Analisis Kisah Kelahiran Nabi Isa Putera Maryam dalam Al-Qur`an.
ANALISIS KISAH KELAHIRAN NABI ISA PUTERA
MARYAM DALAM AL-QUR’AN
SKRIPSI SARJANA
O
L
E
H
MARHAMAH RIZKI
0 5 0 7 0 4 0 2 4
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
FAKULTAS SASTRA
PROGRAM STUDI BAHASA ARAB
MEDAN
(2)
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu Perguruan Tinggi dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang ditulis diacu oleh naskah skripsi ini dan yang disebutkan dalam daftar pustaka.
Apabila pernyataan yang saya buat ini tidak benar, saya bersedia menerima sanksi berupa pembatalan gelar kesarjanaan yang saya peroleh.
Medan, …………. 2009
Penulis,
Marhamah Rizki 0 5 0 7 0 4 0 2 4
(3)
PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB – LATIN
Pedoman transliterasi yang digunakan adalah Sistem Transliterasi Arab - Latin Berdasarkan SKB Menteri Agama dan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI No. 158/1987 dan No. 0543 b/U/1987 tertanggal 22 Januari 1988.
I. Konsonan Tunggal
Huruf Arab Nama Huruf Latin Keterangan
ا Alif - Tidak dilambangkan
ب bā` b -
ت
tā` t -ث
śā` ś S dengan titik di atasnyaﺗ
Jīm j -ﺘ
hā` h h dengan titik di bawahnyaخ
khā` kh -ﺚ
Dāl d -ﺛ
āl z z dengan titik di atasnyaﺜ
rā` r -ز
Zai z -س
sīn s -ﺟ
syīn sy -ﺠ
șād ș S dengan titik di bawahnyaض
ḍad ḍ d dengan titik di bawahnyaط
țā` ț t dengan titik di bawahnyaظ
zā` z z dengan titik di bawahnyaع
`ain ‘ Koma terbalik(4)
ﺧ
fā` f -ﺨ
qāf q -ك
kāf k -ل
lām l -م
mīm m -ن
nūn n -و
wāwu w -ه
hā` h -ء
hamzah ` Apostrop, tetapi lambang initidak di pergunakan untuk hamzah di awal kata
ي
yā` y -II. Konsonan Rangkap
Konsonan rangkap, termasuk tanda syaddah, ditulis rangkap.
ﺔ ﺪﲪأ
ditulis Ahmadiyyah III. Tā`marbutah di akhir kata1. Bila dimatikan ditulis h, kecuali untuk kata-kata Arab yang sudah terserap menjadi bahasa Indonesia, seperti salat, zakat, dan sebagainya.
ﺔ ﺎﲨ
ditulis jamā’ah2. Bila dihidupkan ditulis t
ءﺎ وﻷﺒ
ﺔ ﺒﺮ
ditulis karāmatul-aliyā`
IV. Vokal Pendek
(5)
V. Vokal Panjang
A panjang ditulis ā, i pajang ditulis , dan u panjang ditulis ū, masing-masing dengan tanda hubung (-) di atasnya.
I. Vokal Rangkap
Fathah + yā` tanpa dua titik yang dimatikan ditulis ai, dan fathah + wāwu mati ditulis au.
VII. Vokal-vokal pendek yang berurutan dalam satu kata
Dipisah dengan apostrof (`)
أأ
ditulis a`antumﺆ
ditulis mu`annas VIII. Kata Sandang Alif + Lām1. Bila diikuti huruf qamariyah ditulis al-
نآﺮ ﺒ
ditulis Al-Qur`an2. Bila diikuti huruf syamsiah, huruf l diganti dengan huruf syamsiah yang mengikutinya.
ﺔ ﺒ
ditulis as-sy ’ah IX. Huruf BesarPenulisan huruf besar disesuaikan dengan EYD
X. Kata dalam Rangkaian Frasa atau Kalimat
1. Ditulis kata per kata, atau
2. Ditulis menurut bunyi atau pengucapannya dalam rangkaian tersebut.
(6)
يح لان ح لاهللا سب
KATA PENGANTARAlhamdulillah, rasa syukur yang tiada tara penulis ungkapkan kepada Allah
SWT atas segala karunia dan rahmat-Nya serta limpahan kasih sayang-Nya kepada penulis laksana ombak dahsyat yang memecahkan rasa lelah dan bosan dalam merampungkan penulis skripsi ini sebagaimana yang di hadapan pembaca.
Salawat dan beriring salam kepada junjungan kita yang dimuliakan Allah SWT akhlaknya, Muhammad al-mustafa serta keluarga dan sahabat beliau, semoga kita kelak mendapat syafaat dan hidayahnya.
Skripsi ini berjudul Analisis Kisah Kelahiran Nabi Isa Putera Maryam dalam Al-Qur`an, untuk memahami salah satu syarat dalam memperoleh gelar Sarjana Sastra (S.S) pada program studi Bahasa Arab Fakultas Sastra Universitas Sumatere Utara.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini terdapat banyak kesalahan, kekeliruan dan kekurangan yang disebabkan karena kurangnya pengalaman penulis dan keterbatasan ilmu yang penulis miliki. Oleh karena itu penulis dengan sepenuh hati mohon saran dan kritik dari semua pihak atas tulisan ini.
Medan, Desember 2009
(7)
UCAPAN TERIMAKASIH
Berkat ridha dan rahmat Allah SWT, penulis banyak mendapatkan bantuan dari berbagai pihak dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini. Oleh karena itu penulis ingin sekali mengucapkan terimakasih kepada:
1. Teristimewa buat kedua orang tua tercinta ayahnda Syamsuddin dan Ibunda Jaimah yang begitu besar pengorbanannya dan menaburkan kasih sayang dan tak jemu-jemunya memberikan dukungan moril maupun materil. Berkat do`a keduanya penulis dapat menyelesaikan pendidikan di Perguruan Tinggi.
Allāhummagfirl wa liwālidayya wa-irham humā kamā rabbayān sag ran.
2. Bapak Drs. Syafuddin, M.A. Ph.D selaku Dekan Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara. Bapak Drs. Aminullah. M.A. Ph.D selaku Pembantu Dekan I. Bapak Drs. Samsul Tarigan selaku Pembantu Dekan II dan Bapak Drs. Parlaungan Ritonga. M,Hum. Selaku Pembantu Dekan III Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara.
3. Ibu Dra. Khairawati, M.A, PhD selaku Ketua Jurusan Program Studi Bahasa Arab dan Bapak Drs. Mahmud Khudri M.Hum selaku sekretaris Program Studi Bahasa Arab Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara.
4. Ibu Dra. Khairawati, M.A. PhD selaku dosen pembimbing I dan Ibu Nur Aisyah Simamora Lc. M.A. Selaku dosen pembimbing II yang dengan penuh perhatian telah memberikan dorongan, bimbingan dan pengarahan bagi penulis sehingga skripsi ini dapat penulis rampungkan.
5. Kepada seluruh Staf Pengajar Program Studi Bahasa Arab pada khususnya dan staf pengajar Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara pada umumnya yang telah mendidik dan menuangkan ilmunya kepada penulis selama masa perkuliahan.
6. Buat bang Andika selaku Staf Administrasi Jurusan Bahasa Arab yang sudah membantu penulis dalam hal keadministrasian.
(8)
7. Istimewa lagi buat Mak kul, pengganti orang tua penulis yang telah menyayangi dan mengasihi penulis. Penulis tidak bisa membalas atas semua kebaikannya. Semoga Allah SWT melimpahkan rahmat, hidayah dn ampunan kepada Beliau Aminn.
8. Dan tak lupa buat adek-adek penulis Rahmat dan Akim yang sangat memberikan semangat penulis selama dalam menjalankan skripsi.
9. Buat saudara besar Serinen yang ada di Uning terima kasih banyak yang telah memberikan motivasi penulis dalam menulis skripsi hingga selesai.
10.Kemudian buat saudara-saudara penulis yang ada di Nosar yang telah memberikan semangat, serta motivasi yang tiada henti-hentinya sehingga penulis menjadi terpacu.
11.Buat teman-teman Stambuk 2005, Fitrie, Faisal, Ape, Yunita, Aqmalia, Zubeir, Mukhlis, Tini, Reje, Kiky, Surya, Lia M, Putri,Hafni,Fitra,Boim, Hafiz, Putra penulis akan selalu ingat dengan perjuangan selama perkuliahan kita selama lebih kurang 4 tahun. Itu tak kan terlupakan.
12.Khususnya buat my best friend Kendy yang telah memberikan banyak masukan dan menjadi saudara serta melindungi amah thanks ya, Lisa, Rudy, Hery, Fitrie, Mila, Mahyana, Eva, n semua teman-teman MtSN Lampahan. 13.Dan temen-teman di Kw.Madu, MUQ Langsa, IMTA BEM, Pramuka USU,
K-LINK (ka ice, ka iin,Evi,Budi,Bang Ilal, Ka Dina, SEMANGAT!!!!! Pasti Bisa, dan teman seperjuangan dari Tanoh Gayo tina dan wanita yang paling tangguh Sari serta teman-teman yang ada di Asrama Putri USU.
14.Seluruh Mahasiswa Jurusan Sastra Arab yang tergabung dalam Ikatan Mahasiswa Arab (IMBA)
15.Serta seluruh pihak yang telah memberikan bantuan yang tidak terhingga kapada penulis dan penulis tidak dapat menyebutkan satu-persatu tapi yang pasti anda memberikan ruang memory tersendiri bagi penulis
Penulis tidak dapat membalas jasa yang telah diberikan, hanya kepada Allah SWT penulis meminta semoga diberikan ganjaran dengan kebaikan yang berlipat ganda pula. Amin!!!!.
(9)
Marhamah Rizki DAFTAR PUSTAKA
KATA PENGANTAR ... i
UCAPAN TERIMAKASIH ... ii
DAFTAR ISI... v
DAFTAR SINGKATAN ... vii
ABSTRAK ... viii
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1
1.2 Perumusan Masalah ... 6
1.3 Tujuan Penelitian ... 6
1.4 Manfaat Penelitian ... .. 6
1.5 Metodelogi Penelitian ... .. 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1
صقلا
ص
نع
/‘anāsiru al-qi١١ati’/ ‘Unsur-Unsur Kisah’ ... 122.2
صقلا
ا نلا
/
anwa’u al-qișșati/ ‘Macam-Macam Kisah’ ... 122.3
آ قلا
ف
صقلا
ا نا
/’
anwā’u al-qișșati f al-qur`ān’ ... 122.4 Sosiologi Sastra ... 15
2.4.1 Pesan Moral ... 17
2.4.2 Pesan Kritik Sosial ... 18
2.4.3 Pesan Relegius ... 20
BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Narasi Kisah kelahiran Nabi Isa Putera Maryam dalam Al-Qur`an ... 22
3.2 Ayat-Ayat yang Menjelaskan Tentang Kelahiran Nabi Isa Putera Maryam ... 26
3.3 Pesan-Pesan yang Terkandung dalam Ayat yang Menjelaskan Tentang Kisah Kelahiran Nabi Isa Putera Maryam ... 34
(10)
BAB IV PENUTUP
4.1 Kesimpulan ... 61 4.2 Saran ... 63
DAFTAR PUSTAKA
(11)
DAFTAR SINGKATAN
AS : ‘Alaihi Salam
IMTA BEM : Ikatan Mahasiswa Takengon dan Bener Meriah IMBA : Ikatan Mahasiswa Bahasa Arab
K-LINK : Knowladge Link
MUQ : Madrasah Ulumul Qur`an
RI : Republik Indonesia
SAW : Salallahu ’alaihi Wassalam SWT : Subhana Wata’ala
(12)
ABSTRAK
Marhamah Rizki, 2009. Analisis Kisah Kelahiran Nabi Isa Putera Maryam dalam Al-Qur`an.
Penelitian ini membahas tentang Analisis Kisah Kelahiran Nabi Isa Putera Maryam dalam Al-Qur`an. Narasi Al-Qur’an tentang Isa dimulai dari kelahiran Maryam sebagai putri dari Imran, berlanjut dengan tumbuh kembangnya dalam asuhan Zakariya, serta kelahiran Yahya, kemudian kelahiran Isa sebagai anak Maryam tanpa Ayah. Isa merupakan seorang nabi yang mendapat gelar ulul azmi (nabi yang memiliki kelebihan), Ia dipanggil dalam bahasa Arab Isa, Isa bin Maryam, atau Isa Almasih.
Permasalahan yang diteliti adalah Pada surat dan ayat berapa sajakah dalam Al-Qur‘an yang menjelaskan tentang kelahiran Nabi Isa putera Maryam dan pesan-pesan yang terkandung dalam ayat yang menjelaskan tentang kisah kelahiran Nabi Isa putera Maryam dalam sosiologi sastra
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui surat dan ayat yang menjelaskan tentang kisah kelahiran Nabi Isa putera Maryam, serta mengetahui maksud yang terkandung dalam ayat yang menjelaskan tentang kelahiran nabi Isa putera Maryam. Penelitian ini berbentuk penelitian kepustakaan (library research) dan menggunakan metode analisis deskriptif. Dan penulis mengambil data dari Al-Qur`an serta penelitian ini penulis menggunakan teori Ibnu Katsir dan Khalafullah.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dalam Al-Qur`an terdapat empat surat mengenai kisah kelahiran Nabi Isa yaitu diantaranya Surat Ali-‘Imran ayat 45-48, dan 59, Surat Maryam ayat 16-35, Surat Al-Anbiya ayat 91, dan Surat At-Tahrim ayat 12. Seluruh ayat yang menceritakan tentang kelahiran nabi Isa berjumlah 27 ayat di surat yang berbeda-beda, dan memiliki keterkaitan antara surat yang satu dengan surat lainnya serta ayat yang satu dengan ayat yang lainnya hal ini merupakan berkesinambungan.
(13)
يدي ت
ص
يق
ح م
ي ك
يب علا
غ لا
مسق
.
ا قلا
ف
مي م
نب
ا
سيع
او
صق
نع
لي ح لا
:
.
يل شلا
طم س
عم ب
ا أا
مث
.
مي م
س
ف
دلاو
اب
ا قلا
ف
مي م
نب
ا
سيع
ﷲ
و
او
صق
نع
ثح ي
لي ح لا
ا ھ
ﷲ
ي ن
او
نعو
مث
ي ك
ھ فك
يحي
،
دحأ
كو
هت نل
يا
دلاو
اب
مي م
نبا
سيع
ﷲ
ي ن
او
نيي نلا
نم
س لا
زعلا
لوا
نم
،
.
يب علا
غ لا
ف
حيس لاوأ
مي م
نبا
سيعب
ي س
سيع
ﷲ
ي ن
او
صق
نع
دح ت
لا
ياا
ف
علا
يھ
م
:
يھ
لي ح لا
ا ھ
ف
لئ س لا
كو
؟
مي م
نبا
،
يا
ف
ع جاا
م علا
ف
مي م
نبا
سيع
ﷲ
ي ن
او
صق
ھيف
د ن
يا
يا
و
س
.
؟ أا
نبا
سيع
ﷲ
ي ن
او
صق
نع
دح ت
لا
يااو
سل ب
م علا
يھ
لي ح لا
ا ھ
فادھأ
نمو
.
اسلا
هي ع
سيع
ﷲ
ي ن
او
نع
نحض ت
لا
ياا
ديص قم
ف عمو
مي م
ح لا
ا ھو
ﷲ
ه ح
يثك
نبا
ء مدقلا
ني سف لا
ك
دحأ
ي ن
اد سا
عم
ي لا
سا دلا
ا ھ
لي
.
ص ع لا
ا اا
ء ع
دحا
ﷲ
ف خ
ي نو
سيع
ﷲ
ي ن
او
صق
نع
دح ت
لا
ا قلا
س
دع
أ
ع
دت
لي ح لا
ا ھ
نم
جئ نلاو
)
ا ع
ا
س
يھو
.
عب أ
اسلا
هي ع
–
(
،
)
و
)
مي م
س
(
-ء ي ناا
س
(
)
)
مي ح لا
س
(
ھنع
ياا
دعو
.(
س
نيب
قاعلا
عم
ق
لا
سلا
ف
يا
.
خأ
يا
عم
ياو
خأ
س
عم
(14)
ABSTRAK
Marhamah Rizki, 2009. Analisis Kisah Kelahiran Nabi Isa Putera Maryam dalam Al-Qur`an.
Penelitian ini membahas tentang Analisis Kisah Kelahiran Nabi Isa Putera Maryam dalam Al-Qur`an. Narasi Al-Qur’an tentang Isa dimulai dari kelahiran Maryam sebagai putri dari Imran, berlanjut dengan tumbuh kembangnya dalam asuhan Zakariya, serta kelahiran Yahya, kemudian kelahiran Isa sebagai anak Maryam tanpa Ayah. Isa merupakan seorang nabi yang mendapat gelar ulul azmi (nabi yang memiliki kelebihan), Ia dipanggil dalam bahasa Arab Isa, Isa bin Maryam, atau Isa Almasih.
Permasalahan yang diteliti adalah Pada surat dan ayat berapa sajakah dalam Al-Qur‘an yang menjelaskan tentang kelahiran Nabi Isa putera Maryam dan pesan-pesan yang terkandung dalam ayat yang menjelaskan tentang kisah kelahiran Nabi Isa putera Maryam dalam sosiologi sastra
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui surat dan ayat yang menjelaskan tentang kisah kelahiran Nabi Isa putera Maryam, serta mengetahui maksud yang terkandung dalam ayat yang menjelaskan tentang kelahiran nabi Isa putera Maryam. Penelitian ini berbentuk penelitian kepustakaan (library research) dan menggunakan metode analisis deskriptif. Dan penulis mengambil data dari Al-Qur`an serta penelitian ini penulis menggunakan teori Ibnu Katsir dan Khalafullah.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dalam Al-Qur`an terdapat empat surat mengenai kisah kelahiran Nabi Isa yaitu diantaranya Surat Ali-‘Imran ayat 45-48, dan 59, Surat Maryam ayat 16-35, Surat Al-Anbiya ayat 91, dan Surat At-Tahrim ayat 12. Seluruh ayat yang menceritakan tentang kelahiran nabi Isa berjumlah 27 ayat di surat yang berbeda-beda, dan memiliki keterkaitan antara surat yang satu dengan surat lainnya serta ayat yang satu dengan ayat yang lainnya hal ini merupakan berkesinambungan.
(15)
يدي ت
ص
يق
ح م
ي ك
يب علا
غ لا
مسق
.
ا قلا
ف
مي م
نب
ا
سيع
او
صق
نع
لي ح لا
:
.
يل شلا
طم س
عم ب
ا أا
مث
.
مي م
س
ف
دلاو
اب
ا قلا
ف
مي م
نب
ا
سيع
ﷲ
و
او
صق
نع
ثح ي
لي ح لا
ا ھ
ﷲ
ي ن
او
نعو
مث
ي ك
ھ فك
يحي
،
دحأ
كو
هت نل
يا
دلاو
اب
مي م
نبا
سيع
ﷲ
ي ن
او
نيي نلا
نم
س لا
زعلا
لوا
نم
،
.
يب علا
غ لا
ف
حيس لاوأ
مي م
نبا
سيعب
ي س
سيع
ﷲ
ي ن
او
صق
نع
دح ت
لا
ياا
ف
علا
يھ
م
:
يھ
لي ح لا
ا ھ
ف
لئ س لا
كو
؟
مي م
نبا
،
يا
ف
ع جاا
م علا
ف
مي م
نبا
سيع
ﷲ
ي ن
او
صق
ھيف
د ن
يا
يا
و
س
.
؟ أا
نبا
سيع
ﷲ
ي ن
او
صق
نع
دح ت
لا
يااو
سل ب
م علا
يھ
لي ح لا
ا ھ
فادھأ
نمو
.
اسلا
هي ع
سيع
ﷲ
ي ن
او
نع
نحض ت
لا
ياا
ديص قم
ف عمو
مي م
ح لا
ا ھو
ﷲ
ه ح
يثك
نبا
ء مدقلا
ني سف لا
ك
دحأ
ي ن
اد سا
عم
ي لا
سا دلا
ا ھ
لي
.
ص ع لا
ا اا
ء ع
دحا
ﷲ
ف خ
ي نو
سيع
ﷲ
ي ن
او
صق
نع
دح ت
لا
ا قلا
س
دع
أ
ع
دت
لي ح لا
ا ھ
نم
جئ نلاو
)
ا ع
ا
س
يھو
.
عب أ
اسلا
هي ع
–
(
،
)
و
)
مي م
س
(
-ء ي ناا
س
(
)
)
مي ح لا
س
(
ھنع
ياا
دعو
.(
س
نيب
قاعلا
عم
ق
لا
سلا
ف
يا
.
خأ
يا
عم
ياو
خأ
س
عم
(16)
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sastra merupakan karya tulis yang dibutuhkan manusia dalam mengungkapkan pikiran dan perasaannya. Sastra juga suatu bentuk kreatifitas imajiner, yang terkadang dilakukan secara spontan, melalui pikiran ataupun tindakan. Sastra merupakan suatu karya yang dihasilkan dengan memiliki nilai-nilai estetik yang terkandung di dalamnya seperti nilai-nilai seni yang dapat dinikmati oleh masyarakat sebagai penikmat sastra itu sendiri.
Untuk mendefinisikan apakah sastra itu bukanlah suatu hal yang mudah. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) terbitan Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, tahun 1988, halaman 786 (dalam Pradotokusumo,2005:1) disebutkan bahwa sastra mengandung pengertian sebagai berikut:
1. Bahasa (kata-kata, gaya bahasa) yang dipakai di kitab-kitab (bukan bahasa sehari-hari)
2. Kesustraan, karya tulis yang jika dibandingkan dengan tulisan lain memiliki berbagai ciri keunggulan, seperti keaslian, keartistikan, keindahan dalam isi dan ungkapannya, drama, epik, dan lirik
3. Kitab suci (Hindu), (Kitab) ilmu pengetahuan
4. Pustaka, kitab primbon (berisi) ramalan, hitungan dan sebagainya 5. Tulisan, huruf
Menurut semi dalam Jamaluddin (2003:31), Sastra itu adalah suatu bentuk dan hasil pekerjaan seni kreatif yang objeknya adalah manusia dan kehidupannya dengan menggunakan bahasa sebagai mediumnya.
Dalam bahasa Arab istilah sastra disebut dengan al-adab yang artinya berkembang sesuai dengan perkembangan zaman seperti yang dikemukakan oleh Wahba bahwa pada zaman permulaan Islam, al-adab berarti pendidikan, pengajaran dan budi pekerti. Pada zaman bani Umayyah, kata al-adab mempunyai arti pengajaran, sementara pada masa baru Abbasyah, adab berarti pendidikan sekaligus pengajaran. (Sutiasumarga,2002: 1).
(17)
Kemudian makna dari al-adab berkembang menjadi sastra sejak masa bani Abbasyiah hingga sekarang, sebagaimana hal ini dinyatakan oleh Abdul Aziz dalam Muzakki (2006 : 32) sastra dalam bahasa Arab adalah:
ﻷﺒ
ﺮ
وأ
ﺮ
بﺚ
ﺔ ﺛﺮ ﺒ
ﺪ و
ﺔ ﻀ ﺒ
ﱃﺒ
ﻮ ﺪو
ﺒ
بﺬﻬ
و
ﺒ
ﺮﺆ
ﺄ
ﻮ
ﲨ
ب
/Al-adabu kullu syi‘rin aw naśrin yu`àśśiru f al-nafsi wa yuhażżibu al-khuluqa
wa yad‘ū ilā al-faḍlati wa yub‘idu ‘an al-rażĭlati bi uslūbin jam lin/. ‘Sastra adalah
setiap puisi atau prosa yang memberi pengaruh kepada kejiwaan dan mendidik budi pekerti dan mengajak kepada akhlak yang mulia serta akan menjauhi perbuatan yang tercela dengan menggunakan gaya bahasa yang indah’.
Secara umum sastra dalam bahasa Arab diklasifikasikan menjadi dua bagian yaitu: عش /al-syi‘ru/ ’puisi’ dan ثن /al-naśru/ ’prosa’. (Al-Hamid 1994 : 16).
Husein dalam (Muzakki, 2006 : 45) memberi pengertian syair sebagai berikut:
ﺄ
نزﻮ ﺒو
ﻰ ﻮ ﺒ
ﻰ
ﻈ
ﺪ
يﺬ ﺒ
م ﺒ
ﻮ
ﺮ ﺒ
أ
ﺎﻀ
ﺎﻬﻀ
ءﺒﺰ
ﺒو
ﺮﺼ ﺒو
لﻮﻄ ﺒ
ﺔ ﺮ
/Al- syi‘ru huwa al-kalāmu allaż ya’tamidu lafẓuhu ’alā al-mūsqa wa al-wazni
fayata׳allafu min ajzā ׳i yusybihu ba’ḍuhā ba’ḍan f al-ṭ ūli wa al-qașri wa
al-harakati/. ’Syair adalah ungkapan yang pengucapannya terikat dengan irama dan
pola, karena itu syair tersusun dari beberapa bagian bunyi harakat yang satu sama lain mempunyai kesamaan bunyi, baik bunyi harakat yang satu sama lain mempunyai kesamaan bunyi harakat panjang maupun pendek’.
Menurut Al-Iskandari dan Inani dalam (Muzakki, 2006 : 53) prosa adalah:
ﺔ ﺎ
و
نزﻮ
ﺎﻄ ﺮ
ﺎ
ﻮ
ﺮ ﺒ
/Al- naśru huwa mā laysa murtabitan biwaznin wa lā qāfiyatin. ‘Prosa adalah
ungkapan yang tidak terikat dengan wazan/pola irama, maupun dengan qafiyah/sajak’.
Menurut Dhaif dalam (Muzakki, 2006 : 54) secara umum prosa ada dua macam: (1) Prosa biasa; prosa ini sering digunakan dalam bahasa komunikasi dan tidak memiliki nilai sastra, kecuali matsal dan hikmah. (2) Prosa yang dicipta oleh para sastrawan; prosa ini memiliki bahasa seni (estetik) dan mengandung unsur-unsur balaghah. Adapun jenis-jenis prosa yang diciptakan para sastrawan sebagai berikut:
(18)
1. Pidato (
ﺔ ﺎﻄ
)/ ‘Khitābatun’2. Novel (
ﺔ ﺒوﺜ
)/ ‘Riwāyatun’ 3. Cerita (ﺔﺷﺼ
)/ ‘Qișșatun’4. Hikmah (
ﺔ ﺣ
)/ ‘Hikmatun’5. Matsal/ Perumpamaan ( )/ ‘Maśalun’
6. Mantra para Dukun (
نﺎﻬ ﺒ
)/ ‘Saj‘u al-kuhhān’Prosa adalah peristiwa-peristiwa yang diceritakan secara bebas. Macam-macam prosa seperti pidato, novel, cerita, hikmah, matsal dan mantra para dukun merupakan karya sastra yang pengungkapannya secara mendalam, mendetail, terperinci, dan meluas, baik itu berupa unsur tokoh cerita, peristiwa-peristiwa atau kejadian-kejadiannya yang diungkapkan dengan rinci. Tokoh cerita diungkapkan atau diceritakan secara mendetail, bahkan sampai pada hal-hal kecil. Pengungkapan semua peristiwa secara jelas disebut prosa.
Dalam penelitian ini jenis prosa yang akan penulis teliti adalah
ﺔﺷﺼ ﺒ
/al-qișșatu/‘kisah’, yang hal ini, Jaudah (1991 : 41) menambahkan istilah lain untuk kisah dalam bahasa Arab disebut juga dengan
ﺪﺣ
/hadśun/ ‘cerita’.Al-Qur`an memiliki dimensi sastra dan keindahan gaya bahasa dalam mengungkapkan kisah-kisah Al-Qur`an. Kata kisah berasal dari kata bahasa Arab /
ﺔﺼ ﺒ
/ ‘al-qișșatu’ jamaknya /ﺺﺼ ﺒ
/ ‘al-qișașu’ atau ‘al-qașașu’ yang berarti cerita atau hikayat, sedangkan menurut al-Layts dalam Khalafullah (2002:100) ‘al-qashsh(kisah) yaitu mengikuti jejek. Qashash Al-Qur`an adalah pemberitahuan Al-Qur`an mengenai hal ihwal yang telah lalu, nubuwat (kenabian) yang terdahulu dan peristiwa-peristiwa yang telah terjadi (Chirzin,2003:118).
Al-Qur`an adalah sebuah Al-kitab yang diturunkan Allah SWT kepada Rasul-Nya Muhammad SAW dengan perantara malaikat Jibril. Mempelajari Al-Qur`an ibarat menempuh sebuah perjalanan, ada peta, ada rambu-rambu, dan ada wawasan yang
(19)
semestinya diperhatikan agar perjalanan menuju pemahaman Al-Qur`an yang mencerdaskan dan mengarifkan tercapai.
Narasi Al-Qur’an tentang kisah Isa as dimulai dari kelahiran Maryam sebagai putri dari Imran, berlanjut dengan tumbuh kembangnya dalam asuhan Zakariya, serta kelahiran Yahya, kemudian kelahiran Isa sebagai anak Maryam tanpa Ayah. Isa merupakan seorang nabi yang mendapat gelar ulul azmi (nabi yang memiliki kelebihan), Ia dipanggil dalam bahasa Arab Isa, Isa bin Maryam, atau Isa Almasih.
Menurut Mutholib (1995: 151) nabi Isa lahir tahun 622 sebelum hijriah. Tahun Masehi dinisbahkan kepada namanya al-Masih, yang dalam bahasa Arabnya disebut tahun Miladiyah. Isa adalah seorang nabi yang lahir tanpa ayah. Hal ini bukanlah mustahil dalam kekuasaan Allah, karena Allah juga telah menciptakan Adam tanpa Ayah dan ibu. Jadi sangatlah mudah bagi Allah untuk mewujudkan semua yang dikehendaki-Nya tanpa terkecuali. Oleh karena itu, tidaklah benar jika ada yang menyatakan bahwa Isa anak Tuhan. Isa adalah anak Maryam dan Maryam adalah anak Imran dan istrinya yang bernama Hanna yang berasal dari sebuah keluarga baik-baik, mulia, terhormat, dan terpandang.
Maryam hamil tanpa berhubungan dengan laki-laki, Al-Qur`an memperkenalkan sosok Maryam sebagai simbol kesucian dari berbagai perbuatan buruk. Dalam surat Ali ‘Imran ayat 47 disebutkan:
/Qālat rabbi annā yakūnu l waladun wa lam yamsasn basyarun qāla każāliki
(20)
‘Maryam berkata: "Ya Tuhanku, betapa mungkin Aku mempunyai anak, padahal Aku belum pernah disentuh oleh seorang laki-lakipun." Allah berfirman (dengan perantaraan Jibril): "Demikianlah Allah menciptakan apa yang dikehendaki-Nya. apabila Allah berkehendak menetapkan sesuatu, Maka Allah Hanya cukup Berkata kepadanya: "Jadilah", lalu jadilah dia.’
Dalam Surat Ali ‘Imran ayat 42 dijelaskan juga
/Wa i qālati al-malā`ikatu yā maryamu inna Allāha iș
ṭ
āfāki wa ṭahharaki’alā nisā`i al-‘ ālam na/.’ Dan (ingatlah) ketika Malaikat (Jibril) berkata: "Hai
Maryam, sesungguhnya Allah telah memilih kamu, mensucikan kamu dan melebihkan kamu atas segala wanita di dunia (yang semasa dengan kamu).’
Begitu juga dalam Al-Qur`an surat Ali Imran: 45
/I qālati al-malā`ikatu ya Maryamu inna Allāh yubasysy ruki bikalimatin minhu
ismuhu al-masḥu ‘ sa ibnu maryama waj han f ad-dunya wa al-akhirati wa min
al-muqarrab na/.’ (Ingatlah), ketika Malaikat berkata: "Hai Maryam,
sesungguhnya Allah menggembirakan kamu (dengan kelahiran seorang putera yang diciptakan) dengan kalimat (yang datang) daripada-Nya, namanya Al Masih `Isa putera Maryam, seorang terkemuka di dunia dan di akhirat dan termasuk orang-orang yang didekatkan (kepada Allah).’
(21)
Berdasarkan hal inilah, penulis sangat tertarik untuk menganalisis kisah kelahiran nabi Isa putera Maryam dalam Al-Qur`an dengan menelaah ayat demi ayat yang menjelaskan tentang kelahiran nabi Isa sesuai dengan tahapan-tahapan yang berlaku dalam Al-Qur`an. Penulis akan mendeskripsikan kisah kelahiran nabi Isa putera Maryam dalam Al-Qur`an sebagaimana digambarkan dalam Al-Qur`an. Dari sini akan diketahui benar-benar cara Al-Qur`an memformat suatu kejadian nyata yang pernah terjadi di atas permukaan bumi ini dengan cara deskripsi yang sangat memukau dan mengagumkan.
1.2 PERUMUSAN MASALAH
Adapun permasalahan yang akan dibahas dalam penelitian ini, sehingga tidak keluar dari topik sebagai berikut :
1. Pada surat dan ayat berapa sajakah dalam Al-Qur‘an yang menjelaskan tentang kelahiran Nabi Isa putera Maryam?
2. Pesan-pesan apakah yang terkandung dalam ayat yang menjelaskan tentang kisah kelahiran Nabi Isa putera Maryam ditinjau dari sosiologi sastra?
1.3 TUJUAN PENELITIAN
Adapun tujuan dalam penelitian ini agar tidak keluar dari pemaparan yang sudah dipaparkan adalah:
1. Untuk mengetahui surat dan ayat yang menjelaskan tentang kisah kelahiran Nabi Isa putera Maryam.
2. Untuk mengetahui maksud yang terkandung dalam ayat yang menjelaskan tentang kelahiran Nabi Isa putera Maryam ditinjau dari sosiologi sastra.
1.4 MANFAAT PENELITIAN
Adapun manfaat dari penelitian ini adalah?
1. Untuk menambah referensi dan wawasan para pembaca pada umumnya dan mahasiswa Sastra Arab khususnya mengenai kisah nabi Isa putera Maryam.
(22)
1.5 METODOLOGI PENELITIAN
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode analisis deskriptif. Analisis deskriptif adalah suatu metode dengan mengumpulkan data, menyusun atau mengklasifikasi, dan menginterpretasikannya. Penelitian ini merupakan penelitian kepustakaan (library research) dengan mengambil data dari Al-Qur`an yang diperoleh melalui CD Al-Qur`an dan Al-Qur`an terjemahan keluaran Departemen Agama RI No:BD.III/TL.02.1/429/2004.
Adapun sumber data yang digunakan dalam penelitian ini berupa data primer dan data sekunder. Data primer yang digunakan dalam penelitian ini adalah kisah kelahiran Nabi Isa putera Maryam dalam Al-Qur`an dan buku kisah para nabi karangan Ibnu Katsir. Kemudian penulis juga menggunakan Teori Muhammad A. Khalafullah dalam bukunya yang berjudul Al-Qur`an bukan kitab sejarah. Penulis menggunakan teori Khalafullah karena buku ini menjelaskan tentang kisah-kisah dalam Al-Qur`an dengan menggunakan sebuah pendekatan sastra. Adapun teori-teori lainnya yang mendukung penelitian ini adalah data-data lain yang membahas kisah Nabi Isa yang terdapat dalam buku-buku lainnya, internet atau majalah, yang dalam hal ini penulis jadikan sebagai data sekunder sehingga membantu dan memudahkan penulis dalam menyelesaikan penelitian ini.
Dalam memindahkan tulisan Arab ke dalam tulisan latin, penulis memakai sistem transliterasi Arab-Latin berdasarkan SKB Mentri Agama dan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI No. 158/1987 dan No.0543 b/U/1987 tertanggal 22 Januari 1988.
Adapun tahap-tahap yang dilakukan penulis dalam penelitian ini adalah:
1. Mengumpulkan data-data dengan cara mencari dan memilih buku-buku yang berkaitan dengan judul penelitian
2. Mempelajari dan mengklasifikasikan data yang telah diperoleh dan referensi yang ada
3. Menganalisis data
(23)
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Penelitian tentang kisah nabi sudah pernah diteliti oleh Hotmaria Rahma (NIM: 040704011) yang berjudul ”Analisis Nilai-Nilai Historis Pada Kisah Nabi Ibrahim Alaihi Salam Dalam Al-Qur`an Ditinjau Dari
ﺮ ﺒ
/Al-Naśru/ ’Prosa’. Dalam penelitian ini, kisah yang diteliti adalah kisah nabi Ibrahim mengenai unsur-unsur kisah yang ditinjau dari prosa sedangkan penulis ingin membahas kisah kelahiran Nabi Isa, dan lebih khusus lagi pesan-pesan yang terkandung di dalamnya ditinjau dari sosiologi sastra yang diceritakan dalam Al-Qur`an. Dengan ini, penulis menggunakan teori Khalafullah sebuah teori yang menggunakan pendekatan sastra, dan teori lainnya untuk mendukung penelitian penulis sesuai dengan judul yang dicantumkan sebelumnya.Menurut Khalafullah (2002 : 19) penggunaan metode pendekatan sastra dalam menafsirkan kisah-kisah Al-Qur`an masih tergolong baru. Melalui pendekatan metodelogis semacam ini akan banyak terungkap dimensi seni dan sastra yang dimiliki Al-Qur`an sebagai salah satu bukti kemukjizatannya.
Al-Qur`an telah menyebutkan kata qashas dalam beberapa konteks, pemakaian dan tashrif (konjugasi) nya: dalam bentuk fi’il maḍi, fi’il muḍari’, fi’il amri, dan dalam bentuk mașdar. Menurut bahasa, kata qashas berarti kisah, cerita berita atau keadaan. Kisah sendiri berasal dari kata al-qassu yang berarti mencari atau mengikuti jejak.
Menurut Hasbi dalam (http://www.darussholah.com/2008/09/20/Kisah-Kisah Dalam Al-Qur’an/) menyatakan bahwa pengertian dari qashash adalah mencari bekasan atau mengikuti bekasan (jejak). Lebih lanjut, beliau juga menerangkan bahwa lafadz qashash adalah bentuk mashdar yang berarti mencari bekasan atau jejak, dengan memperhatikan ayat-ayat berikut ini.
(24)
/
Qāla żālika mā kunnā nabgi fartaddā ‘alā `āśārihimā qașașan/ ’ Musa berkata: "Itulah (tempat) yang kita cari". lalu keduanya kembali, mengikuti jejak mereka semula. (Q.S. Alkahfi: 64)
/Inna haża lahuwa al-qașașu al-ḥaqqu wa mā min ilahin illā Allāhu wa inna
allāha lahuwa al-‘az zu al-ḥak mu/ ’Sesungguhnya ini adalah kisah yang benar,
dan tak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Allah; dan Sesungguhnya Allah, dialah yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.(QS.Ali Imran: 62)
/Laqad kāna f qașașihim ’ibratun li ūl al-bābi mā kāna ḥadśan yuftarā
walākin tașd qa allaż baina yadayhi wa tafșla kulli syain wa hudan wa
raḥmatan li qaumin yu`minūna/ ‘Sesungguhnya pada kisah-kisah mereka itu
terdapat pengajaran bagi orang-orang yang mempunyai akal. Al Quran itu bukanlah cerita yang dibuat-buat, akan tetapi membenarkan (kitab-kitab) yang sebelumnya dan menjelaskan segala sesuatu, dan sebagai petunjuk dan rahmat bagi kaum yang beriman.’(QS. Yusuf: 111)
Allah SWT berfirman dalam surat Yusuf ayat 111 bahwa pada cerita dan kisah-kisah para Rasul yang dikisah-kisahkan dalam Al-Qur`an terdapat ibrah dan pengajaran bagi orang-orang yang berakal dan mau menggunakan akalnya, mengenangkan kisah para Rasul Allah yang diselamatkan dari tipu daya dan perbuatan jahat orang-orang kafir, dan kisah orang-orang kafir yang menentang dan mendustakan para Rasul itu dibinasakan akibat kekafirannya.
(25)
Kisah ini bukanlah cerita yang dibuat-buat, akan tetapi benar-benar firman Allah yang diwahyukan kepada Muhammad untuk membenarkan kitab-kitab Allah yang sebelumnya seperti kitab Injil, dan menghapus serta mengoreksi apa yang telah terjadi dalam kitab-kitab itu berupa perubahan dan penyimpangan-penyimpangan yang dilakukan oleh tangan hamba-hamba Allah yang jahil. Di samping itu, Al-Qur`an juga menjelaskan secara terang-terangan segala sesuatu mengenai perintah-perintah dan larangan-larangan agama, apa-apa yang dihalalkan dan apa-apa yang diharamkan, serta hal-hal yang gaib yang telah berlalu maupun yang akan datang, juga mengenai zat Allah yang Maha Esa, sifat-sifat-Nya, hikmah kebijaksanaan qadha dan qadhar-Nya. Itulah sebabnya Al-Qur`an disebut sebagai petunjuk ke jalan yang lurus, benar serta merupakan rahmat dari sisi Allah bagi hamba-hamba-Nya yang mukminin, Way of the life.
Dari berbagai pengertian di atas, dapat penulis simpulkan bahwa secara global pengertian dari qashash adalah pemberitahuan Al-Qur`an tentang ihwal umat yang telah lalu, nubuwat (kenabian) yang terdahulu dan peristiwa-peristiwa yang telah terjadi. Di samping itu, Al-Qur`an juga banyak mengandung keterangan-keterangan tentang kejadian masa lalu, sejarah bangsa-bangsa, keadaan negeri-negeri dan peninggalan atau jejak setiap umat. Al-Qur`an juga menceritakan keadaan mereka dengan cara yang menarik dan mempesona baik dalam pengkisahan atau dalam setiap lafaz yang menceritakannya.
Kisah-kisah Al-Qur`an mengandung banyak tuntunan keagamaan yang pada hakikatnya adalah substansi diturunkannya agama Islam kepada manusia. Tuntunan-tuntunan tesebut pun banyak dimensi dan ragamnya, prinsip-prinsip akidah, moral, perilaku, dan tuntunan ibadah. Semua tuntunan tersebut tidak sekedar diperlihatkan, tetapi Al-Qur`an juga menunjukan hal-hal yang bertentangan dan melanggar prinsip-prinsip ajaran Islam.
Dalam memaparkan kisah, Al-Qur`an menggunakan metode gaya bahasa tersendiri. Hal ini terlihat dalam deskripsi kejadian dalam kisah Al-Qur`an yang merupakan deskripsi sastra yang memiliki nuansa kejiwaan yang disusun di atas dasar kekuatan perasaan yang mampu menggugah jiwa pendengarnya dan membuatnya berpikir, berkontemplasi, dan merenungi kebesaran Allah SWT.
(26)
Secara etimologi kata
ﺔﺼ ﺒ
/
al-qișșatu/ berasal dari kata-
ﺷﺺ
-
ﺔﺼ
-ﺷﺺ
-ﺷﺠﺷ◌ﺷﺨ
/
qașșa-yaqușșu -qașșun - qișșatan/ yang artinya ‘kisah’. (Bisri dan Fatah, 1999: 600)Menurut Jaudah (1991 : 41) defenisi kisah menurut bahasa adalah:
ﺔﻐ ﺒ
ﺔﺼ ﺒ
ﺒ
/ Al-qișșatu fi al-lugati hiya al-tatabu’u. ‘Kisah menurut bahasa penelusuran.
Kisah disebut juga sebuah perkara (
ﺮ ﻷﺒ
) / ‘al-amru’/, ‘pembicaraan’/ (ﺪ ﺒ
) / ‘al-haḍsu’/ dan berita (ﱪ ﺒ
) / ‘al-khabaru’/.Adapun pengertian kisah menurut terminologi ilmu sastra modern adalah:
ﺎﻬ ﻮﻬ ﲟ
ﺔﺼ ﺒ
ﻷﺒ
و
ﺎ ﺒ
ﺎﻬ ﳛ
ثﺒﺪﺣﻷﺒ
ﺔ ﻮ ﳎ
ﺪ ﺒ
ثﺒﺪﺣ
سﺎ ﺒ
ةﺎ ﺣ
ﺎ ﺎ
ﻮﳓ
ﻰ
ﺎ ﺎ ﺣ
ﺎ أ
و
ﺎ ﺎﺮﺼ
ﺔ ﺎ
ﺔ ﳐ
ﺔ ﺎ ﺒ
تﺎ ﺼ
.
ضﺜ ﺒ
و
ﻰ
/Al-qișșatu bi mafhūmiha al-had si hiya majmū‘atun min al-aḥdāsi yuhk hā
al-kātibu wa tata‘allaqu tilka al-ahdāsu bisyakhsiyyātin insāniyyatin mukhtalifatin
mutabāyinatin fi tasurrufātihā wa asāl bi ḥayātihā ‘alā nahwi mā tatabāyanu
ḥayātu al-nāsi ‘alā wajhi al-`ardi/. ‘Kisah adalah kumpulan beberapa peristiwa
yang diceritakan oleh si penulis di mana peristiwa yang diceritakan tersebut saling terkait erat dengan kepribadian manusia itu yang beraneka ragam dalam sikap dan gaya hidup sebagaimana sikap dan gaya hidup manusia di atas bumi.’
2.1. /
صقلا
ص
نع
‘anāsiru al-qişşati’/ ‘Unsur-Unsur Kisah’ Adapun unsur-unsur kisah dalam Al-Qur`an yaitu:
يص شلا
/
al-syakhșiyatu/ ‘Tokoh’
ث حلا
/al-ḥādisatu/ ‘peristiwa-peristiwa kisah’
سلا
/al-sardu/ ‘Dialog-dialog’(27)
ب قلا
ص
/
șawtu al-qalbi/ ‘Suara hati’2.2
صقلا
ا نلا
/
anwa’u al-qișșati/ ‘Macam-Macam Kisah’Menurut Khalafullah (2002 : 101) ada 3 model dalam menganalisis kisah dalam Al-Qur`an yang berlaku dalam dunia sastra yaitu:
1.
ي ي لا
صقلا
/al-qișșatu al-tārikhiyati ‘model sejarah’ yaitu suatu kisah yang menceritakan tokoh-tokoh sejarah tertentu seperti para nabi dan rasul dan beberapa kisah yang diyakini orang-orang terdahulu sebagai sebuah realitas sejarah.2.
ي ث لا
صقلا
/al-qișșatu al-masaliyati/ ‘Model Perumpamaan’ yaitu kisah-kisah yang menurut orang terdahulu, kejadiannya dimaksudkan untuk menerangkan dan menjelaskan suatu hal atau nilai-nilai.3.
ي
طس
أا
صقلا
/al- qișșatual-usturiyati ‘Model Legenda atau Mitos’ yaitu kisahyang diambil dari mitos-mitos yang dikenal dan berlaku dalam sebuah komunitas sosial.
2.3
آ قلا
ف
صقلا
ا نا
/’
anwā’u al-qișșati fī al-qur`ān’Kemudian, ada macam-macam isi kisah dalam Al-Qur`an. Secara garis besar, kisah-kisah yang terdapat dalam Al-Qur`an dibedakan menjadi tiga bagian diantaranya yaitu:
Kisah para nabi, kisah ini bercerita mengenai dakwah mereka kepada umat mereka, mu’jizat-mu’jizat yang diberikan Allah kepada mereka, sikap dan reaksi orang yang menentang dakwah mereka, tahapan dakwah serta akibat-akibat yang diterima orang-orang yang mempercayainya maupun menentangnya. Kisah-kisah ini banyak diceritakan Qur`an seperti Kisah-kisah nabi Adam (QS. Al-Baqarah: 30-39 dan QS. Al-A’raf: 11), kisah tentang nabi Nuh (QS. Hud: 25-49), kisah tentang para nabi dan rasul yang lainnya.
Kisah-kisah yang berhubungan dengan peristiwa yang terjadi masa lalu, dan orang-orang yang tidak dipastikan kenabiannya. Di antaranya adalah kisah tentang Lukman (QS. Luqman: 12-13), kisah tentang Dzul Qarnain (QS.
(28)
Al-Kahf: 9-26), kisah tentang Thalut dan Jalut (QS. Al-Baqarah: 246-251) dan kisah-kisah yang lain.
Kisah-kisah yang terjadi masa Rasulullah Muhammad SAW, seperti kisah tentang perang Badar dan perang uhud (QS. Ali Imran), kisah tentang Ababil ( QS. Al-Fil: 1-5), kisah tentang peristiwa hijrah (QS. Muhammad: 13).
Dari tiga macam isi kisah dalam Al-Qur`an di atas penulis akan membahas mengenai kisah para nabi yaitu kelahiran nabi Isa as; seorang putera Maryam yang lahir dengan kekuasaan Allah, hanya dengan perantara ibu, yaitu Maryam. Kelahiran Nabi Isa merupakan suatu mikjizat karena dilahirkan tanpa ayah, tidak sebagaimana manusia lazimnya yang berayah-ibu. Kandungan Maryam berbeda dengan kandungan dengan wanita pada umumnya, para ulama banyak berbeda tentang hak ini, menurut Ibnu Abbas dalam Ibnu Katsir (2008:631), bahwa Maryam mengandung Isa Puteranya selama delapan bulan sedangkan menurut Ibnu Abbas dalam Ibnu Katsir (2008:631) Maryam mengandung Isa hanya dalam waktu sekejap dan langsung melahirkan. Kemudian dari sebagian ulama lainnya mengemukakan, bahwa Maryam binti Imran mengandung Isa
`alaihissalam selama sembilan jam, mereka mendasari pendapat mereka itu dengan
firman Allah Ta`ala sebagai berikut; dalam surat Maryam ayat 22.
/Fahamalathu fa `intabażat bihi makānan qașiyyan/’ Maka Maryam
mengandungnya, lalu ia menyisihkan diri ke tempat yang jauh.’
Kemudian ada juga berpendapat bahwa Maryam mengandung puteranya Isa as selama sembilan bulan, sebagaimana layaknya wanita yang mengandung anaknya, dan melahirkan sesuai waktunya (Ibnu Katsir,2008:631). Hal ini bukan aneh dan asing bagi Allah karena Allah juga telah menciptakan Adam tanpa ayah dan ibu, menciptakan Hawa dari tulang rusuk Adam, serta menciptakan Isa tanpa ayah karena Maryam melahirkannya tanpa berhubungan dengan laki-laki. Hal ini perintah Allah SWT melalui malaikat Jibril, sebagaimana firman Allah Ta`ala dalam surat At-Tahrim ayat 12.
(29)
/Wa maryama ibnata ‘imrāna allat aḥșanat farjahā fanafakhnā f hi min rūḥinā
wa șaddaqat bikalimati rabbihā wakutubihi wakānat mina al-qānit na/. ’dan
(ingatlah) Maryam binti Imran yang memelihara kehormatannya, Maka Kami tiupkan ke dalam rahimnya sebagian dari ruh (ciptaan) Kami, dan ia membenarkan kalimat Rabbnya dan Kitab-KitabNya, dan dia adalah termasuk orang-orang yang taat.’
Menurut As-Sadi dalam Ibnu Katsir (2008:629), tiupan itu masuk ke dalam rahimnya melalui farajnya bukan dari mulutnya. Maryam adalah wanita soleha yang sehari-hari beribadah kepada Allah SWT di mihrabnya, di Bait al-Makdis. Tak seorang pun yang mengetahui bahwa Maryam sedang hamil dan ia akan melahirkan. Mihrab yang menjadi tempat ibadahnya selalu tertutup. Orang-orang mengetahui bahwa Maryam sedang sibuk beribadah dan tidak ada seorang pun yang mendekatinya.
Ketika ia merasa saatnya akan melahirkan, Maryam meninggalkan mihrabnya dan mencari tempat yang sepi dan jauh dari keramaian. Ia berhenti di bawah pohon kurma, lalu duduk dan beristirahat di bawah satu pohon kurma yang besar dan tinggi. Maryam mulai merasakan sakit pada perutnya, Maryam menekankan tangannya dengan keras ke pangkal pohon kurma itu sehingga seluruh tenaga dan emosinya tertumpu padanya, sambil berteriak,
/Yālaitan mittu qabla hażā wa kuntu nasyan mansiyyan/
‘aduhai alangkah baiknya aku mati sebelum ini, dan aku menjadi sesuatu yang tak berarti, lagi dilupakan’. (QS.Maryam:23)
(30)
Menurut Al-Kasysyaf dalam Abdussalam (2005:94-95), Maryam mengucapkan kalimat di atas dikarenakan rasa malu terhadap masyarakatnya, karena apa yang terjadi pada Maryam adalah sesuatu yang menyalahi kebiasaan umum manusia, bukan karena ia mengeluh dan membenci hukum Allah. Di samping itu, Maryam juga merasakan beratnya beban yang akan ditanggungnya jika kaumnya menuduh dirinya melakukan perbuatan keji yang tak pernah dilakukannya.
2.4.Sosiologi Sastra
Dalam karya sastra terdapat unsur-unsur yang begitu banyak. Setiap unsur bahkan unsur yang terkecilpun menentukan kebenaran nilai karya sastra itu. Oleh karena itu, menelaah karya sastra perlu dibantu dengan pendekatan dari luar karya sastra, seperti: pendekatan sosiologis, psikologis, dan historis maupun budaya. Pendekatan ini sangatlah bermanfaat untuk melengkapi penelitian terhadap sebuah karya sastra. Dari sekian unsur-unsur sastra penulis akan memfokuskan tinjauan dan penjelasan mengenai sosiologi sastra.
Kajian yang membicarakan tentang hubungan sastra dan masyarakat disebut kajian sosiologi sastra. Sosiologi adalah ilmu mengenai asal-usul pertumbuhan (evolusi) masyarakat, ilmu pengetahuan yang mempelajari keseluruhan jaringan hubungan antar manusia dalam masyarakat, sifatnya umum, rasional, dan empiris.
Nyoman (2004:79) menyatakan bahwa :
Suatu proses kehidupan mencakup hubungan antara masyarakat dengan manusia dan antara peristiwa yang terjadi dalam batin seseorang. Pendekatan sosiologis sastra artinya menganalisis manusia dalam masyarakat, dengan proses pemahaman dari masyarakat ke individu. Pendekatan sosiologis menganggap karya sastra sebagai milik masyarakat. Aspek sosial karya sastra kemungkinan yang sangat luas untuk mengakses emosi, obsesi, dan berbagai kecenderungan yang tidak mungkin tercapai dalam kehidupan sehari-hari.
Teori sosiologi sastra sebenarnya sudah diketengahkan sejak sebelum Masehi. Sudah sewajarnya apabila sastra, yang pada awal perkembangan tidak bisa dipisahkan dari kegiatan sosial, dianggap sebagai unsur kebudayaan yang dapat mempengaruhi masyarakatnya. Suatu dokumen memuat bahwa teori sastra adalah karya Plato.
(31)
Penulis memilih pendekatan sosiologi sastra dengan menggunakan teori Wellek dan Werren (1989:111), mereka membuat tiga konsep untuk meneliti sastra secara sosiologis sastra. Menurut mereka karya sastra dapat diteliti berdasarkan:
1. Sosiologi pengarang yang mempermasalahkan status sosial, ideologi, politik, dan lain-lainnya yang menyangkut pengarang sebagai penghasil sastra.
2. Sosiologi sastra yang mempermasalahkan karya sastra dalam karya sastra itu sendiri; yang menjadi pokok penelaahannya adalah apa yang tersirat dalam karya sastra dan apa yang menjadi tujuan atau pesan yang disampaikan.
3. Sosiologi sastra yang mempermasalahkan pembaca dan pengaruh sastra terhadap pembaca karya sastra.
Berdasarkan uraian di atas, pendekatan ini mencoba melihat sisi masyarakat pada karya sastra. Pertama adalah sosiologi pengarang, profesi pengarang dan institusi sastra. Masalah yang berkaitan di sisni adalah dasar ekonomi produksi sastra, latar belakang sosial, status pengarang dan ideologi pengarang yang terlihat dari berbagai kegiatan pengarang di luar karya sastra. Yang kedua adalah isi karya sastra, tujuan, serta hal-hal lain yang tersirat dalam karya sastra itu sendiri dan yang berkaitan dengan masalah sosial.
Yang ketiga adalah permasalahan pembaca dan dampak sosial karya sastra. Sejauh mana sastra mempengaruhi pembaca, menimbulkan perubahan dan perkembangan sosial. Dalam menganalisis kisah kelahiran Nabi Isa putera Maryam, penulis berpedoman pada pendekatan sosiologi sastra yang mempermasalahkan tujuan dari karya sastra maupun pesan moralnya terhadap masyarakat.
Penulis menggunakan teori Wellek dan Werren pada bagian kedua, di mana Wellek dan Werren melihat bahwa sosiologi sastra yang diteliti adalah nilai sosiologi sastra apa saja yang tersirat dalam sebuah karya sastra dan apa yang menjadi tujuan dari sebuah karya sastra.
Unsur-unsur yang akan diteliti adalah unsur yang tersirat yang mempengaruhi si pembaca / masyarakat, dan hal-hal lain yang tersirat yang menggambarkan pola-pola masyarakat serta nilai-nilai sosial yang meliputi nilai pesan moral, pesan relegius dan pesan kritik sosial (Nurgiyantoro, 1998:320-342).
(32)
1. Pesan Moral
Nilai moral tidak dapat didefenisikan karena merupakan pandangan hidup seseorang yang bersifat tidak terbatas. Nilai moral yang terdapat dalam karya sastra akan bergantung pada keyakinan, dan keinginan pengarang yang bersangkutan.
Secara umum moral menyarankan pada pengertian (ajaran tentang) baik buruk yang diterima umum mengenai perbuatan, sikap, kewajiban, dan sebagainya; akhlak, budi pekerti, susila (KBBI,1995 dalam Nurgiyantoro, 1998:320).
Moral dalam karya sastra biasanya mencerminkan pandangan hidup “way of life”
pengarang yang bersangkutan, pandangannya tentang nilai-nilai kebenaran, dan hal itulah yang ingin disampaikan kepada pembaca.
Menurut Kenny (1996:89) dalam (Nurgiyantoro, 1998:320) :
Moral dalam cerita biasanya dimaksudkan sebagai suatu saran yang berhubungan dengan ajaran moral tertentu yang bersifat praktis, yang dapat diambil (dan ditafsirkan) lewat cerita yang bersangkutan oleh pembaca. Moral merupakan “petunjuk” yang sengaja diberikan oleh pengarang tentang berbagai hal yang berhubungan dengan masalah kehidupan, seperti sikap, tingkah laku, dan sopan santun pergaulan. Ia bersifat praktis “petunjuk” itu dapat ditampilkan atau ditemukan modelnya dalam kehidupan nyata, sebagaimana model yang ditampilkan dalam cerita.
Nurgiyantoro (1998:323) menegaskan bahwa:
Karya sastra, senantiasa menawarkan nilai sosiologis yang berhubungan dengan sifat-sifat luhur kemanusiaan, memperjuangkan hak dan martabat manusia. Sifat luhur pada hakikatnya bersifat universal, dimiliki dan diyakini kebenarannya oleh manusia sejagad. Nilai sosiologis sastra lebih memberatkan pada sifat kodrati manusia yang hakiki (yakni akhlak), bukan pada aturan-aturan yang dibuat, ditentukan dan dihakimi oleh manusia. Bahkan, adakalanya ia tampak bertentangan dengan ajaran agama. Moral dalam karya sastra, atau hikmah yang diperoleh pembaca lewat sastra, selalu dalam pengertian baik.
Moral merupakan salah satu wujud tema dalam bentuk sederhana, walaupun tidak semua tema merupakan nilai. Moral dikatakan bersifat praktis karena “ajaran” yang diberikan langsung ditunjukan secara konkret lewat sikap dan tingkah laku tokoh cerita.
Dalam suatu karya sastra banyak sekali jenis dan wujud pesan moral yang disampaikan. Dalam karya sastra sering terdapat lebih dari satu pesan moral. Hal ini belum lagi berdasarkan pertimbangan atau penafsiran dan pihak pembaca yang juga dapat berbeda-beda baik dari segi jumlah maupun jenisnya. Jenis dan wujud pesan moral yang
(33)
terdapat dalam karya sastra akan bergantung pada keyakinan, keinginan, dan interest pengarang yang bersangkutan.
Dalam kisah kelahiran Nabi Isa putera Maryam dapat dilihat salah satu contoh moral terhadap pembaca, yaitu bahwa manusia di atas permukaan bumi ini harus berbuat baik dan selalu berusaha agar apa yang di cita-citakan tercapai.
/Wahuj ilaiki bijiż’i al-nakhlati tusāqiṭ
‘alaiki ru
ṭaban janiyyan/.
dan goyanglah pangkal pohon kurma itu ke arahmu, niscaya pohon itu akan menggugurkan buah kurma yang masak kepadamu.
Ayat di atas mengisyaratkan bahwa kurma merupakan makanan yang sangat baik bagi wanita yang sedang melahirkan dan setelah melahirkan masa nifas/ selesai melahirkan, karena ia mudah dicerna, lezat lagi mengandung kalori yang tinggi.
Pada ayat di atas terlihat bagaimana Maryam as. yang dalam keadaan lemah itu masih diperintahkan untuk melakukan kegiatan dalam bentuk menggerakan pohon guna memperoleh rezeki, walaupun-boleh jadi- pohon itu tidak dapat bergerak karena lemahnya fisik Maryam setelah melahirkan dan walaupun. Ini sebagai isyarat kepada semua pihak untuk tidak berpangku tangan menanti datangnya rezeki, tetapi harus berusaha sepanjang kemampuan yang dimiliki.
2.Pesan Kritik Sosial
Banyak karya sastra yang bernilai tinggi di dalamnya menampilkan pesan-pesan kritik sosial, di mana wujud kehidupan sosial yang dikritik sangat beragam seluas lingkup kehidupan sosial itu sendiri. Namun, perlu ditegaskan bahwa karya-karya sastra tersebut menjadi bernilai bukan lantaran pesan itu, melainkan lebih ditentukan oleh koherensi semua intrinsiknya.
Pesan kritik sosial merupakan hubungan sosial manusia dengan lingkup sosial dan alam. Karya sastra yang memiliki kritik sosial, biasanya lahir di tengah-tengah masyarakat apabila terjadi hal-hal yang tidak baik dalam kehidupan sosial masyarakat.
(34)
Pesan kritik sosial akan ada pada karya sastra jika seseorang pengarang menjadi korban ketidak baikan di sebuah lingkungan. (Nurgiyantoro, 1998:332).
Adapun contoh ayat pada kisah kelahiran nabi Isa yang menjelaskan pada pesan kritik sosial adalah:
Surat ali ‘Imran Ayat 46
/Wa yukallimu al-nāsa f al-mahdi wa kahlan wa mina al-şālih na./
Dan dia berbicara dengan manusia dalam buaian dan ketika sudah dewasa dan dia adalah termasuk orang-orang yang saleh."
Penjelasan:
Ayat yang terkandung di atas adalah, Nabi Isa telah berbicara ketika masih dalam buaian.
Tidak dijelaskan oleh ayat ini pada usia berapa beliau berbicara, tatapi tidak dapat disangkal bahwa hal tersebut terjadi pada usia buaian atau pada usia yang biasanya anak belum dapat berbicara. Karena itu, sekelompok orang yang datang untuk mengecam Maryam, karena ia melahirkan seorang bayi sedang dia belum bersuami. Dia tidak menjawab, tetapi ia menunjukan ke arah bayinya sebagaimana hal ini dijelaskan dalam surat Maryam ayat 29
Kemampuan berbicara itu bukan bukti ketuhanan Isa as. apalagi ucapan pertama yang beliau ucapkan adalah: “sesungguhnya aku ini adalah hamba Allah, Dia memberiku kitab Injil dan Dia menjadikan aku seorang nabi”, sebagaimana hal ini ditegaskan dalam surat Maryam ayat 30. Di sisi lain, penegasan bahwa beliau pun berbicara pada usia dewasa menunjukkan bahwa beliau akan mencapai usia tersebut, dan demikian beliau mengalami perubahan, sedangkan yang mengalami perubahan pastilah bukan Tuhan. Jadi, bicaranya nabi Isa di waktu kecil merupakan mukjizat
Kata (اھ ) /kahlan/ yang diterjemahkan di atas dengan dewasa dipahami oleh banyak ulama sebagai usia antara tiga puluh sampai empat puluh tahun, demikian Mufassir al-Jamal dalam dalam al-futuhat al-habiyah.
(35)
Pesan kritik sosial yang dapat diambil adalah, kalau dilihat zaman sekarang, sangatlah langka adanya seorang bayi yang mampu berbicara sewaktu dalam buaian. Tentu ada hikmah dan pesan yang harus dipetik dari peristiwa berbicaranya seorang bayi. Peristiwa ini merupakan peringatan bagi umat manusia, untuk selalu taat pada Allah karena Dia Maha segalanya. Mungkin saja, kondisi masyarakat saat itu memperhatinkan, jauh dari ajaran agama.
3.Pesan Religius
Pesan Relegius menyatakan pesan keagamaan dari sesuatu sesuai dengan aturan agama yang ada. Istilah relegius membawa konotasi pada makna agama. Agama lebih menunjukan pada kelembagaan kebaktian kepada Tuhan dengan hukum-hukum yang resmi, sedangkan relegius bersifat lebih mendalam dan lebih luas dari agama yang tampak formal dan resmi (Mangunwijaya, 1998:11-12).
Adapun pesan relegi/keagamaan yang dapat kita ambil dari kisah kelahiran Nabi Isa putera Maryam adalah:
Dalam Surat Ali ‘Imran Ayat 47
/Qālat rabbi annā yakūnu l waladun wa lam yamsasn basyarun qāla każāliki
Allahu yakhluqu mā yasyā`u iżā qaḍā amran fainnamā yaqūlu lahū kun
fayakūnu/.
Maryam berkata: "Ya Tuhanku, betapa mungkin aku mempunyai anak, padahal aku belum pernah disentuh oleh seorang laki-lakipun." Allah berfirman (dengan perantaraan Jibril): "Demikianlah Allah menciptakan apa yang dikehendaki-Nya. apabila Allah berkehendak menetapkan sesuatu, maka Allah hanya cukup berkata kepadanya: "Jadilah", lalu jadilah dia.
(36)
Adapun pesan yang terkandung dalam ayat di atas adalah ternyata, ketika malaikat Jibril menyampaikan kepada Maryam as. bahwa dia akan melahirkan seorang anak yang bernama al-Masih Isa putera Maryam, ia sadar bahwa anak tersebut tidak berbapak, karena namanya dinisbahkan kepada Maryam, bukan kepada seorang ayah, sehingga Maryam bertanya: ”Tuhanku, aku percaya kepada-Mu, percaya juga kekuasaan-Mu. Tetapi, bagaimana bisa aku mempunyai anak, padahal aku belum pernah disentuh oleh seorang laki-laki pun yang bukan mahramku, apalagi melakukan hubungan yang mengakibatkan lahirnya anak.” Allah berfirman dengan perantaraan Jibril: “ Demikianlah, yakni memang engkau adalah wanita yang tidak pernah dan tidak ada bersuami, tetapi Allah mampu menganugrahkan kepadamu seorang anak, karena Allah mencipta apa yang dikehendaki-Nya. Yang demikian itu sangat mudah bagi-Nya, karena apabila Dia menetapkan sesuatu, maka sedemikian mudah dah cepat kehendak-Nya terlaksana, sehingga keadaannya hanya bagaikan Dia berfirman kepadanya: “jadilah” maka jadilah ia.
Kata (نك) / kun/ dalam ayat ini digunakan sekedar untuk menggambarkan betapa mudah Allah menciptakan sesuatu dan betapa cepat terciptanya sesuatu bila Dia menghendaki. Cepat dan mudahnya itu diibaratkan dengan mengucapkan kata kun. Walaupun sebenarnya Allah tidak perlu mengucapkannya karena Dia tidak memerlukan suatu apa pun untuk mewujudkan apa yang dikehendaki-Nya. Sekali lagi, kata kun hanya melukiskan buat manusia betapa Allah tidak membutuhkan sesuatu untuk mewujudkan kehendak-Nya dan betapa cepat sesuatu dapat terwujud, bahkan lebih cepat jika Dia menghendaki dari waktu yang digunakan manusia mengucapkan kata kun. Perlu dicatat bahwa ini bukan berarti Isa as, lahir secara cepat, dan tanpa proses sebagaimana dialami oleh para ibu ketika melahirkan. Kisah kelahiran ini dijelaskan dalam surat Maryam ayat 16-26 yang menjelaskan proses mulai dari kehamilan Maryam sampai detik-detik menjelang kelahiran puteranya.
Pesan religinya adalah Allah ingin membuktikan kepada manusia akan keMaha Kekuasaan-Nya. Jika Allah berkehendak terhadap sesuatu, dia tak butuh proses, tak terikat hukum sebab akibat, dan lain-lain. Hal ini dapat dipahami melalui kata يفنك.
(37)
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 Narasi Kisah kelahiran Nabi Isa Putera Maryam dalam Al-Qur`an
Narasi Al-Qur`an tentang kisah Nabi Isa as dimulai dari kelahiran Maryam sebagai putri Imran dan istrinya Hanna. Hanna adalah seorang anggota sebuah keluarga yang memiliki kedudukan tinggi di sisi Allah SWT. Allah mengarunianya anak setelah ia memasuki masa manopause, setelah puluhan tahun. Kerinduan terhadap anak tertanam dalam dirinya sudah sekian lama. Ia adalah istri ’Imran, cucu Matan, salah seorang keturunan Sulaiman as yang merupakan pemimpin bangsa Yahudi, para pendeta dan para raja.
Allah SWT kemudian menerima doanya dan mengabulkan permintaannya, sehingga ia pun hamil. Tetapi suaminya meninggal ketika ia sedang mengandung dan belum melahirkan bayinya.
Setiap kali sang janin dirasakannya bergerak-gerak dalam perutnya, luapan rasa bahagia tak terkira menguasai diri Hanna. Ia kemudian menghadap Allah SWT dengan sepenuh hati dan perasaannya, sambil berkata;
/Iż qālati imra`atu ‘imrāna rabbi inn nażartu laka mā f batn muharraran
fataqabbal minn innaka anta al-sam ’u al’al mu/.
(ingatlah), ketika isteri 'Imran berkata: "Ya Tuhanku, Sesungguhnya aku menazarkan kepada Engkau anak yang dalam kandunganku menjadi hamba yang saleh dan berkhidmat (di Baitul Maqdis). Karena itu, terimalah (nazar) itu dari padaku. Sesungguhnya Engkaulah yang Maha mendengar lagi Maha Mengetahui".(Q.S.Ali ’Imran :35)I
Dengan nazarnya, di mana hal ini dibenarkan dalam agamanya saat itu, Hanna berharap agar bayi yang akan dilahirkannya itu adalah seorang anak laki-laki, sehingga
(38)
dapat menggantikan posisi ayahnya sebagai pelayan di rumah Allah (Baitul Maqdis), terbebas dari dunia dan segenap kesibukan dan problemnya, serta melakukan semua itu secara ikhlas karena Allah dan demi Baitul Maqdis-Nya. Ternyata, Hanna melahirkan bayi perempuan.
Hanna pun bingung menerima kenyataan yang dihadapinya. Dengan cara apa dia harus menunaikan nazarnya? Sebab, seorang wanita tidak layak untuk urusan seperti ini dalam bayangannya Ia kemudian menghadap kehadirat Allah SWT dengan perasaan sedih dan menyesal sambil memohon ampun atas apa yang telah ia nazarkan. Ia berdoa,
/Falammā wada’athā qālat rabbi inn wada’tuhā unsā wa Allahu a’lamu bimā
waḍa’at wa laysa al-żżakaru ka al-unśā/.
Maka tatkala isteri 'Imran melahirkan anaknya, diapun berkata: "Ya Tuhanku, sesunguhnya aku melahirkannya seorang anak perempuan; dan Allah lebih mengetahui apa yang dilahirkannya itu; dan anak laki-laki tidaklah seperti anak perempuan.
Anak laki-laki tidak seperti anak perempuan. Biasanya anak lelaki yang boleh bertugas di rumah Allah. Ini demi menjaga kesucian tempat ibadah dari haid, nifas, dan
istihadhah yang lazim dialami wanita. Tetapi nampak bahwa di relung jiwa dan
kedalaman perasaannya, Hanna bersikeras untuk menunaikan nazarnya secara ikhlas karena Allah. Nazar tersebut membuktikan betapa mendalam keimanan beliau, sehingga bersedia mempersembahkan anak yang dikandunginya guna kepentingan agama. Hanna berkata, (Q.S.Ali ‘Imran: 36)
Wa inn sammaytuhā maryama wa inn `u’iżuhā bika wa żurriyyatuha mina
(39)
Sesungguhnya aku telah menamai dia Maryam dan aku mohon perlindungan untuknya serta anak-anak keturunannya kepada (pemeliharaan) Engkau daripada syaitan yang terkutuk."
Dalam bahasa Ibrani, Maryam berarti seorang wanita yang tekun beribadah dan menjadi pelayan Allah SWT. Allah senantiasa bersama orang-orang yang bertaqwa dalam setiap keadaan. Setiap kali mereka ditimpa suatu masalah atau menghadapi jalan yang sempit, Dia akan mengulurkan ‘tangan’ pertolongan-Nya, mengangkat mereka dari lautan kebingungan dan penderitaan, dari samudera keraguan dan prasangka. Di luar kebiasaan yang berlaku di tengah masyarakat saat itu, Allah memiliki rencana lain sehingga Maryam menjadi pengasuh rumah Allah, Baitul Maqdis, sesuai harapan sang ibu. Allah menolong Hanna dan tidak menolak nazarnya, maka Tuhan menerima nazarnya dengan penerimaan yang baik.
Allah mengabulkan nazar Hanna untuk menjadikan Maryam, anak perempuannya, sebagai pelayan rumah-Nya, sebagai ganti anak laki-laki. Sebelumnya, Dia tidak menerima seorang wanita pun sebagai pelayan Baitul Maqdis.
Imran suami Hanna, dikenal sebagai ulama terkemuka Bani Israel sudah lama berkeluarga tetapi belum memiliki anak. Pada saat Maryam masih dalam kandungan Hanna, ayahnya (Imran) wafat. Kisah selanjutnya seperti di bawah ini.
1. Maryam diasuh oleh Nabi Zakaria yang belum mempunyai putera.
2. Oleh Nabi Zakaria, Maryam ditempatkan di sebuah mihrab, yaitu tempat yang mulia di Baitul Maqdis.
3. Maryam tumbuh menjadi putri yang sehat. Ia selalu beribadah kepada Allah dan senantiasa berada di Mihrab.
4. Allah menjamin kehidupan Maryam. Malaikat Jibril selalu mengantarka buah-buahan dan minuman kepada Maryam.
Tahun berganti tahun akhirnya Maryam tumbuh dewasa. Maryam adalah wanita saleha yang sehari-hari beribadah kepada Allah SWT di Mihrabnya di Baitulmakdis. Suatu ketika Maryam didatangi oleh malaikat yang memberitahukan bahwa Maryam akan mengandung atas seizin Allah SWT.
Melihat Maryam ketakutan, pemuda (Jibril) itu berkata , “wahai Maryam, engkau tidak perlu takut! Aku adalah malaikat Jibril, utusan Allah. Aku membawa kabar
(40)
gembira bahwa Allah akan mengaruniaimu seorang bayi laki-laki yang cerdas.” Dengan penuh heran, Maryam bertanya, “mungkinkah aku akan memperoleh anak, sedangkan aku tidak bersuami? “malaikat Jibril kembali berkata, “Bagi Allah, sesuatu yang tidak mungkin dengan mudah dapat dilakukan.” Setelah mengucapkan kata-kata itu, Jibril pergi meninggalkan Maryam yang terus tertegun memikirkan peristiwa yang dianggapnya aneh itu. Namun, terbukti kemudian, apa yang dikatakan pemuda itu benar.
Perut Maryam kian hari tambah membesar. Melihat kejadian itu, Yusuf bin Ya’kub An Najar, seorang pemuda saleh merasa heran, lalu bertanya kepada Maryam , “wahai Maryam, dapatkah tanama tumbuh tanpa benih?” Maryam menjawab, “Tentu dapat. Bukankah Allah pertama kali menciptakan tanaman?” Yusuf bertanya lagi, “Mungkinkah seorang perempuan melahirkan tanpa seorang lelaki?” Maryam menjawab, “mengapa tidak mungkin. Sesungguhnya, Allah pertama kali menciptakan Adam tanpa lelaki dan wanita.” Karena belum puas, Yusuf mengajukan pertanyaan lebih keras, “bagaimana tentang dirimu?” Maryam menjelaskan, bahwa malaikat Jibril telah datang menyampaikan kabar gembira bahwa Allah akan memberinya seorang anak bernama Al-Masih Isa bin Maryam.
Banyak yang mencemoohkan Maryam. Untuk menghindarkan ejekan orang, Maryam meninggalkan Baitul Maqdis ke tempat kelahirannya, sebuah dusun bernama
Nazaret. Maryam mengurung diri di sebuah rumah yang sederhana sambil merenungkan
nasib yang menimpa dirinya, Maryam tahu, ia akan mendapat ancaman jika bayinya lahir. Ketika merasa saatnya mau melahirkan, Maryam meninggalkan rumahnya mencari tempat yang sepi dan jauh dari keramaian. Ia berhenti di bawah sebatang pohon kurma, karena perutnya terasa semakin sakit. Tidak lama kemudian, lahirlah bayinya dengan selamat. Tempat lahirnya Nabi Isa itu bernama Bait Lehem.
Sehabis melahirkan, sekujur tubuh Maryam terasa sakit. Ia merasa lapar dan haus, sedangkan makanan dan minuman tidak ada. Ia memikirkan nasib bayinya yang baru dilahirkan. Tiba-tiba terdengar suara, “wahai Maryam janganlah engkau bersedih! Sesungguhnya Tuhan telah menjadikan seorang yang berpangkat tinggi (Isa as) di bawah penjagaanmu. Goyanglah pohon kurma itu, niscaya gugur buahnya yang masak buat engkau makan. Makan dan minumlah dan senangkanlah hatimu! Jika engkau lihat seorang manusia yang menanyakan perihal anakmu, katakanlah, sesungguhnya saya telah
(41)
bernazar kepada Tuhan akan berpuasa dan tidak akan berbicara dengan manusia pada hari ini.”
Seruan itu datang dari malaikat Jibril, atas perintah Allah. Setelah makan dan minum, tubuh Maryam terasa segar kembali. Maryam lalu pulang kembali menggendong bayinya. Seperti sangkaan semula, semua orang yang melihatnya merasa heran dan penuh curiga. Banyak yang bertanya tentang bayi itu. Maryam hanya diam sambil menunjuk kepada bayinya, maksudnya agar mereka langsung bertanya kepada bayinya saja. Tentu saja, mereka mengolok-ngolok Maryam, sebab hal itu menurut mereka tidak mungkin. “Bagaimana kami akan berkata-kata dengan anak yang masuh kecil ini?”
Orang-orang terus mendesak Maryam supaya menerangkan hal yang sebenarnya. Karena Maryam tetap bungkam, mereka semakin jengkel dan melontarkan kata-kata yang hina. “Hai Maryam, engkau telah membawa bayi yang tak baik kesini, padahal keluargamu orang baik-baik. Mengapa engkau jadi begini? Tunjukkanlah kepada kami, siapakah bapak bayi ini?”
Saat manusia meributkan Maryam dan bayinya itu, tiba-tiba bayi tersebut berkata, “Sesungguhnya, aku ini adalah seorang hamba Allah, diberikan-Nya kepadaku sebuah kitab Injil dan dijadikan-Nya aku seorang nabi dan dijadikan-Nya aku seorang yang berguna kepada manusia, dimana pun aku berada. Diwasiatkan-Nya kepadaku untuk mengerjakan shalat dan mengeluarkan zakat, selama aku hidup. Dan aku berbakti kepada ibuku, dan tiadalah aku dijadikan-Nya seorang yang sombong dan durhaka. Selamatlah diriku ketika aku dilahirkan dan ketika aku mati, sampai ketika aku dibangkitkan kembali,”.
3.2 Ayat-Ayat yang Menjelaskan Tentang Kelahiran Nabi Isa Putera Maryam
Di dalam Al-Qur`an kisah kelahiran Nabi Isa Putera Maryam terdapat empat surat diantaranya adalah:
a. Surat Ali-‘Imran ayat 45-48, dan 59 b. Surat Maryam ayat 16-35,
c. Surat Al-Anbiya ayat 91 d. dan Surat At-Tahrim ayat 12.
(1)
Pesan religinya bahwa kita sebagai hamba Allah hendaknya patuh dan taat atas perintah Nya, segala yang kita lakukan di dunia ini akan mempertanggungjawabkan segala amal perbuatan yang telah kita lakukan di dunia. Allah Maha segalanya Dia Maha tahu atas apa yang kita kerjakan di dunia ini.
(2)
BAB IV KESIMPULAN
4.1 Kesimpulan
1. Diantara kekuasaan Allah adalah menciptakan Adam tanpa ayah dan ibu, menciptakan Hawa dari tulang rusuk Adam, serta menciptakan Isa tanpa ayah. Nabi Isa adalah putera Maryam binti Imran yang dilahirkan tanpa ayah, karena Maryam hamil tanpa berhubungan dengan laki-laki.
Maryam, atau yang lebih dikenal sebagai ibu Isa dilukiskan Al-Qur`an sebagai sosok wanita yang selalu menjaga kehormatan dan kesucian dirinya. Dia sangat takut terhadap perbuatan tak senonoh dan hina, maka tatkala malaikat Jibril menjumpainya dalam bentuk yang telah menjelma menjadi manusia laki-laki, Maryam ketakutan. Dengan spontan dia memohon perlindungan dari Allah. Maryam juga terkejut serta tidak paham ketika Malaikat itu mengatakan bahwa dia akan memiliki anak laki-laki. Maryam sangat bingung, karena selama itu dia tidak pernah disentuh laki-laki mana pun dan tak pernah berbuat zina.
Maryam adalah wanita saleha yang sehari-hari beribadah kepada Allah SWT di Mihrabnya di Baitulmakdis. Suatu ketika Maryam didatangi oleh malaikat yang memberitahukan bahwa Maryam akan mengandung atas seizin Allah SWT. Maryam merasa sangat cemas karena khawatir namanya akan tercemar. Menjelang kelahiran bayinya (Isa) Maryam segera meninggalkan daerah tempat tinggalnya. Di bawah sebatang pohon kurma, jauh dari tempat asalnya, Maryam melahirkan.
Peristiwa aneh ini akhirnya diketahui juga oleh penduduk. Mereka menuduh Maryam berbuat zina, namun keajaiban terjadi, bayi yang baru dilahirkan itu menyelamatkan ibunya dengan ucapan yang fasih bahwa ibunya tidak melakukan kesalahan dan semua ini terjadi karena semata-mata kehendak Allah SWT. Bayi Maryam inilah yang kelak menjadi Nabi Isa as.
(3)
2. Di dalam Al-Qur`an kisah kelahiran Nabi Isa Putera Maryam terdapat empat surat 27 ayat diantaranya adalah:
e. Surat Ali-‘Imran ayat 45-48, dan 59 f. Surat Maryam ayat 16-35,
g. Surat Al-Anbiya ayat 91 h. dan Surat At-Tahrim ayat 12.
3. Karena penelitian ini memakai pendekatan sosiologi sastra Burhan Nurgiyantoro, maka ada tiga pesan yang terkandung dalam sosiologi sastra yaitu: pesan moral, pesan religi, dan pesan kritik sosial.
Pesan Kritik Sosial
Sastra yang mengandung pesan kritik dapat juga disebut sebagai sastra kritik biasanya akan lahir di tengah masyarakat jika terjadi hal-hal yang kurang beres dalam kehidupan sosial dan masyarakat. Paling tidak, hal itu ada dalam penglihatan dan dapat dirasakan oleh pengarang yang berperasaan peka, yang dengan kekuatan imajinasinya boleh dikatakan sebagai orang yang memiliki indera keenam. Penulis tampil sebagai pembela kebenaran dan keadilan sesuai dengan realita, menulis hal-hal yang diyakini kebenarannya.
Adapun pesan yang terkandung dalam kisah kelahiran Nabi Isa putera Maryam dalam pesan kritik sosialnya adalah terdapat dalam surat Ali ‘imran Ayat 47, surat Maryam ayat 16,17,19,20,21,22,23,24,25,27,28,34,35, surat Al-Anbiya ayat 91 dan surat At-Tahrim ayat 12
Pesan Kritik Sosial
Sastra yang mengandung pesan kritik dapat juga disebut sebagai sastra kritik biasanya akan lahir di tengah masyarakat jika terjadi hal-hal yang kurang beres dalam kehidupan sosial dan masyarakat. Paling tidak, hal itu ada dalam penglihatan dan dapat dirasakan oleh pengarang yang berperasaan peka, yang dengan kekuatan imajinasinya boleh dikatakan sebagai orang yang memiliki indera keenam. Penulis tampil sebagai pembela kebenaran dan keadilan sesuai dengan realita, menulis hal-hal yang diyakini kebenarannya.
(4)
Adapun pesan yang terkandung surat dan ayat dalam kisah kelahiran Nabi Isa putera Maryam dalam pesan kritik sosialnya terdapat dalam surat surat Ali ‘Imran ayat 45, 46, 59, Surat Maryam ayat 29, 30.
Pesan Religius
Pesan Relegius/ Keagamaan menyatakan pesan keagamaan dari sesuatu sesuai dengan aturan agama yang ada. Istilah relegius membawa konotasi pada makna agama. Agama lebih menunjukan pada kelembagaan kebaktian kepada Tuhan dengan hukum-hukum yang resmi, sedangkan relegius bersifat lebih mendalam dan lebih luas dari agama yang tampak formal dan resmi (Mangunwijaya, 1998:11-12).
Adapun pesan Religius yang terkandung dalam kisah kelahiran Nabi Isa putera Maryam terdapat dalam surat dan ayat yang berbeda-beda diantaranya adalah terdapat dalam surat Ali ’Imran ayat 48, surat Maryam ayat 18, 26, 31, 32, 33,
4.2 Saran
Untuk lebih mengembangkan pengetahuan Mahasiswa di Program studi Bahasa Arab, penulis menyarankan :
1. Bagi Mahsiswa di Program Studi Bahasa Arab, penulis mengharapkan untuk dapat lebih meningkatkan wawasan berfikir untuk lebih memahami bagaimana bentuk penelitian yang berhubungan tentang kisah kelahiran Nabi Isa putera Maryam yang terdapat dalam Al-Qur`an.
2. Penulis juga mengharap, semoga tulisan ini dapat membantu memberikan kontribusi terhadap pemahaman akan analisis karya sastra Arab, khususnya pemahaman tentang analisis kisah-kisah yang terdapat dalam Al-Qur`an.
3. Dengan melihat realita bahwa penelitian sastra yang menganalisis tentang kisah-kisah yang terdapat dalam Al-Qur`an masih sangat sedikit dan sangat terbatas, dan apa yang penulis lakukan ini adalah bagian dari keterbatasan tersebut. Dengan segala kekurangan penulis berharap agar mahasiswa di Program Studi Bahasa Arab, untuk selanjutnya dapat memberikan perhatian terhadap penelitian tentang kisah-kisah yang terdapat dalam Al-Qur`an.
(5)
DAFTAR PUSTAKA
Badawi, Abdussalam Muhammad. 2005. Maryam Yang Suci Ibunda Nabi Isa as. Jakarta: Lentera
Bahreisy, Salim 1988. Terjemah Singkat Tafsir Ibnu Katsir. Surabaya: PT Bina Ilmu Surabaya
Chirzin, Muhammad.2003. Permata Al-Qur`an. Yogyakarta: CV. Qalam.
Departemen Agama RI. 2007. Al-Qur`an dan Terjemahannya Al-Hikmah. Bandung: Penerbit di penogoro
Jamaluddin. 2003. Problematika Pembelajaran Bahasa dan Sastra. Yogyakarta: Adicita Karya Nusa
Jaudah, Suraya Abdul Nun’im. 1991. Dirāsatun Tārihkyyatun wa Fanniyyatun fi al- Maqālati wa al-Qişşati wa al-Maşrahiyyati. Al-Azhar press, Kairo.
Katsir, Ibnu. 2008. Kisah Para Nabi. Jakarta: Pustaka Azzam
Khalafullah. 2002. Al-Qur`an Bukan Kitab Sejarah. Jakarta Selatan: Paramadina
Mutholib, Abd, dkk. 1995. Sejarah Kebudayaan Islam. Jakarta: Departemen Agama
Muzakki, Ahmad. 2006. Kesusastraan Arab. Yogyakarta: Ar-ruzz Media
Nyoman, Khuta Ratna. 2004. Teori, Metode dan Teknik Penelitian Sastra. Yogyakarta :Pustaka Pelajar
(6)
---. 20005. Sastra dan Cultural Studies Representasi Fiksi dan Fakta. Yogyakarta : Pustaka Pelajar
Pradotokusumo, Partidi Sardjono. 2005. Pengkajian Sastra. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama
Pradopo, Rachmat Djoko. 2002. Kritik Sastra Indonesia Moderen. Yogyakarta: Garmedia
Shihab, M. Quraish. 2007. Tafsir Al-Misbah, Pesan, Kesan dan Keserasian Al-Qur`an. Volume 2, 8, dan 14 Jakarta: Lentera Hati
Sutiasumarga, Males. 2002. Kesusastraan Arab. Jakarta: Zikrul Hakim
Zainuddin. 1992. Materi Pokok Bahasa Dan Sastra Indonesia. Jakarta: PT. Melton Putra
http://risalah rasul.wordpress.com diposting pada 05 Desember