Latar Belakang Gambaran Pengetahuan Sikap dan Tindakan Masyarakat Kecamatan Pangkalan Kerinci Kabupaten Pelalawan Provinsi Riau tentang Chikungunya

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Seperti telah kita ketahui, Riau merupakan daerah beriklim tropis dengan curah hujan yang cukup tinggi dan banyak memiliki perkebunan kelapa sawit. Hal itu menjadi tempat yang baik untuk vektor penyakit Chikungunya untuk berkembang biak. Chikungunya merupakan penyakit re-emerging yaitu penyakit yang keberadaannya sudah ada sejak lama tetapi sekarang muncul kembali. Chikungunya tersebar di daerah tropis dan subtropis yang berpenduduk padat seperti Afrika, India dan Asia Tenggara. Di Afrika, virus ini dilaporkan menyerang di Zimbabwe, Kongo, Angola, Kenya dan Uganda. Negara selanjutnya yang terserang adalah Thailand pada tahun 1958; Kamboja, Vietnam, Sri Lanka dan India pada tahun 1964. Pada tahun 1973 chikungunya dilaporkan menyerang Philipina dan Indonesia Heryanto et al, 2005. Menurut Widoyono 2008 biasanya, demam chikungunya tidak berakibat fatal. Akan tetapi, dalam kurun waktu 2005-2006, telah dilaporkan terjadi 200 kematian yang dihubungkan dengan chikungunya di pulau Reunion dan KLB yang tersebar luas di India, terutama di Tamil, dan Kerala. Ribuan kasus terdeteksi di daerah-daerah di India dan di negara-negara yang bertetangga dengan Sri Lanka, setelah hujan lebat dan banjir pada bulan Agustus 2006. Di selatan India Negara bagian Kerala, 125 kematian dihubungkan dengan chikungunya. Pada bulan Desember 2006, dilaporkan terjadi 3500 kasus di Maldives, dan lebih dari 60.000 kasus di Sri Lanka, dengan kematian lebih dari Universitas Sumatera Utara 80 orang. Di Pakistan pada bulan Oktober 2006 telah dilaporkan terjadi lebih dari 12 kasus chikungunya. Data terbaru bulan Juni 2007, telah dilaporkan terjadi KLB yang menyerang sekitar 7000 penderita di Kerala, India Widoyono, 2008. Angka insidensi di Indonesia sangat terbatas. Pertama kali, dilaporkan terjadi demam chikungunya di Samarinda tahun 1973. Pada laporan selanjutnya terjadi di Kuala Tungkal Jambi tahun 1980, dan Martapura, Ternate, serta Yogyakarta tahun 1983. Selama hampir 20 tahun 1983-2000 belum ada laporan berjangkitnya penyakit ini, sampai adanya laporan KLB demam chikungunya di Muara Enim, Sumatera Selatan dan Aceh, dilanjutkan di Bogor, Bekasi, Purworejo, dan Klaten pada tahun 2002. Pada tahun 2004, dilaporkan KLB yang menyerang sekitar 120 orang di Semarang Widoyono, 2008. Selama tahun 2008, di Indonesia terjadi KLB penyakit chikungunya di beberapa provinsi. 718 kasus ditemukan di Jawa Barat, Jawa Tengah dan Jawa Timur berturut-turut terdapat 718, 26 dan 368 kasus. 32 kasus di Kalimantan, 99 kasus di Lampung dan 581 kasus di Sumatera Selatan serta 444 kasus tercatat di Sumatera Utara Aditama, 2009. Di Provinsi Riau sendiri, kasus Chikungunya pertama sekali dilaporkan di Kelurahan Tangkerang Selatan, Kecamatan Simpang Tiga Kota Pekanbaru pada bulan Mei 2007 dengan penderita sebanyak 44 orang. Pada Oktober 2007, Dinkes Provinsi Riau menerima laporan KLB Suspek Chikungunya sebanyak 80 kasus di Kelurahan Delima Kecamatan Tampan Kota Pekanbaru Agung, 2007. Kemudian sejak bulan November 2008 sampai bulan Februari 2009 dilaporkan jumlah kasus mencapai 1.924 kasus Tribun, 2009. Data dari Dinas Kesehatan menyatakan bahwa selama tahun 2008 ditemukan 897 kasus Chikungunya di Pangkalan Kerinci.

1.2 Rumusan Masalah