HUBUNGAN EKONOMI INDONESIA-CINA Dampak peningkatan ekonomi indonesia melalui deklarasi kemitraan strategis dengan Cina tahun 2005-2011

27 oleh Soekarno pada saat itu, menganut paham NASAKOM Nasional Agama Komunis memiliki kesamaan ideologi yang juga di pakai Cina dalam menjalankan sistem pemerintahannya. Di masa tersebut, Cina di dominasi oleh Partai Komunis Cina PKC dan Indonesia juga memiliki Partai Komunis Indonesia PKI sebagai salah satu partai yang kuat di dalam pemerintahan. Berlandasakan dengan kesaman paham tersebut, Cina meyakinkan diri untuk terus menguatkan hubungan kemitraan dengan Indonesia sebagai rekan kerjasama perdagangan. Hal ini, terlihat dari terciptanya poros Jakarta-Peking Beijing yang di buat pada era 1960an 48 . Adapun alasan yang diajukan Soekano dalam pemebentukan poros ini, ialah karena posisi negara Indonesia yang pada saat itu sebagai negara yang baru merdeka, membutuhkan banyak bantuan modal asing, Namun apabila menggantungkan diri pada negara besar seperti Amerika Serika USA dan Inggris akan semakin mempersulit keuangan dalam negeri, karena besarnya bunga dan persyaratan yang memberatkan pemerintah. Sehingga Indonesia perlu mencari negara donor yang mampu memberikan bantuan dengan persyaratan yang mudah yaitu Cina dan termasuk pula Uni Soviet. Karena kedua negara tersebut, khususnya Cina menawarkan bunga yang lebih rendah, serta persyaratan yang lebih mudah untuk diambil Indonesia untuk mencari dana bantuan dari negara asing 49 . Selain itu, tindakan Organisasi Perserikatan Bangsa-Bangsa PBB yang dianggap tidak adil. Sebagai negara yang baru merdeka, anggapan bangsa lain mengenai suara yang diajukan oleh bangsa Indonesia tidak pernah didengarkan maupun di pertimbangkan, karena dianggap sebagai negara baru yang belum mengerti dan paham dalam 48 Dalam Zainuddin Djafar. Ibid. hal 73-75 49 Dana bantuan yang diajukan Amerika dapat berbunga hingga 10 dari total jumlah dana yang dipinjamkan dalam pengembaliannya yang akan di bayarkan Indonesia. Kemudian Inggris dapat mencapai hingga 12 dari total bunga dana bantuan atau pinjaman yang di ajukan kepada Indonesia yang harus dibayar nantinya. Lalu, Uni Soviet hanya memberikan bunga sebesar 5. Sedangkan Cina dapat menawarkan 5-0 bunga yang harus dibayarkan Indonesia. 28 diskusi ketata negaraan secara global. Dalam status bangsa yang tidak dipandang penuh oleh PBB menjadikan Indonesia berusaha untuk mendapatkan perhatian Cina serta Uni Soviet sebagai negara kuat lainnya yang dapat mendukung dan membantu Indonesia agar dapat menaikkan harga dirinya sebagai bangsa yang berdaulat serta bermartabat di depan negara asing lainnya serta membuat suara Indonesia juga dapat di dengar dan jadi bahan pertimbangan oleh PBB dalam diskusi kenegaraan 50 . Memasuki tahun 1962, hubungan Indonesia-Cina semakin menunjukkan keharmonisan. Pada masa itu, Cina masih memakai kebijakan luar negri yang tertutup dan tidak banyak menjalin kerjasama dengan negara asing. Selain itu, Cina menutup diri untuk tidak bermitra dengan negara-negara yang ada di blok Barat untuk menjalankan arus pemerintahan dalam dan luar negrinya, di segala sektor pemerintah. Indonesia yang memiliki kesamaan faham yang dipakai Soekarno pada saat itu, sejalan dengan ideologi Cina yang komunisme. Dengan demikian, kedekatan yang diberikan kepada Indonesia menjadikan hal tersebut merupakan perlakuan istimewa, dengan membuka peluang untuk mempererat jalinan kerjasama ekonomi di Indonesia. Hal ini ditujukkan dengan dibangunnya proyek Games of the New Emerging Forces GANEFO untuk meningkatkan perekonomian negeri agar dapat memaksimalkan manfaat sumber daya alam SDA serta sumber daya manusia SDM yang ada di Indonesia langsung di bawah komando Presiden Soekarno dan Presiden mao Zedong serta PM Cina Chou Enlai 51 . Hubungan baik tersebut terjalin cukup singkat, hingga timbulnya gerakan pemberontakan yang di pelopori oleh partai komunis di Indonesia pada Oktober 1965, yang melibatkan pembunuhan massal oleh sebagian besar warga Indonesia yang menginginkan untuk memiliki pmiliter partai sendiri seperti yang ada di Cina PKC. Dengan demikian, Gerakan 30 September 50 Dalam Zainuddin Djafar . ibid hal 81 51 Dalam I. Wibowo ibid. 129 29 atau lebih dikenal dengan peristiwa G 30S PKI mempengaruhi fokus Indonesia yang baru akan membangun negara yang stabil, menjadi bangsa yang terpecah menjadi beberapa kelompok maupun kesatuan. Dalam kelangsungan peristiwa pemberontakan ini, Cina dianggap membantu arus perdagangan alat utama sistem senjata ALUTSISTA yang di pakai PKI dalam melakukan pemberontakannya. Selain itu, Cina juga menyokong bantuan militer yang ada pada PKC untuk turut melaksanakan kegiatan pemberontakan oleh PKI. Hal ini, dilandasi masih dengan alasan kesamaan faham. Maka tindakan membantu partai komunis di Indonesia, sama dengan membantu sesama komunis serta memperluas wilayah dengan faham komunisme lainnya bagi Cina PKC. Dengan alasan serta tuduhan yang di tujukan kepada Cina, mengenai turut campur tangan terhadap masalah dalam negeri yang ada di Indonesia di anggap terlalu mendalam dan bahkan memperburuk keadaan. Masalah, pemberontakan yang dilakukan PKI pada Indonesia membuat Cina bertindak terlalu jauh dari batas privasi kenegaraan yang ada bagi bangsa Indonesia. Maka pada saat orde lama runtuh dan di gantikan dengan orde baru di tahun 1966, Indonesia menutup Perhimpunan Persahabatan dengan Cina. Keputusan ini, dianggap tepat untuk membatasi serta memperingatkan PKC akan tindakan mereka yang sudah terlalu dalam ikut campur masalah dalam negeri bangsa Indonesia. Memasuki pergantian pemerintahan maka orde lama pun di gantikan dengan orde baru yang di pimpin oleh Jendral Soeharto sebagai pemimpin negara Indonesia yang baru. Dengan pergantian kepemimpinan ini, maka berubah pula pola hubungan kerjasama Indonesia-Cina yang dulu di prakarsai oleh Presiden Soekarno, berubah menjadi pemutusan hubungan diplomatik dengan Cina pada tahun 30 Oktober 1967 52 . Dengan berlandaskan alasan tersebut, Indonesia semakin mempertegas bahwa Cina tidak dapat turut mengambil alih masalah dalam negeri sebuah negara lain untuk membantu apapun bagi kegiatan 52 I. Wibowo. 2009 , Merangkul Cina : Hubungan Indonesia-Cina, hal. 249 30 apapun yang dilakukan kelompok pemberontakan yang ada di Indonesia khususnya secara lebih mendalam dan mendominasi.

B. Dinamika Hubungan Kerjasama Ekonomi Indonesia-Cina pada Era Orde Baru

hingga Masa Normalisasi Hubungan Diplomatik Memasuki era orde baru 1968-1998, Indonesia menfokuskan diri kepada pembangunan infrastruktur pemerintahan. Dibawah pimpinan Presiden Soeharto, perekonomian negara pun turut beralih kepada sistem ekonomi pembangunan yang bertujuan untuk menembus pasar internasional lebih luas. Terkait hubungan dagang Indonesia-Cina yang sempat terputus karena pemasalahan politik oleh G 30 S PKI, belum melunturkan rasa sentimen Soeharto untuk memperbaiki jalinan kerjasama dengan Cina. Terlebih lagi, pada era ini terjadi deskriminasi kelompok yang ditujukkan kepada etnis tionghoa Cina yang ada di Indonesia. Kelompok tersebut, dianggap perpanjangan tangan golongan komunis di Cina untuk meluaskan daerah kekuasaannya demi mencapai kesamaan faham yakni Komunisme 53 . Hal ini, jelas melanggar peraturan kenegaraan yang tercantum dalam Dasa Sila Bandung bulir ke empat, lima dan enam, yakni : 4 Tidak melakukan campur tangan atau intervensi dalam persoalan dalam negeri negara lain. 5 menghormati hak setiap bangsa untuk mempertahankan diri sendiri secara sendirian maupun secara kolektif yang sesuai dengan Piagam PBB, lalu 6 a. Tidak menggunakan peraturan-peratura dan pertahanan kolektif untuk bertindak bagi kepentingan khusus dari salah satu negara-negara besar, b. Tidak melakukan campur tangan terhadap negara lain 54 . Dengan demikian, tindakan yang dilakukan Cina dalam membantu alat-alat militer yang di pakai PKI untuk melawan Indonesia menuju faham komunisme adalah pelanggaran besar 53 Gitosardjono, Sukamdi Sahid, 2006, Dinamika Hubungan Indonesia-TIongkok di era Kebangkitan Asia, Jakarta : Lembaga Kerjasama Ekonomi, Sosial, dan Budaya Cina. 54 Terlampir 31 yang meliputi tiga poin dalam norma ketata negaraan suatu bangsa. Dengan terputusnya hubungan diplomatik kedua negara, maka langkah yang di ambil Indonesia dalam mengalihkan persoalan tersebut ialah berfokus pada pembangunan infrastruktur negara yang tercipta dalam rencana kerja Pembangunan Lima Tahun PELITA di tahun 1969. Program kerja ini dibagi menjadi lima tahap, yakni PELITA I 1969-1974 bertujuan untuk memenuhi kebutuhan dasar sandang dan pangan serta infrastruktur dengan penekanan pada bidang pertanian, yang pada saat itu, Indonesia memang kekurangan bahan pangan yakni beras sebagai makanan pokok yang dibutuhkan masyarakat. Kemudian, PELITA II 1974-1979 berfokus pada peningkatan pembangunan pulau-pulau di Jawa, Bali dan Madura melalui transmigrasi. Dimasa masa orde baru, perpecahan suku-suku merupakan masalah penting yang harus diperbaiki pasca G 30 SPKI. Tindakan partai komunis tersebut, telah memecah belah masyarakat pribumi menjadi kelompok-kelompok pemberontak yang menghancurkan infrastruktur negara dengan skala yang besar 55 . Maka, dengan melakukan transmigrasi penduduk akan membantu masyarakat pribumi kembali dapat memulai kehidupan yang baru demi terciptanya masyarakat yang damai dan beragam sesuai semboyan bangsa Indonesia yakni Bhinneka Tunggan Ika yang artinya walau berbeda-beda namun tetap satu bangsa. Berlanjut hingga ke PELITA III 1979-1984 yakni bergulir pada kepentingan negara dalam menekan peningkatan industry padat karya dan ekspor. Maka, di tahap ini, Indonesia mulai memikirkan untuk memperbaiki jalinan kerjasama dengan Cina. Mengingat bahwa kebutuhan ekpor-impor memerlukan dukungan dan kerjasama kepada negara besar, serta memiliki potensi ekonomi yang cukup kuat. Maka, Indonesia memilih Cina sebagai mitra strategis dalam melancarkan kegiatan peningkatan perekonomian negeri. 55 Dalam Sokamdi Sahid Gitosardjono. Ibid. hal . 157 32 Walaupun hubungan kedua negara masih terputus, tetapi dalam prakteknya barang- barang asal Cina tetap dapat masuk ke Indonesia. Hal ini, merupakan tindakan dari jasa perantara negara ketiga. Jenis barang seperti mesin-mesin pertanian, barang-barang elektornik, dan obat- obatan, diimpor melalui Singapura, serta Hongkong. Kemudian, jenis bahan kimia atau bahan baku industri farmasi diimpor melalui negara-negara Eropa Barat 56 . Dengan perantara negara ketiga itulah, yang menybabkan perdagangan Indonesia-Cina tetap berlangsung walaupun kedua pihak membekukan hubungan diplomatik secara bilateral. Kemudian, dari adanya ketentuan baru dari pemerintah Orde Baru seperti yang tertuang dalam SK Mendagkop RI tahun 1967, memerintahkan untuk menghentikan ekspor barang Indonesia ke Cina, sementara impor melalui negara ketiga tetap berjalan. Dengan kebijakan yang tidak seimbang tersebut, jelas menguntungkan pihak Cina secara ekonomis. Seperti pada tahun 1970-an terlihat kesenjangan neraca perdagangan antara Indonesia-Cina yang dapat dilihat dari tabel dibawah ini. Tabel Neraca Perdagangan Indonesia-Cina 57 dalam jutaan dollar AS Tahun Ekspor Impor 1970 - 30,6 1971 - 27,6 1972 - 39,0 1973 - 48,8 56 Murkan, Munawar. 1984. Skripsi : Kemungkinan-kemungkinan Pencairan Hubungan Diplomatik Indonesia- RRC Suatu Analisa terhadap Sikap Indonesia. Jakarta : Universita Indonesia. Kompas, 27 April 1978 57 Dalam Murkan Munawar, Ibid. Diolah dari Saw Swee Hoek, Economi Problems Prospect in ASEAN Countries, Singapore University Press, hal. 159, dan Biro Pusat Statistik dalam Proyek Pembinaan Kerjasama Perdagangan Luar Negri, op-cit., Bagian III 33 1974 - 113,9 1975 - 203,5 1976 - 131,8 1977 - 153,5 Dari tabel diatas, terlihat bahwa dinamika perdagangan Indonesia-Cina mengalami peningkatan-peningkatan yang signifikan. Walau tidak setiap satu tahun mengalami kenaikan angka yang tinggi, tetapi penigkatan yang besar terjadi pada tahun berikutnya. Dengan demikian, impor barang Indonesia dari Cina melalui negara ketiga jelas mengakibatkan harga barang menjadi melonjak. Maka terkait dengan hal tersebut, Indonesia mengambil kesempatan untuk memperbaiki kesenjangan tersebut dari pergantian pemerintahan Mao Zedong ke Deng Xiaoping. Pergantian pemimpin Cina, juga mempengaruhi kebijakan luar negeri bagi negara tersebut. Maka, Indonesia menginginkan pembahasan ulang yang lebih spesifik terhadap Cina mengenai hubungan bilateral kedua negara. Dengan melakukan perdagangan langsung dengan Cina, maka keuntungan yang dapat dicapai oleh Indonesia, yakni 58 : Berkurangnya mata rantai perdagangan. Biaya pengapalan yang lebih murah. Dan penghematan devisa sebesar 30-40 . Dari tindakan untuk mendekatkan diri dengan Cina dan keuntungan yang diperhitungkan untuk dapat dicapai Indonesia dengan perdagangan langsung antar kedua negara ini, merupakan bentuk reformasi baru dalam sejarah bilateral Indonesia-Cina pasca pembekuan hubungan 58 Dalam Murkan Munawar, Ibid. Diolah dari Saw Swee Hoek, Economi Problems Prospect in ASEAN Countries, Singapore University Press, hal. 2-3, dan Biro Pusat Statistik dalam Proyek Pembinaan Kerjasama Perdagangan Luar Negri, op-cit., Bagian III 34 diplomatik di awal era orde baru. Terkait dengan pergantian pemimpin Cina setelah Mao Zedong yang menjadikan Cina sebagai negara tertutup dalam melakukan kegiatan perekonomian negerinya. Maka, di era Deng Xiaoping, terjadi refolusi ekonomi pintu terbuka geige kaifang dengan membuka kembali jalur perdagangan luar negri dengan negara lainnya. Kebijakan Deng inilah yang melancarkan Indonesia dalam melakukan perbaikan hubungan dagang terhadap Cina, tanpa melihat sejarah dimasa lampau ketika kedua negara membekukan jalinan kerjasama di semua bidang. Tindakan Indonesia mendekatkan diri dengan Cina ini tidak lepas dari tujuan kenegaraan untuk memajukan perekonomian negeri secara global dan luas. Dilatar belakangi oleh kegiatan PELITA yang ketiga ini dan langkah untuk memulai normalisasi hubungan bilateral kedua negara, Indonesia mengirimkan perwakilan dari Kamar Dagang KADIN dibawah pimpinan Sukamdi Sahid Gitosardjono pada tanggal 29 Januari 1984, mengadakan pertemuan dengan Mentri Luar Negri MENLU Cina di Singapura untuk membahas hubungan dagang kedua negara. Peristiwa ini, merupakan awal mula dari jalinan bilateral yang baik antara Indonesia dengan Cina, khususnya di bidang perekonomian 59 . Dari pembahasan tersebut, Cina menyetujui untuk membuka kerjasama dengan Indonesia, walau hubungan diplomatik kedua negara masih dapat dikatakan belum memasuki tahap normalisasi yang lebih signifikan. Namun, bukan rahasia lagi bahwa barang-barang dari Cina tetap membanjiri pasar di Indonesia yang menggunakan jasa perantara negara ketiga untuk mengimpor barang dari Cina ke Indonesia. Dari kegiatan tersebut, jelas merugikan konsumen dalam negri karna harga barang menjadi lebih mahal, dengan demikian pihak negara ketiga diuntungkan dengan pajak beacukai dalam negeri yang terpakai dalam pembiayaan pengiriman barang melalui jalur negara perantara. 59 Dalam Soekamdi Sahid Gitosardjono.ibid. hal. 93 35 Dengan alasan tersebut, Indonesia menginginkan partisipasi serta tanggapan yang lebih dari Cina dalam memajukan perekonomian bagi kedua negara secara bilateral. Potensi peningkatan ekonomi yang dimiliki Indonesia dengan melakukan kerjasama dengan Cina tidak ingin dilewatkan dalam mendorong perekonomian Indonesia ke tingakt yang lebih maju dan stabil. Maka, berlanjut pada 5 Juli 1985 di hotel Shari-La Singapura, dibuatlah kesepakatan hubungan dagang Indonesia-Cina 60 . Selama kurang lebih lima tahun setelah disepakatinya hubungan dagang kedua negara, Indonesia tetap belum menormalisasikan jalinan diplomatiknya dengan Cina, walau kerjasama dagang tetap dilakukan namun, dalam lingkup bilateral kedua negara belum menunjukkan perbaikan di bidang lainnya. Maka, pada Desember 1989 mengadakan pertemuan untuk membahas teknis-teknis normalisasi hubungan bilateral kedua negara. Kegiatan kerjasama dengan Cina ini, diharapkan untuk dapat lebih meluas ke sektor- sektor pemerintahan lainnya, karena melihat bahwa Cina memiliki potensi besar dalam memajukan Indonesia kearah yang lebih baik. Letak strategis yang dimilki antara Indonesia dan Cina sangatlah bagus untuk melakukan hubungan kemitraan di sektor perekonomian. Kemudian, tujuan yang ingin dicapai Indonesia dalam kerjasama ini juga untuk menjadikan kekuatan besar ekonomi di kawasana Asia untuk dapat bersaing dengan Eropa dan Amerika. Langkah selanjutnya untuk mengawali normalisasi hubungan diplomatik dengan kedua negara, ialah Indonesia mengirim Mentri Luar Negeri RI Ali Alatas pada tanggal 3 Juli 1990 untuk mengunjungi Cina untuk memebahas dibangunnya kembali hubungan baik secara bilateral. Masih ditahun yang sama, Indonesia kembali melakukan kegiatan untuk memperjelas dan meyakinkan Cina untuk dapat saling bekerjasama dan menjalin hubunga baik dengan Indonesia. Maka pada tanggal 8 Agustus 1990 Menlu Indonesia dan Perdana Mentri PM Cina sepakat untuk menandatangani nota kesepahaman atau yang lebih dikenal sebagai Memorandum 60 Ibid hal 101-122 36 of Understanding MoU mengenai terjalinnya kembali hubungan diplomatik antara Indonesia- Cina yang dahulu sempat terputus dan tak melakukan kegiatan apapun dalam waktu yang lama 61 . C. Langkah-langkah yang dilakukan Indonesia dalam Mempererat Kerjasama Ekonomi dengan Cina Pasca Masa Normalisasi Hubungan Diplomatik Semenjak dibukanya kembali hubungan diplomatik Indonesia-Cina, pada masa normalisasi melalui pembahasan tehnis-tehnis yang harus dilakukan kedua negara pada tahun 1989, merupakan tindakan yang dapat menetralisasi rasa sentimen atas sejarah buruk antara kedua negara. Maka, Indonesia tidak menyia-nyiakan kesempatan untuk memperbaiki hubungan bilateral dengan Cina. Hal ini terbukti pada tahun 1990, kedua negara menyelenggarakan pembukaan hubungan diplomatik secara formal didepan pers dan diliput di setiap media berita pada masing-masing negara. Pada era 1990-an, perkembangan kerjasama kedua negara menunjukkan peningkatan. Di masa kepemimpinan Presiden Abdurahman Wahid, Indonesia melakukan kunjungan kenegaraan ke Cina bersama Presiden Jiang Zemin pada Desember 1999 untuk menentukan tujuan pengembangan hubungan kerjasama yang menyeluruh, stabil, dan bertentangga baik serta saling percaya dalam jangka panjang 62 . Selain itu, pada kunjungan tersebut, juga di resmikan bahwa Perhimpunan Persahabatan Indonesia-Cina dihidupkan kembali. Dengan demikian, wadah kedua negara untuk mempererat jalinan kerjasama bilateral dapat berlangsung lebih lancar. Memasuki era 2000-an, hubungan kedua negara menujukkan peningkatan yang pesat. Diawali saat Menlu Cina Tang Jianxuan setuju untuk menandatangani penyataan berasama 61 Selama kurang lebih tiga belas tahun Indonesia-Cina mengalami pembekuan hubungan diplomatik semenjak tahun 1967 yang disebabkan oleh peristiwa G 30 S PKI. Kemudian, kembali menujukkan perbaikan pada tahun 1980-an yang diawali dengan kunjungan KADIN Indonesia ke Cina dalam membahas hubungan dagang kedua negara. 62 Dalam Zainuddin Djafar. Ibid. hal 78 37 tentang pengarahan kerjasama bila teral dalam jangka panjang dengan Menlu Indonesia Alwi Shihab. Dalam penyataan ini, kedua negara sepakat untuk mengembangkan kerjasama dalam sektor perekonomian secara lebih mendalam. Cina mulai yakin bahwa Indonesia merupakan mitra strategis dalam pengembangan perekonomian internasional negara. Maka, dengan berhubungan baik kepada Indonesia, merupakan tindakan yang akan turut menguntungkan Cina dalam peningkatan perekonomian negara. pada era ini, kunjungan pada tingkat Kepala Pemerintahan dilakukan oleh PM Zhu Rongji ke Indonesia, pada tanggal 7-9 November 2001 yang menghasilkan penandatanganan lima persetujuan yaitu, MoU Kerjasama Pertanian, Persetujuan Penghindaran Pajak Berganda P3B, Persetujuan Kebudayaan, Persetujuan mengenai Pengaturan Kunjungan Wisatawan Indonesia-Cina, dan Persetujuan Pemberian Hibah sebesar 40 juta Yuan 63 . Langkah selanjutnya, diteruskan oleh Presiden RI Megawati Soekarnoputri pada bulan Maret 2002 dalam melakukan kunjungan balasan ke Cina dan menandatangani Exchange of Notes yang menyangkut hal pembukaan Konsulat Jenderal Indonesia di Cina dan sebaliknya, sepakat untuk menandatangani Nota Kesepahaman yang berkenaan dengan kerjasama ekonomi dan teknik, kemudian MoU pembentukan Forum Energi Indonesia-Cina mengenai kerjasama di sektor energi dan MoU Kerjasama Ekonomi dan Teknik dalam Proyek Jembatan 64 , Jalan Tol serta proyek infrastuktur lainnya. Dilatar belakangi oleh hal tersebut, maka pada tahun 2002 Indonesia mengambil langkah untuk mendirikan wadah yang dapat mendekatkan hubungan bilateral kedua negara dan ditujukkan agar pengembangan kemitraan dagang dapat berlangsung lebih erat. Dengan demikian, pada 6 Juni 2002 dibuatlah Dewan Bisnis Indonesia-Cina atau lebih dikenal dengan nama Indonesia-China Bussiness Council ICBC. Wadah ini, diperuntukkan 63 Dalam Soekamdi Sahid Gitosardjono. Ibid. bagian 2 64 Rencana pembuatan Jembatan utama yang menyambungkan Surabaya hingga Madura mulai tercetus. Namun, pembangunan proyek ini dimulai pada tahun 2008. 38 sebagai perantara antara pengusaha Indonesia dan Cina atau Asing dapat saling berbagi ilmu dalam menjalani konsep dagang sebaik-baiknya. Selain itu, dapat menjadikan temapt untuk berkonsultasi dalam pengembangan usaha yang ada di dalam negeri Indonesia maupun sebaliknya. Hal ini, mendorong Cina untuk semakin yakin dalam mempererat hubungan ekonomi dengan Indonesia, sebagai mitra strategis perdagangan bilateral bagi kedua negara. Terhitung dari tahun 2002 hingga memasuki tahun 2003, kerjasama antara kedua negara ini semakin menujukkan peningkatan hubungan kemitraan. Dapat dilihat dari neraca perdagangan antara Cina dan Indonesia selama jangka waktu satu tahun tersebut, mengalami surplus yang cukup signifikan bagi Indonesia, baik untuk perdagangan migas maupun non- migas, yakni pada tahun 2002 mencapai US 1,07 milyar. Kemudian, Surplus selanjutnya juga di alami Indonesia pada bulan Januari-November 2003, yakni mencapai nilai US 1,29 milyar. Disisi lain, Surplus perdaganan non-migas juga meningkat dengan mencapai angka nilai US 2.050,34 juta. Hal ini menandakan bahwa produk non-migas Indonesia yang masuk pasar Cina tumbuh lebih cepat dibandingkan dengan produk non-migas Cina yang masuk pasar Indonesia 65 . Dalam jangka tiga tahun yakni dimulai pada tahun 2000 hingga 2002, membuktikan peningkatan yang pesat. Terlebih dalam hubungan investasi langsung timbal balik Indonesia-Cina. Diawali pada tahun 2000, nilai aktual investasi Indonesia di Cina sebesar US 146,94 juta dengan 60 proyek, kemudian berlanjut pada tahun 2001 nilai aktual investasi meningkat menjadi US 159,64 juta dengan 82 proyek dan pada tahun 2002 nilai aktual investasi mencapai US 14,12 milyar dengan jumlah proyek sebanyak 94 buah. 65 Anjaiah, Veermalla and Ary Hermawan. 2009. “RI, China relations take a new turn”. The Jakarta Post, Oktober 01. 39 Berlandaskan dari hal tersebut, PM Cina Wen Jiabao turut menghadiri Konfrensi Tingkat Tinggi KTT antara Tiongkok dan ASEAN yang ketujuh, di Bali 2003. Pada Konfrensi tersebut, Cina secara resmi menyatakan untuk turut berpartisipasi dalam Perjanjian Persahabatan dan Kerjasama di Kawasan Asia Tenggara, khususnya Indonesia. Hal ini, memperjelas bahwa hubungan kedua negara telah melewati masa normalisasi dan beralih kepada tahap yang lebih baik. Selain itu, terlihat bahwa kedua negara juga telah menghilangkan paradigma yang membangun tembok pemisah antara Indonesia-Cina, terkait peristiwa G 30 SPKI. Bertolak dari pernyataan Cina tersebut, maka mencetuskan pula rencana untuk membentuk Deklarasi Bersama Kemitraan Strategis Indonesia-Cina yang bertujuan untuk fokus terhadap pembangunan politik serta peningkatan ekonomi di setiap negara. Dengan semakin membaiknya hubungan kedua tersebut, maka Indonesia memiliki kesempatan yang lebih besar untuk mengembangkan potensi perekonomian negara dengan mempererat hubungan dagang langsung dengan Cina. Pada tahun 2004, tercetus untuk mendirikan Think Tank yang khusus dibentuk untuk melancarkan kegiatan perdagangan antara Indonesia-Cina secara bilateral. Maka, pada 1 Juli 2004, Kadin Indonesia Komite Tiongkok 66 KIKT dibentuk, dibawah Kadin Indonesia Bidang Kerjasama Perdagangan internasional yang dipimpin oleh John A. Prasetyo dan dan diketuai Kiki Barki sebagai ketuan KIKT untuk periode 2004-2009 . Dari pembentukan komite tersebut, menghasilkan kesepakatan untuk penurunan modalitas tarif program panen awal atau Early Harvest Programme EHP. Tercatat dari tahun 2004 hingga 2006, tarif yang di ajukan dari jalur perdagangan kedua negara mengalami penurunan yang signifikan. Dapat dilihat dari tabel dibawah ini. 66 Sebelumnya bernama Komite Indonesia-Cina, namun beberapa kalangan pengusaha China merasa keberatan dengan sebutan Cina dan memilih nama Tiongkok, sehingga dibentuk KIKT. 40 Kategori Produk Tingkat rata-rata MFN yang berlaku Tingkat rata-rata tariff 1 Jan 2004 1 Jan 2005 1 Jan 2006 1 10 5 2 5 X 15 5 3 X 5 Ketetapan penurunan tarif tersebut tercantum dalam Keputusan Menteri Keuangan No. 355KMK.012004 mengenai Ketentuan Tarif Impor atas EHP-ACFTA, dan Keputusan Menteri Keuangan No. 356KMK.012004 yang diresmikan pada 21 Juli 2004 67 . EHP bilateral dengan Cina ini, menyatakan kesepakatan perdagangan bebas tidak hanya akan dilaksanakan dalam lingkup Indonesia-Cina, tetapi kedua pihak juga sepakat untuk meliberalisasikan tarif terhadap produk-produk tertentu guna mempercepat proses liberalisasi keseluruhan kedua negara 68 . Selain itu, adapun data yang keluarkan oleh badan Pusat Statistik BPS, terlihat peningkatan yang dialami Indonesia dengan terjalinnya hubungan dagang bilateral kepada Cina dari grafik di bawah ini 69 . Grafik Perdagangan Bilateral Indonesia-Cina Tahun 2004-2008 dalam satuan jutaan dollar AS 67 Pambudi, Daniel dan Alexander C. Candra. 2006. Garuda Terbelit Naga: Dampak Kesepakatan Perdagangan Bebas ASEAN-CHINA terhadap perekonomian di Indonesia. Jakarta : Institute for Global Justice. Hal 58 68 Dalam Daniel Pambudi dan Alexander C. Candra. Ibid hal 58-59 69 Dikutip dari sumber data : Arsip Kementrian Perdagangan RI tahun 2010. 5 10 15 20 25 30 2004 2005 2006 2007 2008 Ekspor Impor Total Perdagangan 41 Dari peningkatan perdagangan bilateral kedua negara tersebut, telihat bahwa langkah- langkah yang diambil Indonesia untuk mengembangkan potensi perekonomian yang ada di dalam negeri dapat memberikan keuntungan yang signifikan untuk melakukan perdagangan langsung dengan Cina. Dengan menjalin hubungan baik, maka membuka peluang bagi Indonesia untuk mengembangkan peluang menembus pasar internasional. Kerjasama kemitraan ini, menjadikan Indonesia semakin tertantang untuk meneruskan serta meningkatkan hubungan perekonomian dengan Cina sebagai negara pendorong yang akan membantu Indonesia menjadi negara yang lebih stabil dari sektor perekonomiannya. Selain itu, Cina juga memandang Indonesia sebagai negara yang berpotensial untuk mengembangkan serta memajukan perekonomian di kawasan Asia Tenggara. Dari MoU yang disepakati dalam Deklarasi Kemitraan Strategis pada tahun 2005 tersebut menghasilkan peningkatan yang signifikan, walaupun tidak selalu mencapai kenaikan jumlah investasi yang ditanamkan investor Cina di Indonesia, tetapi kenaikan jumlah proyek dan nilai yang ditanamkan meningkat lebih dari 100 pada tahun berikutnya. Hal ini, sebagai bentuk dorongan untuk menstabilkan keadaan fluktuasi yang dialami kedua negara disebabkan oleh bebrbagai faktor politik juga ekonomi di setiap negara. Terhitung dari tahun 2006, Indonesia mencapai peningkatan perdagangan hingga tahun 2007. Namun, memasuki tahun 2008, fluktuasi dalam neraca investasi yang ditanamkan investor Cina ke Indonesia mulai dirasakan kedua negara. Diawali dari bencana alam di kawasan pegunungan Tibet, Provisnsi Qinghai. Menyebabkan krisis ekonomi di Cina dengan penggalangan dana untuk membantu korban bencana tersebut, maka jumlah investasi yang masuk ke Indonesia menurun menjadi 65,5 persen ditahun 2009. Namun, hal tersebut tidak berlangsung lama yakni pada tahun 2010 jumlah nilai investasi meningkat tinggi mencapai 173,6 persen. Angka tersebut sebagai bukti untuk 42 menggantikan penurunan angka yang di dapat Indonesia di tahun sebelumnya. Grafik investasi tersebut dapat dilihat dari tabel di bawah ini 70 . Investasi Cina di Indonesia Tahun 2006-2010 Tahun Nilai Investasi dalam juta dollar AS Jumlah Proyek 2006 31,5 11 2007 28,9 22 2008 139,6 27 2009 65,5 37 2010 173,6 113 Dari neraca tersebut, terbukti bahwa Deklarasi Kemitraan Strategis Indonesia-Cina periode 2005-2010 mengalami kesuksesan. Indonesia mencapai keuntungan dari MoU tersebut dalam pengembangan sektor perekonomian negara. Selain itu, Cina juga sependapat bahwa dengan terjalinnya hubungan bilateral perdagangan langsung Indonesia-Cina akan semakin meningkatkan volume perdagangan internasional di setiap negara. Kegiatan ini, mendorong pengusaha lokal untuk turut membantu dalam memajukan kestabilan ekonomi pemerintahan negara. Kemudian, industry lokal dapat lebih tertantagn untuk berkompetisi dengan negara lainnya agar mampu bersaing pada pasar domestic maupun internasional. Dari keberhasilan yang dicapai melalui Deklarasi periode ini, maka kedua negara sepakat untuk melanjutkan kembali kerjasama perdagangan bilateral kedua negara pada perpanjangan periode menjadi 2010-2015. Dengan kelanjutan deklarasi tersebut, mendorong Indonesia untuk melakukan upaya- upaya yang dapat mendorong kemajuan sektor ekonomi negara melalui hubungan dagang 70 Dikutip dari sumber data Arsip Kementrian Perdagangan RI tahun 2011 43 dengan Cina. Maka, adapun faktor-faktor yang mempengaruhi untuk melanjutkan perjanjian tersebut turut berdampak pada kemajuan dan keeratan hubungan bilateral kedua negara pada tingkat yang lebih mendalam. Pada deklarasi kemitraan di periode 2010-2015 ini, Indonesia mengupayakan untuk memajukan infrastruktur negara lebih meluas dan fokus terhadap peningkatan ekonomi Indonesia yang sekarang sedang memasuki tahap pengembangan Investasi Asing yang ditanamkan negara lain, demi mencapai kestabilan ekonomi negara dan terhindar dari pengaruh krisis global saat ini. Dengan demikian, upaya-upaya peningkatan hubungan ekonomi Indonesia-Cina membutuhkan analisa yang lebih mendalam mengenai pengembangan perekonomian dalam dan luar negri bangsa Indonesia, serta faktor-faktor yang mempengaruhi untuk terus menjalin kerjasama dagang dengan Cina melalui Deklarasi kemitraan Strategis di periode selanjutnnya. 44

BAB III ANALISIS DAMPAK PENINGKATAN EKONOMI INDONESIA MELALUI

DEKLARASI KEMITRAAN STRATEGIS DENGAN CINA TAHUN 2005-2011

A. Faktor Eksternal dan Internal yang Mempengaruhi Peningkatan Kerjasama

Ekonomi Bilateral Indonesia-Cina Tahun 2005-2011 Pentingya hubungan kerjasama ekonomi yang dilakukan Indonesia dengan Cina, merupakan tindakan pemerintah yang berperan penting dalam peningkatan perekonomian dalam negri. Dengan dibukanya jalur diplomasi dengan menggunakan jalur dagang bilateral antar kedua negara, memudahkan akses perdagangan internasional Indonesia untuk dapat lebih meluas. Selain itu, ada tiga alasan mengapa hubungan kerjasama Indonesia-Cina menjadi faktor vital dalam peningkatan perekonomian dalam negeri, yakni : Pertama, pola multilateral yang sudah berkembang di duni internasional untuk penanganan masalah dalam negerinya. Kedua, interpendensi antar sesame negara. lalu yang ketiga adalah pola integrasi yang dapat mempengaruhi struktur perekonomian, politik, sosoal, dan pertahanan yang ada pada suatu negara 71 . Dari hal diatas, maka menimbulkan tantang baru bagi Indoesia untuk terus mempertahankan keseimbangan pemerintahannya. Dengan demikian, dibutuhkan pula poros baru untuk dapat memenuhi tuntutan masyarakat yang kian beragam. Oleh sebab itu, kerjasama strategis merupakan sebuah kebijakan yang menciptakan perubahan baru untuk menjaga stabilitas pemerintahan di Indonesia. Dipilihnya Cina sebagai salah satu negara yang tepat untuk 71 Dari hasil wawancara dengan Kasubdit Ekubang II Direktorat Asia Timur dan Pasifik, Kementrian Luar Negri RI. Bapak Gudadi. B Sasongko. terlampir 45 dijadikan sebagai rekan kerjasama yang strategis, ialah salah satu faktor yang meyakinkan Indonesia dalam membuat jalur dagang secara bilateral. Kemudian, berikut ini adalah penjelasan faktor-faktor yang mempengaruhi Indonesia dalam mempertimbangkan Cina sebagai mitra strategis, dan sebaliknya : A.1 Faktor-faktor Dalam Negeri Indonesia Setelah membahas sekilas sejarah hubungan diplomatik dari masa Orde Lama hingga masa Normalisasi mengenai tahap-tahap kerjasama ekonomi kedua negara, serta dinamika kemitraan dagang Indonesia-Cina dengan berbagai masalah yang dihadapinya. Dalam bab ini, akan dilanjutkan dengan pembahasan faktor-faktor yang mempengaruhi kedua negara dalam terus melangsungkan kerjasama bilateral untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakatnya di bidang ekonomi. Faktor-faktor yang mempengaruhi Indonesia-Cina untuk saling membangun hubungan baik khususnya dalam kerjasama dagang, telah dikelompokkan atas faktor eksternal dan faktor internal. Di awali dengan faktor internal yang ada di dalam negeri, Indonesia memiliki alasan tersendiri untuk memilih Cina menjadi mitra strategis dagangnya untuk jalur bilateral. Keinginan Indonesia untuk menjadi pemain utama dalam hal menentukan “the specific design” dari pola perdagangan kedua negara cukup beralasan. Hal tersebut mengingat ketergantungan Cina terhadap impor migas Indonesia cukup besar. Hampir 60 produk Indonesia di kirim ke Cina untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri negara tersebut, seperti minyak kelapa sawit, biji karet, biji besi, rotan, dan beberapa bahan mentah lainnya 72 . Walau demikian, hal tersebut belum digunakan sebagai leverage atau daya tarik yang dapat mempengaruhi Cina agar dapat 72 Pambudi, Daniel dan Alexander C. Chandra. 2006. Garuda Terbelit Naga : Dampak Kesepakatan Perdagangan Bebas Bilateral ASEAN-Cina Terhadap perekonomian Indonesia. Jakarta : Institute for Global Justice. Hal 177 46 memerhatikan kepentingan Indonesia secara lebih mendalam dibandingkan dengan kepentingan mitra dagangnya yang lain 73 . Karena tujuan utama yang dibutuhkan Indonesia dalam menjalin kerjasama ini adalah untuk memberikan pencitraan terhadap Cina perkembangan perekonomian yang ada di Indonesia patut diperhitungkan serta di tindak lanjuti lebih specific. Maka, dengan adanya kerjasama bilateral ini, dapat memperjelas fokus yang ingin dituju untuk terus dikembangkan serta di tingkatkan. Di bawah ini merupakan faktor-faktor yang mendorong Indonesia untuk mempererat hubungan dagang secara bilateral dengan Cina, ialah : 1. Geografis Letak Indonesia telah diketahui secara luas oleh dunia karena memiliki letak geografis yang sangat strategis untuk melakukan jalur perdagangan baik dari lintas darat, udara dan lebih sering di gunakan ialah dengan jalur lautnya. Posisi samudra pasifik yang efisien, mempermudah Indonesia untuk tersambung dengan negara-negara Asia Tenggara lainnya memudahkan jalur perdagangan luar negeri. Selain itu, jalur yang melintasi samudra hindia yang menghubungkan Indonesia dengan kawasan Asia Timur menjadi lebih kondusif. Dengan demikian, rute perdagangan dunia sejak awal telah didominasi oleh jalur laut untuk melakukan transaksi jual- beli antar negara baik luar maupun dalam negeri. Maka dengan demikian, Indonesia merupakan bangsa yang beruntung karena dari 100 rute yang harus dilalui setiap negara, 40 dari jalur dagang tersebut harus melalui pulau Indonesia untuk dapat mencapai negara tujuan yang diinginkan sebuah negara dalam transaksi perdagangannya. Dapat dilihat dari peta perdagangan dunia yang ada dibawah ini. 73 Zainuddin Djafar dalam I.Wibowo. 2009. Merangkul Cina : Hubungan Indonesia-Cina : Diperlukan Redesigning yang baru. Jakarta : P.T Gramedia Pustaka Utama. hal.73 47 Sumber : Data statistik Kementrian Perdagangan RI 2010 ; Peta perdagangan dunia Dari peta di atas, terlihat bahwa jalur dari Los Angeles Long Beach, New York, Rotherdam, dan Dubai menuju negara kawasan Asia serta Australia harus melewati daerah teritorial Indonesia untuk meneruskan rute perdagangannya. Tujuan utama yang sering menjadi pelabuhan terakhir dari negara-negara Eropa dan Amerika ialah Singapura, Hongkong, Shanghai, Tokyo, Yokohama, serta Sydney dan Melbourn diharuskan melewati pelabuhan Jakarta Tanjung Priok dalam rute perdagangannya. Selain itu, jelas terlihat bahwa 90 perdagangan internasional menggunakan jasa pengiriman melalui jalur laut. Maka, Indonesia sangat diuntungkan dengan posisi kawasan yang strategis untuk dilalui berbagai negara sebagai penyambung jalur perdagangan internasional.