ANALISIS HUBUNGAN EKONOMI Dampak peningkatan ekonomi indonesia melalui deklarasi kemitraan strategis dengan Cina tahun 2005-2011

DAFTAR PETA Peta 1 Rantai Perdagangan Minyak Dunia …………………………………………56 Peta 2 Jalur Perdagangan Asia Pasifik ……………………………………………..32 Peta 3 Jalur Perdagangan Dunia melalui Lintas Laut ………………………………47 DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1 Press Release, makalah Dubes Sudrajat, Duta Besar LBBP-RI untuk RRT : Mengisi Kemitraan Strategis RI-RRT dengan Partisipasi Pemangku Kepentingan yang Lebih Luas ………………………………………………………………………………xxi Lampiran 2 Surat Edaran Menteri Keuangan RI Mengenai Pelaksanaan EHP ………………………………………………………………………………………xxii Lampiran 3 Arsip Kementrian Luar Negeri Indonesia, BPPK ASPASAF, MoU Deklarasi Bersama antara Republik Indonesia dan Republik Rakyat Cina mengenai Kemitraan Strategis, Dalam tiga bahasa : Indonesia, Hanyu Piyi mandarin, Inggris …………………………………………………………………………………….xxiii Lampiran 4 Arsip Kementrian Luar Negeri Indonesia, BPPK ASPASAF, MoU Plan of Action for The Implimentation of The Joint Declaration on Strategic Partenership Between The Government of Republic of Indonesia and The Government of The People’s Republic of China …………………………………………………………………………..xxiv Lampiran 5 Transkip Wawancara Penulis dengan Gudadi B. Sasongko, Kasubdit Ekubang II Direktoran Asia Timur dan Pas ifik ……………………………………………….xxv Lampiran 6 Kerangka Kesepakatan Tentang Kerjasama Ekonomi Menyeluruh antara ASEAN dan RRC ………………………………………………………………………………xxvi Lampiran 7 Kerangka Kesepakatan Kerjasama Ekonomi ASEAN dan RRC …………….xxvii 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hubungan bilateral Indonesia-Cina mengalami dinamika yang cukup panjang. Selama lebih dari 60 tahun, Indonesia-Cina saling mengenal satu sama lain. Hubungan kedua negara ini resmi dibuka pada tanggal 28 Maret 1950, yaitu kurang lebih setahun setelah Cina memproklamasikan kemerdekaannya 1 . Bertepatan pada tanggal 19 April 1950, Indonesia-Cina menjalin hubungan diplomatik. Kemudian lima tahun setelah itu, dibentuk Perhimpunan Persahabatan Indonesia- Cina pada tahun 1955. Peristiwa tersebut merupakan awal dari kerjasama antar kedua negara 2 . Namun, hubungan dua negara ini sempat terputus yang disebabkan oleh Cina yang dipandang terlalu mencampuri masalah internal negara di Indonesia terkait dengan peristiwa Gerakan 30 September oleh Partai Komunis Indonesia atau yang lebih di kenal sebagai G 30 SPKI , sehingga secara resmi pada tahun 1966 kabinet Ampera di era Orde Baru menutup Perhimpunan Persahabatan Indonesia-Cina dan mulai berlaku kembali pada tahun berikutnya yakni pada tahun 1967. Selama kurang lebih dua puluh tahun hingga era 1970-an kedua negara tidak melakukan hubungan diplomasi di semua sektor pemerintahan. Namun, pada era 1980-an hubungan bilateral yang sempat terputus tersebut menunjukkan perbaikan 3 . Hal ini ditunjukkan pada tanggal 29 Januari 1984, yakni di awali dengan kunjungan bilateral yang dilakukan oleh Kamar Dagang Indonesia KADIN dibawah pimpinan Sukamdi Sahid Gitosadjono mengadakan pertemuan dengan Menteri Luar Negeri Menlu Cina di 1 1 oktober 1949 merupakan hari kemerdekaan Republik Rakyat China RRC 2 Kompas. Jum’at 30 April 2010 3 Kompas. Jum’at 30 April 2010 2 Singapura untuk membahas hubungan dagang kedua negara. Peristiwa tersebut menjadi awal dari sejarah perbaikan hubungan diplomatik antara Indonesia-Cina. Dengan pertemuan tersebut maka, menjadi tolak ukur kedua negara untuk lebih memperjelas hubungan kerjasama di bidang perdagangan yang ditujukkan untuk meningkatkan volume perekonomian pada masing-masing negara dan kemudian pada tanggal 5 Juli 1985 di Hotel Shangri-La Singapore maka disetujui kesepakatan hubungan dagang Indonesia-Cina. Selain itu, China memiliki pandangan bahwa Indonesia merupakan sebuah negara yang berperan besar dalam tatanan perdamaian negara-negara berkembang di kawasan Asia Tenggara. Maka, dalam pernyataan mantan Mentri Luar Negri MenLu Cina, Qian Qichen bahwa sesungguhnya perdamaian dan stabilitas di Asia Tenggara sangat bergantung pada perkembangan kerjasama antara Indonesia dan Cina. Selain itu, semenjak Cina melakukan perubahan kebijakan yakni Reformasi Pintu Terbuka gaige kaifang 4 merupakan pembangunan kembali hubungan diplomatic Cina dengan dunia internasional. Kemudian, terkait dengan hal tersebut Cina juga membutuhkan lingkungan internasional yang baru pasca pembekuan hubungan diplomatik dengan negara-negara lainnya. Selain itu, Cina juga sedang mengembangkan “charm diplomacy” yakni sebuah model diplomasi untuk menepis persepsi ancaman dengan mengembangkan soft power yang tertuang melalui sikap yang bersahabat dan menghargai persepsi negara-negara di seluruh dunia, terutama di Asia, Afrika, dan Amerika Latin 5 . Di era tahun 2000-an, Menteri Luar Negeri Indonesia Alwi Shihab melakukan kunjungan ke Beijing untuk menemui Meteri Luar Negeri Cina Tang Jiaxuan dalam rangka menandatangani 4 Qian Qichen, Ten Episodes in China’s Diplomacy New York : Harper Collins,2005, hal.89. Dalam tulisan : Tuty Enoch, Merangkul Cina : Hubungan RI-Cina, Secara Historis, Dinamis. 2009. Hal 35 5 Dalam tulisan : Tuty Enoch, Merangkul Cina : Hubungan RI-Cina, Secara Historis, Dinamis. 2009. hal. 42 : Lih. Joshua Kurtlantzick, Charm Offe nsive: How China’s Soft Power is Transforming the World New Haven : Yale University Press, 2007. 3 pernyataan bersama tentang pengarahan kerja sama bilateral pada masa mendatang. Kemudian, berlanjut oleh PM Cina Wen Jiabao yang menghadiri Konfrensi Tingkat Tinggi KTT Tiongkok-ASEAN ke-7 di Bali pada tahun 2003 6 . Dalam konfrensi tersebut, Wen Jiabao menyatakan bahwa Cina secara resmi bergabung dalam Perjanjian Persahabatan dan Kerja Sama Asia Tenggara. Selain itu tercetus gagasan untuk membentuk Deklarasi Bersama Kemitraan Strategis Indonesia-Cina yang berfokus dalam bentuk kerja sama di sektor Politik-Keamanan, Ekonomi-Pembangunan dan Sosial-Budaya dari kedua negara. Maka, dari deklarasi tersebut menjadi awal kerjasama yang lebih kuat mengenai hubungan kemitraan di sektor ekonomi antar kedua negara. Pada tanggal 25 April 2005 Indonesia yang diwakili langsung oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dan Cina diwakili oleh Presiden Hu Jintao menandatangani MoU pertama Deklarasi Kemitraan Strategis antara kedua negara. Dalam kesepakatan tersebut disepakati 3 aspek pemerintahan yang ingin ditingkatkan yaitu ekonomi, keamanan dan pembangunan. Kemitraan Strategis itu sendiri ditujukan dalam mewujudkan hubungan yang tidak memihak dan tidak tertutup. Sejak saat itu, hubungan kedua negara semakin erat. Dalam bidang kerja sama ekonomi, menurut data dari kementrian Perdagangan Cina, volume perdagangan RI-Cina pada tahun 2007 naik 31,2 dibanding tahun 2006, nilai ekspor ke Cina sebesar AS12,61 miliar dan impor AS12,4 miliar. Pada tahun 2004, volume perdagangan bilateral baru mencapai AS13,46 miliar, naik mencapai AS16,8 miliar dan AS19,06 miliar pada tahun 2005 dan 2006. Target AS20 miliar yang ditetapkan untuk tahun 2008 sudah tercapai setahun lebih awal ketika volume perdagangan mencapai AS24,9 6 Akbar, Tuang. Dalam Skripsi berjudul : Perkembangan Investasi Cina di Luar Negri-Studi Kasus: Investasi Cinadi Indonesia tahun 2001-2007. 4 miliar pada tahun 2007 7 . Dari data tersebut, menunjukkan bahwa hubungan kerjasama Indonesia- Cina ini diharapkan dapat mempromosikan perdamaian, stabilitas dan kemakmuran rakyatnya dalam bernegara dan bekerja sama bagi negara-negara lainnya 8 . Selanjutnya, pangsa pasar Indonesia yang ada di Cina juga terjadi peningkatan sejak tahun 2005 yakni 1,2 dari tahun sebelumnya hanya mencapai 0,8 dan terus meningkat di tahun 2006 menjadi 1,4. Hal ini terbukti bahwa dampak perjanjian dari Deklarasi Kemitran Strategis tersebut, menujukkan surplus bagi kedua negara yang cukup signifikan. Dari tahun 2004, total perdagangan yang dihasilnya mencapai US8.70 milyar, hingga 4 tahun setelahnya meningkat melebihi 100 dari angka sebelumnya menjadi US26.88 milyar. Peristiwa ini meyakinkan Cina untuk terus mengembangkan serta meningkatkan penanaman modalnya di Indonesia. Dengan demikian, Cina juga dapat sekaligus memperbaiki citra di hadapan Indonesia pasca pembekuan hubungan diplomatik kedua negara tersebut 9 . Berdasarkan oleh dampak positif yang ditunjukkan bagi kedua negara dari deklarasi pertama di tahun 2005, maka pada tanggal 21 Januari 2010, deklarasi Kemitraan Strategis Indonesia-Cina yang kedua sebagai bentuk perpanjangan periode hingga tahun 2015 yang akan datang, dengan fokus kerjasama yang lebih luas dan signifikan serta tahap peninjauan ulang untuk terus memperbaiki dan meningkatkan hubungan bilateral kedua negara. Kemudian, dari kesepakatan tersebut juga diharapkan agar hubungan Indonesia-Cina tidak lagi dipengaruhi oleh sejarah sentimen ras, dan ideologi masing-masing negara, tetapi lebih berfokus dan konsisten pada kerj sama yang dapat saling menguntungkan di berbagai bidang khususnya perekonomian negara dan pangsa pasar Indonesia-Cina maupun sebaliknya. Keuntungan dari kesepakatn ini 7 Sudrajat, “China RelationsAlmost in Honeymoon State: Indonesia, “Jakarta Post, 14 April 2008. Dalam tulisan: Zainuddin Djafar, 2009 ,“ Hubungan Perdagangan Indonesia-Cina: Diperlukan Redesigning yang Baru”, Merangkul Cina 8 Arsip Kementrian Luar Negri RI di Beijing, tahun 2012 9 Kompas, 28 April 2011 : Wen Jiabao 5 dilandasi oleh peningkatan yang terjadi pada volume perdagangan Indonesia ke Cina dalam jangka tiga tahun, yaitu tepatnya meningkat dari US15 milyar pada tahun 2005 menjadi US20 milyar pada 2008 10 . Tercatat pada kurun waktu Januari-September 2010, nilai perdagangan Indonesia-Cina telah mencapai US30,237 milyar dan sudah melampaui volume perdagangan tahun 2009 sebesar US28,3 milyar 11 . Dengan demikian diharapkan nilai perdagangan kedua negara tersebut dapat terus meningkat. Disamping itu pemerintah Cina juga telah memberikan bantuan keuangan kepada Indonesia sebanyak US1,8 milyar untuk proyek infrastruktur sebagai bentuk rasa kepedulian Cina dalam membantu serta bekerja sama pada sektor pembangunan di Indonesia 12 . TABEL 1 Total Nilai Perdagangan Indonesia dengan Negara Mitra Strategis Total Nilai Perdagangan milyar US No Negara Jan-Agu 2010 Jan-Agu 2011 Perubahan 1 Afrika Selatan 0.8 1.4 75.9 2 Amerika Serikat 15.6 18.1 16.3 3 Australia 5.0 6.7 33.2 4 Brazil 1.8 2.2 24.3 5 Cina

22.5 30.6

36.1 10 Akbar, Tuang. Dalam Skripsi berjudul : Perkembangan Investasi Cina di Luar Negri-Studi Kasus: Investasi Cinadi Indonesia tahun 2001-2007. 11 Sumber data statistic Kementrian Perdagangan RI tahun 2011 12 Mengenai penyelesaian proyek pembangunan Jembatan Suramadu Surabaya-Madura : Arsip Kedutaan Besar RI di Beijing 6 6 India 8.2 12.1 46.9 7 Jepang 27.0 35.1 29.9 8 Perancis 1.5 2.0 30.9 9 Republik Korea 12.8 18.5 44.8 10 Rusia 1.1 1.6 41.9 11 Turki 0.9 1.3 50.9 Sumber Data : Arsip Kementrian Luar Negri RI Badan Pengembangan dan Pengkajian Kebijakan BPPK di kawasan Asia Pasifik dan Afrika ASPASAF tahun 2012 Dari data diatas, menunjukkan bahwa arus perdagangan Indonesia dengan negara kemitraan strategis kian meningkat. Dari peningkatan angka yang di raih Indonesia terhadap Cina merupakan bentuk pencapaian maximal. Dibandingkan dengan negara-negara lainnya selain Cina, Indonesia tidak memiliki latar belakang masalah diplomatik seperti yang terjadi pada Indonesia-Cina di era Orde Baru. Maka mengingat bahwa Indonesia-Cina pernah mengalami dinamika permasalah hubungan diplomatik di masa lalu, maka dengan peningkatan arus perdagangan tersebut adalah bukti bahwa kedua negara berhasil memperbaiki hubungan bilateral Indonesia-Cina melalui jalur perdagangan. Selain itu, dari data diatas tersebut juga menunjukkan netralisasi pasca pembekuan hubungan diplomatik kedua negara tersebut berjalan dengan cukup baik. Hal ini terlihat melalui kerjasama antara Indonesia-Cina pada sektor ekonomi, yakni arus perdagangan kedua negara tersebut mencapai 36,1 dalam jangka waktu satu tahun. Dengan demikian, poros hubungan kerjasama antara kedua negara ini semakin yakin untuk mengembangakan potensi peningkatan volume perdagangan bilateral Indonesia-Cina. Dengan terjadinya surplus yang dirasakan Indonesia dengan bermitra dengan Cina dan maupun 7 sebaliknya, mempertegas bahwa kedua negara memang saling membutuhkan dalam memajukan total volume perdagangan pada masing-masing negara. Indonesia yang memiliki kepentingan untuk mengembangkan potensial-potensial yang ada didalam negri untuk terus melakukan peningkatan produktifitas yang lebih baik. Kemudian, begitupun dengan Cina yang memang melihat Indonesia sebagai negara yang berpotensi besar serta berperan penting di kawasan Asia Tenggara karena letak geografis yang strategis dan banyaknya kepulauan di Indonesia yang menyimpan beragam potensi pasar yang akan membantu Cina untuk meningkatkan produktifitas pasar di negaranya.

B. Pertanyaan Penelitian

1. Apa dampak yang didapatkan Indonesia pada peningkatan ekonomi negara melalui deklarasi kemitraan strategis dengan Cina ditahun 2005-2011?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Pada penulisan ini, bertujuan untuk menganalisis bagaimana dua negara yang memiliki dinamika sejarah yang panjang dan tidak selalu berjalan baik, menjadi mitra strategis bagi kedua negara untuk melakukan hubungan bilateral yang kuat tanpa menyinggung kendala serta konflik yang dihadapi di masa lalu. Yakni, Indonesia dengan Cina memiliki sejarah konflik mengenai hubungan diplomatik yang sempat terputus terkait gerakan kelompok pemberontak pada pemerintahan Indonesia dengan tuntutan untuk menjadikan negara tersebut menganut faham komunis, yang pada saat itu Cina memiliki faham yang sama. Maka dalam kasus tersebut membangkitkan rasa persaudaraan komunisme timbul antara kelompok yang ada di Indonesia dan Cina. Seperti yang telah sedikit dijelaskan diatas, penulis ingin mengkaji bagaimana upaya 8 Indonesia dalam memperbaiki ketegangan diplomatik dengan Cina dapat berubah menjadi hubungan yang erat dalam tujuan yang sama yakni untuk memajukan masing-masing negara dengan saling menguntungkan dan dapat mensejahterakan rakyat dengan tidak memiliki musush dengan negara tetangga. Selain itu, apa dampak yang dapat dibawa Indonesia dengan menjalin kerjasama kemitraan dengan Cina pada sektor pengembangan ekonomi negara. Karena, dapat dilihat bahwa negara tersebut, merupakan negara yang mampu bertahan pada krisis global yang melanda dunia dengan menurunnya sumber kas negara. Namun, Cina tetap konsisten pada tingkat ekonomi yang stabil bahkan melebihi dari standarisasi ekonomi yang berimbang 13 . Maka, diperlukan analisis yang lebih mengenai bagaimana Indonesia dapat meyakinkan Cina untuk mempertahankan hubungan kerjasama yang lebih dekat serta turut mengembangkan peningkatan ekonomi bagi kedua negara. Dengan demikian, penulisan ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik dalam tataran teoritis serta tataran praktis. Serta dapat berguna tidak hanya bagi ilmu ekonomi Basic Research saja tetapi juga dapat memberikan sumbangan terhadap pemikir praktisi Applied Research . Bagi basic research, penulisan ini dapat memberikan penambahan teori serta pemikiran bagi kalangan pelajar ilmu ekonomi politik internasional khususnya dibidang perdagangan bebas dan perjanjian ekonomi dalam hubungan bilateral. Kemudian, bagi applied research , diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran serta pendapat bagi Kementrian, Departemen, maupun Institusi yang membutuhkan banyak pendapapendapat tentang bagaimana Indonesia mengupayakan mengembangan ekonomi dengan bekerjasama dengan Cina pada jalur 13 Toto Pribadi. Dalam Press Rrelease “ The Briefing Duta Besar pada kasus perdagangan bebas: ACFTA” April 2009 9 bilateral melalui perjajian-perjanjian internasional yang terkait peningkatan perdagangan ekspor, impor dan investasi.

D. Tinjauan Pustaka

Dalam buku I. Wibowo dan Syamsul Hadi yang berjudul “Merangkul Cina: Hubungan Indonesia-Cina Pasca Soeharto ” yang menuliskan beberapa kutipan dari banyak pandangan tokoh politik juga ekonomi yang menjabarkan tentang tantangan serta peluang yang dapat diambil oleh Indonesia dalam menjalin kerjasama ekonomi dengan Cina melalui Deklarasi Kemitraan Strategis tersebut. Di buku ini, penulis menceritakan bagaimana langkah-langkah yang dilakukan Indonesia untuk mendekatkan diri dengan Cina, agar dapat terjalin kembali kemitraan ekonomi serta politik agar dapat memperlancar kegiatan kenegaraan kedua negara. Berlandaskan pada hal tersebut, penulis juga menjabarkan dinamika perkembangan ekonomi yang dicapai Indonesia setelah kembali bersahabt dengan Cina, dimulai dari era Orde Lama hingga pasca Orde Baru 14 . Dalam buku ini, terangkum beragam perspektif yang di pakai dalam menjabarkan sejarah serta proses perbaikan hubungan diplomatik antara Indonesia-Cina. Seperti contohnya, beberapa memakai pandangan liberalis yang mendukung adanya perdagangan bebas di Asia khususnya poros bilateral bagi Indonesia dengan Cina melalui deklarasi kemitraan strategis tersebut, namun ada pula beberapa tokoh yang memakai pandangan merkantilis dengan menghitung serta menganalisis untung-rugi yang akan dialami oleh Indonesia jika melakukan hubungan kerjasama regional secara bilateral dengan Cina. Dengan perbedaan cara pandang yang terangkum pada konteks serupa inilah yang membuat buku “Merangkul Cina: Hubungan Indonesia-Cina Pasca Soeharto ” ini menjadi bahan dalam mempertimbangkan masalah 14 I. Wibowo dan Syamsul Hadi, “Merangkul Cina: Hubungan Indonesia-Cina Pasca Soeharto”. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2009 10 Indonesia yang berkeinginan menjalin hubungan baik dengan Cina melalui kerjasama kemitraan strategis kedua negara demi satu tujuan yang sama yakni memajukan perekonomian di negara masing-masing. Kemudian, adapun buku yang ditulis oleh Daniel Pambudi dan Alexander C. Chandra, yang berjudul Garuda Terbelit Naga : Dampak Kesepakatan Perdagangan Bebas Bilateral ASEAN-China terhadap Perekonomian Indonesia. Pada buku ini, di terangkan bagaimana dampak yang didapat oleh Indonesia baik positif maupun negatif. Dari sisi positif, Indonesia menjadi lebih kompetitif dalam memproduksi serta menjual produk-produk dalam negri untuk dipasarkan ke negara-negara lain, kemudian dari sisi negatif, Cina menguasai kelemahan Indonesia yakni produk-produk mentah rare good yang tidak dapat dimanfaatkan secara maksimal untuk diolah menjadi produk-produk jadi well good, karena Cina membeli hampir seluruh bahan mentah yang dimiliki Indonesia dengan tarif yang dua kali lipat lebih tinggi 15 . Dengan demikian, buku ini memberikan pengarahan yang lebih spesifik, khususnya bagaimana menyikapi kemajuan Cina di bidang ekonomi dengan berbagai pertimbangan tantangan dan potensi yang dapat di gunakan oleh Indonesia agar dapat juga memajukan strandarisasi produk dalam negeri ke tingkat yang lebih baik. Serta dapat menjadikan Cina sebagai acuan agar Indonesia belajar untuk bangkit dari negara berkembang menjadi negara maju untuk masa yang akan datang, bukan menjadi negara yang terus bergantung dengan negara maju lainnya. Lalu, makalah yang ditulis oleh Duta Besar Indonesia untuk Cina Sudrajat 16 , menyatakan bahwa kerjasama yang dilakukan Indonesia dengan Cina, khususnya di bidang 15 Pambudi, Daniel dan Alexander C. Chandra, “ Garuda Terbelit Naga: Dampak Kesepakatan Perdagangan Bebas Bilateral ASEAN-China terhadap Perekonomian Indonesia. Menteng, Jakarta Pusat : Institute for Global Justice. 2006 16 Press release : seminar “Kemitraan RI-RRT dalam Bingkai Kepentingan Nasional dan Regional Suatu Telaah Strategis” yang diselenggarakan oleh KBRI Beijing bekerjasama dengan BPPK Kementrian Luar Negri RI di Jakarta pada tanggal 19 Mei 2009. 11 peningkatan infrastruktur ekonomi negara ialah untuk mengisi dan mengembangkan kemitraan strategis dalam hubungan kerja bilateral yang saling menguntungkan. Terlebih dalam kondisi krisis global saat ini, Indonesia dan Cina termasuk negara yang memiliki ketahanan dan pertumbuhan ekonomi yang kuat. Besarnya potensi kawasaan kedua negara ini, akan dapat memengaruhi kontinuitas pertumbuhan ekonomi, baik bagi Indonesia maupun Cina. Akses pasar, bahan baku, jumlah populasi, dan kedekatan geografis, merupakan fakor yang menjadikan kerjasama kemitraan strategis di bidang ekonomi bagi kedua negara ini dapat mengambil keuntungan besar serta dapat mewujudkan hubungan bilateral yang baik 17 . Kemudian, dari ketiga sumber diatas dapat dilihat perbedaannya dengan penulisan skripsi ini. Pada skripsi ini, penulis hanya memakai perspektif liberalisme dalam memandang penignkatan ekonomi politik suatu negara secara lebih liberal. Kemudian, turut mendukung adanya perdagangan bebas yang ada di kawasan ASEAN khususnya Indonesia-Cina. Namun, bentuk dukungan ini pun bukan berarti penulis tidak mempertimbangkan resiko yang akan mengancam sektor perekonomian domestic dalam bersaing dengan negara-negara mitra strategisnya dalam melakukan perdagangan bebas tersebut. Dalam pondasi penulisan ini, penulis berpandangan bahwa Indonesia membutuhkan Cina untuk dapat meningkatkan volume perdagangan yang ada di dalam negri agar dapat menembus pasar internasional, dan begitupun sebaliknya. Dengan adanya bantuan dari Cina sebagai aktor pendukung, seperti dikatakan oleh K.J Holsti yang tertulis pada kerangka teori dalam skripsi ini, yakni dengan adanya bantuan 17 Makalah yang ditulis oleh Duta Besar Sudrajat Duta Besar LBBP-RI untuk RRC. Jakarta : Kementrian Luar Negri, Gd. Nusantara. 2011 12 negara maju sebagai pendukung penuh suatu negara yang meminta bantuan untuk turut mempromosikan kepentingan suatu negara kepada negara tujuan lainnya 18 . Selain itu, penulis juga menjelaskan upaya-upaya yang di lakukan Indonesia demi mendekatkan diri dengan Cina tanpa menyinggung rasa sentimen yang sempat terjadi pada kedua negara saat pembekuan hubungan diplomatik di era Orde Baru hingga era netralisasi, sampai pada saat di berlakukannya deklarasi kemitraan strategis yang membuat Indonesia-Cina meyakinkan langkahnya untuk melanjutkan hubungan kerjasama bilateralnya lebih erat lagi. Kemudian, faktor-faktor yang mempengaruhi Indonesia dalam menegasakan hubungan kerjasama ini dengan dibuatnya MoU tentang kesepakan kerjasama di bidang ekonomi untuk memajukan infrastruktur dalam negri khususnya jalur perekonomian yang ada di dalam negri untuk dapat lebih kompetitif.

E. Kerangka Teori

Berdasarkan pertanyaan penelitian diatas, penulis menggunakan konsep Kepentingan Nasional, dan Perspektif Liberal mengenai Ekonomi Politik Internasional dalam membantu penulis untuk menjawab pertanyaan penelitian tersebut. E.1 Kepentingan Nasional Kepentingan Nasional National Interest adalah tujuan-tujuan yang ingin dicapai sehubungan dengan kebutuhan bangsanegara atau sehubungan dengan hal yang dicita-citakan. Dalam hal ini kepentingan nasional yang relatif tetap dan sama diantara semua negarabangsa 18 T. May Rudy 2002. Study Strategis dalam transformasistem internasional pasca Perang Dingin, Refika Aditama, Bandung, hal. 16 13 adalah keamanan mencakup kelangsungan hidup rakyatnya dan kebutuhan wilayah serta kesejahteraan. Kedua hal pokok ini yaitu keamanan Security dari kesejahteraan Prosperity. Ke pentingan nasional diidentikkan dengan dengan “tujuan nasional”. Contohnya kepentingan pembangunan ekonomi, kepentingan pengembangan dan peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia SDM atau kepentingan mengundang investasi asing untuk mempercepat laju industrialisasi 19 . Kemudian, kepentingan nasional juga merupakan istilah esensial yang wajib dikaji dalam fenomena-fenomena hubungan internasional oleh kalangan pemikir hubungan internasional secara luas. Selain itu, kepentingan nasional dapat digunakan untuk menggambarkan dan mendukung kebijakan-kebijakan tertentu 20 . Menurut Charles dan Abdul Said, mendefisikan bahwa kepentingan nasional merupakan suatu tindakan yang diaplikasikan dari perencanaan jangka panjang dan dilakukan oleh setiap negara dengan memperlakukan setiap mitra kerjasamanya secara berlanjut. Hal ini, di tunjang dengan terus mengupayakan hubungan tersebut tetap berjalan baik dalam jangka waktu yang lama dan dapat meyakinkan negara mitra untuk mempertahankan kerjasama tersebut dapat menguntungkan masing-masing kepentingan setiap negara menuju target yang diinginkan 21 . K.J Holsti mengidentifikasikan kepentingan nasional dalam tiga klasifikasi yaitu core values, middle-range objective, dan long-range goals 22 . Core Values adalah suatu hal yang bersifat sangat vital dari suatu negara yang biasanya berhubungan dengan kedaulatan dan keamanan. Kepentingan ini dibuat agar negara bisa tetap survive dan menjaga existensi negara. Hal-hal yang menyangkut pada kegiatan ini, ialah: 19 Dikutip dari : Riffiths Martin, dan Terry O’Callaghan. 2002. International Relations: The Key Concepts, Routledge: New York London hal 203. 20 Ibid 21 Vandana, „Theory of International Politics”, Christ Church College : Kampur University. Hal 131 22 Riffith Martin. Ibid 14 i Keamanan Nasional Merupakan tujuan utama dari kebijakan luar negri suatu negara yakni hal ini menyangkut pada ideologi serta kepercayaan yang ada pada masyarakat negaranya untuk dapat menyetujui suatu kebijakan keamanan negara, tanpa timbulnya silang pendapat maupun perbedaan keinginan yang akan di tetapkan oleh aktor pemerintah dengan tujuan yang diinginkan dari masyarakat negara tersebut 23 . ii Pembangunan Ekonomi Menurut Holsti, pembangunan ekonomi merupakan tindakan untuk menaikkan ketertarikan negara lain pada kegiatan ekonomi negara tersebut agar dapat menjalin kerjasama baik dalam jalur bilateral maupun multilateral dalam bidang perekonomian negara. Hal ini selalu di fokuskan untuk menyamakan standar ekonomi negara tersebut pada level standar internasional. Dalam hal kepentingan ini, bidang ekonomi lebih di utamakan daripada memasukkan politik ekonomi suatu negara pada tahap pembangunan perekonomian negara 24 . A. Middle-Range Objective itu biasanya menyangkut perbaikan perekonomian pada suatu negara. Pada klasifikasi ini, juga termasuk juga : a Ketertarikan Kelompok Penekan Keberadaan kelompok ini, merupakan fenomena baru dalam dunia politik dalam mencapai kepentingan politik negaranya. Kelompok ini, dapat mempengaruhi kebijakan politik luar negri negara lain untuk dapat menyetujui dan bersedia menjalin kerjasama dengan negara tersebut. Negara yang daapt menjadi kelompok penekan ini, haruslah negara yang telah diakui kekuatannya dan dampak yang dapat ditimbulkan negara tersebut kepada dunia internasional. Hal ini terwujud dari penghormatan negara lain atas keberhasilan negaranya. Selain itu, 23 ibid 24 ibid 15 kelompok ini dapat menjadi pendukung penuh suatu negara yang meminta bantuannya untuk turut mempromosikan kepentingan negaranya tersebut kepada negara tujuan lainnya. b Kerjasama Non-Politik Pada kenyataanya, dalam dunia hubungan internasional memiliki kerjasama dengan lembaga maupun institusi non-politik ternyata lebih diperlukan sekarang ini. Sasaran utama dalam kebijakan luar negri ini ialah untuk mencapai kepentingan nasional dalam bidang ekonomi, budaya, dan sosial. Kegiatan tersebut, terwujud daalm bantuan pembangunan perekonomian negara dari menarik pelajar luar negri untuk belajar di negara tersebut dan mereka akan diberikan pelayan dengan standar yang tinggi agar dapat mengejar cita-cita mereka di negara tersebut dengan tujuan untuk menunjukkan citra negara yang peduli akan pendidikan dan pelajar pertukaran negara agar tercipta perdamaian serta kestabilan antar negara yang bersangkutan. c Promosi Monumen Kenegaraan Hal ini ditujukan untuk memperkenalkan lambang suatu negara kepada dunia internasional yang bertujuan untuk menunjukkan citra bangsa tersebut dari setiap arti pada bentuk pada monument tersebut. Dengan adanya monument pada suatu negara, dapat menaikkan simpati negara lain untuk tertarik untuk mejalin kerjasama dengan negara yang bersangkutan. Tidak hanya pada monument kebangsaan, tetapi juga monument ini menyangkut bentuk bela sungkawa untuk makam massal, ataupun bangunan yang dihormati atas peristiwa yang bersejarah. Kegiatan ini dilakukan demi mencapai kepentingan nasional melalui diplomasi kebudayaan. 16 d Ekspansi Kenegaraan Merupakan kebijakan pemerintah untuk mencapai kepentingan negaranya demi melindungi kawasan negara bangsa tersebut. Hal ini, menyangkut harga diri bangsa agar dapat terlepas dari segala bentuk penjajahan dari negara lain yang mana dapat mengancam kestabilan perekonomian dan perpolitikan negara tersebut. B. Long-Range Goals yang mana kepentingan ini bersifat ideal, seperti mewujudkan Perdamaian dan ketertiban dunia 25 . Selain itu, hal ini juga difokuskan kepada pembangunan kembali sistem intrenasional suatu negarauntuk mengarah kearah yang lebih baik dan dapat mengembangkan potesial-potensial yang ada agar dapat dipergunakan secara maksimal dengan tujuan untuk dapat menyeimbangkan perekonomian dan sistem pemerintahan negara tersebut demi mencapai negara maju. Kemudian, kepentingan nasional sering dijadikan tolak ukur atau kriteria pokok bagi para pengambil keputusan decision makers masing-masing negara sebelum merumuskan dan menetapkan sikap atau tindakan. Bahkan setiap langkah kebijakan luar negeri Foreign Policy perlu dilandaskan kepada kepentingan nasional dan diarahkan untuk mencapai serta melindungi apa yang dikategorikan atau ditetapkan sebagai ”Kepentingan Nasional” 26 . Menurut Morgenthau, ”Kepentingan nasional adalah kemampuan minimum negara untuk melindungi, dan mempertahankan identitas fisik, politik, dan kultur dari gangguan negara lain. Dari tinjauan ini para pemimpin negara menurunkan kebijakan spesifik terhadap negara lain yang sifatnya kerjasama atau konflik” 27 . 25 Holsti, Kalevi Jaako. 2004. Internationa Relations. GOEL Publishing. Meerut. hal 12. 26 T.May Rudy,2002 Study Strategis dalam transformasi sistem Internasional Pasca Perang dingin, Refika Aditama, Bandung, hal 116 27 Ibid 17

E. 2 Perspektif Liberal mengenai Ekonomi Politik Internasional

Kemunculan perspektif ini pada awalnya sebagai alternatif yang diajukan oleh pengkritik merkantilisme, yang dipelopori oleh Adam Smith dan David Ricardo dengan menentang pengendalian ekonomi domestik dan internasional yang berlebihan. Perpektif liberal ini mengajukan argumen bahwa cara yang paling tepat untuk meningkatkan kekayaan nasional adalah justru dengan membiarkan pertukaran antara individu dalam ekonomi domestik dan internasional berjalan secara bebas dan tidak dibatasi. Konsep ini didasarkan pada gagasan kedaulatan pasar dalam proses ekonomi dan mengasumsi adanya keselarasan kepentingan alamiah dia antara manusia dan bangsa dimana individu adalah aktor utama yang berperilaku rasional dalam usaha memaksimalkan perolehan keuntungan. Selain itu, kaum liberal juga yakin bahwa demi memenuhi kepentingan nasional setiap bangsa harus bersikap terbuka dan koorperatif dalam hubungan ekonomi dengan negara lain 28 . Sangat penting untuk difahami, bahwa apa yang disebut dengan politik internasional secara kontemporer banyak menimbulkan pertentangan pendapat di antara kalangan para ahlinya sendiri. Dalam pandangan Edward J Harpham dan Alan Stone dalam buku mereka yang berjudul Political Economy of Public Policy 1982, misalnya menyebutkan beberapa hal yang menyangkut pertentangan tersebut sebagai bagian dari usaha untuk menarik perhatian dari pakar- pakar ilmu politik yang memiliki orientasi beberbeda, yang memberi dasar dan pengetahuan- pengetahuan pada pelopor-pelopor Ekonomi Politik. Namun dengan demikian, dari manapun 28 Jackson, Robert Sorensen, Georg. 2009. “Ekonomi Politik Internasional” dalam Pengantar Studi Hubungan Internasional [terj.]. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, hlm. 227-277. 18 asal-usul aliran dan kelompoknnya, pada sdasarnya memeiliki suatu pondasi yang sama yakni untuk melahirkan sebuah pemikiran baru demi memajukan kesejahteraan di setiap negara 29 . Selain itu, menurut Adam Smith yang merupakan pelopor paham liberalisme dalam isi bukunya yaitu Wealth of Nations 1776. Di dalam Wealth of Nations, Smith menjelaskan bahwa adanya Invisble Hand di dalam pasar. Dalam lingkup Ekonomi Politik Internasional, liberalisme adalah ideologi yang menganggap bahwa pasar dan mekanisme independennya merupakan elemen yang paling efektif untuk mengatur hubungan ekonomi, baik dalam negeri maupun internasional untuk mencapai pertumbuhan ekonomi, efisiensi maksimum, dan kesejahteraan individual maupun sosial 30 . Liberalisme menolak intervensi negara dalam masalah perekonomian hal itu dianggap sebagai intervensi terhadap kebebasan individu ataupun perusahaan-perusahaan privat sebagai aktor sentral yang berperan penting dalam pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan. Perekonomian yang bebas, progresif, interdependen, kooperatif positive- sum game tersebut dengan demikian akan berperan besar bagi maksimalisasi kesejahteraan global 31 . Menurut Morgenthau, dalam Politics Among Nations menyebutkan bahwa ekonomi adalah salah satu unsur penting dari national power, gagasan utama pespektif ini ialah subordinasi aktivitas ekonomi ke dalam pencapaian kepentingan politik dan pembangunan negara 32 . Senada dengan Morgenthau, Robert Gilpin juga berpendapat dalam the Political 29 Ikbar, Yanuar, 2007, Ekonomi Politik Internasional-Konsep dan Teori bab.2. Bandung: PT Refika Aditama . Hal. 63 30 Gilpin, Robert. 1987. “The Political Economy of International Relations.” New Jersey: Priceton University Press. Di unduh tanggal 10 april 2013 http:books.google.co.idbooks?id=mblpQgAACAAJdq=Robert+Gilpinhl=idsa=Xei=NHn3UamVFcTW rQf7v4HYDQved=0CDMQ6AEwAQ 31 Burc hill, Scott and Linklater, Andrew. 1996. “Theories of International Relations”. New York : ST Martin’s Press. 32 Morgenthau, Hans J. 1987. “Politics Among Nations : The Struggle for Power and Peace”. New York : Alfred A. Knopf. 19 Economy of International Relations menjelaskan bahwa nasionalisme adalah perspektif yang meyakini bahwa aktivitas-aktivitas ekonomi seharusnya bertujuan untuk pembangunan den keuntungan negara 33 . Dengan kata lain, perspektif ini menciptakan sistem perdagangan baru yakni, perdagangan pasar bebas yang memberikan keleluasaan jalur perdagangan antar negara, baik secara individu-individu, individu-perusahaan, maupun perusahaan-perusahaan 34 . Perdagangan bebas adalah sebuah konsep ekonomi yang mengacu kepada Harmonized Commodity Description and Coding System HS dengan ketentuan dari World Customs Organization yang berpusat di Brussels, Belgium. Penjualan produk antar negara tanpa pajak ekspor-impor atau hambatan perdagangan lainnya. Selain itu, Perdagangan bebas dapat juga didefinisikan sebagai tidak adanya hambatan buatan hambatan yang diterapkan pemerintah dalam perdagangan antar individual-individual dan perusahaan-perusahaan yang berada di negara yang berbeda 35 . Dengan demikian, sistem ekonomi politik muncul sebagai tatanan kepentingan nasional yang menggabungkan dari kepentingan ekonomi dan politik suatu negara. Dalam penggunaannya secara tradisional, istilah ekonomi politik dipakai sebagai sinonim atau nama lain dari istilah ilmu ekonomi. Fokus dari studi ekonomi politik adalah fenomena- fenomena ekonomi secara umum, yang bergulir serta dikaji menjadi lebih spesifik , yaitu menyoroti interaksi antara faktor-faktor ekonomi dan faktor-faktor politik. Namun, dalam perkembangan yang berikutnya, istilah ekonomi politik selalu mengacu pada adanya interaksi antara aspek ekonomi dan aspek politik. Adanya kelemahan instrumental ini menyebabkan banyak kalangan ilmuwan dari kedua belah pihak-berusaha untuk mempertemukan titik 33 Gilpin, Robert. 1987. “Three Ideologies of Political Economy”, dalam the Political Economy of International Relations, Princeton: Princeton University Press, hal. 25-64 34 Ibid 35 Ikbar, Yanuar. 2006. Ekonomi Politik Internasional – Konsep dan Teori Jilid I. Bandung: PT Refika Aditama . . Dalam makalah : Alrista Ayu Candra Sari. 2012. “Dampak Perdagangan Bebas Globalisasi terhadap politik ekonomi di Indonesia serta Antisipasinya” . Universitas Jember : Fisip 20 temunya, sehingga para ilmuwan ini berusaha untuk mencoba mengkaji hal ini dengan menggunakan pendekatan-pendekatan dalam ekonomi politik 36 . Dalam upaya memaksimalkan studi mengenai ekonomi politik, juga tidak boleh terlepas dari sistem ekonomi di negara yang bersangkutan. Terkait dengan hal tersebut, setidaknya dalam berbagai jenis yang ada, terdapat dua sistem ekonomi besar dunia yang dibagi menjadi dua kategori pokok, yakni sistem ekonomi yang berorentasi pasar ekonomi liberal dengan sistem ekonomi terencana atau yang lebih dikenal sebagai sistem ekonomi terpusat sosialis 37 .

F. Metode Penelitian

Penulis melakukan penelitian dengan kualitatif, yakni suatu penelitian yang dilakukan dengan metode historis, studi kasus, dalam penyajian data-data yang lebih akurat untuk diteliti. Metode kualitatif didefinisikan sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data berupa kata- kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati 38 . Metode ini memiliki tujuan untuk menggambarkan suatu fenomena tertentu atau untuk menentukan ada tidaknya keterkaitan antara suatu gejala dengan gejala lainnya yang relevan dengan permasalahan yang ada di dalam penelitian.Penulis menggunakan data primer dan data sekunder.Teknik pengumpulan data yang dilakukan adalah studi kepustakaan library research. Studi kepustakaan ini dilakukan di perpustakaan UIN Syarif Hidayatullah, Perpustakaan UI, dan Perpustakaan Badan Pengkaji dan Pelaksanaan Kebijakan Kemlu, Selain itu, digunakan pula berbagai buku sebagai rujukan, dan beberapa dokumen, serta bulletin pada surat kabar, atau 36 Ikbar, Yanuar. 2007. Ekonomi Politik Internasional 2- Implementasi Konsep dan Teori.Bandung: PT Refika . Dalam makalah : Alrista Ayu Candra Sari. 2012. “Dampak Perdagangan Bebas Globalisasi terhadap politik ekonomi di Indonesia serta Antisipasinya” . Universitas Jember : Fisip 37 Ibid 38 Moleong, Metode Penelitian, 2004, Bab III. Metode Kualitatif 21 jurnal. Lalu, penulis juga memanfaatkan situs internet resmi sebagai salah satu data yang digunakan dalam penelitian ini. Kemudian, untuk mengumpulkan data juga melakukan wawancara kepada pihak Indonesia yakni dari Kementrian Luar Negeri Indonesia di bagian BPPK Badan Pengkaji dan Pelaksaan Kebijakan ASPASAF Asia Pasifik dan Afrika serta dari pihak Cina yakni dari Delegasi Kedutaan Republik Rakyat Cina di Indonesia bagian Diplomasi Ekonomi RRC-RI. 22 Sistematika Penulisan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

B. Pertanyaan Penelitian

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

D. Tinjauan Pustaka

E. Kerangka Teori

E.1 Kepentingan Nasional E.2 Perspektif Liberalis mengenai Ekonomi Politik Internasional F. Metode Penelitian G. Sistematika Penulisan Daftar Pustaka

BAB II HUBUNGAN EKONOMI

INDONESIA-CINA PRA-DEKLARASI KEMITRAAN STRATEGIS A. Pola perkembangan hubungan kerjasama ekonomi Indonesia-Cina pada era Orde Lama B. Dinamika hubungan kerjasama ekonomi Indonesia-Cina pada era Orde Baru hingga masa normalisasi hubungan diplomatik C. Langkah-langkah yang dilakukan Indonesia dalam mempererat kerjasama ekonomi dengan Cina pasca masa normalisasi hubungan diplomatik BAB III ANALISIS DAMPAK PENINGKATAN EKONOMI INDONESIA MELALUI DEKLARASI KEMITRAAN STRATEGIS DENGAN CINA TAHUN 2005-2011 A. Faktor eksternal dan Internal yang mempengaruhi peningkatan kerjasama ekonomi bilateral Indonesia-Cina tahun 2005-2011 I. Faktor-faktor Dalam Negeri Indonesia a. Geografis b. Politik Ekonomi Dalam Negeri Indonesia 23 II. Faktor-faktor Luar Negeri Indonesia a. Dukungan dari ASEAN b. Hubungan ASEAN dan Cina c. Politik Ekonomi Cina B. Dampak-dampak yang didapatkan Indonesia melalui meningkatkan hubungan kemitraan perdagangan dengan Cina dalam Deklarasi Kemitraan Strategis tahun 2005-2011 a. Deklarasi Kemitraan Strategis 2005-2010 b. Deklarasi Kemitraan Strategis 2010-2015

BAB IV KESIMPULAN

24

BAB II HUBUNGAN EKONOMI INDONESIA-CINA

PRA-DEKLARASI KEMITRAAN STRATEGIS

A. Pola Perkembangan Hubungan Kerjasama Ekonomi Indonesia-Cina pada era Orde

Lama Pada era Orde Lama sistem pemerintahannya lebih dikenal dengan sebutan masa pemerintahan Presiden Soekarno di Indonesia 1945-1965. Dimasa ini, Indonesia menggunakan dua pola yang dipakai untuk menjalankan perekonomian negara yakni, sistem ekonomi liberal dan komando 39 . Pada sistem ekonomi liberal, Indonesia menggunakan prinsip-prinsip kebebasan dan netral dalam perekonomian negara. Hal ini, di tujukan agar Indonesia dapat mengembangkan diri menjadi masyarakat yang dinamis, kompetitif serta layak untuk merdeka. Dalam memilih negara yang tepat untuk menjalin kerjasama perdangan ini, Soekarno memandang Cina sebagai negara yang strategis untuk mengawali kerjasama dalam bidang ekonomi bagi negara Indonesia. Namun, sistem ini bahkan membuat keadaan Indonesia yang pada saat itu baru mendapatkan kemerdekaan di tahun 1945, menjadi semakin memburuk 40 . Hal ini disebabkan oleh karena Indonesia belum bisa bersaing dengan Cina dalam perdagangan bebas yang diterapkan Indonesia pada saat itu. Pengusaha lokal yang dimiliki Indonesia di era tersebut, masih lemah dan minimnya pengalaman dalam melakukan perdagangan bebas dengan Cina yang lebih memahami struktur jalur perdagangan bebas, baik 39 Tuty Enoch Muas, 2009. Merangkul Cina : Hubungan RI-Cina, Secara Historis, Dinamis. Hal. 25 40 Ibid hal. 37 25 secara bilateral maupun multilateral 41 . Terbukti pada 20 Maret 1950, di Indonesia terjadi pemotongan nilai mata uang Sanering untuk mengurangi jumlah uang yang beredar agar harga barang menjadi turun. Kemudian, Program Benteng Kabinet Natsir, yang ditujukan untuk menumbuhkan wiraswastawan pribumi, serta dapat mendorong importir nasional agar bisa bersaing dengan perusahaan impor asing. Dengan cara membatasi impor barang tertentu dan memberikan lisensi impornya hanya pada importir pribumi, serta memberikan kredit pada perusahaan-perusahaan pribumi agar nantinya dapat berpartisipasi dalam perkembangan ekonomi nasional. Namun usaha ini gagal, karena sifat pengusaha pribumi yang cenderung konsumtif dan tak bisa bersaing dengan pengusaha non-pribumi 42 . Lalu Sistem ekonomi Ali-Baba dalam kabinet Ali Sastroamijoyo I, yang diprakarsai Mr Iskak Cokrohadisuryo, untuk penggalangan kerjasama antara pengusaha Cina dan pengusaha pribumi. Dalam program ini, pengusaha non-pribumi Cina diwajibkan memberikan latihan- latihan pada pengusaha pribumi, dan pemerintah menyediakan kredit serta lisensi bagi usaha- usaha swasta nasional. Namun, program ini juga tidak berjalan dengan baik, disebabkan pengusaha pribumi kurang berpengalaman dalam bidang perdagangan, sehingga hanya dijadikan alat untuk mendapatkan bantuan kredit dari pemerintah 43 . Mengingat bahwa Cina telah lebih dulu menjalin kerjasama dagang dengan negara barat seperti Amerika Serikat dan Eropa, maka melakukan persaingan serta kompetisi dengan Cina merupakan suatu hal yang terlalu dini bagi Indonesia yang pada saat itu baru mendapatkan kemerdekaan dan memulai untuk mengembangkan diri sebagai bangsa yang merdeka. Walaupun Cina juga baru memproklamasikan kemerdekaannya empat tahun setelah Indonesia 1945 yakni pada 1 41 I. Wibowo, 1999 . Retrospeksi dan Rekontekstualisasi Masalah Cina. 205 42 Zainuddin Djafar. 2009. Merangkul Cina : Hubungan Perdagangan Indonesia : Diperlukan Redesigning yang Baru. hal. 73 43 Dalam Tuty Enoch. ibid. hal 48 26 Oktober 1949, namun pengalaman bekerjasama dengan negara asing telah dilakukan Cina sejak masa Dinasty Ming 44 . Berlandasakan dari hal tersebut, di tahun 1955 Indonesia mengalihkan sistem ekonomi liberal ke sistem ekonomi komando 45 . Dengan demikian, Indonesia memiliki peluang untuk belajar lebih memahami pola perdagangan dengan negara-negara kemitraan dalam melakukan hubungan dagang, baik secara bilateral maupun multilateral. Bagi Soekarno, Cina merupakan negara mitra yang berpotensi besar untuk mengawali kemajuan ekonomi negara, dikarenakan letak geografis antar Indonesia dan Cina memilikii poros jalur perdagangan yang sangat strategis untuk melakukan hubungan dagang 46 . Pada sistem ekonomi komando ini, hubungan bilateral kedua negara terlihat semakin erat. Hal ini terbukti dengan disepakatinya pembukaan hubungan diplomatik secara resmi oleh Soekarno pada April tahun 1955 di Jakarta, sebagai permulaan untuk menjalin kerjasama bilateral dengan negara lain. Kemudian, lima tahun setelah dibukanya jalur kerjasama kedua negara tersebut, Indonesia berpandangan bahwa Cina berpotensi untuk menjadi negara Super Power yang dapat mendorong perekonomian domestik menjadi lebih berkembang dan meningkat di masa yang akan datang 47 . Maka pada tahun 1955, Indonesia membentuk Perhimpunan Persahabatan Indonesia-Cina sebagai wadah untuk memfokuskan diri dalam mengembangkan infrastruktur perekonomian dalam negeri hingga dapat menarik investor Cina untuk dapat menanamkan modalnya di perusahaan Indonesia. Selain itu, Cina memang menempatkan dirinya untuk menjalin kerjasama perdagangan hanya dengan kelompok sosialis di kawasana blok timur. Mengingat Indonesia yang dipimpin 44 Dinasty Ming 1368-1644 merupakan era kejayaan bangsa Cina dalam membangun kedaulatannya sebagai bangsa yang lebih bermatabat, berpendidikan, serta unggul dalam menjalankan sistem pemerintahan. Dalam bidang perdagangan, Dinasti Ming terkenal dengan wilayah dagang yang telah pasar internasional dengan luas. Dengan demikian Cina tidak lagi di anggap termasuk dalam bangsa Mongol, bangsa Machu, ataupun suku-suku yang belum memiliki pemerintahan yang maju dan lebih teratur seperti yang telah berjalan di Cina Beijing 45 Dalam I. Wibowo. ibid hal. 205 46 Dalam Tuty Enoch. ibid. hal 37-40 47 Dalam Tuty Enoch . ibid. hal 46