakukan melalui tahapan sintesa alumina dengan metode metalurgi serbuk, karakterisasi, pengolahan data dan analisa. Karakterisasi yang dilakukan meliputi: pengukuran susut volum, densitas dan porositas, observasi SEM-EDX, uji kekerasan vickers dan fracture toughness.

4.1 Penyusutan Volume Setelah Sintering

Dilakukan pengukuran penyusutan volume sampel alumina PA dan alumina teknis setelah proses sintering. Sintering dilakukan dengan variasi temperatur 1250 ° , 1350 ° , 1450 ° , 1550 ° , dan 1600 ° C dengan holding temperature 950 C, holding time 2 jam dan heating rate 2 Cmin. Hasil pengukuran nilai penyusutan disajikan pada tabel 4.1, dan grafik hubungan antara temperatur sintering dengan nilai penyusutan disajikan pada gambar 4.1. Tabel 4.1 Penyusutan Kearmik Alumina setelah Sintering Temperatur Sintering C Alumina PA Alumina Teknis Susut Massa gr Susut Volume cm 3 Susut Massa gr Susut Volume cm 3 1250 0.0564 0.0313 0.0488 -0.0047 1350 0.0546 0.0661 0.0459 0.016 1450 0.0807 0.1167 0.0577 0.05 1550 0.056 0.1700 0.0568 0.03509 1600 0.066 0.2379 0.0588 0.145 PDFill PDF Editor with Free Writer and Tools 48 Gambar 4.1 Penyusutan Keramik Alumina PA dan Alumina Teknis Grafik pada gambar 4.1 menunjukan bahwa semakin tinggi tingkat kemurnian bahan alumina yang digunakan, maka semakin besar penyusutan yang dialami sampel keramik alumina. Peningkatan temperatur sintering juga mengakibatkan kecenderungan penyusutan keramik alumina PA dan alumina teknis meningkat seiring peningkatan temperatur sintering. Pada grafik 4.1 juga terlihat bahwa penyusutan keramik alumina PA lebih besar dibandingkan penyusutan pada keramik alumina teknis. Hal ini disebabkan karena proses densifikasi pada keramik alumina PA lebih cepat sehingga penyusutan shrinkage pada sampel lebih banyak dari penyusutan keramik alumina teknis. Menurut R. Simanjuntak 2011, pada dasarnya proses densifikasi pada proses sintering telah menyebabkan terjadinya penyusutan, besar penyusutan ini bergantung pada besarnya temperatur dan lamanya waktu pembakaran, juga erat hubungannya dengan keadaan awal porositas. Tidak semua proses penyusutan berlangsung merata. Penyusutan yang terjadi dapat terjadi karena perbedaan ukuran butir, distribusi temperatur tidak merata, waktu sintering yang berbeda PDFill PDF Editor with Free Writer and Tools 49 untuk setiap titik, adanya penyusutan anisotropik dan orientasi partikel, komposisi dari campuran dan pada proses pencetakan, dan pembentukan sampel dengan cara dry pressing kurang teliti. Penyusutan shrinkage mengakibatkan sampel keramik alumina PA dan alumina teknis mengalami perubahan atau pengurangan dimensi baik massa maupun volume sampel. Keadaan ini berhubungan dengan proses densifikasi pemadatan yang terjadi saat proses sintering. Proses ini meliputi difusi atom- atom yang mengarah kepada pergerakan dari batas butir dimana ikatan terjadi antar partikel-partikel yang berdekatan sehingga membentuk pertumbuhan leher yang mengakibatkan pusat partikel bergerak semakin dekat. Tahap penyusutan inilah yang menyebabkan penurunan massa dan volume setelah sintering. Hal ini sesuai dengan penelitian Juliana Anggono, et al. 2008 yang mengatakan proses sintering sangat mempengaruhi perubahan dimensi sampel shrinkage. Semakin tinggi temperatur sintering maka nilai penyusutannya semakin meningkat. Hal ini dikarenakan oleh transport massa difusi atom antar partikel yang menyebabkan terbentuknya butir dan eliminasi pori.

4.2 Densitas Dan Porositas