54
4.3 Struktur Mikro
Pengujian  SEM-EDX  dalam  penelitian  ini  bertujuan  untuk  melihat  kondisi sintering antar partikel pengaruh temperatur, serta melihat distribusi partikel,  dan
distribusi porositas secara umum. Uji SEM-EDX dilakukan di LIPI Laboratorium Puslit Metalurgi, Serpong.
Observasi struktur mikro dilakukan pada serbuk bahan baku alumina PA dan
alumina teknis sebelum proses kompaksi dan sintering menggunakan SEM. Foto
serbuk alumina PA dan alumina teknis disajikan pada gambar 4.4
a
b
Gambar 4. 4 SEM 2000x serbuk Alumina sebelum sintering a Alumina PA b Alumina Teknis
PDFill PDF Editor with Free Writer and Tools
55
Pada  Gambar  4.4  a  terlihat  bahwa  serbuk  alumina  PA  mempunyai  bentuk flakes  yang  tersebar,  dan  pada  gambar  4.4  b  terlihat  bahwa  serbuk  alumina
teknis terbentuk dari butir bulat pipih dan lonjong pipih membentuk suatu gugus. Identifikasi  elemen  dilakukan  pada  serbuk  alumina  teknis  menggunakan
SEM-EDX dan ditunjukan pada gambar 4.5
Gambar 4.5. Hasil identifikasi elemen serbuk alumina teknis dengan SEM-EDX
0.00 3.00
6.00 9.00
12.00 15.00
18.00 21.00
keV 003
1000 2000
3000 4000
5000 6000
7000 8000
9000 10000
Coun ts
OKa NaKa
AlKa
TmMz TmMa
TmMr
TmLl TmLa
TmLb TmLb2
TmLr TmLr3
003 003
10 µm 10 µm
10 µm 10 µm
10 µm
PDFill PDF Editor with Free Writer and Tools
56
Hasil  identifikasi  elemen  pada  serbuk  alumina  teknis  menggunakan  SEM- EDX menunjukan bahwa serbuk alumina teknis selain mengandung unsur Al dan
O,  juga  mengandung  unsur  Na  9.63  dan  Tm  1.73.  Hal  ini  menunjukan bahwa serbuk alumina teknis memiliki impuritas meskipun dalam jumlah sedikit.
Unsur  Na  dan  Tm  menyebabkan  titik  leleh  pada  proses  sintering  sedikit meningkat  sehingga  proses  densifikasi  berjalan  lebih  lambat  yang  mampu
menurunkan  nilai  densitas,  kekerasan  dan  fracture  toughness  pada  keramik alumina  teknis.  Unsur  Na  sendiri  mempunyai  bentuk  struktur  kristal  bcc  yang
berbeda  dengan  struktur  kristal  heksagonal  pada  alumina  dan  unsur  Tm. Perbedaan struktur kristal ini juga mempengaruhi kepadatan pada keramik dimana
struktur kristal bcc kurang padat dibandingkan struktur hcp. Green body alumina teknis  mengandung  struktur  kristal  hcp  dan  bcc,  sedangkan  green  body  alumina
PA  hanya  mengandung  unsur  hcp  saja.  Ini  akan  mengakibatkan  sampel  keramik alumina  teknis  berkurang  kepadatan  dan  kekerasannya  karena  terdapat  struktur
bcc.  Sementara  sampel  keramik  alumina  PA  mempunyai  struktur  kristal  hcp semua  sehingga  lebih  padat  dan  keras  struktur  yang  dihasilkan  pada  sampel
keramik alumina PA setelah proses sintering. Hasil pengamatan terhadap daerah cross section sampel keramik  alumina PA
dan alumina teknis setelah proses sintering pada temperatur 1550 C dan 1600
C, memperlihatkan  struktur  leher  neck  antar  butir  yang  terbentuk  serta  setelah
sintering serta memberikan gambaran distribusi partikel yang bersintering maupun distribusi  pori  yang  ada.  Foto  struktur  mikro  keramik  alumina  PA  pada  cross
section diperlihatkan pada gambar 4.6 dan 4.7.
PDFill PDF Editor with Free Writer and Tools
57 a  Alumina PA - 1550°C
b Alumina PA - 1600°C
c Alumina Teknis - 1550°C              d Alumina Teknis - 1600°C Gambar 4.6 Cross Section keramik alumina PA dan alumina teknis- perbesaran
10.000x.
a  Keramik Alumina PA - 1550°C
PDFill PDF Editor with Free Writer and Tools
58
b
Keramik Alumina PA - 1600°C
c  Keramik Alumina  teknis - 1550°C
PDFill PDF Editor with Free Writer and Tools
59 d  Keramik Alumina Teknis - 1600°C
Gambar 4.7 Cross Section Keramik alumina PA dan alumina teknis- perbesaran 2.000x
PDFill PDF Editor with Free Writer and Tools
60
Gambar 4.8. Hasil identifikasi elemen cross section  alumina teknis menggunakan SEM-EDX
Gambar 4.6-4.7 a dan 4.6-4.7 c menunjukan keramik Alumina PA dan alumina  teknis  yang  disintering  pada  temperatur  1550
C  masih  banyak  terdapat rongga  atau  pori.  Foto  SEM  tersebut  juga  menunjukan  kerapatan  partikel  yang
berbeda  antara  keramik  alumina  PA  dan  alumina  Teknis.  Pada  keramik  alumina PA  setelah  sintering  1550
C  sudah  banyak  terjadi  pertumbuhan  leher  neck formation  bahkan  beberapa  partikel  sudah  mulai  bersatu  membentuk  partikel
berukuran  besar  namun  masih  terdapat  pori  yang  belum  tertutup  seperti  yang terlihat  pada  gambar  4.6-4.7  a.  Sementara  pada  gambar  4.6-4.7  c  keramik
alumina  teknis  yang  disintering  pada  temperatur  1550 C  menunjukan  beberapa
pertumbuhan  leher  belum  terlihat  dan  masih  terlihat  banyak  pori.  Hal  ini  juga dibuktikan  pada  pengukuran  densitas  berat  jenis  keramik  alumina  PA  dan
alumina  teknis  dari  pengamatan  struktur  mikro  membuktikan  bahawa  proses sintering  keramik  alumina  teknis  baru  ditahap  awal  pada  temperatur  1550
C,
0.00 3.00
6.00 9.00
12.00 15.00
18.00 21.00
keV 1500
3000 4500
6000 7500
9000 10500
12000
Coun ts
OKa AlKa
ZAF Method Standardless Quantitative Analysis Fitting Coefficient : 0.3636
Element        keV   Mass  Error   Atom  Compound   Mass  Cation         K O K           0.525   40.02    0.68   52.95                             44.3532
A
PDFill PDF Editor with Free Writer and Tools
61
besarnya  ukuran  dan  distribusi  butir  alumina teknis  juga  menyebabkan  proses
sintering berjalan lebih lambat dibandingkan keramik alumina PA. Pada  gambar  4.6-4.7  b  menunjukan  hasil  sintering  1600
C  keramik alumina  PA.  Pada  gambar  tersebut  terlihat  bahwa  partikel-partikel  kecil
bergabung dengan partikel besar disekelilingnya sehingga terbentuk poros tertutup dan  berkurang  secara  perlahan
.
Sementara  pada  gambar  4.6-4.7  d  menunjukan keramik  alumina  teknis  yang  disintering  pada  temperatur  1600
C  pertumbuhan leher  sudah  banyak  terjadi  bahkan  beberapa  butir  sudah  terlihat  bergabung
menjadi  partikel  yang  lebih  besar  namun  masih  menyisahkan  pori  yang  cukup besar.  Hal  ini  dibuktikan  dengan  pengujian  porositas  keramik  alumina  teknis
sebesar  22.76.  Menurut  Chinelatto  dan  Tomasi  2009,  kehadiran  pori  yang besar  kemungkinan  disebabkan  oleh  interaglomerasi  pori  yang  tidak  tereliminasi
pada saat proses sintering.
4.4 Sifat Mekanis