Fracture Tougness K KARAKTERISASI MATERIAL .1 SEM

29 Tergantung pada kekerasan logam yang diuji. Hal-hal yang menghalangi keuntungan pemakaian metode vickers adalah : 1. Uji ini tidak dapat digunakan untuk pengujian rutin karena pengujian ini sangat lamban. 2. Memerlukan persiapan permukaan benda uji. 3. Terdapat pengaruh kesalahan manusia yang besar pada penentuan panjang diagonalnya. Keuntungan metode vickers :  Indentor dibuat dari bahan yang cukup keras sehingga dimungkinkan dilakukan untuk berbagai jenis logam.  Memberikan hasil berupa skala kekerasan yang kontinu dan dapat digunakan untuk menentukan kekerasan pada material yang sangat lunak.  Dapat dilakukan untuk benda-benda dengan ketebalan yang sangat tipis sampai 0.006 inchi.  Harga kekerasan yang didapat dari uji vickers tidak bergantung pada besar beban identor. 56

2.8 Fracture Tougness K

IC Fracture Toughness merupakan kemampuan material untuk menahan beban atau deformasi yang terjadi akibat retak dengan memperhatikan faktor cacat material, geometri material, kondisi pembebanan, dan tentunya property material yang digunakan. Secara umum, fracture toughness merupakan ketangguhan retak suatu material untuk mengevaluasi kemampuan komponen yang mengandung cacat untuk melawan fracture pecahpatah. Besarnya nilai fracture toughness dipengaruhi oleh ketebalan suatu material. Semakin tebal suatu material maka nilai fracture toughness akan semakin besar akan tetapi jika tebal material melebihi batas kritis maka akan menyebabkan nilai fracture toughness cenderung konstan. Ketebalan suatu material dipengaruhi oleh kondisi pembebanan, jika 56 William Calister, Material and Science Engineering : An Introduction”, 6th edition, John Wiley Sons, Inc., 2003 PDFill PDF Editor with Free Writer and Tools 30 beban yang diberikan merupakan plain strain regangantarikan maka akan membutuhkan nilai ketebalan yang lebih besar sedangkan jika beban yang diberikan merupakan plane stress tekanan maka membutuhkan nilai ketebalan yang relatif lebih kecil. 57 2.9 Penyusutan Massa dan Volume 2.9.1 Susut Massa Pengukuran susut massa dilakukan pada sampel uji yang berbentuk pelet dengan massa awal sebelum dibakar. Susut massa = x 100 Dimana : m o = massa sebelum dibakar m s = massa sesudah dibakar

2.9.2 Susut Volume

Pengukuran susut volume dilakukan pada benda uji berbentuk pelet dengan volume awal sebelum dibakar. Susut massa = x 100 Dimana : V o = volume sebelum dibakar V s = volume sesudah dibakar 57 Putu Aditya Setiawan, Fracture Toughness, pada http:putukebaronga.blogspot.com201105fracture-toughness.html diakses pada 28 Agustus 2014 pukul 11.40 WIB PDFill PDF Editor with Free Writer and Tools 31 2.10 KARAKTERISASI MATERIAL 2.10.1 SEM Scanning Electron Microscopy Mikrajuddin dan Khairurrijal 2009 menyatakan, SEM adalah salah satu jenis mikroskop elektron yang menggunakan berkas elektron untuk menggambar profil permukaan benda. Prinsip kerja SEM adalah menembakan permukaan benda dengan berkas elektron berenergi tinggi. Permukaan benda yang dikenai berkas akan memantulkan kembali berkas tersebut atau menghasilkan elektron sekunder ke segala arah. Tetapi ada satu arah dimana berkas dipantulkan dengan intensitas tertinggi. Detektor di dalam SEM mendeteksi elektron yang dipantulkan dengan intensitas tertinggi. Arah tersebut memberi informasi profil permukaan benda seperti seberapa landai dan kemana arah kemiringan. Pada saat dilakukan pengamatan, lokasi permukaan benda yang ditembak dengan berkas elektron di- scan ke seluruh area daerah tembak pengamatan. Sehingga dapat dibatasi lokasi pengamatan dengan melakukan zoom in atau zoom out. Berdasarkan arah pantulan berkas pada berbagai titik pengamatan maka profil permukaan benda dapat dibangun menggunakan program pengolahan gambar yang ada dalam komputer. Gambar. 2.11 Dalam SEM berkas elektron berenergi tinggi mengenai permukaan material. Elektron pantulan dan elektron sekunder dipancarkan kembali dengan sudut yang bergantung pada profil permukaan material. PDFill PDF Editor with Free Writer and Tools 32 SEM memiliki resolusi yang lebih tinggi daripada mikroskop optik. Hal ini disebabkan oleh panjang gelombang de broglie yang dimiliki elektron lebih pendek daripada gelombang optik. Makin kecil gelombang yang digunakan maka makin tinggi resolusi mikroskop. Panjang gelombang de broglie elektron adalah = h p, dengan h konstanta planck dan p adalah momentum elektron. Momentum elektron dapat ditentukan dari energi kinetik melalui hubungan K = p 2 2m, dengan K energi kinetik elektron dan m adalah massanya. 58 Trewin 1988 dalam Nuha 2008 menyatakan, SEM terdiri dari sebuah senapan elektron yang memproduksi berkas elektron pada tegangan dipercepat sebesar 2-30 kV. Berkas elektron tersebut dilewatkan pada beberapa lensa elektromagnetik untuk menghasilkan image berukuran, ~10 nm pada sampel yang ditampilkan dalam bentuk film fotografi atau ke dalam tabung layar. 59 Diagram skematik dan cara kerja SEM digambarkan sebagai berikut : Gambar 2.12 Gambar Skematik SEM 58 Mikrajuddin Abdullah and Khairurrijal. Review : Karakteristik Nanomaterial. Jurnal Nanosains dan Nanoteknologi. Vol 2 No. 1, Februari 2009. Bandung : Jurnal Nanosains dan Nanoteknologi, 2008 59 Nuha Desi Anggraeni, Analisis SEM dalam Pemantauan Proses Oksidasi Magnetite menjadi Hematite, Seminar Nasional VII Rekayasa dan Aplikasi Teknik Mesin di Industri, Bandung : ITN, 2008, h. 52 PDFill PDF Editor with Free Writer and Tools 33 Nuha 2008 menyatakan, SEM sangat cocok digunakan dalam situasi yang membutuhkan pengamatan permukaan kasar dengan pembesaran berkisar antara 20 – 500.000 kali. Sebelum melalui lensa elektromagnetik terakhir scanning raster mendefleksikan berkas elektron untuk men-scan permukaan sampel. Hasil scan ini tersinkronisasi dengan tabung sinar katoda dan gambar sampel akan tampak pada area yang di-scan. Tingkat kontras yang tampak pada tabung sinar katoda timbul karena hasil refleksi yang berbeda-beda dari sampel. Sewaktu berkas elektron menumbuk permukaan sampel sejumlah elektron direfleksikan sebagai backscattered electron BSE dan yang lainnya membebaskan membebaskan energi rendah secondary electron SE. Emisi radiasi elektromagnetik dari sampel timbul pada panjang gelombang yang bervariasi, tetapi pada dasarnya panjang gelombang yang lebih menarik untuk digunakan adalah daerah panjang gelombang cahaya tampak cathodoluminescence dan sinar-x. Elektron-elektron BSE dan SE yang direfleksikan dan dipancarkan sampel dikumpulkan oleh sebuah scintillator yang memancarkan sebuah pulsa cahaya pada elektron yang datang. Cahaya yang dipancarkan kemudian diubah menjadi sinyal listrik dan diperbesar oleh photomultiplier. Setelah melalui proses pembesaran, sinyal tersebut dikirim ke bagian grid tabung sinar katoda. Scintillator biasanya memiliki potensial sebesar 5-10 kV untuk mempercepat energi rendah yang dipancarkan elektron agar cukup untuk mengemisikan cahaya tampak ketika menumbuk scintillator. Scintillator harus dilindungi agar tidak terkena defleksi berkas elektron utama yang memiliki potensial tinggi. Pelindung metal yang mengandung metal gauze terbuka yang menghadap sampel memungkinkan hampir seluruh elektron melalui permukaan scintillator. 60 60 Ibid., h. 52-53 PDFill PDF Editor with Free Writer and Tools 34

BAB III METODE PENELITIAN

3.1 Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan selama 8 bulan. Pada bulan Maret –September 2014 di laboratorium Pusat Teknologi Material PTM, Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi BPPT, Puspitek, Serpong, Tangerang. 3.2 Alat dan Bahan 3.2.1 Alat Penelitian Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah : a. Spatula Berfungsi sebagai sendok untuk mengambil bahan. b. Cawan Berfungsi sebagai tempat meletakan sampel saat pengovenan. c. Oven Berfungsi untuk mengeringkan sampel setelah mengalami pencampuran dan pencetakan. d. Timbangan Digital Berfungsi untuk menimbang massa bahan. e. Ayakan Test Sieve Berfungsi untuk menyaring serbuk sesuai dengan ukuran yang diinginkan dengan mesh 625. f. Botol kecil Berfungsi untuk wadah untuk mencampur bahan dengan binder yang akan dikompaksi. PDFill PDF Editor with Free Writer and Tools