Teori Hierarki Pengaruh KAJIAN TEORITIS

aturan-aturan tersebut mengatur bagaimana mereka harus bertindak. Karena itulah, isi atau konten media juga dipengaruhi oleh kebiasan atau aturan-aturan yang diitetapkan di media massa tersebut.6 3. Level Organisasi Level ketiga dalam teori hirarki pengaruh media adalah level organisasi media. Level organisasi ini berkaitan dengan struktur manajemen oraganisasi pada sebuah media, kebijakan sebuah media dan tujuan sebuah media. Berkaitan dengan level sebelumnya pada teori hirarki pengaruh yaitu level individu dan level media rutin, level organisasi lebih berpengaruh dibanding kedua level sebelumnya. Ini dikarenakan kebijakan terbesar dipegang oleh pemilik media melalui editor pada sebuah media. Jadi penentu kebijakan pada sebuah media dalam menentukan sebuah pemberitaan tetap dipegang oleh pemilik media. Ketika tekanan datang untuk mendorong, pekeija secara individu dan rutinitas mereka harus tunduk pada organisasi yang lebih besar dan tujuannya.7 Berkaitan dengan struktur dan kebijakan sebuah organisasi dari sebuah media tentunya berkaitan dengan tujuan dari sebuah media. Tujuan dari sebuah media pada sistem ekonomi kapitalis tentunya berkaitan dengan profit. Seperti apa yang dikatakan oleh Shoemaker dan Reese bahwa nilai kepercayaan mendasar pada sistem ekonomi kapitalis adalah kepemilikan individu, pengejaran untuk yang berkaitan dengan kepentingan pengusaha dan pasar bebas. Tujuan dari profit ini selain untuk menggerakkan roda organisasi dan kelangsungan sebuah media juga berkaitan dengan keuntungan yang akan didapat dari sebuah media. Dan karena faktor ekonomilah yang menyebabkan sebuah media yang jarang sekali mengkritisi sebuah sponsor yang memberikan keuntungan pada sebuah media, dalam hal ini seperti iklan. Contohnya jarang sekali media yang mengkritisi pemakaian produk rokok pada masyarakat yang menjadi sponsornya. Ini dikarenakan jika sebuah media mengkritisi maka perusahaan rokok yang mensponsori sebuah media akan menarik iklannya dari media tersebut. Dan pada akhirnya akan menyebabkan kerugian pada media tersebut.9 Selain kebijakan yang berkaitan dengan sponsor, terkadang pemilik sebuah media memiliki afiliasi politik atau pemimpin sebuah partai politik. Inilah yang mempengaruhi pemberitaan sebuah media karena berkaitan dengan kepentingan politik pemilik media. Jadi besar kemungkinan pemberitaan yang diberitakan tidak akan bertentangan dengan kebijakan politik sebuah organisasi yang berafiliasi dengan pemilik media. Di satu sisi tujuan keuntungan untuk sebuah perusahaan turut mempengaruhi konten dari sebuah media. Dan sifatnya mengikat pada pekerja media yang mengharuskan pekerja media mencari pemberitaan yang menguntungkan. Titik fokus level ini adalah pada pemilik atau pemimpin media yang menentukan kebijakan sebuah media 4. Level Ekstra Media Level ekstra media adalah pengaruh-pengaruh pada isi media yang berasal dari luar organisasi media itu sendiri. Pengaruh-pengaruh dari media itu berasal dari sumber berita, pengiklan dan penonton, kontrol dari pemerintah, pangsa pasar dan teknologi Sumber berita memiliki efek yang sangat besar pada konten sebuah media massa, karena seorang jurnalis tidak bisa menyertakan pada laporan beritanya apa yang mereka tidak tahu. Contohnya adalah seorang jurnalis hampir tidak pernah menjadi saksi mata sebuah kecelakaan pesawat. Hingga untuk mendapatkan sebuah berita mereka mendapatkan informasi dari jurnalis lainnya, dari orang yang berada di tempat kejadian, dari sumber resmi pemerintah dan polisi, dari petugas bandara dan dari advokasi keselamatan konsumen; dan dari tiap individu memiliki sudut pandang yang unik dan berbeda tentang apa yang terjadi.10 Contoh di atas menjelaskan bahwa si media yang diberitakan oleh seorang jurnalis dapat dibentuk oleh sumber berita. Karena sudut pandang yang berbeda dari sumber berita itu sendiri. Bahkan kadang sumber berita juga bisa menjadi bias bagi sebuah berita karena sumber berita juga bisa bohong terhadap seorang jurnalis dalam sebuah wawancara. Unsur selanjutnya dari extra media level adalah unsur pengiklan dan pembaca. Unsur ini sangat berpengaruh dalam level ekstra media karena iklan dan pembaca adalah penentu kelangsungan sebuah media, kedua unsur inilah yang membiayai jalannya produksi dan sumber keuntungan dari sebuah media.11 Karena pemasukan dari iklan sangat penting bagi berlangsungnya kehidupan sebuah media massa komersil, perusahaan iklan yang lebih besar menjadi memiliki kekuatan yang lebih besar, contohnya perusahaan multinasional dan agensi periklanan memiliki kekuatan untuk menyensor pesan atau pemberitaan yang diberikan sebuah media Unsur ketiga yang mempengaruhi konten pada pemberitaan sebuah media adalah kontrol dari pemerintah. Pemerintah dapat mengkontrol pemberitaan sebuah media jika bertentangan dengan kebijakan sebuah pemerintahan dalam sebuah negara. Kontrol dari pemerintah biasanya berupa sebuah kebijakan peraturan perundang-undangan atau dari lembaga negara seperti Kementerian atau lembaga negara lainnya.12 Unsur keempat yang mempengaruhi isi dari pemberitaan sebuah media adalah pangsa pasar media. Media massa beroperasi secara primer pada pasar yang komersil, dimana medias harus berkompetisi dengan media lainnya untuk mendapatkan perhatian dari pembaca dan pengiklan.13 Inilah yang membuat media berlomba-lomba untuk mendapatkan keuntungan dari iklan dan pembaca lewat konten dari media itu sendiri. Unsur yang terakhir yang membentuk efek dari luar organisasi media adalah teknologi. Konten media dapat dipengaruhi oleh teknologi yang digunakan. Kemajuan teknologi turut memberikan pengaruh bagi konten sebuah media. Teknologi seperti komputer dapat memudahkan sebuah media untuk memberikan berita yang lebih luas kepada masyarakat. Ada empat alasan mengapa teknologi dapat mempengaruhi sebuah media terutama media cetak, pertama, komputer membantu editor dan penyunting berita untuk menyiapkan grafik informasi yang bisa memberikan pemberitaan yang lebih baik. Kedua, teknologi pada komputer dapat membuat kualitas foto yang lebih baik bagi media cetak. Ketiga, reporter menggunakan computer untuk mengakses data dan menggunakan informasinya untuk menyiapkan berita yang lebih baik. Keempat, sebuah media cetak dapat membuat halaman dengan komputer, editor dapat memiliki kontrol yang lebih terhadap design dari halaman.14 Terobosan dalam hal teknologi yang melahirkan media baru seperti internet, turut menciptakan era konvergensi media. Konvergensi media sangat membantu karena turut mempercepat arus informasi. Media seperti televisi, koran, telepon dan media informasi lainnya menyatu dalam internet. Kemajuan ini sangat menguntungkan tapi juga berpengaruh pada konten media. Biasanya konten berita pada media seperti internet lebih pada model berita straight news. Ini dikarenakan arus pemberitaan yang sangat cepat dan berita yang lama lebih cepat tergantikan dengan berita yang baru. Dan internet juga memunculkan fenomena citizen journalism yaitu pemberitaan dari masyarakat pembaca itu sendiri, ini dikarenakan pada internet masyarakat dapat membuat beritanya sendiri. 5. Level Ideologi Setiap media massa memiliki ideology yang mereka pegan g teguh sebagai landasan dalam berpikir dan bertindak. Ideologi bukanlah sebuah system kepercayaan individu, ia memakan fenomena level sosial. Pada level ideology ini kita dapat melihat dengan lebih dekat bagaimana media berfungsi sebagai perpanjangan tangan dari sebuah kepentingan yang kuat di masyarakat. Bagaimana rutinitas media, nilai-nilai, dan struktur organisasi bersatu untuk mempertahankan ideology mereka. Ideology bukan sesuatu yang berada di balik layar, akan tetapi ideology adalah sebagai sesuatu yang tumbuh secara natural.

B. Kebijakan Redaksional

1. Pengertian Kebijakan Redaksional Secara umum kebijakan diartikan sebagai kearifan mengelola.Dalam ilmu sosial, kebijakan diartikan sebagai dasar-dasar haluan untuk menentukan langkah-langkah atau tindakan-tindakan dalam mencapai suatu tujuan. I5Di sisi lain, pengertian kebijakan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah rangkaian konsep dan asas yang menjadi garis besar dan dasar rencana dalam pelaksanaan suatu pekerjaan, kepemimpinan, dan cara bertindak dalam suatu organisasi. 1 Sementara itu, pengertian redaksional berasal dari kata redaksi yang berarti suatu bagian terpenting dalam organisasi media komunikasi massa yang tugas pokoknya menelola isi media massa baik cetak ataupun elektronik. Secara umum redaksi mempunyai tugas dan wewenang untuk pengadaan, pengelolaan,penampilan, dan penyusun komposisi naskah sesuai dengan misi media tersebut. 2 Berdasarkan Kamus Jurnalistik, redaksional adalah bagian penerbitan pers yang menangani masalah pemberitaan atau isi media massa. Dipimpin oleh seorang kepala bagian yang disebut pemimpin redaksi dan membawahi redaktur pelaksana, para 1 Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia edisi ketiga Jakarta: Balai Pustaka, 2002, h. 149. 2 Maskun Iskandar, Ensiklopedia Nasional Indonesia Jakarta: PT. Cipta Adi Pustaka, 1990, h.125. redaktur desk, koordinator reporter, reporter, fotografer, dan koresponden. 3 Kebijakan Redaksional adalah ketentuan yang disepakati oleh redaksi media massa tentang kriteria berita atau tulisan yang boleh dan tidak boleh dimuat atau disiarkan, juga kata, istilah, atau ungkapan yang tidak boleh dan boleh dipublikasikan, sesuai dengan visi dan misi media tersebut.Dalam media radioTV, kebijakan redaksi soal penggunaan bahasa dituangkan dalam standar kata siaran. Di media cetak suratkabar, majalah, tabloid, kebijakan itu dirinci dalam ”buku gaya bahasa” style book atau buku pedoman penggunaan standar kata bahasa untuk keseragaman penulisan.Gaya penulisan itu harus ditaati oleh wartawan agar terjadi keseragaman dalam teknis penulisan kata-kata, gaya bahasa atau kalimat, dan istilah. Kebijakan redaksional ditetapkan sebagai standar bagi wartawan dan penyiar demi ciri khas media sekaligus menjaga keseragaman bahasa di kalangan wartawanpenyiar. Misalnya, kita sering menemukan beragam gaya penuli san ”Al-Quran” dan ”Allah SWT”. Berbagai macam gaya yang sering digunakan media massa dalam menulis dua kata tersebut antara lain Alquran, al-Quran, Al-Quran, Al- Qur’an, al-Qur’an; Allah SWT, Allah Swt, Alloh SWT, bahkan Alloh Azza wa Jalla. Contoh lain, soal penulisan gelar. Satu media menambahkan titik di belakang singkatan gelar. Media lainnya mengabaikan titik itu demi penghematan kata economy of word. Contoh, Prof. Dr. Ahmad, S.H. 3 Asep Syamsul M. Romli, Kamus Jurnalistik,Bandung: Simbiosa Rekatama Media, 2008, h.110. dengan titik – Prof Dr Ahmad, SH tanpa titik. 4 Kebijakan redaksional lebih memusatkan perhatian kepada bagaimana aspek-aspek dan misi tulisan dan gambar yang sesuai dengan kepentingan dan selera khalayak yang relatif beragam. Karena sifat khalayak dan anonim dan heterogen, maka bahasa jurnalistik yang dipilih tentu harus memenuhi asas anonim dan heterogenitas itu. Agar memudahkan seluruh pengelola, maka pedoman pemakaian bahasa jurnalistik ini lazimnya dituangkan dalam sebuah buku khusus intern sebagai rujukan resmi dalam peliputan, penulisan, pemuatan, penyiaran, atau penayangan berita, laporan, tulisan dan gambar pada media bersangkutan. 5 Dalam buku Jurnalistik Baru, Sudirman Tebba mendifinisikan kebijakan redaksi media massa sebagai berikut: “Kebijakan redaksi merupakan dasar pertimbangan suatu lembaga media massa untuk memberitakan atau menyiarkan suatu berita. Kebijakan redaksi juga merupakan sikap redaksi suatu lembaga media massa, terutama media cetak, terhadap masalah actual yang sedang berkembang, yang biasanya dituangkan dalam bentuk tajuk rencana. Kebijakan redaksi itu penting untuk menyikapi suatu peristiwakarena dalam dunia pemberitaan yang penting bukan saja peristiwa, tetapi juga sikap terhadap peristiwa itu sendiri.Kalau suatu media massa tidak memiliki kebijakan redaksi, maka dapat dipastikan beritanya tidak akan konsisten, karena ia tidak mempunyai pendirian dalam memberitakan suatu peristiwa, ia seperti keranjang sampah yang memuat apa saja.” Selain itu, peristiwa menarik dan penting yang terjadi sehari-hari sangat banyak, sehingga tidak mungkin semuanya disiarkan. Oleh karena itu, harus dilakukan penyaringan dan menyaringnya harus ada dasar 4 http:fannyshining.blogspot.com201110kebijakan-redaksional-editorial- policy.html 5 Drs. AS Haris Sumadiria M.Si, Bahasa Jurnalistik Bandung: Simbiosa Rekatama Media, 2006, h. 23. pertimbangan yang ditetapkan bersama oleh pengelola lembaga media massa yang menyiarkan berita. Berdasarkan hal tersebut disiarkan atau tidaknya suatu peristiwa tidak semata-mata karena menarik dan pentingnya suatu peristiwa atau pernyataan, tetapi juga karena sesuai tidaknya dengan kebijakan redaksi suatu lembaga media massa yang menyiarkan peristiwa itu. 6 Pertimbangan yang digunakan bisa menyangkut aspek apakah tulisan atau berita itu bernilai atau tidak, menarik tidaknya bagi pembaca, serta menjadi corak politik yang dianut penerbit pers tersebut. 7 Biasanya ada beberapa dasar pertimbangan untuk menyiarkan atau tidak menyiarkan suatu peristiwa.Dasar pertimbangan itu ada yang bersifat ideologis, politis, dan bisnis. Pertimbangan ideologis suatu media massa biasanya ditentukan oleh latar belakang pendiri atau pemiliknya, baik itu latar belakang agama maupun nilai-nilai yang dihayati. Pertimbangan kedua untuk menyiarkan atau tidak menyiarkan suatu peristiwa adalah masalah politik, karena kehidupan pers selalu berkaitan dengan masalah politik. Karena pers merupakan indkator demokrasi. Kehidupan pers di suatu negara dapat mencerminkan demokratis atau tidaknya negara tersebut. Kemudian yang menjadi dasar pertimbangan lain suatu media massa adalah masalah bisnis. Misalnya, ada media massa yang didirikan oleh umat Islam menyiarkan peritiwa-peristiwa yang menjadi kepentingan umat agama lain, karena sebagian besar belanja iklan dikuasai oleh 6 Ibid, h. 151. 7 Kurniawan Junaedi, Ensiklopedia Pers Indonesia, Jakarta: Gramedia, 1991, h. 257.