80 orang. Di Pakistan pada bulan Oktober 2006 telah dilaporkan terjadi lebih dari 12 kasus chikungunya. Data terbaru bulan Juni 2007, telah dilaporkan terjadi
KLB yang menyerang sekitar 7000 penderita di Kerala, India Widoyono, 2008. Angka insidensi di Indonesia sangat terbatas. Pertama kali, dilaporkan
terjadi demam chikungunya di Samarinda tahun 1973. Pada laporan selanjutnya terjadi di Kuala Tungkal Jambi tahun 1980, dan Martapura, Ternate, serta
Yogyakarta tahun 1983. Selama hampir 20 tahun 1983-2000 belum ada laporan berjangkitnya penyakit ini, sampai adanya laporan KLB demam chikungunya di
Muara Enim, Sumatera Selatan dan Aceh, dilanjutkan di Bogor, Bekasi, Purworejo, dan Klaten pada tahun 2002. Pada tahun 2004, dilaporkan KLB yang
menyerang sekitar 120 orang di Semarang Widoyono, 2008. Selama tahun 2008, di Indonesia terjadi KLB penyakit chikungunya di
beberapa provinsi. 718 kasus ditemukan di Jawa Barat, Jawa Tengah dan Jawa Timur berturut-turut terdapat 718, 26 dan 368 kasus. 32 kasus di Kalimantan, 99
kasus di Lampung dan 581 kasus di Sumatera Selatan serta 444 kasus tercatat di Sumatera Utara Aditama, 2009.
Di Provinsi Riau sendiri, kasus Chikungunya pertama sekali dilaporkan di Kelurahan Tangkerang Selatan, Kecamatan Simpang Tiga Kota Pekanbaru pada
bulan Mei 2007 dengan penderita sebanyak 44 orang. Pada Oktober 2007, Dinkes Provinsi Riau menerima laporan KLB Suspek Chikungunya sebanyak 80 kasus di
Kelurahan Delima Kecamatan Tampan Kota Pekanbaru Agung, 2007. Kemudian sejak bulan November 2008 sampai bulan Februari 2009 dilaporkan
jumlah kasus mencapai 1.924 kasus Tribun, 2009. Data dari Dinas Kesehatan menyatakan bahwa selama tahun 2008 ditemukan 897 kasus Chikungunya di
Pangkalan Kerinci.
1.2 Rumusan Masalah
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan uraian dalam latar belakang di atas, dapat dirumuskan masalah penelitian sebagai berikut:
o Bagaimanakah tingkat pengetahuan, sikap, dan tindakan masyarakat
Kecamatan Pangkalan Kerinci mengenai penyakit Chikungunya?
1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1
Tujuan Umum
Untuk mengetahui perilaku masyarakat tentang Chikungunya.
1.3.2 Tujuan Khusus
Yang menjadi tujuan khusus dalam penelitian ini ialah: 1.
Untuk mengetahui pengetahuan masyarakat terhadap Chikungunya. 2.
Untuk mengetahui sikap masyarakat terhadap penyakit Chikungunya.
3. Untuk mengetahui tindakan masyarakat terhadap penyakit
Chikungunya
1.4 Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat untuk: 1.
Data hasil penelitian ini dapat menjadi dasar penelitian lanjutan sejenis bagi paramedis.
2. Data dari hasil penelitian ini dapat menjadi masukan bagi para staf
medis untuk menyusun perencanaan pelayanan kesehatan. 3.
Data hasil penelitian ini akan berguna sebagai informasi bagi pihak dinas kesehatan mengenai pengetahuan masyarakat tentang
Chikungunya. 4.
Data dari hasil penelitian ini dapat berguna bagi pemerintah daerah untuk menyediakan dana bagi kegiatan penyuluhan.
Universitas Sumatera Utara
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Chikungunya
Istilah Chikungunya, digunakan baik untuk nama virus penyebab dan nama penyakitnya, yang berarti “to walk bent over” berjalan bongkok berasal
dari bahasa Afrika Swahili atau Makonde, merujuk pada ketidakmampuan atau gejala nyeri pada bagian persendian Pialoux et al., 2007.
Virus chikungunya pertama kali ditemukan di Tanzania, Afrika pada tahun 1952 Abraham Sridharan, 2007. Virus chikungunya merupakan
arbovirus yang berasal dari golongan Alphavirus, famili Togaviridae. Merupakan virus RNA rantai-tunggal, dengan diameter 60-70 nm dan dibungkus oleh kapsid
dan fosfolipid. Virus ini sensitif terhadap pengawetan dan temperatur diatas 58
o
C. Arbovirus adalah sekelompok penyebab infeksi yang ditularkan oleh artropoda penghisap darah dari satu inang vertebrata ke vertebrata lainnya
Jawetz et al., 1996. Kelompok Alphavirus terdiri dari 28 jenis virus, dimana 6 diantaranya dapat
menyebabkan gangguan pada persendian manusia, yaitu: virus chikungunya, virus o’nyong-nyong Afrika tengah, virus Ross River dan Barmah Forest
Australia dan Pasifik, virus Sindbis cosmopolitan dan virus Mayaro Amerika Selatan dan French Guyana Pialoux et al., 2007.
Virus chikungunya merupakan enzootic atau “virus yang ada dalam komunitas hewan” di banyak negara di Asia dan di seluruh bagian tropis Afrika.
Universitas Sumatera Utara
Berbagai macam spesies dari nyamuk Aedes terlibat sebagai vektor penyakit chikungunya Rohani et al., 2005.
Di Asia virus ini ditularkan ke manusia hampir seluruhnya oleh Aedes aegypti, walaupun banyak spesies nyamuk “Aedine” bertanggung jawab pada
infeksi manusia di Afrika Pfeffer et al., 2002; Rohani et al., 2005. Di Thailand, Ae. Aegypti dan Ae. Albopictus berhubungan dengan Kejadian Luar Biasa pada
tahun 1995 Thaikruea et al., 1997; Rohani et al., 2005. Ae. Furcifer dan Ae. Cordellieri dianggap sebagai vektor “epidemic-epizootic” selama epidemik yang
terjadi di Afrika Selatan Diallo et al., 1999; Rohani et al., 2005, sedangkan di Afrika Barat dan Tengah, Ae. Africanus merupakan vektor utama Powers et al.,
2000; Rohani et al., 2005. Virus chikungunya merupakan virus yang tersebar di wilayah tropis, hal
ini jelas terlihat dari pola distribusi geografisnya di Afrika Selatan, dimana tidak terdapat virus di wilayah beriklim sedang Jupp McIntosh, 1985; Rohani et
al., 2005. Virus ini hampir tidak pernah mengakibatkan kematian pada orang yang
terinfeksi Abraham Sridharan, 2007. Tetapi penyakit ini bisa menjadi sangat berat dan lama yang kemudian menyebabkan komplikasi lain Chretien et al,
2007. Menurut Powers et al. 2000 dalam Rohani 2005, manifestasi klinis dari infeksi virus chikungunya sering menyerupai demam berdarah dengue dan virus
chikungunya menyebar bersama di wilayah dimana terdapat endemik virus dengue, dimana telah terbukti bahwa banyak kasus infeksi virus dengue salah
didiagnosa dan ternyata insiden infeksi virus chikungunya lebih tinggi daripada yang pernah dilaporkan.
Masa inkubasi chikungunya adalah 1-6 hari Widoyono,2008. Gejala utama yang tampak dari infeksi virus ini memperlihatkan kejadian demam 2-5
hari, 2-3 hari bintik-bintik kemerahan kulit pada badan dan ekstremitas atas. Biasanya gejala mialgia dan atralgia khas tampak. Atralgia terlihat pada 80
individu yang terserang penyakit ini yang melibatkan sendi-sendi kecil pada tangan dan kaki, sekarang diketahui terdapat sekuele pada persendian yang
meradang dan menyebabkan ketidaknyamanan yang cukup lama. Gejala juga
Universitas Sumatera Utara
termasuk sakit kepala, injeksi konjungtiva dan sedikit fotofobia Abraham Sridharan, 2007.
Nyamuk Aedes aegypti berkembangbiak di tempat penampungan air seperti bak mandi, drum, tempayan dan barang-barang yang memungkinkan air
tergenang seperti kaleng bekas, tempurung kelapa , dan lain-lain yang dibuang sembarangan. Mengingat nyamuk Aedes aegypti tersebar luas diseluruh tanah air
baik dirumah maupun tempat- tempat umum, maka untuk memberantasnya diperlukan peran serta seluruh masyarakat Lestari, 2007.
Penularan penyakit Chikungunya terjadi melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti Aedes albopictus betina yang sebelumnya telah membawa virus dalam
tubuhnya dari penderita lain. Nyamuk Aedes aegypti sering menggigit manusia pada waktu pagi dan siang. Penyakit ini sering terjadi di daerah tropis, dan
muncul pada musim penghujan. Virus ini kemungkinan muncul akibat pengaruh musimalam serta perilaku manusia Lestari, 2007.
Nyamuk Aedes aegypti hidupnya di dalam dan disekitar rumah, sedangkan Aedes albopictus hidupnya di kebun-kebun sehingga lebih jarang
kontak dengan manusia. Kedua jenis nyamuk ini terdapat hampir di seluruh pelosok Indonesia, kecuali ditempat-tempat dengan ketinggian lebih dari 1000
meter diatas permukaan laut, karena pada ketinggian tersebut suhu udara terlalu rendah sehingga tidak memungkinkan bagi nyamuk untuk hidup dan
berkembangbiak. Nyamuk Aedes aegypti dewasa berukuran lebih kecil jika dibandingkan dengan rata-rata nyamuk lain. Nyamuk ini mempunyai dasar hitam
dengan bintik- bintik putih pada bagian badan, kaki, dan sayapnya. Nyamuk Aedes aegypti jantan mengisap cairan tumbuhan atau sari bunga untuk keperluan
hidupnya. Sedangkan yang betina mengisap darah. Nyamuk betina ini lebih menyukai darah manusia dari pada binatang Lestari, 2007.
Biasanya nyamuk betina mencari mangsanya pada siang hari. Aktivitas menggigit biasanya pagi pukul 9.00-10.00 sampai petang hari 16.00-17.00.
Aedes aegypti mempunyai kebiasan mengisap darah berulang kali untuk memenuhi lambungnya dengan darah. Dengan demikian nyamuk ini sangat
Universitas Sumatera Utara
infektif sebagai penular penyakit. Setelah mengisap darah , nyamuk ini hinggap beristirahat di dalam atau diluar rumah. Tempat hinggap yang disenangi adalah
benda-benda yang tergantung dan biasanya ditempat yang agak gelap dan lembab. Disini nyamuk menunggu proses pematangan telurnya. Selanjutnya
nyamuk betina akan meletakkan telurnya didinding tempat perkembangbiakan, sedikit diatas permukaan air. Pada umumnya telur akan menetas menjadi jentik
dalam waktu 2 hari setelah terendam air. Jentik kemudian menjadi kepompong dan akhirnya menjadi nyamuk dewasa Lestari, 2007.
Vektor Chikungunya yang utama di Indonesia adalah Aedes Aegypti, yang keberadaannya hingga dewasa ini masih tersebar di seluruh pelosok tanah air.
Berdasarkan hasil survei jentik yang dilakukan Depkes tahun 1992 di 7 kota di Pulau Jawa, Sumatera, dan Kalimantan, menunjukkan bahwa rata-rata persentase
rumah dan tempat umum yang ditemukan jentik masih cukup tinggi, yaitu sebesar 28 Lestari, 2007.
Pengontrolan nyamuk merupakan strategi yang tepat untuk mengontrol terjadinya epidemik di masa depan. Hingga saat ini belum ada vaksin ataupun
antiviral yang spesifik untuk pengobatan chikungunya Abraham Sridharan, 2007.
Menurut Fajar 2010 dalam Kasim 2010 sebenarnya, penyakit ini bisa sembuh sendiri hanya dengan meningkatkan daya tahan tubuh penderitanya.
Namun, untuk mengatasi gejala yang menyertai chikungunya, terapi suportif biasa diberikan kepada penderitanya. Banyak meminum air putih dan beristirahat
juga seringkali cukup bermanfaat dalam mengurangi gejala chikungunya. Dalam buku pengobatan India lama, Ayurveda, disebutkan bahwa konsumsi buah-
buahan seperti anggur dan wortel juga akan membantu tubuh mengatasi serangan chikungunya. Karena belum ada vaksin yang dapat menangkal penyebaran
chikungunya, cara pencegahan penyebaran chikungunya saat ini yang paling efektif adalah dengan menghindari gigitan nyamuk Aedes aegypti.
Menurut Kasim 2010 pencegahan penyakit chikungunya dimulai dari lingkungan. Caranya, membasmi nyamuk pembawa virusnya. Chikungunya
Universitas Sumatera Utara
adalah penyakit yang disebabkan oleh nyamuk Aedes aegypti. Oleh karena itu, basmi tempat-tempat berkembang biaknya.
Adapun pencegahan lainnya, sebagai berikut: 1. Jagalah kebersihan lingkungan. Memasuki musim hujan, perhatikan
kebersihan lingkungan tempat tinggal Anda. Caranya, mengendalikan nyamuk dengan Pemberantasan Sarang Nyamuk PSN, pengelolaan sampah
padat, modifikasi tempat perkembangbiakan nyamuk, dan perbaikan desain rumah. Contohnya dengan menguras bak mandi atau penampungan air
sekurang-kurangnya sekali seminggu. 2. Menutup dengan rapat tempat penampungan air.
3. Mengubur kaleng-kaleng bekas, aki bekas, dan ban bekas di sekitar rumah, dan lain sebagainya.
4. Melakukan kebiasaan baik, seperti makan makanan bergizi, rutin olahraga, dan istirahat yang cukup.
5. Dengan melakukan fogging atau pengasapan yang berguna untuk mematikan nyamuk dewasa, akan mengurangi adanya kemungkinan penularan hingga
batas waktu tertentu. 6. Memberikan bubuk abate di tempat-tempat penampungan air, seperti bak
mandi atau gentong air, dan vas bunga agar bisa mematikan jentik pada air. Keduanya harus dilakukan untuk memutuskan rantai perkembangbiakan
nyamuk. 7. Jika terserang demam, sebaiknya segera diberikan obat penurun panas. Atau
segera dibawa ke rumah sakit untuk diperiksakan. 8. Sebaiknya Anda banyak mengonsumsi air putih.
2.2 Pengetahuan