Kriteria Nilai Berita Berita

menyatakan unsur-unsur yang harus dipenuhi ketika menulis berita media cetakagar mudah dipahami oleh khalayak, antara lain: a. Menulis bukan untuk memengaruhi, tetapi untuk mengungkapkan b. Uraian berita harus efektif dengan menggunakan bentuk kalimat aktif. c. Penyampaian berita harus dinamis dengan menggunakan kata kerja. d. Memakai bahasa khusus dan konkret, untuk menghasilkan penyajian yang dapat “dilihat, dirasa, diraba, dan dicium” panca indra. e. Menggunakan kata sifat seperlunya, untuk menghindari isi penulisan yang abstrak dan tidak jelas. f. Sebaiknya menulis dilakukan seperti kita sedang berbicara agar tulisan diminati seperti dalam percakapan. 33 33 Ibid, h. 18-19. 33

BAB III GAMBARAN UMUM

A. Sejarah dan Perkembangan Harian Kompas Dahulu, sekitar tahun 1960-an Petrus Kanisius Ojong dan Jakob Oetama bertemu dan membicarakan mengenai dilarang masuknya majalah luar negeri ke Indonesia. Pada saat itu PK Ojong merupakan Pemimpin Redaksi Star Weekly, sedangkan Jakob Oetama adalah Pemimpin Redaksi majalah Penabur. Mereka bertemu dan memperbincangkan mengenai pembaca Indonesia yang terkucil karena tidak ada majalah luar negeri yang diperkenankan masuk ke Indonesia. Kemudian keduanya sepakat untuk membentuk sebuah terobosan yang mendobrak isolasi tersebut dengan sebuah majalah bernama Intisari. Intisari adalah awal dari kerjasama PK. Ojong dengan Jakob Oetama. Disebut Sang Pemula karena memang kemudian menjadi awal dari Kelompok Kompas Gramedia KKG. 1 Majalah Intisari terbit pada 7 Agustus 1963 dengan 22 artikel, hitam putih, berukuran 14x17,5 cm, tebal 128 halaman, dan tanpa cover. Jakob Oetama tercantum sebagai pemimpin redaksi, tetapi PK Ojong dan Adi Subrata tidak tercantum sebagai pengasuh. Penjualan pertama teijual sebanyak 10.000 eksemplar.2 Memasuki tahun 1965, suhu politik di Indonesia memanas akibat adanya aksi dari Partai Komunis Indonesia yang melakukan kegiatan sepihak dan menyuarakan dibentuknya angkatan kelima untuk menghadapi alat-alat kemanan negara yang sah, yaitu ABRI. Menanggapi hal tersebut Panglima TNI AD Letjen Ahmad Yani bersama Drs. Frans Seda, rekannya di kabinet, mencetuskan ide agar dibentuknya koran untuk melawan pers komunis. Kemudian Frans Seda menghubungi rekannya di Partai Katolik, Ignatius Josef Kasimodan rekannya di Intisari PK Ojong dan Jakob Oetama. Mereka menggarap ide tersebut dan mempersiapkan penerbitan. Pada awalnya, mereka memilih nama Bentara Rakyat karena bertujuan untuk menunjukkan kepada masyarakat bahwa yang membela rakyat bukanlah PKI. Soekarno mendengar rencana penerbitan Koran tersebut dan menyarankan agar diberi nama Kompas yang berarti sebagai pemberi arah dan jalan dalam mengarungi lautan atau hutan rimba. Maka jadilah Kompas sebagai nama Koran tersebut hingga saat ini, sementara itu Bentara Rakyat dijadikan sebagai nama Yayasan Bentara Rakyat sebagai penerbit Harian Kompas. Para pendiri Yayasan Bentara Rakyat adalah para pemimpin organisasi Katolik seperti: Partai Katolik, Wanita Katolik, PMKRI, dan PK Ojong. Pengurus yayasan terdiri dari Ketua: IJ Kasimo, Wakil Ketua: Drs. Frans Seda, Penulis I: FC Palaunsuka, Penulis II: Jakob Oetama, dan Bendahara: PK Ojong.3 Walaupun mendapat dukungan dari berbagai pihak, proses ijin terbit tetap mengalami kesulitan. Sejumlah syarat diungkapkan PKI dan kaki tangannya untuk mempersulit terbitnya Kompas. Berbagai persyaratan dapat dilalui sampai akhirnya hanya satu persyaratan yang harus dipenuhi, yaitu dan menyuarakan dibentuknya angkatan kelima untuk menghadapi alat-alat kemanan negara yang sah, yaitu ABRI. Menanggapi hal tersebut Panglima TNI AD Letjen Ahmad Yani bersama Drs. Frans Seda, rekannya di kabinet, mencetuskan ide agar dibentuknya koran untuk melawan pers komunis. Kemudian Frans Seda menghubungi rekannya di Partai Katolik, Ignatius Josef