BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 Narasi Kisah kelahiran Nabi Isa Putera Maryam dalam Al-Qur`an
Narasi Al-Qur`an tentang kisah Nabi Isa as dimulai dari kelahiran Maryam sebagai putri Imran dan istrinya Hanna. Hanna adalah seorang anggota sebuah keluarga
yang memiliki kedudukan tinggi di sisi Allah SWT. Allah mengarunianya anak setelah ia memasuki masa manopause, setelah puluhan tahun. Kerinduan terhadap anak tertanam
dalam dirinya sudah sekian lama. Ia adalah istri ’Imran, cucu Matan, salah seorang keturunan Sulaiman as yang merupakan pemimpin bangsa Yahudi, para pendeta dan para
raja. Allah SWT kemudian menerima doanya dan mengabulkan permintaannya,
sehingga ia pun hamil. Tetapi suaminya meninggal ketika ia sedang mengandung dan belum melahirkan bayinya.
Setiap kali sang janin dirasakannya bergerak-gerak dalam perutnya, luapan rasa bahagia tak terkira menguasai diri Hanna. Ia kemudian menghadap Allah SWT dengan
sepenuh hati dan perasaannya, sambil berkata;
I ż qālati imra`atu ‘imrāna rabbi inn nażartu laka mā f batn muharraran
fataqabbal minn innaka anta al-sam ’u al’al mu. ingatlah, ketika isteri Imran berkata: Ya Tuhanku, Sesungguhnya aku
menazarkan kepada Engkau anak yang dalam kandunganku menjadi hamba yang saleh dan berkhidmat di Baitul Maqdis. Karena itu, terimalah nazar itu dari
padaku. Sesungguhnya Engkaulah yang Maha mendengar lagi Maha Mengetahui.Q.S.Ali ’Imran :35I
Dengan nazarnya, di mana hal ini dibenarkan dalam agamanya saat itu, Hanna berharap agar bayi yang akan dilahirkannya itu adalah seorang anak laki-laki, sehingga
Universitas Sumatera Utara
dapat menggantikan posisi ayahnya sebagai pelayan di rumah Allah Baitul Maqdis, terbebas dari dunia dan segenap kesibukan dan problemnya, serta melakukan semua itu
secara ikhlas karena Allah dan demi Baitul Maqdis-Nya. Ternyata, Hanna melahirkan bayi perempuan.
Hanna pun bingung menerima kenyataan yang dihadapinya. Dengan cara apa dia harus menunaikan nazarnya? Sebab, seorang wanita tidak layak untuk urusan seperti ini
dalam bayangannya Ia kemudian menghadap kehadirat Allah SWT dengan perasaan sedih dan menyesal sambil memohon ampun atas apa yang telah ia nazarkan. Ia berdoa,
Falamm ā wada’athā qālat rabbi inn wada’tuhā unsā wa Allahu a’lamu bimā
wa
ḍ
a’at wa laysa al- żżakaru ka al-unśā.
Maka tatkala isteri Imran melahirkan anaknya, diapun berkata: Ya Tuhanku, sesunguhnya aku melahirkannya seorang anak perempuan; dan Allah lebih
mengetahui apa yang dilahirkannya itu; dan anak laki-laki tidaklah seperti anak perempuan.
Anak laki-laki tidak seperti anak perempuan. Biasanya anak lelaki yang boleh
bertugas di rumah Allah. Ini demi menjaga kesucian tempat ibadah dari haid, nifas, dan istihadhah yang lazim dialami wanita. Tetapi nampak bahwa di relung jiwa dan
kedalaman perasaannya, Hanna bersikeras untuk menunaikan nazarnya secara ikhlas karena Allah. Nazar tersebut membuktikan betapa mendalam keimanan beliau, sehingga
bersedia mempersembahkan anak yang dikandunginya guna kepentingan agama. Hanna berkata, Q.S.Ali ‘Imran: 36
Wa inn sammaytuh ā maryama wa inn `u’iżuhā bika wa żurriyyatuha mina al-
syaiṭ āni al-raj mi.
Universitas Sumatera Utara
Sesungguhnya aku telah menamai dia Maryam dan aku mohon perlindungan untuknya serta anak-anak keturunannya kepada pemeliharaan Engkau daripada
syaitan yang terkutuk.
Dalam bahasa Ibrani, Maryam berarti seorang wanita yang tekun beribadah dan menjadi pelayan Allah SWT. Allah senantiasa bersama orang-orang yang bertaqwa
dalam setiap keadaan. Setiap kali mereka ditimpa suatu masalah atau menghadapi jalan yang sempit, Dia akan mengulurkan ‘tangan’ pertolongan-Nya, mengangkat mereka dari
lautan kebingungan dan penderitaan, dari samudera keraguan dan prasangka. Di luar kebiasaan yang berlaku di tengah masyarakat saat itu, Allah memiliki rencana lain
sehingga Maryam menjadi pengasuh rumah Allah, Baitul Maqdis, sesuai harapan sang ibu. Allah menolong Hanna dan tidak menolak nazarnya, maka Tuhan menerima
nazarnya dengan penerimaan yang baik. Allah mengabulkan nazar Hanna untuk menjadikan Maryam, anak perempuannya,
sebagai pelayan rumah-Nya, sebagai ganti anak laki-laki. Sebelumnya, Dia tidak menerima seorang wanita pun sebagai pelayan Baitul Maqdis.
Imran suami Hanna, dikenal sebagai ulama terkemuka Bani Israel sudah lama berkeluarga tetapi belum memiliki anak. Pada saat Maryam masih dalam kandungan
Hanna, ayahnya Imran wafat. Kisah selanjutnya seperti di bawah ini. 1.
Maryam diasuh oleh Nabi Zakaria yang belum mempunyai putera. 2.
Oleh Nabi Zakaria, Maryam ditempatkan di sebuah mihrab, yaitu tempat yang mulia di Baitul Maqdis.
3. Maryam tumbuh menjadi putri yang sehat. Ia selalu beribadah kepada
Allah dan senantiasa berada di Mihrab. 4.
Allah menjamin kehidupan Maryam. Malaikat Jibril selalu mengantarka buah-buahan dan minuman kepada Maryam.
Tahun berganti tahun akhirnya Maryam tumbuh dewasa. Maryam adalah wanita saleha yang sehari-hari beribadah kepada Allah SWT di Mihrabnya di Baitulmakdis.
Suatu ketika Maryam didatangi oleh malaikat yang memberitahukan bahwa Maryam akan mengandung atas seizin Allah SWT.
Melihat Maryam ketakutan, pemuda Jibril itu berkata , “wahai Maryam, engkau tidak perlu takut Aku adalah malaikat Jibril, utusan Allah. Aku membawa kabar
Universitas Sumatera Utara
gembira bahwa Allah akan mengaruniaimu seorang bayi laki-laki yang cerdas.” Dengan penuh heran, Maryam bertanya, “mungkinkah aku akan memperoleh anak, sedangkan
aku tidak bersuami? “malaikat Jibril kembali berkata, “Bagi Allah, sesuatu yang tidak mungkin dengan mudah dapat dilakukan.” Setelah mengucapkan kata-kata itu, Jibril
pergi meninggalkan Maryam yang terus tertegun memikirkan peristiwa yang dianggapnya aneh itu. Namun, terbukti kemudian, apa yang dikatakan pemuda itu benar.
Perut Maryam kian hari tambah membesar. Melihat kejadian itu, Yusuf bin Ya’kub An Najar, seorang pemuda saleh merasa heran, lalu bertanya kepada Maryam ,
“wahai Maryam, dapatkah tanama tumbuh tanpa benih?” Maryam menjawab, “Tentu dapat. Bukankah Allah pertama kali menciptakan tanaman?” Yusuf bertanya lagi,
“Mungkinkah seorang perempuan melahirkan tanpa seorang lelaki?” Maryam menjawab, “mengapa tidak mungkin. Sesungguhnya, Allah pertama kali menciptakan Adam tanpa
lelaki dan wanita.” Karena belum puas, Yusuf mengajukan pertanyaan lebih keras, “bagaimana tentang dirimu?” Maryam menjelaskan, bahwa malaikat Jibril telah datang
menyampaikan kabar gembira bahwa Allah akan memberinya seorang anak bernama Al- Masih Isa bin Maryam.
Banyak yang mencemoohkan Maryam. Untuk menghindarkan ejekan orang, Maryam meninggalkan Baitul Maqdis ke tempat kelahirannya, sebuah dusun bernama
Nazaret. Maryam mengurung diri di sebuah rumah yang sederhana sambil merenungkan nasib yang menimpa dirinya, Maryam tahu, ia akan mendapat ancaman jika bayinya lahir.
Ketika merasa saatnya mau melahirkan, Maryam meninggalkan rumahnya mencari tempat yang sepi dan jauh dari keramaian. Ia berhenti di bawah sebatang pohon
kurma, karena perutnya terasa semakin sakit. Tidak lama kemudian, lahirlah bayinya dengan selamat. Tempat lahirnya Nabi Isa itu bernama Bait Lehem.
Sehabis melahirkan, sekujur tubuh Maryam terasa sakit. Ia merasa lapar dan haus, sedangkan makanan dan minuman tidak ada. Ia memikirkan nasib bayinya yang
baru dilahirkan. Tiba-tiba terdengar suara, “wahai Maryam janganlah engkau bersedih Sesungguhnya Tuhan telah menjadikan seorang yang berpangkat tinggi Isa as di bawah
penjagaanmu. Goyanglah pohon kurma itu, niscaya gugur buahnya yang masak buat engkau makan. Makan dan minumlah dan senangkanlah hatimu Jika engkau lihat
seorang manusia yang menanyakan perihal anakmu, katakanlah, sesungguhnya saya telah
Universitas Sumatera Utara
bernazar kepada Tuhan akan berpuasa dan tidak akan berbicara dengan manusia pada hari ini.”
Seruan itu datang dari malaikat Jibril, atas perintah Allah. Setelah makan dan minum, tubuh Maryam terasa segar kembali. Maryam lalu pulang kembali menggendong
bayinya. Seperti sangkaan semula, semua orang yang melihatnya merasa heran dan penuh curiga. Banyak yang bertanya tentang bayi itu. Maryam hanya diam sambil menunjuk
kepada bayinya, maksudnya agar mereka langsung bertanya kepada bayinya saja. Tentu saja, mereka mengolok-ngolok Maryam, sebab hal itu menurut mereka tidak mungkin.
“Bagaimana kami akan berkata-kata dengan anak yang masuh kecil ini?” Orang-orang terus mendesak Maryam supaya menerangkan hal yang
sebenarnya. Karena Maryam tetap bungkam, mereka semakin jengkel dan melontarkan kata-kata yang hina. “Hai Maryam, engkau telah membawa bayi yang tak baik kesini,
padahal keluargamu orang baik-baik. Mengapa engkau jadi begini? Tunjukkanlah kepada kami, siapakah bapak bayi ini?”
Saat manusia meributkan Maryam dan bayinya itu, tiba-tiba bayi tersebut berkata, “Sesungguhnya, aku ini adalah seorang hamba Allah, diberikan-Nya kepadaku
sebuah kitab Injil dan dijadikan-Nya aku seorang nabi dan dijadikan-Nya aku seorang yang berguna kepada manusia, dimana pun aku berada. Diwasiatkan-Nya kepadaku untuk
mengerjakan shalat dan mengeluarkan zakat, selama aku hidup. Dan aku berbakti kepada ibuku, dan tiadalah aku dijadikan-Nya seorang yang sombong dan durhaka. Selamatlah
diriku ketika aku dilahirkan dan ketika aku mati, sampai ketika aku dibangkitkan kembali,”.
3.2 Ayat-Ayat yang Menjelaskan Tentang Kelahiran Nabi Isa Putera Maryam