Dampak Program Kemitraan Terhadap Sosial Ekonomi Mitra Binaan PT. Telekomunikasi Indonesia Sub Area Medan

(1)

DAMPAK PROGRAM KEMITRAAN TERHADAP SOSIAL

EKONOMI MITRA BINAAN PT. TELEKOMUNIKASI

INDONESIA SUB AREA MEDAN

Diajukan Guna Memenuhi Salah Satu Syarat

Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara

Disusun Oleh:

MAYA JELITA

100902008

DEPARTEMEN ILMU KESEJAHTERAAN SOSIAL

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(2)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAJULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK DEPARTEMEN ILMU KESEJAHTERAAN SOSIAL

HALAMAN PERSETUJUAN Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan oleh: Nama : Maya Jelita

Nim : 100902008

Judul : Dampak Program Kemitraan Terhadap Sosial Ekonomi Mitra Binaan PT. Telekomunikasi Indonesia Sub Area Medan

Medan, Juli 2014 PEMBIMBING

(Drs. Matias Siagian, M.Si., Ph.D) NIP. 19630319 199303 1 001

KETUA DAPARTEMEN

(Hairani Siregar, S.Sos, M.SP) NIP. 19710927 199801 2 001

DEKAN

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(Prof. Dr. Badaruddin, M.SI) NIP. 1968052511999203 1 002


(3)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK DEPARTEMEN ILMU KESEJAHTERAAN SOSIAL Nama : Maya Jelita

NIM : 100902008

ABSTRAK

Dampak Program Kemitraan Terhadap Sosial Ekonomi Mitra Binaan PT. Telekomunikasi Indonesia Sub Area Medan

Skripsi ini berjudul “Dampak Program Kemitraan Terhadap Sosial Ekonomi Mitra Binaan PT. Telekomunikasi Indonesia Sub Area Medan”. Skripsi ini terdiri dari 6 bab dengan 160 halaman. Masalah yang dibahas disini adalah adakah dampak program kemitraan terhadap sosial ekonomi mitra binaan PT. Telekomunikasi Indonesia Sub Area Medan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui program kemitraan tersebut berdampak terhadap sosial ekonomi mitra binaan PT.Telekomunikasi Indonesia Sub Area Medan.

Tipe penelitian yang digunakan adalah penelitian eksplanatif, yang bertujuan untuk melihat hubungan antara variabel penelitian dan juga bertujuan menguji hipotesis yang telah dirumuskan sebelumnya. Sementara itu, teknik pengumpulan data menggunakan teknik Korelasi Product Moment. Jumlah populasi dalam penelitian ini adalah 501 mitra binaan. Jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 50 orang mitra binaan. Teknik penarikan sampek yang digunakan dalam penelitian ini adalah sampel acak sederhana.

Dari hasil analisis korelasi yang dilakukan dengan analisis product moment diketahui koefisien korelasi (���) = 0,30 dengan taraf siknifikan 5% (tarap kepercayaan 95%) yaitu 0,279, ternyata lebih besar dari harga t tabel yaitu (0,30>0,279), sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat hubunganhipotesa (Ha) yang mengatakan “ada dampak program kemitraan terhadap sosial ekonomi mitra binaan PT.Telekomunikasi Indonesia Sub Area Medan” dapat diterima. Sedangkan hipotesa nol (Ho) yang mengatakan “tidak ada dampak program kemitraan terhadap sosial ekonomi mitra binaan PT.Telekomunikasi Indonesia Sub Area Medan” tidak dapat diterima (ditolak). Sedangkan kontribusi program kemitraan terhadap sosial ekonomi mitra binaan PT.Telekomunikasi Indonesia Sub Area Medan adalah sebesar 9%.


(4)

UNIVERSITY OF NORTH SUMATERA

FACULTY OF SOCIAL AND POLITICAL SCIENCE SCIENCE DEPARTEMENT OF SOCIAL WALFARE Name: Maya Jelita

NIM: 100902008

ABSTRACT

Impact On The Socio Ekonomic Partnership Program Inmates PT. Indonesian Telecommunications Sub Field Area

this thesis centitled “Impact On The Socio Ekonomic Partnership Program Inmates PT. Indonesian Telecommunications Sub Field Area. this consists of 6 chapter and 160 pages. Issue discussed here is how the Impact On The Socio Ekonomic Partnership Program Inmates PT. Indonesian Telecommunications Sub Field Area. the purpose of this study was Impact On The Socio Ekonomic Partnership Program Inmates PT. Indonesian Telecommunications Sub Field Area.

this type of research is explanatory research, which aims to look at the relationship between the variables and the research aimed to test the hypothesis that has been formulated previously. Meanwhile, data collection techniques using Product Moment Collrelation technique. Total population in this study was 501 prisoners. The number of samples in this study were 50 prisoners. The sampling technique used in this study were simple random sample.

From the results of the correlation analysis carried out by the analysis of known product moment correlation coefficient (���) = 0.30 with a significance level of 5% (95% confidence tarap) is 0.279, was greater than the price of that table t (0.30> 0.279), thus it can be concluded that there is a hypothesis (Ha) that says "no impact on the socio-economic partnership program established partners PT.Telekomunikasi Indonesia Sub Area Terrain" acceptable. While the null hypothesis (Ho) that says "there is no impact on the socio-economic partnership program established partners PT.Telekomunikasi Indonesia Sub Area Field" can not be accepted (rejected). While contributing to the socio-economic partnership program established partners PT.Telekomunikasi Sub Area Medan Indonesia amounted to 9%.


(5)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat ALLAH SWT yang telah memercikkan setetes dari luasnya lautan ilmu-Nya sehingga skripsi ini dapat di sesesaikan oleh penulis hingga akhir. Sholawat beriring salam juga saya hanturkan kepada nabi Muhammad SAW yang telah membawa kita semua dari zaman kebodohan menuju zaman yang penuh dengan perkembangan ilmu pengetahuan ini.

Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penulisan skripsi ini. Sangat di harapkan kritik dan saran untuk membangun kesempurnaan dalam penulisan skripsi ini. Penulis menyadari bahwa banyak sekali doa dan bantuan yang mengiringi penulis di dalam pengerjaan skripsi ini. Dan dalam kesempatan ini penulis juga ingin mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu penyelesaian penulisan skripsi ini, yaitu:

1. Bapak Prof. Badaruddin Rangkuti, selaku dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

2. Ibu Hairani Siregar, S.Sos, M.SP, selaku Ketua Departemen Ilmu Kesejahteraan Sosial Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik.

3. Bapak Drs. Matias Siagian M.SP, selaku dosen pembimbing penulis. Terima kasih penulis sampaikan karena telah membimbing, memberikan semangat, dan masukan kepada penulis dalam penyelesaian skripsi ini.

4. Bapak Ben Sugito, selaku koord. CDSA Medan yang telah memberikan izin kepada penulis untuk melakukan penelitian di PT. Telekomunikasi Indonesia Sub Area Medan.

5. Terkhusus untuk kedua orang tuaku tercinta, terima kasih untuk semua dukungan dan semangat yang telah diberikan. Buat Ibunda, Hj.


(6)

Farida Hanum terima kasih ya bun buat semua pengertian, semangat dan dukungannya. Terima kasih karena tak pernah bosan untuk selalu mengingatkan Maya ketika Maya melakukan kesalahan maupun kekhilafan. Terima kasih juga kerena sudah terus menyayangi Maya dan memberikan perhatian yang sangat besar. Buat bapak ku, Bapak H. Zainal Abidin terima kasih untuk semua semangat, dan dukungannya yang diberikan kepada Maya dalam penyelesaian skripsi ini.

6. Buat My sisterKhairani Nizar. Terima kasih banyak ya dek buat dukungan dan semangatnya yang telah diberikan kepada uni, dan juga selalu menghibur uni di saat-saat bosan menyerang, selalu saja bisa memancing tawa hingga hilang semua penat uni.

7. Buat teman-teman seperjuangan dan sepenanggungan, Wenny Marlinda, Rizky Yulizar, Ayu Lestari S.Sos terima kasih untuk semua dukungan dan semangat yang telah kalian berikan untukku. Mulai dari awal jadi mahasiswa walaupun silih berganti bertukar personil sampai akhirnya tinggal kita yang bertahan. Kenangan kita ini tak akan pernah aku lupakan sampai kapanpun.

8. Buat anak-anak mantan Marching Band Bahana Mitra Inalum yang tak disangka tak diduga jadi sohib sampai sekarang, dukungan kalian luar bisa wee, walaupun semuanya sedang sibuk dengan urusan masing-masing tapi saat ada waktu kosong jangan lupa ngumpul di rumah ya cuy.

9. Terima kasih juga untuk anak-anak kost Sofian 58 yang telah memberikan semangat kepada penulis kak uul, kak iis, kak icut, kak


(7)

milva, dahlia, cici, tria, dini, ayu, nadia, nabila, kak tika, kak nini yang telah bersedia menjadi teman curhat penulis.

10.Karyawan dan Staf Kantor Telkom Sub Area Medan yang selama ini sangat banyak membantu, kepada Bapak Safingi yang bersedia memberikan masukan, pengetahuan dan bimbingan selama menjalankan PKL dan penelitian di Tekom, Pak Agus, Ibu Isnaini, Ibu Evi dan Kak Uchi terima kasih banyak atas kerja sama dan bimbingannya selama ini dan semua staf lainnya yang mungkin terlupakan untuk disebutkan terima kasih banyak atas kesempatan yang diberikan kepada saya untuk belajar lebih di Telkom.

11.Untuk mitra binaan yang telah membantu peneliti dalam penelitian ini, semoga usaha dan pekerjaannya semangkin maju, berkembang dan sukses.

12.Terimakasih saya ucapkan kepada staff pengajar dan staff kepegawaian di kampus FISIP USU. Yang telah memberikan banyak kesempatan untuk saya menimba ilmu dan meminta pertolongan-pertolongan sehingga menghantarkan saya pada akhir masa studi saya ini.

13.Untuk semua temen-temen stambuk 2010 jurusan Ilmu Kesejahteraan Sosial, terutama sesama mahasiswi bimbingan, wenny, intan, riada, mey-mey, titin, juita, septi, elva, jiah, eni makasi ya udah saling menyemangatin.

14.Untuk semua pihak yang telah bersentuhan pikiran dengan penulis. Sedikit banyaknya skripsi ini adalah kristalisasi pemikiran yang selama ini ada. Terima kasih semuanya.


(8)

Akhirnya penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi para pembaca. Namun demikian, skripsi ini tentunya jauh dari kesempurnaan untuk itu dengan segala kerendahan hati penulis mohon maaf atas ketidaksempurnaan tersebut.

Medan, Juni 2014


(9)

DAFTAR ISI Halaman

ABSTRAK ... i

ABSTRACK ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR GAMBAR ... xiv

LAMPIRAN ... xv

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakng Masalah ... 1

1.2.Perumusan Masalah ... 12

1.3.Tujuan Penelitian ... 12

1.4.Menfaat Penelitian ... 13

1.5.Sistematikan Penulisan ... 13

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1.Pemberdayaan ... 15

2.2. Konsep Tentang Kemiskinan ... 16

2.3. Konsep tentang Program Kemitraan ... 24

2.3.1. Pengertian Program ... 24

2.3.2. Pengetian Kemitraan ... 25

2.3.3. Pengertian Program Kemitraan ... 25

2.3.4. Program Kemitraan PT.Telkom ... 26

2.3.5. Dasar Hukum Pengelolaan PKBL ... 28


(10)

2.4.1. Penyaluran Pinjaman ... 31

2.4.2. Penyaluran Dana Pembinaan Kemitraan ... 41

2.5.Uraian Pengertian Tentang BUMN ... 43

2.6.Pengertian Perseroan Terbatas ... 46

2.7.Konsep Tanggung Jawab Sosial Perusahaan ... 48

2.8.Pengeritan Sosial Ekonomi ... 50

2.9.Kesejahteraan Sosial ... 60

2.10. . Kerangka Pemikiran 61 2.11. . Hipotesis ... 64

2.12. . Definisi Konsep dan Oprasional ... 65

2.12.1.Definisi Konsep ... 65

2.12.2.Definisi Oprasional ... 65

BAB III METODE PENELITIAN 3.1.Tipe Peneilitian ... 70

3.2.Lokasi Penelitian ... 70

3.3.Populasi dan Sampel ... 71

3.3.1. Populasi ... 71

3.3.2. Sampel ... 71

3.4.Teknik Pengumpulan Data ... 72

3.5.Teknik Analisis Data ... 72

BAB IV DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN 4.1.Gambaran Umum Tentang PT. Telekomunikasi Indonesia, Tbk ... 74

4.1.1. Sejarah Berdirinyaa PT. Telekomunikasi Indonesia, Tbk... 74

4.1.2. Logo dan Makna PT. Telkom Indonesia, Tbk ... 76


(11)

4.1.4. Visi, Misi dan Tujuan PT.Telekom Indonesia, Tbk ... 78

4.1.4.1.Visi ... 78

4.1.4.2.Misi ... 78

4.1.4.3.Tujuan Serta Inisiatif Strategis ... 79

4.1.5. Stuktur Organisasi ... 79

4.2. Gambaran Umum Tentang Unit Telkom Community Development Center ... 81

4.2.1. Direksi Perusahaan Perseroan (persero) PT. Telekomunikasi Indonesia ... 81

4.2.2. Visi ... 83

4.2.3. Misi ... 83

4.2.4. Maksud ... 83

4.2.5. Tujuan ... 83

4.2.6. Pola Pengorganisasian ... 85

4.2.6.1. Organisasi CDC ... 86

4.2.6.2. Struktur Organisasi PT. Telekomunikasi Indonesia, Tbk Community Development Center (CDC) ... 86

4.2.6.3. Lingkup Peran CDC ... 89

4.2.6.4. Tugas Tanggung Jawab dan Wewenang SGM CDC ... 90

4.3. Bidang Program Kemitraan ... 92

4.4. Community Development Area ... 93

4.5. Tempat Kedudukan ... 94

4.6. Aset Dan Pelaporan Keuangan... 95

BAB V ANALISIS DATA 5.1. Pengantar ... 96


(12)

5.2. Karakteristik Responden ... 97

5.3. Program Kemitraan ... 102

5.4. Kondisi Mitra Binaan ... 114

5.5. Sosial Ekonomi MitraBinaan ... 123

5.6. Uji Hipotesa ... 154

BAB VI PENUTUP 6.1. Kesimpulan ... 161

6.2. Saran ... 163 DAFTAR PUSTAKA


(13)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK DEPARTEMEN ILMU KESEJAHTERAAN SOSIAL Nama : Maya Jelita

NIM : 100902008

ABSTRAK

Dampak Program Kemitraan Terhadap Sosial Ekonomi Mitra Binaan PT. Telekomunikasi Indonesia Sub Area Medan

Skripsi ini berjudul “Dampak Program Kemitraan Terhadap Sosial Ekonomi Mitra Binaan PT. Telekomunikasi Indonesia Sub Area Medan”. Skripsi ini terdiri dari 6 bab dengan 160 halaman. Masalah yang dibahas disini adalah adakah dampak program kemitraan terhadap sosial ekonomi mitra binaan PT. Telekomunikasi Indonesia Sub Area Medan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui program kemitraan tersebut berdampak terhadap sosial ekonomi mitra binaan PT.Telekomunikasi Indonesia Sub Area Medan.

Tipe penelitian yang digunakan adalah penelitian eksplanatif, yang bertujuan untuk melihat hubungan antara variabel penelitian dan juga bertujuan menguji hipotesis yang telah dirumuskan sebelumnya. Sementara itu, teknik pengumpulan data menggunakan teknik Korelasi Product Moment. Jumlah populasi dalam penelitian ini adalah 501 mitra binaan. Jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 50 orang mitra binaan. Teknik penarikan sampek yang digunakan dalam penelitian ini adalah sampel acak sederhana.

Dari hasil analisis korelasi yang dilakukan dengan analisis product moment diketahui koefisien korelasi (���) = 0,30 dengan taraf siknifikan 5% (tarap kepercayaan 95%) yaitu 0,279, ternyata lebih besar dari harga t tabel yaitu (0,30>0,279), sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat hubunganhipotesa (Ha) yang mengatakan “ada dampak program kemitraan terhadap sosial ekonomi mitra binaan PT.Telekomunikasi Indonesia Sub Area Medan” dapat diterima. Sedangkan hipotesa nol (Ho) yang mengatakan “tidak ada dampak program kemitraan terhadap sosial ekonomi mitra binaan PT.Telekomunikasi Indonesia Sub Area Medan” tidak dapat diterima (ditolak). Sedangkan kontribusi program kemitraan terhadap sosial ekonomi mitra binaan PT.Telekomunikasi Indonesia Sub Area Medan adalah sebesar 9%.


(14)

UNIVERSITY OF NORTH SUMATERA

FACULTY OF SOCIAL AND POLITICAL SCIENCE SCIENCE DEPARTEMENT OF SOCIAL WALFARE Name: Maya Jelita

NIM: 100902008

ABSTRACT

Impact On The Socio Ekonomic Partnership Program Inmates PT. Indonesian Telecommunications Sub Field Area

this thesis centitled “Impact On The Socio Ekonomic Partnership Program Inmates PT. Indonesian Telecommunications Sub Field Area. this consists of 6 chapter and 160 pages. Issue discussed here is how the Impact On The Socio Ekonomic Partnership Program Inmates PT. Indonesian Telecommunications Sub Field Area. the purpose of this study was Impact On The Socio Ekonomic Partnership Program Inmates PT. Indonesian Telecommunications Sub Field Area.

this type of research is explanatory research, which aims to look at the relationship between the variables and the research aimed to test the hypothesis that has been formulated previously. Meanwhile, data collection techniques using Product Moment Collrelation technique. Total population in this study was 501 prisoners. The number of samples in this study were 50 prisoners. The sampling technique used in this study were simple random sample.

From the results of the correlation analysis carried out by the analysis of known product moment correlation coefficient (���) = 0.30 with a significance level of 5% (95% confidence tarap) is 0.279, was greater than the price of that table t (0.30> 0.279), thus it can be concluded that there is a hypothesis (Ha) that says "no impact on the socio-economic partnership program established partners PT.Telekomunikasi Indonesia Sub Area Terrain" acceptable. While the null hypothesis (Ho) that says "there is no impact on the socio-economic partnership program established partners PT.Telekomunikasi Indonesia Sub Area Field" can not be accepted (rejected). While contributing to the socio-economic partnership program established partners PT.Telekomunikasi Sub Area Medan Indonesia amounted to 9%.


(15)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Dewasa ini perusahaan masih memfokuskan dirinya sebagai organisasi yang mencari keuntungan belaka. Mereka memadang sumbangan kepada masyarakat cukup diberikan dalam bentuk penyediaan lapangan kerja, pemenuhan kebutuhan masyarakat melalui produknya, dan pembayaran pajak kepada Negara. Seiring dengan berjalannya waktu, masyarakat tidak sekedar menuntut perusahaan untuk menyediakan barang dan jasa yang diperlukan, melainkan juga menuntut untuk bertanggung jawab secara sosial. Karena, selain terdapat ketimpangan ekonomi antara pelaku usaha dengan masyarakat disekitarnya, kegiatan oprasional perusahaan umumnya juga memberikan dampak negatif, misalnya eksploitasi sumber daya dan rusaknya lingkungan disekitar oprasi perusahaan (Wibisono, 2007: 3).

Berbagai peristiwa negatif yang menimpa sejumlah perusahaan, terutama setelah reformasi, seharusnya menjadi pelajaran berharga bagi para pemilik dan manajemen perusahaan untuk memberikan perhatian dan tanggung jawab yang lebih baik kepada masyarakat, khususnya disekitar lokasi perusahaan. Hal ini disebabkan kelangsungan suatu usaha tidak hanya ditentukan oleh tingkat keuntungan, tetapi juga tanggung jawab sosial perusahaan kepada masyarakat. Peristiwa ini dapat kita lihat dari banyaknya perusahaan yang didemo, dihujat bahkan dirusak oleh masyarakat sekitar lokasi pabrik.

Salah satu penyebabnya adalah kurangnya perhatian dan tanggung jawab perusahaan terhadap masyarakat maupun lingkungan disekitar loksai perusahaan. Investor hanya mengeruk dan mengeksploitasi sumber daya alam yang ada didaerah


(16)

tersebut, tanpa memperhatikan faktor lingkungan. Selain itu, hampir sedikit atau bahkan tidak ada keuntungan perusahaan yang dikembalikan kepada masyarakat, justru yang banyak terjadi masyarakat malah termaginalkan, didaerah sendiri(http: 14.15).

Sebagai contoh, kasus pencemaran limbah industri di Rancaekek Kabupaten Bandung 400 hektare tidak bisa ditanami. Kesepakatan antara perwakilan warga dengan pihak pengusaha hanya tertuju pada proses ganti rugi, bukan mencari solusi bagaimana caranya agar pencemaran tidak terjadi lagi. Menurut anggota Komisi C DPRD Kabupaten Bandung, H. Daud Burhanudin di Soreang, Senin (7/7), masalah pencemaran limbah di Rancaekek yang berasal dari industri-industri di Kabupaten Sumedang sudah berlangsung belasan tahun, namun tidak pernah ditemukan solusinya.

Hampir sekitar 1.000 hektare tanah milik petani tercemar dan 400 hektare di antaranya sudah tidak bisa dimanfaatkan untuk bercocok tanam. Warga sudah mengeluhkan kondisi tersebut. Menurutnya, perwakilan warga empat desa di Kecamatan Rancaekek telah melakukan kesepakatan dengan dua perusahaan besar, yaitu PT Kahatex dan PT Insan Sandang Internusa. Menanggapi masalah ini, kedua perusahaan besar tersebut hanya memberikan bantuan sebagai community development/corporate social responsibility (CD/ CSR).

Hasil kesepakatan yang ditandatangani pada 11 Juni 2013 lalu oleh empat kepala desa serta direktur dua perusahaan tersebut hanya tentang bantuan berupa uang kompensasi per bulan, bantuan pinjaman modal serta bantuan mesin jahit. Sedangkan masalah penyelamatan lingkungan tidak dibahas dan dijelaskan secara konkret.Anggota Komisi C lainnya, Triska Hendriawan, S.T. mengatakan, masalah


(17)

CD sudah jelas diatur dalam Undang-undang (UU) Nomor. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas (PT), jadi ada tidaknya pencemaran sebuah perusahaan harus menjalankan fungsi CD sebagai bentuk tanggung jawab sosial perusahaan kepada lingkungan sekitar. Ia menambahkan, yang terpenting adalah menuntaskan masalah pencemaran di kawasan tersebut. Setelah kesepakatan itu dibuat, perusahaan masih membuang limbahnya ke sungai tanpa proses pengolahan terlebih dahulu. Itu hasil pengamatan ke lapangan.

Anggota Komisi C DPRD Kab. Bandung dari Partai Bulan Bintang, Ir. Abdurrachim Santosa menegaskan, usulan Komisi C agar Sungai Cikijing dibendung adalah untuk memisahkan masalah pencemaran dan mencari siapa yang bertanggung jawab.Karena, pencemaran terjadi antara perbatasan wilayah Kabupaten Sumedang dan Kabupaten Bandun, kadang terjadi saling menyalahkan. Agar tidak terjadi seperti itu, masing-masing daerah melihat dimana sumber pencemaran itu jadi kita ibaratkan bendung saja dulu.

Akibat pencemaran yang sudah berlangsung lama, lanjut Abdurrachim, warga Kabupaten Bandung terkena imbasnya untuk itu, masing-masing daerah harus tegas. Pemprov Jabar diharapkan memfasilitasinya sehingga diharapkan mampu menuntaskan masalah tersebut pada tanggal 15 maret 2014 pukul 15.27).

Beberapa contoh kasus lainnya yang terkait mengenai permasalahan yang muncul dikarenakan perusahaan dalam melaksanakan operasinya kurang memperhatikan kondisi lingkungan dan sosial disekitarnya, hususnya perusahaan yang aktivitasnya berkaitan dengan pengelolaan sumber daya alam (ekstraktif). Sebagai contoh, PT. Freeport Indonesia salah satu perusahaan tambang terbesar di


(18)

Indonesia yang berlokasi di Papua, yang memulai operasinya sejak tahun 1969, sampai dengan saat ini tidak lepas dari konflik berkepanjangan dengan masyarakat lokal, baik terkait dengan tanah ulayat, pelanggaran adat, maupun kesenjangan sosial dan ekonomi yang terjadi (Wibisono: 2007). Kasus Pencemaran Teluk Buyat, yaitu pembuangan tailing ke dasar laut laut yang mengakibatkan tercemarnya laut sehingga berkurangnya tangkapan ikan dan menurunnya kualitas kesehatan masyarakat lokal akibat operasional PT Newmon Minahasia Raya (NMR) tidak hanya menjadi masalah nasional melainkan internasional. Begitupula konflik hingga tindak kekerasan terjadi akibat pencemaran lingkungan dan masalah sosial terkait operasional PT Caltex Pacific Indonesia (CPI) di wilayah Duri Provinsi Riau, dimana masyarakat menuntut kompensasi hingga tingkat DPR pusat terkait dampak negatif operasional perusahaan tersebut terhadap kondisi ekonomi, kesehatan dan lingkungan yang semakin memburuk 16.29).

Berdasarkan masalah yang telah diuraikan, CSR sangat penting untuk menjebatani dan memperkecil jurang antara lapisan masyarakat kaya dan miskin diberbagai pelosok dunia. Teorinya sederhana, bahwa tidak ada perusahaan yang dapat maju apabila berada ditengah masyarakat miskin atau lingkungan yang tidak menunjang ekstistensinya. Karena CSR bukan sekedar urusan kepedulian sosial, melainkan upaya perusahaan secara sadar meningkatkan potensi masyarakat serta lingkungan tempat ia beroperasi demi menunjangeksistensinya.Perencanaan CSR yang strategis akan mampu menjadikan program ini sebagai investasi sosial untuk memperdayakan masyarakat, agar mereka mampu seutuhnya menopang kehidupan


(19)

sosial, ekonomi secara mandiri secara bertahap dan berkelanjutan(Untung, 2009: 35-40).

Seiring pesatnya perkembangan pembangunan, pertumbuhan ekonomi dan teknologi sekarang mengakibatkan adanya kesenjangan serta ketidakadilan dalam kesejahteraan masyarakat. Hal ini pula yang mendorong pemerintah untuk melakukan upaya penentasan kemiskinan antara lain bantuan langsung tunai (BLT), program peningkatan kesejahteraan dan sebagainya.

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat jumlah penduduk miskin per September 2013 di Indonesia mencapai 28,55 juta orang, bertambah 480 ribu orang dibandingkan angka yang tercatat pada Maret 2013.Pada Maret 2013 tercatat jumlah penduduk miskin sebesar 28,07 juta orang atau 11,37 persen, jadi ada kenaikan sebanyak 480 ribu orang miskin," dari peningkatan jumlah penduduk miskin 480 ribu orang tersebut selama periode Maret-September 2013, sebanyak 300 ribu terjadi di daerah perkotaan dan sebanyak 180 ribu terjadi didaerah pedesaan.

Faktor yang menjadi penyebab kenaikan penduduk miskin adalah terjadinya inflasi tinggi hingga 5,02 persen karena kenaikan harga BBM pada Juni 2013 dan harga beras secara nasional yang mengalami kenaikan.Badan Pusat Statistik juga mencatat selama periode Maret-September 2013, Garis Kemiskinan naik sebesar 7,85 persen, yaitu dari Rp. 271.626 per kapita per bulan pada Maret menjadi Rp.292.951 per kapita per bulan pada September Maret 2014 pukul 16.45).

Melalui kegiatan dan pertumbuhan ekonomi serta terciptanya pemerataan pembangunan dengan perluasan lapangan kerja dan kesempatan berusaha, melalui peraturan pemerintah Nomor 3 tahun 1983 tentang tata cara pembinaan dan


(20)

pengawasan Perjan, Perum, dan Persero, BUMN diwajibkan melakukan pembinaan terhadap usaha kecil sehingga menjadi usaha yang tangguh dan mandiri.Berkembangnya usaha kecil yang dibina BUMN diharapkan dapat memberikan efek berupa menigkatnya taraf hidup masyarakat serta mendorong tumbuhnya kemitraan antara BUMN denga usaha kecil. Adapun dana pembinaan dimaksud bersumber dari penyisihan laba BUMN. Berdasarkan Undang Undang Nomor 19 Tahun 2003 tentang Badan Usaha Milik Negara, disamping melakukan pembinaan masyarakat sekitar BUMN. Kegiatan pembinaan usaha kecil dan masyarakat sekitar melalui penyisihan laba dilaksanakan BUMN melalui Program Kemitraan dan Program Bina Lingkungan (PKBL).

Setiap BUMN yang melaksanakan Program Kemitraan dan Program Bina Lingkungan (disebut BUMN Pembina) wajib membentuk unit organisasi yang khusus mengelola Program Kemitaan dan Program Bina Lingkungan. Unit organisasi ini disebut unit PBKL. Unit PKBL merupakan bagian dari organisasi BUMN Pembina yang berada dibawah pengawasan seorang direksi.

Selain unit yang khusus menangani Program Kemitraan dan Program Bina Lingkungan, BUMN Pembina wajib pula melakukan pembukuan atas pelaksanaan program tersebut. Selama ini, pembukuan yang diselenggarakan pada beberapa unit PKBL masih menggunakan tata buku tunggal berbasis kas (cash basis single entry). Adapun BUMN Pembina yang belum memiliki kebijakan akuntasi atau pedoman akuntansi yang memadai sehingga praktik akuntasnsi antara satu unit PKBL dengan unit PKBL lainnya menjadi berbeda-beda sesuai dengan kebijakan masing-masing BUMN Pembina (Telkom Indonesia PKBL, 2008: 1).

PT Telekomunikasi Indonesia, Tbk (Telkom) adalah salah satu Badan Usaha Milik Negara memiliki komitmen untuk menjalankan peran Good Corporate


(21)

Citizenship melalui penyelenggaraan Program Kemitraan dengan usaha kecil dan Program Bina Lingkungan. Program Kemitraan dengan usaha kecil bertujuan untuk mendorong kegiatan dan pertumbuhan ekonomi, terciptanya lapangan kerja serta kesempatan berusaha untuk masyarakat. Sedangkan Program Bina Lingkungan mempunyai tujuan untuk memberdayakan dan mengembangkan kondisi sosial masyarakat dan lingkungan di sekitar wilayah usaha Perusahaan.

Performa Program Kemitraan Telkom selama tiga tahun terakhir terus mengalami peningkatan dari segi besaran nominal bantuan, pemberian pinjaman dan penerimaan angsuran, dan pada tahun 2012 ini, Telkom telah menyalurkan dana melalui Program Kemitraan sebesar Rp. 343,8 miliar untuk 9.346 Mitra Binaan, Program Pembinaan sebesar Rp. 9,9 miliar dengan tingkat kolektabilitas pengembalian pinjaman Mitra Binaan sebesar Rp. 308,2 miliar. Sejak Tahun 2001 sampai dengan 31 Desember 2012 Program Kemitraan Telkom telah menyalurkan bantuan pinjaman kepada 89.773 Mitra Binaan di seluruh Indonesia dengan total penyaluran sebesarRp. 1,88 triliun. Realisasi tersebut didistribusikan untuk sektor Industri, Jasa, Perdagangan, Peternakan, Perikanan, Pertanian, Perkebunan dan Jasa lainnya. Selain memberikan bantuan pinjaman, Telkom juga memberikan pembinaan kepada Mitra Binaan kami melalui program pelatihan, pemagangan, pendampingan dan promosi, pameran. Pada tahun buku 2012 Telkom telah menyalurkan dana Program Bina Lingkungan sebesar Rp. 43,5 miliar dalam bentuk bantuan terhadap: korban bencana alam, pendidikan dan atau pelatihan, peningkatan kesehatan masyarakat, pengembangan prasarana dan sarana umum, peningkatan sarana ibadah, dan pelestarian alam (belum termasuk bantuan BUMN Peduli sebesar Rp. 48,6 miliar). Telkom Tahun 2003 sampai dengan 2012 telah menyalurkan dana bantuan Program Bina Lingkungan sebesar Rp. 288,8 miliar.


(22)

Pelaksanaan Program Kemitraan, Community Development Center berpedoman kepada:

1. PER-05/MBU/2007 tanggal 27 April 2007 tentang Program Kemitraan Badan Usaha Milik Negara Dengan Usaha Kecil Dan Program Bina Lingkungan.

2. Keputusan Direksi PT.Telekomunikasi Indonesia, Tbk Nomor KD.12/PS150/COP-B0030000/2006 tanggal 13 September 2006, tentang Pembentukan Organisasi Pusat Pengelola Program Kemitraan dan Program Bina Lingkungan (Community Development Center).

Program Kemitraan BUMN Dengan Usaha Kecil yang selanjutnya disebut Program Kemitraan adalah program untuk meningkatkan kemampuan usaha kecil agar menjadi tangguh dan mandiri melalui pemanfaatan dana dari bagian laba BUMN. Usaha kecil adalah kegiatan ekonomi rakyat yang berskala kecil dan memenuhi kriteria kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan serta kepemilikan sebagaimana diatur dalam keputusan ini. Mitra Binaan adalah Usaha Kecil yang mendapatkan pinjaman dari Program Kemitraan.

Strategi dan kebijakan Telkom CSR terintegrasi dalam satu Keputusan Direksi Nomor. 41/PR000/SDM-20/2006. Keputusan ini menjadi landasan bagi pengelolaan CSR di Telkom, yang memastikan bahwa implementasinya sejalan dengan visi dan misi perusahaan dan mematuhi peraturan perundang-undangan yang berlaku khususnya Undang-Undang Nomor. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas pasal 74 Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan, dan konsisten dengan norma-norma yang berlaku di masyarakat.

Kebijakan strategi jangka panjang dan pengelolaan untuk Telkom CSR telah ditetapkan dalam Skenario Strategi Korporasi dan juga telah dijelaskan dalam bentuk rencana tahunan di dalam Rencana Kerja dan Anggaran (RKA), yang kemudian


(23)

dijelaskan lebih lanjut di dalam Kontrak Pengelolaan untuk setiap kantor perusahaan, unit usaha, anak perusahaan dan perusahaan afiliasi (www://pkbl-telkom.co.id diakses pada tanggal 25 februari 2014 pukul 10.30).

Berbagai kegiatan yang dijalankan dalam program kemitraan ditujukan untuk memicu pertumbuhan dan perkembangan potensi ekonomi masyarakat. Adapun sasaran dari pelaksanaan program ini adalah kegiatan-kegiatan ekonomi masyarakat baik yang berkaitan langsung maupun tidak langsung dengan bisnis utama Telkom. Telkom berharap berbagai kegiatan yang dilaksanakan dapat semakin memberdayakan seluruh lapisan masyarakat, diharapkan masyarakat mampu mandiri dan pada akhirnya akan membantu program pemerintah dalam upaya mengurangi tingkat kemiskinan di seluruh Indonesia.

Telkom memiliki dua bentuk kegiatan utama yang diselenggarakan selama tahun 2011, yang pertama Pelatihan kewirausahaan dan pemberian dana pinjaman bergulir kepada wirausahaan binaan dalam skema program kemitraan, dan yang kedua adalah Program kreatifitas dalam skema pengembangan masyarakat. Selain berpedoman pada Peraturan Menteri BUMN yang mengatur mengenai PKBL, pelaksanaan program ini juga mempertimbangkan keselarasan dengan potensi lingkungan masyarakat penerima program. Sasaran dari pelaksanaan program ini adalah para pelaku usaha kecil dan menengah.

Adapun sektor kegiatan usaha mereka meliputi industri, perdagangan, pertanian, peternakan, perkebunan, perikanan, jasa dan sektor lainnya. Program pelatihan dan pemberian pinjaman bergulir diberikan berdasarkan spesifikasi yang dibutuhkan dan disesuaikan dengan perkembangan dan potensi setempat pada kedelapan sektor tersebut.


(24)

Telkom telah menyelenggarakan pelatihan kewirausahaan yang berlangsung di seluruh Indonesia pada tahun 2011. Pelatihan kewirausahaan diikuti calon mitra binaan maupun mitra binaan peserta dengan total biaya yang dikeluarkan sebesar Rp. 17,7 miliar. Pada periode yang sama, Telkom juga menyalurkan pinjaman bergulir untuk para pelaku UKM yang menjadi mitra binaan. Total dana yang disalurkan mencapai Rp. 302,7 miliar dengan jumlah mitra binaan sebanyak 9.189 unit usaha.

Telkom menindaklanjuti penyaluran pinjaman bergulir dengan melakukan pemantauan atas penggunaan, pengelolaan maupun tingkat pengembaliannya. Dalam upaya memotivasi seluruh mitra binaan agar berusaha dengan sungguh-sungguh dan mengembalikan dana pinjaman tepat waktu, secara periodik dilakukan penilaian disertai pemberian penghargaan kepada mereka yang berprestasi 26 Februari 2014, pukul 10.15).

Khusus untuk wilayah kerja Telkom Sub Area Medan yang wilayah kerjanya meliputi Kabupaten Deli Serdang, Kabupaten Langkat, dan sebagian Kabupaten Serdang Bedagai, telah menjalankan Program Kemitraan dengan total 1.212 Mitra Binaan terhitung dari tahun 2008 sampai dengan tahun 2012. Penyaluran dana pinjaman bergulir yang dilakukan oleh Telkom Sub Area Medan bertujuan untuk memberikan bantuan pencarian modal bagi para pelaku usaha kecil yang kesulitan dalam hal finansial.

Dana program kemitraan ini dimaksudkan untuk merangsang pertumbuhan usaha kecil sehingga para pelaku usaha kecil mempunyai fondasi yang kuat dan mandiri dalam menjalankan usahanya. Ketangguhan dan kemandirian yang ada dari para pelaku usaha kecil ini, maka diharapkan timbulnya daya saing dengan usaha lainnya, sehingga usaha kecil yang pada umumnya dipandang sebagai usaha marjinal


(25)

dapat meningkatkan pendapatan usahanya dan meningkatkan peran usaha kecil dalam pembentukan produk nasional, dengan terpenuhinya modal yang dimiliki, para pelaku usaha kecil akan dapat mengembangkan usahanyadan berkembangnya usaha tersebut secara otomatis akan menyerap tenaga kerja baru sehingga tercipta perluasan lapangan pekerjaan.

Pembiayaan yang dilakukan oleh Telkom Sub Area Medan pada program kemitraan dengan penyaluran dana pinjaman melalui penyisihan laba Telkom kepada pelaku usaha kecil bertujuan untuk memberi kemudahan kepada pengusaha kecil dalam meningkatkan peroduktivitas usahanya baik untuk modal usaha ataupun pengembangan usaha dengan sistem yang sederhana dan tidak rumit. Sehingga mendorong pertumbuhan iklim usaha pada sektor usaha kecil yang pada tahap berikutnya akan terjadi peningkatan dan pemerataan pendapatan serta memperkokoh struktur perekonomian nasional.

Pelatihan dan promosi yang dilakukan oleh Telkom Sub Area Medan terhadap usaha kecil sesuai dengan yang diamanatkan dalam Pasal 18 Undang-Undang UMKM yang menyebutkan bahwa pengembangan dalam bidang pemasaran dilakukan dengan cara menyediakan sarana pemasaran yang meliputi penyelenggaraan uji coba pasar, lembaga pemasaran, penyediaan rumah dagang, dan promosi Usaha Mikro dan Kecil. Pada Pasal 19 yang menyatakan bahwa pengembangan sumber daya manusia dilakukan dengan cara membentuk dan mengembangkan lembaga pendidikan dan pelatihan untuk melakukan pendidikan, pelatihan, penyuluhan, motivasi dan kreativitas bisnis, dan penciptaan wirausaha baru. Sebagai BUMN Pembina, Telkom Sub Area Medan juga memberikan penghargaan kepada mitra binaannya. Penghargaan yang diberikan berdasarkan atas kemajuan dan perkembangan usaha yang dimiliki masing-masing mitra binaan.


(26)

Penghargaan ini diberikan untuk merangsang mitra binaan agar lebih gigih dan disiplin dalam menjalankan usahanya.

Melihat besarnya peranan kemitraan terutama Telkom Sub Area Medan dalam membangun perekonomian nasional khususnya di wilayah Deli Serdang, Kabupaten Langkat, dan sebagian Kabupaten Serdang Bedagai, dalam penyaluran pinjaman lunak melalui program kemitraan dan BUMN kepada masyarakat khususnya kalangan pengusaha kecil, dengan dasar ini lah penulis tertarik untuk meneliti dampak program kemitraan yang merupakan salah satu program tanggung jawab sosial perusahaan Telkom sebagai judul penelitian saya yang hasilnya akan di tuangkan ke dalam skripsi dengan judul “Dampak Program Kemitraan Terhadap Sosial Ekonomi Mitra Binaan PT.Telekominukasi Indonesia, Tbk Sub Area Medan”

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan maka masalah penelitian ini dirumuskan sebagai berikut:“apakah ada dampak program kemitraaan terhadap sosial ekonomi mitra binaan PT. Telekomunikasi Indonesia Tbk, Sub Area Medan”

1.3. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui program kemitraan tersebut berdampak terhadap sosial ekonomi mitra binaan PT.Telekomunikasi Indonesia Tbk, Sub Area Medan.


(27)

1.4. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memperkaya wawasan serta pengetahuan mengenai apa dampak dari program kemitraan melalui pemberian penyaluran pinjaman dan penyaluran dana pembinaan kemitraan yang diterapkan oleh Telkom dibidang sosial ekonomi mitra binaan perusahaan.

1.5. Sistematika Penulisan

Sitematika penulisan secara garis besarnya dikelompokkan dalam enam bab, dengan urutan sebagai berikut:

BAB I : PENDAHULUAN

Bab ini berisikan mengenai latar belakang masalah, perumusan masalah,tinjauan dan manfaat penelitian serta sistematika penelitian. BAB II :TINJAUAN PUSTAKA

Bab ini berisikan tentang teori teori yang mendukung dalam penelitian, kerangka pemikiran, definisi konsep dan definisi oprasional.

BAB III : METODE PENELITIAN

Bab ini berisikan tentang tipe penelitian, lokasi penelitian, populasi dan sampel, teknik pengumpulan data, serta teknik analisis data. BAB IV : DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

Bab ini berisikan tentang sejarah singkat PT. Telekomunikasi Indonesia Tbk, Sub Area Medan. Juga gambaran umum lokasi penelitian dan data–data lain yang turut memperkaya karya ilmiah ini.


(28)

BAB V : ANALISIS DATA

Bab ini berisikaan tentang uraian data yang di peroleh dari hasil penelitian serta analisis pembahasannya.

BAB VI : PENUTUP

Bab ini berisikan kesimpulan dari hasil penelitian dan saran–saran yang bermanfaat.


(29)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pemberdayaan

Konsep pemberdayaan masyarakat menurut Payne (dalam Adi, 1997:266), suatu pemberdayaan pada intinya, ditujukan guna membantu klien untuk memperoleh daya untuk mengambil keputusan dan menentukan tindakan yang akan ia lakukan yang terkait dengan diri mereka, termasuk mengurangi efek hambatan pribadi dan sosial dalam melakukan tindakan. Hal ini dilakukan melalui peningkatan kemampuan dan rasa percaya diri untuk menggunakan daya yang ia miliki, antra lain melalui transfer daya dari lingkungannya.

Shardlow (dalam Adi, 2008:78) melihat bahwa berbagai pengertian yang ada mengenai pemberdayaan, pada intinya membahas bagaimana individu, kelompok, ataupun komunitas berusaha mengontrol kehidupan meraka sendiri dan mengusahakan untuk membentuk masadepan sesuai dengan keinginan mereka. Dalam kesimpulannya, Shardlow menyimpulkan bahwa pemberdayaan sebagai suatu gagasan tidaklah jauh berbeda dengan gagasan Biestek (1961) yang dikenal di bidang pendidikan ilmu kesejahteraan dengan nama “self–determination”. Prinsip ini pada intinya mendorong klien untuk menetukan sendiri apa yang harus ia lakukan dalam kaitannya dengan upaya mengatasi permasalahan yang ia hadapi sehingga klien mempunyai kesadaran dan kekuasaan penuh dalam membentuk hari depannya. Maka dapat diambil kesimpulan bahwa pemberdayaan itu bukan hanya suatu imterpretasi, tapi bisa lebih dari satu interprestasi (multiple interpretation), dimana interprestasi yang satu dengan yang lainnya belum tentu sama.


(30)

Horgan (dalam Adi, 2000:20) menggambarkan proses pemberdayaan yang berkesinambungan sebagai suatu siklus yang terdiri dari lima tahapan utama, yaitu: Menghadirkan kembali pengalaman yang memberdayakan dan tidak memberdayakan (recall depowering/ empowerment),

1. Mendiskusikan alasan mengapa tejadi pemberdayaan dan penindakbedayaan (descuss reasons for depowerment/ empowerment).

2. Mengidentifikasi suatu masalah ataupun proyek (identify one problem or project),

3. Mengidentifikasikan basis daya yang bermakna untuk melakukan perubahan (identify usuful power bases),

4. Mengembangkan rencana rencana aksi dan mengimplementasikannya (develop and implement action plans).

2.2. Konsep Tentang Kemiskinan

Kemiskinan adalah sesuatu yang nyata adanya bagi meraka yang tergolong miskin, kereka sendiri merasakan dan menjalani kehidupan dalam kemiskinan tersebut. Kemiskinan itu akan lebih terasa lagi apabila mereka telah membandingkannya dengan kehidupan orang lain yang lebih tinggi tingkat kehidupannya. Kemiskinan lazimnya dilukiskan sebagai kurangnya pendapatan untuk memenuhi kebutuhan hidup yang pokok, seperti pangan, pakaian, papan sebagai tempat berteduh(Hartomo, 2008:314).

Parsudi Suparlan (dalam Hartomo, 2008: 313) menyatakan kemiskinan adalah sebagai suatu standar tingkat hidup yang rendah, yaitu adanya suatu tingkat kekurangan materi pada sejumlah atau segolongan orang dibandingkan dengan standar kehidupan yang umum berlaku dalam masyarakat yang bersangkutan.


(31)

Standar kehidupan yang rendah ini secara langsung nampak pengaruhnya terhadap tingkat keadaan kesehatan, kehidupan moral dan rasa harga diri mereka yang tergolong sebagai orang miskin. Sedangkan menurut Emil Salim (dalam Hartomo, 1982:314) Mereka dikatakan berada di bawah garis kemiskinan apabila pendapatan tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup yang paling pokok, seperti pangan, pakaian tempat berteduh dan lain-lain.

Kemiskinan bukanlah sesuatu yang terwujud sendiri terlepas dari aspek-aspek lainnya, tetapi kemiskinan itu terjuwud sebagai hasil interaksi antara berbagai aspek yang ada dalam kehidupan manusia. Aspek-aspek tersebut terutama adalah aspek sosial dan ekonomi. Aspek sosial ialah adanya ketidaksamaan sosial diantara sesama warga masyarakat yang bersangkutan, seperti perbedaan suku bangsa, ras, kelamin, usia yang bersumber dari corak sistem pelapisan sosial yang ada dalam masyarakat. Sedangkan yang dimaksud dengan aspek ekonomi ialah adanya ketidak saamaan diantara sesama warga masyarakat dalam hak dan kewajiban yang berkenaan dengan pengalokasian sumber-sumber daya ekonomi(Hartomo, 2008:315)

Berbicara tentang kemiskinan berarti berbicara tentang nasib umat manusia. Lebih jauh lagi, kemiskinan merupakan fakta yang sepanjang masa dan dimana saja dapat kita lihat. Hal ini berarti bahwa kemiskinan merupakan sesuatu yang nyata, dekat dan menyatu dengan kita, namun tidak mudah dipahami secara holistik. Maka dari itu langkah yang pertama yang dapat dilakukan dalam upaya dalam hal memahami kemiskinan secara holistik adalah dengan melakukan kajian tentang aspek-aspek kemiskinan itu sendiri, yaitu:

1. Kemiskinan itu multi dimensi.

Sifat kemiskinan sebagai suatu konsep yang multi dimensi berakar dari kondisi kebutuhan manusia yang beraneka ragam.


(32)

2. Aspek-aspek kemiskinan saling berkaitan, baik secara langsung maupun tidak langsung.

Sebagai konsekwensi logisnya, kemajuan atau kemunduran pada salah satu aspek dapat mengakibatkan kemajuan dan kemunduran pada aspek lainnya. Justru aspek seperti ini lah yang mengakibatkan tidak mudahnya menganalisis kemiskinan itu menuju pada pemahaman yang komprehensif.

3. Kemiskinan itu adalah fakta yang terukur.

Fenomena yang sering kita temui adalah pendapatan yang diperoleh sekelompok yang bermukim ditempat yang sama boleh sama, namun kualitas individu atau keluarga yang dimiliki mungkin saja berbeda. Keadaan yang demikian sering mengkondisikan kita untuk mengidentifikasi kemiskinan sebagai sesuatu yang serba abstrak dan tidak mungkin diukur.

Kemiskinan dapat diukur dalam klasifikasi tingkatan, yaitu: a. Miskin

b. Sangat miskin c. Sangat miskin sekali

BKKBN mengklasifikasi kondisi kehidupan masyarakat kedalam berbagai tingkat, yaitui:

a. Prasejahtera b. Sejahtera 1 c. Sejahtera 2

Klasifikasi yang telah dikemukakan menunjukkan bahwa kemiskinan itu merupakan fakta yang terukur. Bahwa yang miskin adalah manusianya, baik secara individu maupun kolektif.


(33)

Kita sering mendengar istilah kemiskinan pedesaan (rural poverty), kemiskinan perkotaan (urban poverty), dan sebagainya. Berbagai istilah tersebut bukanlah berarti bahwa yang mengalami kemiskinan itu adalah desa atau kota secara an sich.Kondisi desa dan kota itu merupakan penyebab kemiskinan bagi manusia. Dengan demikian pihak yang menderita miskin hanyalah manusia, baik secara individi maupun kelompok, dan bukan wilayah (Siagian, 2012:12-15).

Suatu studi menunjukkan adanya lima ciri–ciri kemiskinan, yakni:

1. Mereka yang hidup dibawah kemiskinan pada umumnya tidak memiliki faktor produksi sendiri, seperti tanah yang cukup luas, meodal yang memadai atau pun keterampilan yang memadai untuk melakukan suatu aktifitas ekonomi sesuai dengan mata pencahaariannya.

2. Mereka yang pada umumnya tidak mempunyai kemungkinan atau peluang untuk memperoleh asset produksi dengan kekuatasn sendiri.

3. Tingkat pendidikan pada umumnya rendah, kondisi ini akan berpengaruh terhadap wawasan mereka. Beberapa penelitian antara lain menyimpulkan bahwa waktu mereka pada umumnya habis tersita semata mata hanya untuk mencari nafkah sehingga tidak ada waktu lagi untuk belajar atau meningkatkan keterampilan. 4. Pada umumnya mereka masuk kedalam kelompok penduduk dengan ketegori

setengah menganggur.

5. Banyak diantara mereka yang hidup dikota masih berusia muda, tetapi tidak memiliki keterampilan atau pendidikan yang memadai (Siagian, 2012: 16-23).


(34)

Indikator kemiskinan yang beraneka ragam dihasilkan melalui tiga pendekatan, yaitu:

1. Pendekatan Pendapatan.

Sekilas pendekatan pendapatan diyakini dapat menghasilkan rumusan indikator kemiskinan yang repsentatif. Keyakinan tersebut muncul karena pendapatan merupakan variabel yang secara langsung mempengaruhi apakah seseorang atau sekelompok orang akan mampu atau tidak mampu memenuhi kebutuhan hidupnya agar dapat hidup secara layak sebagai manusia yang memiliki harkat dan martabat.

2. Pendekatan Konsumsi.

Banyak pihak berpendapat bahwa pendapatan tidak selalu dapat menggambarkan kondisi sosial ekonomi masyarakat. Kelemahan yang terdapat pada penetapan pendapatan sebagai indikator kemiskinan menjadi banyak ahli mencari indikator lain. Salah satu indikator alternatif yang di anggap cukup representatif adalah konsumsi.

3. Pendekatan Multi Aspek.

Pada awalnya banyak pihak meletakkan harapan pada penetapan indikator kemiskinan yang di tetapkan melalui pendekatan konsumsi.Namun setelah dilakukan, pendekatan tersebut dianggap masih sarat dengan kelemahan. Salah satu kelemahannya adalah sulitnya dilakukan pengukuran yang akurat.

Salah satu pihak yang berupayan menelaah dan menetapkan indikator kemiskinan melalui pendekatan multi aspek adalah PBB. Dalam laporan PBB I berjudul Report On International Definition And Measurement Of Standard And Level Of Living, badan dunia tersebut menetapkan 12 jenis komponen yang harus digunakan sebagai dasar untuk memperkirakan kebutuhan manusia, meliputi:


(35)

1. Kesehatan, termasuk kondisi demografi. 2. Makanan dan gizi

3. Pendidikan, termasuk literacy dan skill 4. Kondisi pekerjaan

5. Situasi kesempatan kerja

6. Konsumsi dan tata hubungan aggregatif 7. Pengangkutan

8. Perumahan, termasuk fasilitas – fasilitas perumahan 9. Sandang

10. Rekseasi dan hiburan 11. Jaminan sosial

12. Kebebasan manusia (United Nation, 1965).

Upaya merumuskan indikator kemiskinan yang dilakukan oleh Badan Pusat Statistik (BPS) pada tahun 1996 adalah menyusun komposisi kebutuhan dasar, yang dibagi ke dalam dua kelompok, yaitu pangan dan non pangan. Upaya tersebut dilakukan melalui Survey Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS). Hal utama yang ingin diketahui adalah data tentang pengeluaran perkapita didaerah kota dan desa.

Kebutuhan dasar yang termasuk komoditas pangan terdiri: 1. Padi padian dan hasil hasilnya

2. Ubi–ubian dan hasil hasilnya 3. Ikan dan hasil–hasilnya 4. Daging

5. Telur

6. Susu dan hasil hasil dari susu 7. Sayur-sayuran


(36)

8. Kacang-kacangan 9. Buah-buahan

10. Makanan yang sudah jadi

11. Minuman yang mengandung alcohol 12. Tembakau

13. Sirih

Kebutuhan dasar yang termasuk komoditas non pengan adalah: 1. Perumahan

2. Bahan bakar 3. Penerangan 4. Air

5. Jasa-jasa 6. Pekaian 7. Alas kaki 8. Tutup kepala

9. Barang barang yang tahan lama

10. Keperluan pesta dan upacara (BPS, 1996)

Informasi yang cukup menarik adalah terjadinya perbedaan jenis komoditas yang termasuk kebutuhan dasar diberbagai daerah di Indonesia. Oleh karena itu diera otonomi daerah saat ini adalah lebih tepat masing masing daerah merumuskan sendiri indikator kemiskinan yang wajar diberlakukan didaerah masing–masing sehingga lebih obyektif.

Penetapan sasaran pelayanan kesejahteraan sosial bagi fakir miskin yang dilakukan oleh departemen ilmu sosial merumuskan indikator yang merefleksikan tingkat kemiskinan yang sesungguhnya ada dimasyarakat. Hasilnya adalah


(37)

dirumuskannya indikator untuk menetukan masyarakat yang tergolong fakir miskin, meliputi:

1. Penghasilan rendah atau berada bibawah garis sangat miskin yang diukur dari tingkat pengeluaran perorangan perbulan berdasarkan standar BPS perwilayah provinsi dan kabupaten/kota.

2. Ketergantungan pada bantuan pangan untuk penduduk miskin (seperti zakat/beras untuk miskin/santunan sosial.

3. Keterbatasan kepemilikan pekaian untuk setiap anggota keluarga pertahun (hanya mampu memiliki satu stel pakaian lengkap perorangan pertahun).

4. Tidak mampu membiayai pengobatan jika ada salah satu anggota keluarga yang sakit.

5. Tidak mampu membiayai pendidikan dasar sembilan tahun bagi anak anaknya. 6. Tidak memiliki harta (asset) yang dapat dimanfaatkan hasilnya atau dijual untuk

membiayai kebutuhan hidup selama tiga bulan atau dua kali batas garis sangat miskin.

7. Ada anggota keluarga yang meninggal dalam usia muda atau kurang dari 40 tahun akibat tidak mampu mengobati penyakit sejak awal.

8. Ada anggota keluarga usia 15 tahun ke atas yang buta huruf. 9. Tinggal dirumah yang tidak layak huni.

10.Kesulitan air bersih.

11.Rumah tidak mempunyai sirkulasi udara.

12.Sanitasi lingkungan yang kumuh/tidak sehat (Departemen sosial 2006).

Tiga pendekatan tersebut disebabkan karena sulitnya menetapkan indikator kemiskinan. Artinya jika ternyata tidak menghasilkan indikator yang dianggap


(38)

repsesentatif. Keadaan seperti ini disebabkan masing-masing pendekatan memiliki kelemahan disamping keunggulan (Siagian, 2012:67-83).

2.3. Konsep Tentang Program Kemitraan 2.3.1. Pengertian Program

Program adalah unsur pertama yang harus ada demi terciptanya suatu kegiatan. Program tersebut dibuat beberapa aspek, disebutkan bahwa didalam setiap program dijelaskan mengenai:

1. Tujuan kegiatan yang akan dicapai.

2. Kegiatan yang diambil dalam mencapai tujuan.

3. Aturan yang harus dipegang dan prosedur yang harus dilalui. 4. Perkiraan anggaran yang dibutuhkan.

5. Strategi pelaksanaan.

Program merupakan segala bentuk rencana yang akan lebih terorganisir dan lebih mudah untuk diopersionalkan. Hal ini sesuai dengan pengertian program yang diuraikan.“A programme is collection of interrelated project designed to harmonize and integrated various action an activities for achieving averral policy abjectives” (suatu program adalah kumpulan proyek-proyek yang berhubungan telah dirancang untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan yang harmonis dan secara terintegrasi untuk mencapai sasaran kebijaksanaan tersebut secara keseluruhan.

Charles O. Jones menyebutkan bahwa pengertian program adalah cara yang disahkan untuk mencapai tujuan, beberapa karakteristik tertentu yang dapat membantu seseorang untuk mengindentifikasi suatu aktivitas sebagai program atau tidak yaitu:


(39)

1. Program cederung membutuhkan staf, misalnya melaksanakan atau sebagai peleku program.

2. Program biasanya memiliki anggaran tersendiri, program kadang juga diidentifikasikan melalui anggaran.

3. Program memiliki identitas sendiri, yang bila berjalan secara efektif dapat diakui oleh publik.

Program terbaik didunia adalah program yang didasarkan pada model teoritis yang jelas, yakni: sebelum menentukan masalah sosial yang ingin diatasi dan memulai melakukan intervensi, maka sebelumnya harus ada pemikiran yang serius terhadap bagaimana dan mengapa masalah itu terjadi dan apa yang menjadi solusi terbaik (Jones, 1996:295).

2.3.2. Pengertian Kemitraan

Kemitraan adalah kerjasama usaha/kongsi/joint venture baik dengan pelaku usaha secara pribadi maupun dengan perusahaan dalam maupun luar negeri. Kepentingan kemitraan tersebut adalah untuk saling mengisi dan memberi peluang baik untuk kepentingan masyarakat kurang mampu maupun mitra kerjasama. Sebab itu dalam kemitraan tersebut yang diwujudkannya adalah bagaimana menempatkan peluang pembukaan unit-unit usaha baru untuk membangun masyarakat kurang mampu tanggal 05 maret 2013, pukul 10.31.WIB).

2.3.3 Pengertian Program Kemitraan

Program kemitraan adalah program untuk meningkatkan kemampuan usaha kecil dalam bentuk pinjaman baik modal usaha maupun pembelian perangkat


(40)

penunjang produksi agar usaha kecil menjadi tanggung dan mendiri. Program kemitraan diberikan dalam bentuk pinjaman untuk pembiayaan, modal kerja, pinjaman khusus yang biasanya bersifat jangka pendek dan hibah untuk membiayai pendidikan, pelatihan, pemagangan, pemasaran, promosi sarta penelitian melalui pemanfaatan dana dari bagian laba BUMN. (PT. Telekomunikasi Indonesia, 2008: 04).

2.3.4. Program Kemitraan PT. Telkom Tbk

Penyelenggaraan program kemitraan untuk membantu pengusaha kecil atau mikro dikasanakan oleh Condev Divre I secara berkelanjutan (kontinu) sejak tahun 2002 hingga saat ini. Program kemitraan terdiri dari Program Penyaluran Dana Pinjaman, Pengumpulan Angsuran Pinjaman dan Program Pembinaan Kepada Mitra Binaan Telkom Divre I Sumatera.

Proses penyaluran dana dalam satu tahun di bagi dalam 4 (empat) priode triwulan, yang biasanya dilakukan dalam bulan Maret, Juni, September, dan Desember. Penentuan Mitra Binaan (pengusaha mikro/kecil) yang akan dibantu melalui proses seleksi terhadap calon mitra binaan. Proses seleksi tersebut dimulai dari tahap penelitian administrasi hingga tahap survey kelayakan dilapangan, dan dilakukan sejak awal triwulan. Pelaksanaan proses ini dilakukan oleh condev datel atau comdev area pelayanan (provinsi) dimasing-masing area datel atau pelayanannya.

PT.Telkom dalam Menjalankan Program Kemitraan ini, terdapat beberapa hal yang sebelumnya harus dipahami, antara lain:


(41)

1. Perjanjian Kerjasama (PKS)

Perjanjian keraja sama yang merupakan perikatan perjanjian antara Telkom dengan mitra binaan yang mengatur hak dan kewajiban kedua belah pihak. 2. Mitra Binaan

Mitra binaan adalah badan hukum atau perorangan yang telah diberikan dana pinjaman dari Unit CD Telkom untuk mengembangkan usaha sesuai dengan PKS.

3. Laporan

Laporan adalah informasi tentang status progres, dan potensi kegiatan program kemitraan dan bina lingkungan (PKBL) yang dipertanggung jawabkan kepada pihak yang berkepentingan.

4. Bunga Pinjaman

Bunga pinjaman adalah interes atau nilai dalam prosentase sesuai tabel dana pinjaman yang telah disalurkan oleh Unit CD kepada mitra binaan, yang dikenakan kepada mitra binaan. Bunga diangsur bersama-sama dengan angsuran pokok pinjaman oleh mitra binaan setiap bulan melalui transfer rekening bank.

5. Masa Pinjaman

Masa pinjaman adalah masa perjanjian dana pinjaman 24 bulan terhitung sejak 1 (Satu) bulan tenggang waktu setelah PKS ditanda tangani oleh kedua belah pihak.

6. Rekening Koran

Rekening koran adalah identifikasi nasabah pada institusi perbankan, yang telah disyahkan oleh prebankan tertentu, sebagai alamat transaksi (kirim/terima) antara mitra binaan dengan CD Telkom.


(42)

7. Pembayaran Angsuran

Pembayaran angsuran adalah kewajiban mitra binaan menyetorkan sejumlah angsuran (pinjaman pokok + bunga) perbulan ke rekening Unit CD/Telkom selama masa PKS.

8. Anggunan

Angsuran adalah satu jaminan mitra binaan yang diserahkan kepada Unit CD, sebagai ikatan tanggung jawab terhadap dana pinjaman yang harus dikembalikan oleh mitra binaan. Sebelum memberikan pinjaman Telkom Sub Area Medan harus melakukan penilaian yang seksama terhadap watak, kemampuan, modal, agunan, dan prospek usaha dari debitur atau calon Mitra Binaan. Bila terdapat unsur-unsur lain telah dapat diperoleh keyakinan atas kemampuan calon Mitra Binaan mengembalikan utangnya, agunan dapat berupa Sertifikat Hak Milik atau Bukti Pemilik Kendaraan Bermotor (BPKB). Apabila mitra binaan tidak memenuhi kewajiban untuk mengangsur selama 3 bulan berturut-turut, maka mitra binaan memberikan kasa untuk melelang agunan yang diserahkan pada waktu PKS ditandatangani untuk dilelang. Uang hasil lelang tersebut digunakan untuk melunasi sisa pinjaman terhutang. Apabila terdapat kelebihan dari hasil lelang, maka akan diserahkan kepada mitra binaan terkait, namun apabila hasil lelang tidak mencukupi, maka kekurangan pelunasannya tetap menjadi hutang mitra binaan untuk dibayar kembali kepada Telkom(PT. Telekomunikasi Indonesia, 2008:05).


(43)

2.3.5. Dasar Hukum Pengelolaan PKBL

1) Keputusan Menteri Badan Usaha Milik Negara Nomor. KEP-236/MBU/2003, Tanggal 17 JUNI 2003 tentang Program Kemitraan Badan Usaha Milik Negara dengan Usaha Kecil dan Program Bina Lingkungan.

2) Surat Edaran Menteri Badan Usaha Milik Negara Nomor. SE 433/MBU/2003 Tanggal 16 September 2003 tentang Petunjuk Pelaksanaan Program Kemitraan Badan Usaha Milik Negara dengan Usaha Kecil dan Program Bina Lingkungan.

3) Keputusan DireksiNomor. KD 51/PS150/COP-B0030000/2006 13 September 2006 tentang Organisasi Pusat Pengelolaan Program Kemitraan dan Program Bina Lingkungan (Community Development Center).

4) Keputusan Direksi PT Telkom Nomor. KD 51/KU-200/ PLK00/ 2003 TANGGAL 28 Agustus 2003 tentang Program Kemitraan dan Program Bina Lingkungan.

5) PER-05/MBU/2007 Tanggal 27 April 2007 tentang Program Kemitraan Badan Usaha Milik Negara dengan Usaha Kecil dan Program Bina Lingkungan.

6) Keputusan Direksi Nomor. KD 12/PS150/COP-B0030000/2008 Tanggal 5 Februari 2008 tentang Organisasi Pusat Pengelolaan Program Kemitraan dan Program Bina Lingkungan (Community Development Center) (PT. Telekomunikasi Indonesia CDA I, 2008:02).

Beberapa prinsip dasar program kemitraan usaha kecil yang menjadi pijakan dalam penyusunan pedoman akuntasnsi program kemitraan adalah sebagai berikut: 1. Unit PKBL adalah unit organisasi yang khusus mengelola program

kemitraandan program bina lingkungan dan merupakan bagian dari organisasi BUMN Pembina serta berada di bawah pengawasan seorang direksi.


(44)

2. Pembukuan dana program kemitraan dan program bina lingkungan dilaksanakan secara terpisah dari pembukuan BUMN Pembina.

1. Sumber dana program kemitraan berasal dari: a) Penyisihan laba setelah pajak BUMN Pembina.

b) Jasa administrasi pinjaman/marjin/bagi hasil, bunga deposito dan atau jasa giro dari dana program kemitraan.

c) Pelimpahan dana program kemitraan dari BUMN lain, jika ada. d) Penyaluran dana dari BUMN Pembina lain.

3. Apabila diperlukan, dana program kemitraan pada unit PKBL dari suatu BUMNdapat dialih kelolakan kepada BUMN lain.

4. Bentuk program kemitraan:

a) Dana program kemitraan dapat disalurkan dalam bentuk pinjaman maupun dalam bentuk dana pembinaan kemitraan.

b) Besarnya dana program kemitraan yang digunakan untuk dana pembinaan kemitraan sesuai dengan peraturan yang berlaku.

c) Penyaluran dalam bentuk pinjaman dapat digunakan untuk modal kerja dan pembelian aktiva produktif sesuai dengan peraturan yang berlaku.

d) Pinjaman atau pembiayaan yang diberikan berdasarkan prinsip jaul beli, perhitungan proyeksi margin yang dihasilkan sesuai dengan peraturan yang berlaku.

e) Pinjaman atau pembiayaan yang diberikan berdasarkan prinsip bagi hasil, rasio bagi hasilnya sesuai denganperaturan yang berlaku.

f) BUMN Pembina dapat melakukan rescheduling atau reconditioning atas pinjaman dengan kategori kurang lancar, diragukan dan macet.


(45)

g) Pinjaman dengan kategori bermasalah dihapus bukukan sesuai dengan peraturan yang berlaku.

5. Penyaluran dana oleh unit PKBL hanya dapat dilakukan setelah melalui serangkaianproses evaluasi dan seleksi, sesuai dengan peraturan yang berlaku. 6. Persyaratan-persyaratan akuntansi yang harus dipenuhi dalam penyusunan

pedoman akuntansi adalah sebagai berikut:

a) Laporan keuangan harus menyajikan informasi keuangan material yang digunakan dalam pengambilan keputusan.

b) Laporan keuangan dihasilkan melalui suatu siklus akuntansi. c) Laporan keuangan harus dapat ditelusuri kebenarannya. d) Konsistensi antar laporan keuangan harus dijaga.

7. Dari pembatasan-pembatasan sebelumnya, maka beberapa asumsi yang digunakan adalah:

a) Basis yang digunakan adalah basis akrual, kecuali untuk pengakuan pendapatan jasa administrasi pinjaman dan pendapatan sewa beli syariah menggunakan basis kas.

b) Entitas diasumsikan didirikan untuk jangka waktu yang tidak terbatas.

c) Titik kritis dari pengakuan atas penyaluran pinjaman adalah ketika dicarikannya pinjaman.

d) Titik kritis dari pengakuan atas penyaluran dana pembinaan kemitraan adalah ketika dikeluarkannya pembiayaan (PT. Telekomunikasi Indonesia, 2008: 02-04).


(46)

2.4. Bentuk Program Kemitraan 2.4.1.Penyaluran Pinjaman

Pinjaman yang disalurkan melalui program kemitraan diarahkan kepada usaha kecil yang secara teknis perbankan belum memenuhi persyaratan untuk memperoleh pinjaman sebelum bankable atau prasyarat yang dapat diterima oleh pemberi pinjaman bila ingin berbisnis dengan pemberi pinjaman. Program Kemitraan penyaluran dana ini dalam satu tahun di bagi dalam 4 (empat) priode triwulanyang biasanya dilakukan dalam bulan Maret, Juni, September, dan Desember.Dana Program Kemitraan diberikan dalam bentuk :

1) Pinjaman untuk membiayai modal kerja dan atau pembelian aktiva tetap dalam rangka meningkatkan produksi dan penjualan.

2) Pinjaman khusus untuk membiayai kebutuhan dana pelaksanaan kegiatan usaha Mitra Binaan yang bersifat pinjaman tambahan dan berjangkapendek dalam rangka memenuhi peranan dari rekanan usaha Mitra Binaan.

3) Beban pembinaan:

a. Untuk membiayai pendidikan, pelatihan, pemagangan, pemasaran, promosi, dan hal-hal lain yang menyangkut peningkatan produktivitas Mitra Binaan serta untuk pengkajian/penelitian yang berkaitan dengan Program Kemitraan. b. Beban pembinaan bersfat hibah dan besarnya maksimal 20% (dua puluh

persen) dari dana Program Kemitraan yang disalurkan pada tahun berjalan. c. Beban pembinaan hanya dapat diberikan kepada atau untuk kepentingan

Mitra Binaan.

Kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan dalam rangka penyaluran pinjaman tersebutadalah sebagai berikut:


(47)

A. Pinjaman Dan Evaluasi Proposal

Calon mitra binaan yang ingin mendapat pinjaman program kemitraan untuk pengembangan usahanya, harus menyampaikan proposal kepada BUMN Pembina atau BUMN penyalur atau lembaga penyalur yang membuat sekurang kurangnya data sebagai berikut:

1. Mengajukan Proposal permohonan bantuan pinjaman yang memuat: a) Data pribadi sesuai KTP.

b) Data Usaha (Bentuk Usaha, alamat Usaha lengkap RT/RW, Desa/Kelurahan, Kecamatan, Kabupaten/Kota, Propinsi, Mulai Mendirikan Usaha, Jumlah Tenaga Kerja).

c) Data Keuangan meliputi Laporan Keuangan/Catatan Keuangan 3 bulan terakhir, Rencana Penggunaan dana Pinjaman.

2. Melampirkan:

a) FC KTP Suami/Istri atau identitas lainnya. b) FC Kartu Keluarga.

c) Pas Photo ukuran 3 X 4 - Keterangan Serba Guna dari kelurahan. d) Gambar/Denah Lokasi Usaha.

e) FC Rekening Bank/Buku Tabungan.

f) Laporan Keuanagn Praktis (diisi pada formulir aplikasi).

g) Surat Pernyataan tidak sedang mendapatkan pinjaman dari BUMN/perusahaan lain.

3. Perkembangan kinerja usaha (arus kas, perhitungan pendapatan/beban danneraca atau data yang menunjukkan keadaan keuangan serta hasil usaha)dan.


(48)

4. Rencana usaha dan kebutuhan data.

Calon Mitra Binaan akan mengajukan permohonan pengajuan pinjaman kepada Telkom Sub Area MedanSebelum waktu penyaluran dana berlangsung. Kemudian oleh Telkom Sub Area Medan dilakukan penyeleksian terhadap Calon Mitra Binaan dimulai dengan menyeleksi prospek dan jenis usaha dari data-data yang diberikan oleh Calon Mitra Binaan. Calon Mitra Binaan yang lulus seleksi berkas akan diseleksi lagi dengan melakukan survey langsung ke lokasi usaha masing-masing Calon Mitra Binaan. Surve dilakukan oleh staf Telkom Sub Area Medan, namun tidak semua Calon Mitra Binaan disurve secara langsung ke lokasi usahanya, hal ini dikarenakan kurangnya sumber daya manusia Telkom Sub AreaMedan.

Telkom Sub Area Medan selain surve, juga melakukan koordinasi Koordinator BUMN Pembina. Koordinator BUMN Pembina adalah BUMN yang ditunjuk oleh Menteri untuk mengkoordinasikan BUMN Pembina didalam suatu provinsi tertentu. Calon Mitra Binaan yang mengajukan permohonan menjadi mitra binaan Telkom, tidak dapat menjadi mitra binaan BUMN lain. Fungsi dari koordinasi yang dilakukan antara Telkom Sub Area Medan dengan Koordinator BUMN Pembina wilayah Sumatera Utara adalah untuk menghindari duplikasi pemberian pinjaman dana Program Kemitraan. Seandainya diketahui Calon Mitra Binaan adalah mitra binaan BUMN lain, maka yang bersangkutan tidak berhak mengajukan permohonan pinjaman kepada pihak Telkom.

Pelaksanaan survei, akan dinilai objek usaha, prospek usaha dan kondisi ekonomi keluarga Calon Mitra Binaan. Kemudian Calon Mitra Binaan yang telah diseleksi melalui survei dan juga telah layak bina akan melaksanakan dan menandatangani Perjanjian Kerja Sama antara Telkom Sub Area Medan sebagai pihak pemberi pinjaman di dalam PKS (perjanjian kerja sama) tersebut dimuat semua


(49)

hal yang mengatur tentang hak dan kewajiban masing-masing pihak dimana pihak pertama adalah Telkom Sub Area Medan dan pihak kedua adalah Mitra Binaan. Mitra Binaan harus benar-benar memahami isi PKS tersebut dan sebelum penandatangan, Telkom Sub Area Medan juga telah melakukan sosialisasi PKS tersebut kepada seluruh Mitra Binaan.

Program Kemitraan ini berlangsung selama dua tahun, artinya setiap Mitra Binaan diberikan batasan waktu selama dua tahun untuk mengembalikan pinjaman kepada Telkom Sub Area Medan. Namun jika ada Mitra Binaan yang ingin meneruskan atau memperpanjang hubungan kemitraannya dengan Telkom Sub Area Medan, maka yang bersangkutan dapat mengajukan kembali permohonan pengajuan pinjaman kepada Telkom Sub AreaMedan. Program Kemitraan, Telkom Sub Area Medan tidak semata-mata hanya memberikan pinjaman kepada Mitra Binaannya saja. Tapi lebih dari itu juga melakukan pembinaan kepada masing-masing Mitra Binaan. Pembinaan yang dilakukan oleh Telkom Sub Area Medan berupa pelatihan dan promosi usaha Mitra Binaan guna meningkatkan produktivitas Mitra Binaan.

Hubungan yang dibangun dalam Program Kemitraan antara Telkom Sub Area Medan dengan para Mitra Binaannya tidak monoton hanya sebatas kreditur dan debitur, tetapi juga melahirkan hubungan emosional yang lebih bersifat kekeluargaan dan kebersamaan selayaknya antara Mitra Binaan dan Pembina. Pelayanan yang ramah dan profesional yang dilakukan oleh staf Sub AreaMedan dalam pelaksanaan Program Kemitraan menimbulkan kenyamanan bagi para pengusaha kecil yang menjadi Mitra Binaannnya sehingga menimbulkan semangat bagi Mitra Binaan untuk terus berusaha meningkatkan taraf kesuksesan usaha kecil yang dimilikinya. Telkom Sub Area Medan dalam hal ini telah melakukan pemberdayaan usaha kecil


(50)

dengan memberikan pinjaman untuk meningkatkan produktivitas usaha-usaha kecil sehingga menjadi tangguh dan mandiri.

Sesuai dengan yang dicantumkan dalam Undang-Undang Nomor. 20 Tahun 2008 tentang UMKM yang dimaksud dengan Usaha Kecil adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dari usaha menengah atau usaha besar yang memenuhi kriteria Usaha Kecil sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang ini. Sedangkan kriteria Usaha Kecil itu sendiri adalah sebagai berikut :

a) Memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp. 50.000.000,00 (lma puluh juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp. 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha atau

b) Memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp. 300.000.000,00 (tiga ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp. 2.500.000.000,00 (dua milyar lima ratus juta rupiah).

Bagi Calon mitra binaan yang sudah memberikan proposal kepada BUMN Pembina atau BUMN Penyalur harus mengetahui jangka waktu pinjaman, jadwal angsuran pokok dan jasa administrasi pinjaman dan syarat-syarat penerima pinjaman yaitu:

a) Memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp. 200 Juta (tidak termasuk tanah & bangunan tempat usaha).


(51)

c) Berdiri sendiri, bukan merupakan anak perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau berafiliasi langsung maupun tidak langsung dengan usaha menengah atau besar.

d) Berbentuk badan usaha orang perseorangan, badan usaha yang tidak berbadan hukum, atau badan usaha yang berbadan hukum, termasuk koperasi.

e) Telah melakukan kegiatan usaha minimal 1 tahun serta mempunyai potensi & prospek usaha untuk dikembangkan.

f) Belum pernah dan tidak sedang mendapat bantuan pembinaan dari BUMN dan institusi sejenis yang lain.

Syarat usaha kecil yang pertama dan kedua yang ditetapkan Telkom melalui Keputusan Direksi PT. Telkom, Tbk No:KD.51/KU200/PUK-00/2003 tentang Program Kemitraan dan Program Bina Lingkungan berbeda dengan kriteria usaha kecil yang ditentukan di dalam Undang-Undang Nomor. 20 Tahun 2008 tentang UMKM. Pada ketentuan di Undang-Undang Nomor. 20 Tahun 2008 tentang UMKM, kekayaan bersih pada usaha kecil paling banyak adalah Rp. 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah) dan hasil penjualan tahunan paling banyak adalah Rp. 2.500.000.000,00 (dua milyar lima ratus juta rupiah), sedangkan pada Keputusan Direksi PT.Telkom, Tbk No:KD.51/KU200/PUK-00/2003 tentang Program Kemitraan dan Program Bina Lingkungan kekayan bersih yang dimiliki usaha kecil paling banyak adalah Rp. 200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah) dan hasil penjualan tahunan paling banyak Rp. 1.000.000.000,00 (satu milyar rupiah). Kesimpulan yang didapat adalah syarat kriteria usaha kecil yang diterapkan Telkom dalam program kemitraannya lebih kecil dari pada yang ditentukan dalam Undang-Undang Nomor.20 Tahun 2008 tentang UMKM.


(52)

Syarat ketiga adalah milik warga Negara Indonesia, jadi usaha kecil yang dimiliki atau bekerjasama dengan warga Negara asing tidak dapat mengajukan permohonan pinjaman dalam Program Kemitraan ini. Syarat keempat adalah bahwa usaha kecil yang bersangkutan tidak dibenarkan memiliki kerjasama aau berafiliasi dengan usaha menengah atau usaha besar, jadi usaha kecil tersebut murni berdiri sendiri dan bukan merupakan anak perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, ataupun berafiliasi dengan usaha menengah atau usaha besar.

Syarat kelima adalah usaha kecil yang bersangkutan merupakan badan usaha perorangan baik yang berbadan hukum maupun yang tidak berbadan hukum, termasuk juga koperasi, jadi Koperasi dapat mengajukan pinjaman pada Program Kemitraan ini. Syarat usaha kecil yang terakhir yaitu usaha kecil yang akan mengajukam permohonan pinjaman, harus telah melakukan usaha minimal 1 (satu) tahun serta mempunyai prospek usaha untuk dikembangkan.

Telkom Sub Area Medan selaku unit PKBL Telkom diwajibkan melakukan koordinasi dengan koordinator BUMN Pembina. Jika diketahui calon Mitra Binaan telah ikut dalam Program Kemitraan BUMN lainnya, maka ia tidak dapat mengajukan permohonan untuk menjadi mitra binaan Telkom. Melalui data-data yang diberikan itulah pihak Telkom Sub Area Medan akan mengadakan penyeleksiaan kepada masing-masing calon Mitra Binaan yang telah mengajukan permohonan. Calon Mitra Binaan yang yang telah memenuhi syarat dan ketentuan yang telah ditetapkan oleh Telkom dan layak bina akan menyelesaikan proses administrasi selanjutnya.

Setelah proposal permohonan tersebut dibuat oleh calon mitra binaan, proposal permohonan tersebut diseleksi oleh unit Sub Area Medan. Tahap seleksi ini merupakan evaluasi awal yang dilakukan oleh unit Sub Area Medan kepada calon


(53)

Mitra Binaan. Apabila proposal permohonan tersebut memenuhi syarat maka unit Sub AreaMedan akan melakukan survei kepada calon Mitra Binaan. Survei yang dilakukan oleh unit Sub Area Medan kepada calon Mitra Binaan aktif maupun pasif dengan melakukan wawancara, dan verifikasi data administrasi dan keuangan.

Selain itu survei yang dilakukan oleh unit Sub Area Medan juga dilakukan tanpa sepengetahuan calon Mitra Binaan itu sendiri, yaitu dengan mencari informasi kepada tetangga atau Kepala Lingkungan maupun kepada instansi terkait lainnya mengenai Calon Mitra binaan. Apabila calon Mitra Binaan ini memenuhi syarat setelah dilakukannya survei oleh unit Sub Area Medan, maka langkah yang dilakukan oleh unit Sub Area Medan adalah tahap evaluasi. Tahap evaluasi ini dilakukan oleh unit Sub Area Medan dengan melihat kebenaran identitas dan status usaha, menilai kelayakan usaha, melakukan analisa keuangan, dan menilai lebih lanjut mengenai 5 C yaitu,Character, Capability, Capacity, Condition of economy, dan Collateral.

B. Penyaluran Pinjaman

Proposal dari calon mitra binaan telah disetujui maka unit PKBLmenyalurkan pinjaman kepada mitra binaan. Penyaluran pinjaman tersebut dituangkan dalam satu surat perjanjian/kontrak yang sekurang kurangnya memuat:

1. Nama dan alamat BUMN Pembina atau BUMN Penyalur atau lembaga penyalur dan mitra binaan.

2. Hak dan kewajiban BUMN Pembina atau BUMN Penyalur atau lembaga penyalur dan Mitra Binaan:

a) Mitra Binaan mempunyai kewajiban sebagai berikut :

1) Melaksanakan kegiatan usaha sesuai dengan rencana yang telah disetujui oleh BUMN Pembina.


(54)

2) Menyelenggarakan pencatatan/pembukuan dengan tertib.

3) Membayar kembali pinjaman secara tepat waktu sesuai dengan perjanjian yang telah disepakati.

4) Menyampaikan laporan perkembangan usaha setiap triwulan kepada BUMN Pembina.

a. Sektor Usaha yang dapat diberikan bantuan pinjaman adalah Industri, Jasa, Perdagangan, Peternakan, Perikanan, Pertanian, Perkebunan dan Jasa lainnya.

b. Jumlah pinjaman dan peruntukannya. c. Bunga pinjaman:

Tabel 2.1 Bunga Pinjaman

No Jumlah Pinjaman Yang Di Berikan Jasa Administrasi /Tahun

1 s/d Rp. 10.000.000 6%

2 > Rp. 10.000.000 s/d Rp. 30.000.000 6% 3 > Rp. 30.000.000 s/d Rp. 50.000.000 6%

4 > Rp. 50.000.000 6%

Sumber (PT.Telekomunikasi Indonesia, 2008: 08).

Besarnya jasa administrasi pinjaman dana program kemitraan per tahun sebesar 6% dari limit pinjaman atau administrasi lain oleh Menteri (PER MEN – 05 BAB IV pasal.12 ayat (3)).


(55)

C. Monitoring, Penagihan Pinjaman dan Penyelesaian Piutang BermasalahMitra Binaan

Setelah pinjaman disalurkan, maka BUMN Pembina atau BUMN penyalur atau lembaga penyalur monitor pemenuhan kewajiban mitra binaan. Apabila terdapat pembayaran yang belum diketahui, maka pembayaran tersebut diakui sebagai hutang sampai dengan diketahuinya mitra binaan yang melakukan pembayaran.Pinjaman dana program kemitraan dinilai kualitasnya berdasarkan pada ketetapan waktu pembayaran kembali pokok pinjaman dan jasa administrasinya pinjaman dari Mitra binaan.

Penggolongan kualitas pinjamansesuai ketentuan yang berlaku adalah: 1. Lancar

Apabila pembayaran angsuran pokok dan jasa administrasi pinjaman dilakukan tepat waktu atau terjadi keterlambatan pembayaran angsuran pokok dan atau jasa administrasi pinjaman selambat lambatnya 30 hari (tiga puluh) hari dari tanggal jatuh tempo pembayaran angsuran, sesuai dengan perjanjian yang telah disetujui bersama.

2. Kurang Lancar

Apabila terjadi keterlambatan pembayaran angsuran pokok dan atau jasa administrasi pinjaman yang telah melampaui 30 hari dan belum melampaui 180 (seratus delapan puluh) hari dari tanggal jatuh tempo pembayaran angsuran, sesuai dengan perjanjian yang telah disepakati bersama.

3. Diragukan

Apabil terjadi keterlambatan pembayaran angsuran pokok dan atau jasa administrasi pinjaman yang telah melampaui 180 (seratus delapan puluh hari) hari dan belum melampaui 270 (duaratus tujuh puluh) hari dari tanggal jatuh


(56)

tempo pembayaran angsuran. Sesuai dengan perjanjian yang telah disetujui bersama.

4. Macet

Apabila terjadi keterlambatan pembayaran angsuran pokok dan jasa administrasi pinjaman yang telah melampaui 270 (dua ratus tujuh puluh) hari dari tanggal jatuh tempo pembayaran angsuran, sesuai dengan perjanjian yang telah disetujui bersama (PT.Telekomunikasi Indonesia, 2008:5-6).

2.4.2. Penyaluran Dana Pembinaan Kemitraan

Dana pembinaan kemitraan yang disalurkan melaui program kemitraan ditujukan kepada mitra binaan yang telah dan masih terdaftar dalam program kemitraan. Artinya dana ini hanya dapat diberikan kepada dan untuk kepentingan mitra binaan.Dana pembinaan kemitraan disalurkan melalui beberapa program yang disusun untuk membantu mitra binaan dalam rangka mengembangkan usahanya dengan hibah.

A. Pendidikan dan Pelatihan Serta Pemagangan.

1. Mengingkatkan keterampilan manajerial dan teknik produksi atau pengelolaan.

Dilakukan melalui pelatihan contohnya dalam mendatangkan instuktur yang ekspert di bidangnya, mitra yang bergerak di bidang olahan pangan maka untuk meningkatkan ketrampilannya dilakukan dengan memberikan pelatihan pengolahan pangan yang baik sesuai dengan standar BPOM.


(57)

2. Mengingkatkan pengendalian mutu produksi.

Mutu produksi dilakukan dengan mengadakan pelatihan bagi mitra binaan yang terkait dengan produksi barang.

3. Meningkatkan pemenuhan standarisasi teknologi.

Standarisasi teknologi yang diberikan telkom adalah pemberikan pelatihan mengenai internet, agar mitra binaan bisa mengembangkan produksinya di media jejaring sosial, dan juga pemasaran produksi melalui blog dan lain-lain.

4. Meningkatkan rancang bangun dan perekaysaan. B. Pemasaran Produk Mitra Binaan.

1. Membantu penjualan produk MB.

2. Membantu mempromosikan produk MB melalui kegiatan pameran maupun penyediaan ruang pameran.

Atas dana pembinaan kemitraan tersebut mitra binaan tidak menerima dalam bentuk uang tunai melainkan dalam bentuk progam-program yang telah disusun.Kegiatan yang dibiayai melalui dana pembinaan kemitraan tersebut ditangani oleh BUMN Pembina yang dalam pelaksanaannya dapat menyertakan pihak luar sebagai pekasana kegiatan, misalnya dalam hal penyediaan pemateri pelatihan, penyelenggara kegiatan pameran, dan sebagainya (PT.Telekomunikasi Indonesia, 2008:7-8).

2.5. Uraian Pengertian Tentang BUMN

Badan Usaha Milik Negara (BUMN) merupakan salah satu pelaku ekonomi dalam perekonomian nasional disamping usaha swasta dan koperasi. Melalui sistem perekonomian nasional, BUMN ikut berperan mengahsilkan barang/jasa yang diperlukan dalam rangka mewujudkan sebesar besarnya kemakmuran masyarakat.


(58)

Peran BUMN dirasakan semakin penting sebagai pelopor dan perintis dalam sector sektor usaha yang belum diminati oleh swarta. Selain itu, BUMN juga mempunyai peran strategis sebagai pelaksana pelayanan publik, penyeimbang kekuatan kekuatan swasta besar, dan turut membantu pengembangan usaha kecil atau koperasi. BUMN juga merupakan salah satu sumber penerimaan Negara yang signifikan dalam bentuk berbagai jenis pajak, deviden dan hasil privatisasi.

Pelaksanaan peran BUMN tersebut diwujudkan dalam kagiatan usaha pada hampir seluruh sektor perekonomian seperti sektor pertanian, perikanan, perkebunan, kehutanan, mannufaktur, pertambangan keuangan, pos dan telekominukasi, transportasi, listrik, industri dan perdagangan serta kontruksi.

Sebagai institusi bisnis BUMN dituntut untuk dapat menghasilkan laba sebagaimana layaknya perusahaan–perusahaan bisnis lainnya. Namun disisi lain, pada saat yang bersamaan BUMN ditutntut untuk berfungsi sebagai alat pembangunan nasional dan berperan sebagai instiut sosial (public). Peran sosial ini mengisyaratkan bukan saja pemilikan dan pengawasannya oleh publik tetapi juga menggambarkan konsep mengenai public purpose (sasarannya adalah masyarakat) dan public interest (orientasinya pada kepentingan masyarakat). Demikian disadari bahwa posisi perusahaan perusahaan BUMN iniibarat memiliki dua sisi mata uang. Disatu sisi berperan sebagai institute bisnis dan sisi lainnya berperan sebagai institute sosial kerana merupakan alat Negara.

Undang-Undang Nomor. 19 tahun 2003 yang merupakan ketentuan perundangan terbaru mengenai BUMN dikenal dua bentuk badan usaha milik Negara yaitu Usaha Perseroan (Persero) dan Perusahaan Umum (Perum). Persero adalah BUMN yang berbentuk perseroan terbatas yang modalnya terbagi dalam saham yang seluruhnya atau paling sedikit 51% sahamnya dimiliki Negara yang tujuan utamanya


(1)

20. Apakah modal yang anda miliki berputar ? a. Ya

b. Tidak

Alasan (Sebutkan) ... 21. Apakah ada kesulitan yang anda alami dalam pengembalian modal anda ?

a. Ya b. Tidak

Alasan (Sebutkan) ... 3.2.Pelaksanaan Manajerial

22. Apakah anda dapat mengatur dan mengelola manajemen keuangan anda ? a. Sangat dapat mengatur

b. Dapat mengatur c. Biasa saja

d. Tidak dapat mengatur e. Sangat tidak dapat mengatur

Alasan (Sebutkan) ... 23. Apakah ada kesulitan dalam mengatur dan mengelola manajemen keuangan

anda ? a. Ya b. Tidak

Alasan (Sebutkan) ... 24. Apakah pelaksanaan manajerial yang anda lakukan sudah seperti yang

diarahkan oleh telkom ? a. Ya

b. Tidak

Alasan (Sebutkan) ... 3.3.Pemasaran

25. Bagaimana kondisi pemasaran produk usaha anda sebelum mendapatkan pinjaman dari telkom ?

a. Sangat baik b. Baik c. Biasa saja d. Tidak baik e. Sangat tidak baik


(2)

Alasan (Sebutkan) ... 26. Seperti apakah jenis ataupun cara pemasaran yang dilakukan oleh telkom

untuk membantu anda memasarkan produk anda? a. Pameran

b. Spanduk dan brosur c. Siaran di radio

d. Penjualan produk langsung ke pasaran

e. Lainnya (Sebutkan) ... 27. Apakah pemasaran produk yang dilakukan oleh telkom mampu memperluas

cakupan wilayah pemasaran anda? a. Ya

b. Tidak

Alasan (Sebutkan) ... 28. Apakah jumlah produk yang anda pasarkan mengalami peningkatan, setelah

mendapatkan pinjaman dana dari telkom ? a. Sangat meningkat

b. Meningkat c. Biasa saja d. Menurun

e. Sangat menurun 3.4. Kualitas Produk

29. Bagaimanakah mutu dan kualitas produk yang anda miliki ? a. Sangat bagus

b. Bagus c. Biasa saja d. Tidak bagus e. Sangat tidak bagus

30. Apakah anda menaikkan harga produk anda, dikarenakan peningkatan produk anda mulai membaik ?

a. Ya b. Tidak

Alasan (Sebutkan) ... 31. Apakah produk anda memiliki banyak jenis dan variasi ?

a. Sangat banyak b. Banyak


(3)

c. Biasa saja d. Tidak banyak e. Sangat tidak banyak

IV.Sosial Ekonomi Mitra Binaan (variabel y) 4.1. Pendapatan

32. Apakah terjadi peningkatan pendapatan usaha, setelah anda memperoleh pinjaman dana dari telkom ?

a. Meningkat b. Tetap c. Menurun

Alasan (Sebutkan) ... 33. Berapakah pendapatan hasil usaha anda dalam sebulan ?

(Sebutkan) Rp. ... 34. Apakah anda memiliki sumber pendapatan tambahan ?

a. Ya b. Tidak

Alasan (Sebutkan) ... 35. Jika menjawab “ya” Apakah sumber pendapatan tambahan anda ?

a. Petani b. Nelayan c. Supir angkot d. Buruh

e. Lainya (Sebutkan) ... 36. Apakah ada sisa pendapatan anda, setelah anda memenuhi kebutuhan rumah

tangga anda untuk di tabung ? a. Ya

b. Tidak

Alasan (Sebutkan) ... 37. Jika ada, di manakah anda menyimpan/ menabung sisa dari penghasilan anda

?

a. Simpan sendiri b. Bank


(4)

d. Infestasi

e. Lainnya (Sebutkan) ...

4.2. Pendidikan

38. Berapakah jumlah anak anda yang sedang duduk dibangku sekolah ? a. 1 orang

b. 2 orang c. 3 orang d. >3 orang e. Tidak ada

39. Sebutkan tingkat pendidikan sekolah anak anda ? a. SD ... orang

b. SMP/ sederajat ... orang c. SMA/ sederajat ... orang d. Perguruan tinggi/ sederajat... orang e. Tidak sekolah ... orang

(boleh memilih lebih dari satu)

40. Apakah ada anak anda yang putus sekolah ? a. Ada

b. Tidak ada

Alasan (Sebutkan) ... 41. Jika ada, berapakah jumlah anak anda yang putus sekolah ?

a. 1 orang b. 2 orang c. 3 orang d. 4 orang e. > 4 orang

42. Sampai tingkat manakah anak anda putus sekolah ? a. SD

b. SMP/ sederajat c. SMA/ sederajat

d. Perguruan tinggi/ sederajat


(5)

43. Apa alasan anak anda putus sekolah ? a. Kesulitan ekonomi

b. Keterbatasan fisik c. Kamauan anak

d. Jarak dari rumah kesekolah

e. Lainnya (Sebutkan) ... 4.3. Kesehatan

44. Jika anda sakit apakah anda berobat ? a. Ya

b. Tidak

Alasan (Sebutkan) ... 45. Jika ya, bagaimana tingkat keparahan sakit anda ?

a. Sangat parah b. Parah

c. Biasa saja d. Tidak parah e. Sangat tidak parah

Alasan (Sebutkan) ... 46. Apa jenis atau nama penyakit yang anda alami ?

(Sebutkan) ... 47. Kemanakah anda pergi berobat ?

a. Rumah sakit b. Puskesmas

c. Pengobatan tradisional d. Hanya membeli obat saja

e. Lainnya (Sebutkan) ... 48. Dari manakah sumber biaya berobat jika anda sakit ?

a. Pemerintah (geratis) b. Biaya sendiri

c. Askes d. Jamsostek

e. Lainnya (Sebutkan) ... 4.4. Konsumsi

49. Berapa kali rata-rata anda makan dalam sehari ? a. > 4 kali dalam sehari


(6)

b. 4 kali dalam sehari c. 3 kali dalam sehari d. 2 kali dalam sehari e. 1 kali dalam sehari

50. Berapa kali anda mengkonsumsi daging dalam seminggu ? a. Lebih dari 3 x

b. 3 X c. 2 X d. 1 X

e. Tidak pernah

51. Berapa kali anda mengkonsumsi susu dalam seminggu ? a. Setiap hari

b. Lebih dari 3 X c. 3 X

d. Kurang dari 3 X e. Tidak pernah

52. Berapa kali anda mengkonsumsi telur dalam seminggu ? a. Lebih dari 3 X

b. 3 X c. 2 X d. 1 X

e. Tidak pernah 4.5. Perumahan

53. Apakah status kepemilikan rumah anda ? a. Milik sendiri

b. Sewa/ kontrak

c. Peninggalan orang tua d. Rumah dinas

e. Lainnya (Sebutkan) ... 54. Tipe apakah rumah yang anda tempati ?

a. Permanen b. Semi permanen c. Non permanen