KESIMPULAN Dampak peningkatan ekonomi indonesia melalui deklarasi kemitraan strategis dengan Cina tahun 2005-2011
26
Oktober 1949, namun pengalaman bekerjasama dengan negara asing telah dilakukan Cina sejak masa Dinasty Ming
44
. Berlandasakan dari hal tersebut, di tahun 1955 Indonesia mengalihkan sistem ekonomi liberal ke sistem ekonomi komando
45
. Dengan demikian, Indonesia memiliki peluang untuk belajar lebih memahami pola
perdagangan dengan negara-negara kemitraan dalam melakukan hubungan dagang, baik secara bilateral maupun multilateral. Bagi Soekarno, Cina merupakan negara mitra yang berpotensi
besar untuk mengawali kemajuan ekonomi negara, dikarenakan letak geografis antar Indonesia dan Cina memilikii poros jalur perdagangan yang sangat strategis untuk melakukan hubungan
dagang
46
. Pada sistem ekonomi komando ini, hubungan bilateral kedua negara terlihat semakin erat. Hal ini terbukti dengan disepakatinya pembukaan hubungan diplomatik secara resmi oleh
Soekarno pada April tahun 1955 di Jakarta, sebagai permulaan untuk menjalin kerjasama bilateral dengan negara lain. Kemudian, lima tahun setelah dibukanya jalur kerjasama kedua
negara tersebut, Indonesia berpandangan bahwa Cina berpotensi untuk menjadi negara Super Power
yang dapat mendorong perekonomian domestik menjadi lebih berkembang dan meningkat di masa yang akan datang
47
. Maka pada tahun 1955, Indonesia membentuk Perhimpunan Persahabatan Indonesia-Cina sebagai wadah untuk memfokuskan diri dalam mengembangkan
infrastruktur perekonomian dalam negeri hingga dapat menarik investor Cina untuk dapat menanamkan modalnya di perusahaan Indonesia.
Selain itu, Cina memang menempatkan dirinya untuk menjalin kerjasama perdagangan hanya dengan kelompok sosialis di kawasana blok timur. Mengingat Indonesia yang dipimpin
44
Dinasty Ming 1368-1644 merupakan era kejayaan bangsa Cina dalam membangun kedaulatannya sebagai bangsa yang lebih bermatabat, berpendidikan, serta unggul dalam menjalankan sistem pemerintahan. Dalam bidang
perdagangan, Dinasti Ming terkenal dengan wilayah dagang yang telah pasar internasional dengan luas. Dengan demikian Cina tidak lagi di anggap termasuk dalam bangsa Mongol, bangsa Machu, ataupun suku-suku yang
belum memiliki pemerintahan yang maju dan lebih teratur seperti yang telah berjalan di Cina Beijing
45
Dalam I. Wibowo. ibid hal. 205
46
Dalam Tuty Enoch. ibid. hal 37-40
47
Dalam Tuty Enoch . ibid. hal 46
27
oleh Soekarno pada saat itu, menganut paham NASAKOM Nasional Agama Komunis memiliki kesamaan ideologi yang juga di pakai Cina dalam menjalankan sistem
pemerintahannya. Di masa tersebut, Cina di dominasi oleh Partai Komunis Cina PKC dan Indonesia juga memiliki Partai Komunis Indonesia PKI sebagai salah satu partai yang kuat di
dalam pemerintahan. Berlandasakan dengan kesaman paham tersebut, Cina meyakinkan diri untuk terus menguatkan hubungan kemitraan dengan Indonesia sebagai rekan kerjasama
perdagangan. Hal ini, terlihat dari terciptanya poros Jakarta-Peking Beijing yang di buat pada era 1960an
48
. Adapun alasan yang diajukan Soekano dalam pemebentukan poros ini, ialah karena posisi
negara Indonesia yang pada saat itu sebagai negara yang baru merdeka, membutuhkan banyak bantuan modal asing, Namun apabila menggantungkan diri pada negara besar seperti Amerika
Serika USA dan Inggris akan semakin mempersulit keuangan dalam negeri, karena besarnya bunga dan persyaratan yang memberatkan pemerintah. Sehingga Indonesia perlu mencari negara
donor yang mampu memberikan bantuan dengan persyaratan yang mudah yaitu Cina dan termasuk pula Uni Soviet. Karena kedua negara tersebut, khususnya Cina menawarkan bunga
yang lebih rendah, serta persyaratan yang lebih mudah untuk diambil Indonesia untuk mencari dana bantuan dari negara asing
49
. Selain itu, tindakan Organisasi Perserikatan Bangsa-Bangsa PBB yang dianggap tidak adil. Sebagai negara yang baru merdeka, anggapan bangsa lain
mengenai suara yang diajukan oleh bangsa Indonesia tidak pernah didengarkan maupun di pertimbangkan, karena dianggap sebagai negara baru yang belum mengerti dan paham dalam
48
Dalam Zainuddin Djafar. Ibid. hal 73-75
49
Dana bantuan yang diajukan Amerika dapat berbunga hingga 10 dari total jumlah dana yang dipinjamkan dalam pengembaliannya yang akan di bayarkan Indonesia. Kemudian Inggris dapat mencapai hingga 12 dari total
bunga dana bantuan atau pinjaman yang di ajukan kepada Indonesia yang harus dibayar nantinya. Lalu, Uni Soviet hanya memberikan bunga sebesar 5. Sedangkan Cina dapat menawarkan 5-0 bunga yang harus
dibayarkan Indonesia.