Citizen Journalism Dalam Kebijakan Redaksional: Studi Kasus Rubrik Kompas Kampus Di Harian Kompas

(1)

STUDI KASUS RUBRIK KOMPAS KAMPUS DI

HARIAN KOMPAS

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I)

Oleh:

Hilda Savitri

NIM: 109051100067

KONSENTRASI JURNALISTIK

JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM

FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERISYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1434 H./ 2013 M.


(2)

.STUDI

KASUS

RUBRIK

KOMPAS

KAMPUS

DI

HARIAN

KOMPAS

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I)

Oleh:

Hilda Savitri

NIM:

109051100067

KONSENTRASI

JI]RNALISTIK

JURUSAN

KOMUNIKASI

DAIY PEITYIARAN

ISLAM

FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

UNIVERSITAS

ISLAM NEGERI

SYARIF

HIDAYATULLAH

JAKARTA

1434 H./ 2013

M.


(3)

Skripsi

yang

berjudul

"CITIZEN

JouRNALTsM

DALAM

KEBIJAKAN

REDAKSIONAL:

STUDI

KAsUs

RUBRIK

KoMPAs

KAMPUS Dr HARaN KoMpAS,', telah diujikan dalam Sidang Munaqasah di

Fakultas Ilmu Dalnarah dan ilmu komunikasi

UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta, pada tanggal 23 September 2013. Skripsi

ini

telah diterima'sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana program strata satu

(Sl) pada

jurusan Konsentrasi Jumalistik.

Ciputat, 23 September 2013 Sidang Munaqasah

Sekretaris Sidang,

llrl4

Ade Rina Farida M. Si

NIP: 19770513200701 2 018

RubivarlAh. MA

NIP: 19730822 199803 2 001

Penguji I,

NIP: 1976112 920091 2 001

11rrBgura,

Penguji II,

Fita Fathurokhmah. M.Si

NIP: 19830610 2009122 001


(4)

LEMBAR PER}TYATAAN Dengan ini saya menyatakan bahwa:

l.

skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi

9{{

satu persyaratan memperoleh gelar Strata Satu

di

UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta.

2.

Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan

ini

telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku

di

IJIN

Syarif Hidayatullah Jakarta.

3.

Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau merupakan jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di IJIN Syarif Hidayatullah Jakartra.

Jakarta" 23 September 2013


(5)

i

Citizen Journalism dalam Kebijakan Redaksional: Studi Kasus Rubrik Kompas Kampus di Harian Kompas

Setiap surat kabar pasti memiliki berbagai macam rubrik untuk memenuhi kebutuhan dan menarik minat pembacanya. Namun, saat ini tidak banyak surat kabar yang memiliki rubrik yang khusus menyajikan seputar dunia kampus. Rubrik Kompas Kampus merupakan halaman yang sengaja disediakan oleh Harian Kompas untuk memuat tulisan dan liputan seputar dunia kampus yang dibuat oleh mahasiswa. Kebijakan redaksi merupakan suatu hal mutlak yang harus dimiliki oleh sebuah media massa. Itu disebabkan kebijakan redaksi dibutuhkan media massa untuk memilih dan memilah setiap berita apa saja yang harus ditampilkan atau tidak ditampilkan sesuai dengan kebijakan redaksional medianya.

Dari latar belakang di atas, maka timbul pertanyaan sebagai berikut:

Bagaimana kebijakan redaksiona Harian Kompas dalam menentukan materi

tulisan pada rubrik Kompas Kampus? Serta kepentingan apa yang ingin dituju Harian Kompas dalam rubrik Kompas Kampus melalui kebijakan redaksionalnya?

Berdasarkan kebijakan yang telah disepakati oleh tim redaksi, kriteria tulisan yang dapat dimuat dalam rubrik Kompas Kampus adalah tulisan itu aktual, memiliki informasi dan data yang lengkap, menggunakan bahasa yang baik dan mengalir, narasumber yang terpercaya dan sesuai dengan tema tulisan, inspiratif, berkaitan dengan kehidupan banyak orang, bisa menarik mahasiswa untuk ikut terlibat setidaknya memikirkan masalah yang tengah dihadapi bangsa Indonesia, dan dapat mengajak mahasiswa sebagai segmen pembacanya untuk rajin menulis.

Citizen journalism dalam rubrik Kompas Kampus merupakan kolaborasi antara jurnalis profesional dengan non jurnalis yang memiliki kemampuan dalam

materi yang dibahas. Melalui rubrik ini Harian Kompas bertujuan untuk mendidik

masyarakat yang dalam hal ini mahasiswa agar dapat menjadi terampil seperti layaknya wartawan profesional.

Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah Teori Hierarki Pengaruh Pamela J. Shoemaker dan Stephen D. Reese. Teori dalam kajian komunikasi massa yang menjelaskan faktor-faktor yang dapat memengaruhi konten media.

Asumsi teori ini adalah isi media dibentuk oleh sejumlah faktor (inside maupun

outside) dari organisasi media yang menghasilkan realitas yang berbeda-beda. Paradigma penelitian yang digunakan adalah konstruktivisme. Sedangkan pendekatan penelitian yang penulis gunakan adalah pendekatan kualitatif dengan metode penelitian studi kasus. Studi kasus merupakan pengujian secara rinci terhadap suatu latar atau satu orang objek atau satu tempat penyimpanan dokumen atau satu peristiwa tertentu.


(6)

ii

Alhamdulillah, segala puji bagi Allah SWT dzat Yang Maha Besar yang senantiasa memberikan limpahan Rahmat dan Kasih-Nya kepada hamba-hambanya.Puji serta syukur penulis panjatkan dengan petunjuk serta Ridho-Nya,

akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Citizen Journalism

dalam Kebijakan Redaksional: Studi Kasus Rubrik Kompas Kampus di Harian Kompas sesuai dengan waktu yang telah direncanakan. Seperti diketahui bahwa penyusunan skripsi ini merupakan tugas akhir penulis sebagai persyaratan dalam menyelesaikan program studi Strata Satu (S1) di Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Dalam penyusunan skripsi ini, penulis menyadari benar bahwa begitu banyak dukungan dan perhatian yang penulis dapatkan dari berbagai pihak sehingga segala kesulitan dan hambatan dalam menyusun skipsi ini akhirnya dapat dilalui. Namun tentunya, ucapan terima kasih saja belum dirasakan cukup untuk membalas dukungan-dukungan tersebut. Namun bagaimana pun, penulis menghaturkan terima kasih sedalam-dalamnya atas dukungannya baik moril maupun materil selama proses menyeselesaikan studi kepada:

1. Bapak Dr. H. Arief Subhan, M.A., Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu

Komunikasi, Bapak Drs. Mahmud Jalal M.A., Wakil Dekan Bidang Administrasi Umum, Bapak Wahidin Saputra, MA., Wakil Dekan Bidang Akademik, dan Bapak Drs. Study Rizal, LK. MA., Wakil Dekan Bidang Kemahasiswaan.


(7)

iii

Ramli yang tiada henti memberikan doa, dukungan, bimbingan, serta kasih sayang yang melimpah kepada penulis.

3. Ibu Rubiyanah, M.A. selaku Ketua Konsentrasi Jurnalistik dan Ibu Ade Rina

Farida, M.Si. selaku Sekretaris Konsentrasi Jurnalistik yang selalu mendukung dan memberi banyak kemudahan kepada penulis dalam penyusunan skripsi ini.

4. Bapak Dr. Suhaimi M.Si,selaku dosen pembimbing penulis yang telah

begitu banyak memberikan arahan, bimbingan, nasehat dalam penyusunan skripsi ini.

5. Seluruh Dosen, serta para staf-staf tata usaha Fakultas ilmu Dakwah dan

Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Secara khusus penulis ucapkan terima kasih kepada Bapak Nanang Syaikhu yang banyak membimbing penulis, serta memberikan penulis kesempatan untuk mempelajari dunia tulis menulis lebih dalam.

6. Pihak Harian Kompas khususnya Ibu Chris Pudjiastuti, Bapak Juni

Setiawan, dan Bapak Onto yang turut berperan dalam selesainya penulisan skripsi ini. Terimakasih telah bersedia meluangkan waktu di tengah kesibukannya untuk membantu penulis dalam memperoleh data yang dibutuhkan untuk penyusunan skripsi ini.

7. Kakak dan Adik penulis,Ronni Therdiyan Mas, Muhammad Hafiz Faisal,

dan Fikra Aldi Maulana. Terimakasih telah memberikan warna berbeda dalam hidup penulis selama ini.


(8)

iv

tahun ini. Semoga masih akan ada tahun-tahun berikutnya ya!

9. Keluarga Besar Bapak Ahmad Sodri, dan Bapak Mu’atim. Terima kasih atas

kasih sayang, perhatian dan motivasi yang telah diberikan kepada penulis selama ini. Beruntung sekali bisa menjadi bagian dari kalian.

10.Teman-teman Jurnalistik B angkatan 2009, khususnya Ayang Damay, Umi

Arintika, Mama Ajhe, Nyeto Bobby, Papa Tompel, Omen, Jejep, TetehTuwi, Icha, Sigit, Mas Ali, Putri N, Pipit, Devi, dan Linda. Serta tiga bocah ekonomi, Saddam, Heri, dan Tata Titatersayangyang telah berjuang bersama penulis selama di bangku kuliah.

11.Seluruh Crew Berita UIN yang telah memberikan pengalaman dan

pembelajaran yang sangat berharga kepada penulis.

12.Teman-teman anggota KKN PENA dan segenap warga Gunung Seureuh ,

terima kasih atas kebersamaannya dan pengalamannya sebulan disana. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, penulis sangat menerima kritik dan saran sehingga dapat menjadi acuan pembelajaran penulis. Akhirnya, penulis berharap agar skripsi ini dapat memberikan manfaat dan sebagai bahan pembanding untuk penelitian selanjutnya dan pembaca pada umumnya.

Jakarta, 23 September 2013


(9)

v

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... v

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Batasan dan Rumusan Masalah ... 4

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian... 4

D. Tinjauan Kepustakaan ... 5

E. Metodologi Penelitian ... 6

1. Paradigma Penelitian ... 6

2. Pendekatan Penelitian... 3. Metode Penelitian ... 7

4. Subjek dan Objek Penelitian ... 7

5. Teknik Pengumpulan Data ... 7

6. Teknik Analisis Data ………... 8

F. Sistematika Penulisan ... 8

BAB II KAJIAN TEORITIS A.Teori Kierarki Pengaruh ... 11

B.Kebijakan Redaksional……… ... 18

C.Citizen Journalism………...……. 25

D.Surat Kabar………... 29

E.Berita……… 32

BAB III GAMBARAN UMUM A. Sejarah Perkembagan Harian Kompas... 44

B. Visi dan Misi Harian Kompas………... 47

C. Nilai-nilai Dasar Harian Kompas………... 50

D. Struktur Organisasi Harian Kompas……… ... 50

E. Tugas dan Wewenang Struktur Organisasi Haria Kompas.. . 55

F. Profil Pembaca Harian Kompas………. 62


(10)

vi

B. Kebijakan Redaksional Rubrik Kompas Kampus... 75

C. Analisis Kebijakan ... 80 BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ... 87 B. Saran ... 88 DAFTAR PUSTAKA


(11)

1 A. Latar Belakang Masalah

Media massa merupakan alat penyampai informasi yang sangat penting dalam konteks kehidupan sosial bermasyarakat. Tanpa adanya media massa, otomatis manusia hanya bisa menyampaikan dan menerima informasi melalui cara-cara tradisional seperti jaringan komunikasi berantai antara satu individu ke individu yang lain. Kehidupan sosial masyarakat sama sekali tidak lepas dari pengaruh media massa.

Pada umumnya terdapat tiga jenis media massa, yaitu media cetak,

media elektronik, dan media online. Yang termasuk media cetak berdasarkan

formatnya terdiri dari surat kabar, tabloid, majalah, buletin, dan buku. Sementara itu, yang termasuk dalam media elektronik antara lain televisi, serta

radio. Sedangkan media online merupakan situs internet yang berisikan

informasi aktual layaknya media cetak.

Salah satu jenis media massa yang sifatnya statis dan mengutamakan pesan-pesan visual adalah media cetak. Media cetak terdiri dari dua macam

yaitu surat kabar dan majalah. Surat kabar dinilai lebih up to date dalam

menyajikan berita yang akan disampaikan kepada khalayak jika dibandingkan dengan majalah. Surat kabar adalah penerbitan yang berupa lembaran-lembaran yang berisi berita-berita, karangan-karangan dan iklan yang dicetak dan terbit secara tetap dan periodik serta dijual untuk umum.Media ini mempunyai beberapa kelebihan dibanding yang lain yaitu dapat dibaca berulang kali dan menjangkau khalayak luas karena harganya yang relatif murah.


(12)

Harian Kompas adalah salah satu media terbesar di Indonesia. Dengan

mengusung motto “Amanat Hati Nurani Rakyat” dibawah logonya, yang

menggambarkan visi dan misi yang menyerukan isi hati nurani rakyat dan dinilai sebagai surat kabar nasional yang menyajikan berita dari dua sisi berbeda yang artinya netral. Harian umum yang ide pembuatannya digagas pertama kali oleh Jendral Ahmad Yani ini pertama kali diterbitkan pada

tanggal 28 Juni 1965. Dari sekian rubrik yang terdapat dalam Harian Kompas,

terdapat satu rubrik yang bernama Kompas Kampus. Rubrik yang terbit setiap hari Selasa ini berisi tentang berita seputar dunia kampus. Mayoritas tulisan pada rubrik tersebut merupakan hasil karya mahasiswa.

Pengertian kebijakan (policy) adalah suatu tindakan yang mempunyai

tujuan yang dilakukan sesorang pelaku atau sejumlah pelaku untuk memecahkan suatu masalah. Definisi lain tentang kebijakan adalahsebagai keputusan suatu organisasi yang dimaksudkan untuk mengatasi permasalahan tertentu sebagai keputusan atau untuk mencapai tujuan tertentu, berisiskan ketentuan-ketentuan yang dapat dijadikan pedoman perilaku dalam pengambilan keputusan lebih lanjut, yang harus dilakukan baik kelompok sasaran ataupun (unit) organisasi pelaksana kebijakan, penerapan atau pelaksanaan dari suatu kebijakan yang telah ditetapkan baik dalam hubungan dengan (unit) organisasi pelaksana maupun dengan kelompok sasaran yang dimaksud.

Kebijakan redaksi merupakan dasar pertimbangan suatu lembaga media massa untuk memberitakan atau menyiarkan suatu berita. Yang juga merupakan suatu sikap redaksi yang terdapat di suatu lembaga media massa,


(13)

terutama media cetak, terhadap masalah aktual yang sedang berkembang. Kebijakan redaksi sangat penting untuk menyikapi suatu peristiwa karena dalam dunia pemberitaan yang penting bukan saja peristiwa, tetapi juga sikap terhadap peristiwa itu sendiri. Kalau suatu media massa tidak memiliki kebijakan redaksi, maka dapat dipastikan beritanya tidak akan konsisten, karena ia tidak mempunyai pendirian dalam memberitakan suatu peristiwa.

Karena itu harus disaring dan untuk menyaringnya harus dengan dasar pertimbangan yang ditetapkan bersama oleh pengelola media massa yang menyiarkan berita. Karena itu disiarkan tidaknya suatu peristiwa tidak semata-semata karena menarik dan pentingnya suatu berita.Biasanya ada beberapa pertimbangan untuk menyiarkan atau tidak menyiarkan suatu peristiwa. Dasar

pertimbangan itu ada yang bersifat ideologis, politis dan bisnis.1

Pertimbangan ideologis suatu media massa biasanya ditentukan oleh latar belakang pendiri atau pemiliknya, baik itu latar belakang agama maupun

nilai-nilai yang dihayati. Seperti halnya Harian Kompas yang latar belakang

agama pendirinya adalah seorang umat Katholik, menjadi menarik jika media tersebut menyajikan berita bernuansa Ramadhan. Oleh karena itu penulis memilih edisi Kompas Kampus tanggal 16 dan 23 Juli 2013 untuk diteliti karena edisi tersebut terbit bertepatang dengan bulan suci Ramadhan.

Dari latar belakang permasalahan yang dipaparkan diatas, maka peneliti

tertarik melakukan penelitian dengan judul CITIZEN JOURNALISM

DALAM KEBIJAKAN REDAKSIONAL: STUDI KASUS RUBRIK KOMPAS KAMPUS DI HARIAN KOMPAS.”

1Sudirman Teba, “Jurnalistik Baru”,(Cip


(14)

B. Batasan dan Rumusan Masalah 1. Batasan Masalah

Agar batasan permasalahan lebih terarah maka penulis membatasi

penelitian ini kebijakan redaksional Harian Kompas dalam rubrik Kompas

Kampus edisi 16 dan 23 Juli 2013. Dua edisi tersebut penulis pilih terbit bertepatan dengan bulan suci Ramadhan 1434 H.

2. Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dari penelitian ini adalah:

a. Bagaimana kebijakan redaksional Harian Kompas dalam menentukan

materi tulisan pada rubrik Kompas Kampus?

b. Kepentingan apa yang ingin dituju Harian Kompas dalam rubrik

Kompas Kampus melalaui kebijakan redaksionalnya? C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Berdasarkan batasan dan rumusan masalah diatas, maka tujuan penelitian ini adalah:

a. Untuk mengetahui bagaimana penerapan kebijakan redaksional Harian

Kompas dalam menentukan materi tulisan pada rubrik Kompas Kampus.

b. Untuk mengetahui kepentingan apa yang ingin dituju Harian Kompas


(15)

2. Manfaat Penelitian

a. Manfaat Akademis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan wawasan dan pengetahuan tentang bagaimana pertimbangan kebijakan redaksional Harian Kompasdalam rubrik “Kompas Kampus”.

b. Manfaat Praktis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan bagi akademisi, praktisi, khususnya mahasiswa jurnalistik dan kepada pembaca pada umumnya. Serta dapat bermanfaat bagi seluruh lapisan masyarakat untuk menambah wawasan.

D. Tinjauan Kepustakaan

Dalam menentukan judul skripsi ini penulis mengadakan tinjauan pustaka ke perpustakaan yang terdapat di perpustakaan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, kampus-kampus lain serta melalui media internet. Dalam penelitiannya, penulis menemukan skripsi senada namun tetap memiliki perbedaan pada objek atau media dan fokus objek yang diteliti. Beberapa tinjauan pustaka tersebut ialah:

1. Skripsi milik Wiwit Irma Dewi mahasiswa S1 Fakultas Dakwah dan

Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang berjudul “Kebijakan

Redaksional Rubrik Lintas Dunia dalam Menggunakan Sumber Berita Internasional pada Majalah Al-Wa’ie”. Dalam penelitian ini Wiwit hanya menetapkan fokus penelitian hanya pada bagaimana proses pengumpulan, peyeleksian, penyuntingan, serta tata telak suatu berita agar dapat terbit pada objek penelitian saja. Selain itu Wiwit juga tidak


(16)

menggunakan teori komunikasi apapun dalam penelitiannya.

2. Tesis milik Fajriannoor Fanani mahasiswa program Magister Ilmu

Komunikasi Univeritas Dipenogoro yang berjudul “Analisis Kebijakan

Redaksional Harian Republika pada pemberitaan Religio Politik Masa

Kampanye Presiden 2009.” Dalam penelitiannya Fajrinoor lebih

memfokuskan penelitiannya untuk memahami bagaimana kebijakan media

yang memiliki afiliasi dengan agama tertentu dalam hal ini Republika

terkait isu religio terutama pada masa kampanye presiden tahun 2009. E. Metodologi Penelitian

1. Paradigma Penelitian

Paradigma merupakan cara mendasar untuk mempersepsi, berpikir, menilai, dan melakukan yang berkaitan dengan sesuatu secara kkhusus

tentang visi realitas.2 Paradigma yang penulis gunakan dalam penelitian

kali ini adalah konstruktivis.

Paradigma konstruktivisme dalam ilmu sosial merupakan kritik terhadap paradigma positivis. Menurut paradigma konstruktivisme, realitas sosial yang diamati oleh seseorang tidak dapat digeneralisasikan pada semua orang yang biasa dilakukan oleh kaum positivis. Paradigma konstruktivisme yang ditelusuri dari pemikiran Weber, menilai perilaku manusia secara fundamental berbeda dengan perilaku alam, karena manusia bertindak sebagai agen yang mengkonstruksi dalam realitas sosial mereka, baik itu melalui pemberian makna ataupun pemahaman perilaku

2 Lexy J. Maleong,

Metode Penelitian Kualtatif (Bandung: PT. Remaja Rosda Karya, 2000), h. 49.


(17)

dikalangan mereka sendiri.3

2. Pendekatan Penelitian

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif yaitu prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati. Pendekatan ini diarahkan pada latar dan individu tersebut

secara holistik (utuh).4 Pendekatan kualitatif digunakan untuk

mendapatkan data yang mendalam, suatu data yang mengandung makna. Makna adalah data yang sebenarnya, data yang pasti merupakan suatu nilai

di balik data yang tampak.5

Pemilihan penelitian kualitatif dalam penelitian ini didasari bahwa penulis bermaksud mendeskripsikan, mengkaji dan menggambarkan bagaimana proses penerapan penggunaan citizen journalism dalam kebijakan redsaksional rubrik Kompas Kampus di Harian Kompas.

3. Metode Penelitian

Pada penelitian ini penulis menggunakan metode penelitian studi kasus. Menurut Bogdan dan Bikien (1982) studi kasus merupakan pengujian secara rinci terhadap satu latar atau satu orang subjek atau satu tempat penyimpanan dokumen atau satu peristiwa tertentu . Surachrnad (1982) membatasi pendekatan studi kasus sebagai suatu pendekatan dengan memusatkan perhatian pada suatu kasus secara intensif dan rinci. SementaraYin (1987) memberikan batasan yang lebih bersifat teknis

3

http://erricasavany.blogspot.com/2010/06/paradigma-konstruktivisme-kritikal.html, diakses pada tanggal 27 September 2013.

4

Opcit, h.4. 5


(18)

dengan penekanan pada ciri-cirinya. Ary, Jacobs, dan Razavieh (1985) menjelasan bahwa dalam studi kasus hendaknya peneliti berusaha menguji unit atau individu secara mendalam. Para peneliti berusaha menemukan

semua variabel yang penting.6

Salah satu kekhususan penelitian studi kasus sebagai metoda penelitian adalah pada tujuannya. Metode studi kasus sangat tepat digunakan pada penelitian yang bertujuan menjawab pertanyaan 'bagaimana' dan 'mengapa' terhadap sesuatu yang diteliti. Melalui pertanyaan penelitian yang demikian, substansi mendasar yang terkandung di dalam kasus yang diteliti dapat digali dengan mendalam. Dengan kata lain, penelitian studi kasus tepat digunakan pada penelitian yang bersifat eksplanatori, yaitu penelitian yang dimaksudkan untuk menggali penjelasan kasualitas, atau sebab dan akibat yang terkandung di dalam

objek yang diteliti.7

4. Subjek dan Objek Penelitian

Subjek dari penelitian ini adalah Harian Kompas, sedangkan yang menjadi objek penelitian ini adalah kebijakan redaksional Harian Kompas. 5. Teknik Pengumpulan Data

a. Wawancara

Teknik pengumpulan data yang dilakukan penulis adalah dengan melalui wawancara. Wawancara dalam penelitian ini yaitu dengan melakukan tanya jawab secara langsung dan tertulis dengan

6

http://ardhana12.wordpress.com/2008/02/08/metode-penelitian-studi-kasus/, dikases pada tanggal 27 September 2013.

7 http://fadliyanur.blogspot.com/2010/12/metode-penelitian-studi-kasus.html, diakses pada tanggal 27 September 2013.


(19)

Redaktur Kompas Muda, Chris Pudjiastuti. Teknik yang digunakan adalah teknik wawancara terstruktur dan tidak terstruktur. Hal ini bertujuan untuk memberikan kebebasan kepada penulis untuk bertanya, namun tetap terarah pada masalah penelitian yang diangkat.

b. Dokumentasi

Dokumentasi tersebut berupa tulisan-tulisan berbentuk catatan, buku, naskah, dokumen ataupun arsip-arsip yang terkait dengan pembahasan penelitian ini. Dari dokumentasi tersebut, nantinya penulis gunakan untuk mengumpulkan data dengan mempelajari bahan tertulis sehingga dapat membantu penulis dalam mencari informasi yang terkait dengan permasalahan penelitian.

6. Teknik Analisis Data

Seluruh fakta dan data hasil wawancara, observasi, serta data-data pendukung lain melalui studi pustaka dan dokumentasi, selanjutnya diolah dengan menggunakan metode studi kasus yang penelitiannya dilakukan secara mendalam. Kemudian menggunakan Teori Hierarki Pengaruh dari Pamela J. Shoemaker yang terdiri dari lima level yaitu, level individual, level rutinitas media, level organisasi, level ekstramedia, serta level ideologi.

F. Sistematika Penulisan

Untuk mendapatkan gambaran yang jelas dan terarah maka penulis membagi pembahasannya ke dalam lima bab yang dibagi dalam sub bab sebagai berikut:


(20)

BAB I: PENDAHULUAN

Pendahuluan ini menguraikan alasan pemilihan judul, perumusan dan pembatasan masalah, tujuan dan keguanaan penelitian, metodologi penelitian, tinjauan pustaka, serta sistematika penelitian.

BAB II: LANDASAN TEORI

Bab ini menerangkan tentang kajian teoritis yang berisi Teori Hierarki

Pengaruh, kebijakan redaksional media massa, citizen journalism, surat kabar,

BAB III: GAMBARAN UMUM

Bab ini membahas tentang Harian Kompas, struktur redaksi, visi dan

misi Harian Kompas, serta sekilas mengenai Rubrik Kompas Kampus.

BAB IV: HASIL TEMUAN DAN ANALISA DATA

Dalam bab ini membahas tentang temuan dan analisis data, kebijakan

redaksional Harian Kompas secara umum, serta kebijakan redaksional Harian

Kompas dalam menentukan mayteri tulisan Rubrik Kompas Kampus. BAB V: PENUTUP

Dalam bab terakhir ini, penulis memberikan kesimpulan terhadap apa yang diteliti. Serta memberikan saran dan lampiran yang didapat penulis.


(21)

10 A. Teori Hierarki Pengaruh

Teori Hierarki Pengaruh (Hierarcy of Influence) yang diperkenalkan

oleh Pamela J. Shoemaker dan Stephen D. Reese merupakan teori dalam kajian komunikasi massa yang menjelaskan faktor-faktor yang dapat memengaruhi konten media.1 Asumsi teori ini adalah isi media dibentuk oleh

sejumlah faktor (inside maupun outside) dari organisasi media yang

menghasilkan realitas yang berbeda-beda. Faktor-faktor tersebut dapat digambarkan melalaui gambar berikut ini:

Gambar 2.1


(22)

1. Level Individu

Konten yang terdapat pada suatu media massa dapat dipengaruhi oleh individu-individu atau pekerja media yang ada di dalamnya. Shoemaker dan Reese mencatat ada beberapa hal dari individu yang dapat memengaruhi isi media, diantaranya adalah:3

a. Gender

Dalam sebuah penelitian yang dilakukan oleh Asian American Journalists Association paa tahun 1993, terungkap bahwa adanya berita yang dipengaruhi gender. Proporsi jumlah pria dan wanita dalam sebuah media massa akan memengarui berita yang dibuat. Contohnya, seberapa seringkah isu tentang wanita diangkat bila kebanyakan pekerjanya adalah pria?

b. Etnis

Spike Lee, sutradara film Malcom X, pernah meminta pada sebuah media massa agar mengirimkan wartawan keturunan Amerika-Afrika untuk meliputnya. Namun permintan tersebut ditolak oleh media tersebut karena khawatir akan terjadi bias pada berita yang dibuatnya, mengingat film Malcom X bercerita tentang kehidupan aktivis keturunan Afrika- Ameika. Kesamaan etnis antar jurnalis dengan berita yang dibuatnya memang sangat rentan terjadi bias.

c. Orientasi Seksual

Apakah seorang jurnalis yang gay akan bersifat ojektif ketika harus meliput berita tentang gay? Secara logika, seseorang cenderung akan membella orang lain yang termasuk dalam kelompoknya. Maka,


(23)

sangat mungkin terjadi subjektivitas si jurnalis pada berita yang dibuatnya. 3 Ibid, h. 64

d. Latar Belakang Pendidikan

Tidak semua jurnalis yang bekeija di media mssa memiliki latar belakang pendidikan jurnalistik. Banyak jurnalis yang memiliki latar belakang pendidikan lain seperti bisnis, public relation, sastra, dan lain- lain. Latar belakang pendidikan seorang jurnalis akan memengaruhi berita yang mereka buat.4

Dari sisi personal attitude, hal-hal yang dapat memengaruhi isi media adalah nillai kepercayaan yang dianut oleh individu, agama, serts kecenderungan potik individu. Sementara jika ilihat dari profesi, maka aturan-aturan profesional serta kode etik yang dipegang oleh individu juga dapat memengaruhi isi media. Ada kecenderungan bahwa latar belakang individu seseorang dapat memengaruhi bagaimana ia melihat dunia. Latar belakang pendidikan, keluarga, ekonomi, agama, dan sebagainya pada akhirnya akan memengaruhi objektivitas seorang pekerja media pada isi berita.5

2. Level Rutinitas Media

Media routine diartikan sebagai sesuatu yang sudah terpola, sudah dipraktekkan oleh peerja media dan terjadi berulang-ulang. Sebagai contoh, seorang reporter menjalankan tugasnya dengan berpedoman pada aturan-aturan baku yang sudah ditetapkan di media tempatnya bekerja. Sebagai bagian dari kelompok, seorang jurnalis akan bertindak sesuai dengan aturan atau norma yang berlaku di kelompoknya. Norma dan


(24)

aturan-aturan tersebut mengatur bagaimana mereka harus bertindak.

Karena itulah, isi atau konten media juga dipengaruhi oleh kebiasan atau aturan-aturan yang diitetapkan di media massa tersebut.6

3. Level Organisasi

Level ketiga dalam teori hirarki pengaruh media adalah level organisasi media. Level organisasi ini berkaitan dengan struktur manajemen oraganisasi pada sebuah media, kebijakan sebuah media dan tujuan sebuah media.

Berkaitan dengan level sebelumnya pada teori hirarki pengaruh yaitu level individu dan level media rutin, level organisasi lebih berpengaruh dibanding kedua level sebelumnya. Ini dikarenakan kebijakan terbesar dipegang oleh pemilik media melalui editor pada sebuah media. Jadi penentu kebijakan pada sebuah media dalam menentukan sebuah pemberitaan tetap dipegang oleh pemilik media. Ketika tekanan datang untuk mendorong, pekeija secara individu dan rutinitas mereka harus tunduk pada organisasi yang lebih besar dan tujuannya.7

Berkaitan dengan struktur dan kebijakan sebuah organisasi dari sebuah media tentunya berkaitan dengan tujuan dari sebuah media. Tujuan dari sebuah media pada sistem ekonomi kapitalis tentunya berkaitan dengan profit. Seperti apa yang dikatakan oleh Shoemaker dan Reese bahwa nilai kepercayaan mendasar pada sistem ekonomi kapitalis adalah kepemilikan individu, pengejaran untuk yang berkaitan dengan kepentingan pengusaha dan


(25)

organisasi dan kelangsungan sebuah media juga berkaitan dengan keuntungan yang akan didapat dari sebuah media.

Dan karena faktor ekonomilah yang menyebabkan sebuah media yang jarang sekali mengkritisi sebuah sponsor yang memberikan keuntungan pada sebuah media, dalam hal ini seperti iklan. Contohnya jarang sekali media yang mengkritisi pemakaian produk rokok pada masyarakat yang menjadi sponsornya. Ini dikarenakan jika sebuah media mengkritisi maka perusahaan rokok yang mensponsori sebuah media akan menarik iklannya dari media tersebut. Dan pada akhirnya akan menyebabkan kerugian pada media tersebut.9

Selain kebijakan yang berkaitan dengan sponsor, terkadang pemilik sebuah media memiliki afiliasi politik atau pemimpin sebuah partai politik. Inilah yang mempengaruhi pemberitaan sebuah media karena berkaitan dengan kepentingan politik pemilik media. Jadi besar kemungkinan pemberitaan yang diberitakan tidak akan bertentangan dengan kebijakan politik sebuah organisasi yang berafiliasi dengan pemilik media.

Di satu sisi tujuan keuntungan untuk sebuah perusahaan turut mempengaruhi konten dari sebuah media. Dan sifatnya mengikat pada pekerja media yang mengharuskan pekerja media mencari pemberitaan yang menguntungkan. Titik fokus level ini adalah pada pemilik atau pemimpin media yang menentukan kebijakan sebuah media

4. Level Ekstra Media

Level ekstra media adalah pengaruh-pengaruh pada isi media yang berasal dari luar organisasi media itu sendiri. Pengaruh-pengaruh dari


(26)

media itu berasal dari sumber berita, pengiklan dan penonton, kontrol dari pemerintah, pangsa pasar dan teknologi

Sumber berita memiliki efek yang sangat besar pada konten sebuah media massa, karena seorang jurnalis tidak bisa menyertakan pada laporan beritanya apa yang mereka tidak tahu. Contohnya adalah seorang jurnalis hampir tidak pernah menjadi saksi mata sebuah kecelakaan pesawat. Hingga untuk mendapatkan sebuah berita mereka mendapatkan informasi dari jurnalis lainnya, dari orang yang berada di tempat kejadian, dari sumber resmi pemerintah dan polisi, dari petugas bandara dan dari advokasi keselamatan konsumen; dan dari tiap individu memiliki sudut pandang yang unik dan berbeda tentang apa yang terjadi.10

Contoh di atas menjelaskan bahwa si media yang diberitakan oleh seorang jurnalis dapat dibentuk oleh sumber berita. Karena sudut pandang yang berbeda dari sumber berita itu sendiri. Bahkan kadang sumber berita juga bisa menjadi bias bagi sebuah berita karena sumber berita juga bisa bohong terhadap seorang jurnalis dalam sebuah wawancara.

Unsur selanjutnya dari extra media level adalah unsur pengiklan dan pembaca. Unsur ini sangat berpengaruh dalam level ekstra media karena iklan dan pembaca adalah penentu kelangsungan sebuah media, kedua unsur inilah

yang membiayai jalannya produksi dan sumber keuntungan dari sebuah media.11

Karena pemasukan dari iklan sangat penting bagi berlangsungnya kehidupan sebuah media massa komersil, perusahaan iklan yang lebih


(27)

besar menjadi memiliki kekuatan yang lebih besar, contohnya perusahaan multinasional dan agensi periklanan memiliki kekuatan untuk menyensor pesan atau pemberitaan yang diberikan sebuah media

Unsur ketiga yang mempengaruhi konten pada pemberitaan sebuah media adalah kontrol dari pemerintah. Pemerintah dapat mengkontrol pemberitaan sebuah media jika bertentangan dengan kebijakan sebuah pemerintahan dalam sebuah negara. Kontrol dari pemerintah biasanya berupa sebuah kebijakan peraturan perundang-undangan atau dari lembaga negara seperti Kementerian atau lembaga negara lainnya.12

Unsur keempat yang mempengaruhi isi dari pemberitaan sebuah media adalah pangsa pasar media. Media massa beroperasi secara primer pada pasar yang komersil, dimana medias harus berkompetisi dengan media lainnya untuk mendapatkan perhatian dari pembaca dan pengiklan.13 Inilah yang membuat media berlomba-lomba untuk mendapatkan keuntungan dari iklan dan pembaca lewat konten dari media itu sendiri.

Unsur yang terakhir yang membentuk efek dari luar organisasi media adalah teknologi. Konten media dapat dipengaruhi oleh teknologi yang digunakan. Kemajuan teknologi turut memberikan pengaruh bagi konten sebuah media. Teknologi seperti komputer dapat memudahkan sebuah media untuk memberikan berita yang lebih luas kepada masyarakat.

Ada empat alasan mengapa teknologi dapat mempengaruhi sebuah media terutama media cetak, pertama, komputer membantu editor dan


(28)

penyunting berita untuk menyiapkan grafik informasi yang bisa memberikan pemberitaan yang lebih baik. Kedua, teknologi pada komputer dapat membuat kualitas foto yang lebih baik bagi media cetak. Ketiga, reporter menggunakan computer untuk mengakses data dan menggunakan informasinya untuk menyiapkan berita yang lebih baik. Keempat, sebuah media cetak dapat membuat halaman dengan komputer, editor dapat memiliki kontrol yang lebih terhadap design dari halaman.14

Terobosan dalam hal teknologi yang melahirkan media baru seperti internet, turut menciptakan era konvergensi media. Konvergensi media sangat membantu karena turut mempercepat arus informasi. Media seperti televisi, koran, telepon dan media informasi lainnya menyatu dalam internet. Kemajuan ini sangat menguntungkan tapi juga berpengaruh pada konten media. Biasanya konten berita pada media seperti internet lebih pada model berita straight news. Ini dikarenakan arus pemberitaan yang sangat cepat dan berita yang lama lebih cepat tergantikan dengan berita yang baru. Dan internet juga memunculkan fenomena citizen journalism yaitu pemberitaan dari masyarakat pembaca itu sendiri, ini dikarenakan pada internet masyarakat dapat membuat beritanya sendiri.

5. Level Ideologi

Setiap media massa memiliki ideology yang mereka pegan g teguh sebagai landasan dalam berpikir dan bertindak. Ideologi bukanlah sebuah system kepercayaan individu, ia memakan fenomena level sosial. Pada level ideology ini kita dapat melihat dengan lebih dekat bagaimana media berfungsi sebagai perpanjangan tangan dari sebuah kepentingan yang kuat


(29)

di masyarakat. Bagaimana rutinitas media, nilai-nilai, dan struktur organisasi bersatu untuk mempertahankan ideology mereka. Ideology bukan sesuatu yang berada di balik layar, akan tetapi ideology adalah sebagai sesuatu yang tumbuh secara natural.

B. Kebijakan Redaksional

1. Pengertian Kebijakan Redaksional

Secara umum kebijakan diartikan sebagai kearifan

mengelola.Dalam ilmu sosial, kebijakan diartikan sebagai dasar-dasar haluan untuk menentukan langkah-langkah atau tindakan-tindakan dalam mencapai suatu tujuan. I5Di sisi lain, pengertian kebijakan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah rangkaian konsep dan asas yang menjadi garis besar dan dasar rencana dalam pelaksanaan suatu pekerjaan,

kepemimpinan, dan cara bertindak dalam suatu organisasi.1

Sementara itu, pengertian redaksional berasal dari kata redaksi yang berarti suatu bagian terpenting dalam organisasi media komunikasi massa yang tugas pokoknya menelola isi media massa baik cetak ataupun elektronik. Secara umum redaksi mempunyai tugas dan wewenang untuk pengadaan, pengelolaan,penampilan, dan penyusun komposisi naskah

sesuai dengan misi media tersebut.2 Berdasarkan Kamus Jurnalistik,

redaksional adalah bagian penerbitan pers yang menangani masalah pemberitaan atau isi media massa. Dipimpin oleh seorang kepala bagian yang disebut pemimpin redaksi dan membawahi redaktur pelaksana, para

1

Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia (edisi ketiga)

(Jakarta: Balai Pustaka, 2002), h. 149. 2

Maskun Iskandar, Ensiklopedia Nasional Indonesia (Jakarta: PT. Cipta Adi Pustaka, 1990), h.125.


(30)

redaktur desk, koordinator reporter, reporter, fotografer, dan koresponden.3 Kebijakan Redaksional adalah ketentuan yang disepakati oleh redaksi media massa tentang kriteria berita atau tulisan yang boleh dan tidak boleh dimuat atau disiarkan, juga kata, istilah, atau ungkapan yang tidak boleh dan boleh dipublikasikan, sesuai dengan visi dan misi media tersebut.Dalam media radio/TV, kebijakan redaksi soal penggunaan bahasa dituangkan dalam standar kata siaran. Di media cetak (suratkabar,

majalah, tabloid), kebijakan itu dirinci dalam ”buku gaya bahasa” (style

book) atau buku pedoman penggunaan standar kata/ bahasa untuk

keseragaman penulisan.Gaya penulisan itu harus ditaati oleh wartawan agar terjadi keseragaman dalam teknis penulisan kata-kata, gaya bahasa atau kalimat, dan istilah.

Kebijakan redaksional ditetapkan sebagai standar bagi wartawan dan penyiar demi ciri khas media sekaligus menjaga keseragaman bahasa di kalangan wartawan/penyiar. Misalnya, kita sering menemukan beragam

gaya penulisan ”Al-Quran” dan ”Allah SWT”. Berbagai macam gaya

yang sering digunakan media massa dalam menulis dua kata tersebut

antara lain Alquran, al-Quran, Al-Quran, Al-Qur’an, al-Qur’an; Allah

SWT, Allah Swt, Alloh SWT, bahkan Alloh Azza wa Jalla.

Contoh lain, soal penulisan gelar. Satu media menambahkan titik di belakang singkatan gelar. Media lainnya mengabaikan titik itu demi

penghematan kata (economy of word). Contoh, Prof. Dr. Ahmad, S.H.

3

Asep Syamsul M. Romli, Kamus Jurnalistik,(Bandung: Simbiosa Rekatama Media, 2008), h.110.


(31)

(dengan titik) – Prof Dr Ahmad, SH (tanpa titik).4

Kebijakan redaksional lebih memusatkan perhatian kepada bagaimana aspek-aspek dan misi tulisan dan gambar yang sesuai dengan kepentingan dan selera khalayak yang relatif beragam. Karena sifat khalayak dan anonim dan heterogen, maka bahasa jurnalistik yang dipilih tentu harus memenuhi asas anonim dan heterogenitas itu. Agar memudahkan seluruh pengelola, maka pedoman pemakaian bahasa jurnalistik ini lazimnya dituangkan dalam sebuah buku khusus intern sebagai rujukan resmi dalam peliputan, penulisan, pemuatan, penyiaran, atau penayangan berita, laporan, tulisan dan gambar pada media

bersangkutan.5

Dalam buku Jurnalistik Baru, Sudirman Tebba mendifinisikan

kebijakan redaksi media massa sebagai berikut:

“Kebijakan redaksi merupakan dasar pertimbangan suatu lembaga

media massa untuk memberitakan atau menyiarkan suatu berita. Kebijakan redaksi juga merupakan sikap redaksi suatu lembaga media massa, terutama media cetak, terhadap masalah actual yang sedang berkembang, yang biasanya dituangkan dalam bentuk tajuk rencana.

Kebijakan redaksi itu penting untuk menyikapi suatu

peristiwakarena dalam dunia pemberitaan yang penting bukan saja peristiwa, tetapi juga sikap terhadap peristiwa itu sendiri.Kalau suatu media massa tidak memiliki kebijakan redaksi, maka dapat dipastikan beritanya tidak akan konsisten, karena ia tidak mempunyai pendirian dalam memberitakan suatu peristiwa, ia seperti keranjang sampah yang

memuat apa saja.”

Selain itu, peristiwa menarik dan penting yang terjadi sehari-hari sangat banyak, sehingga tidak mungkin semuanya disiarkan. Oleh karena itu, harus dilakukan penyaringan dan menyaringnya harus ada dasar

4

http://fannyshining.blogspot.com/2011/10/kebijakan-redaksional-editorial-policy.html

5

Drs. AS Haris Sumadiria M.Si, Bahasa Jurnalistik ((Bandung: Simbiosa Rekatama Media, 2006), h. 23.


(32)

pertimbangan yang ditetapkan bersama oleh pengelola lembaga media massa yang menyiarkan berita.

Berdasarkan hal tersebut disiarkan atau tidaknya suatu peristiwa tidak semata-mata karena menarik dan pentingnya suatu peristiwa atau pernyataan, tetapi juga karena sesuai tidaknya dengan kebijakan redaksi

suatu lembaga media massa yang menyiarkan peristiwa itu.6Pertimbangan

yang digunakan bisa menyangkut aspek apakah tulisan atau berita itu bernilai atau tidak, menarik tidaknya bagi pembaca, serta menjadi corak

politik yang dianut penerbit pers tersebut.7

Biasanya ada beberapa dasar pertimbangan untuk menyiarkan atau tidak menyiarkan suatu peristiwa.Dasar pertimbangan itu ada yang bersifat ideologis, politis, dan bisnis. Pertimbangan ideologis suatu media massa biasanya ditentukan oleh latar belakang pendiri atau pemiliknya, baik itu latar belakang agama maupun nilai-nilai yang dihayati.

Pertimbangan kedua untuk menyiarkan atau tidak menyiarkan suatu peristiwa adalah masalah politik, karena kehidupan pers selalu berkaitan dengan masalah politik. Karena pers merupakan indkator demokrasi. Kehidupan pers di suatu negara dapat mencerminkan demokratis atau tidaknya negara tersebut.

Kemudian yang menjadi dasar pertimbangan lain suatu media massa adalah masalah bisnis. Misalnya, ada media massa yang didirikan oleh umat Islam menyiarkan peritiwa-peristiwa yang menjadi kepentingan umat agama lain, karena sebagian besar belanja iklan dikuasai oleh

6

Ibid, h. 151. 7

Kurniawan Junaedi, Ensiklopedia Pers Indonesia, (Jakarta: Gramedia, 1991), h. 257.


(33)

kalangan non-Muslim. Hal ini sangat penting karena boleh dikata sekarang tidak ada media massa yang bisa hidup dan berkembang tanpa memuat

atau menayangkan Islam.8

Dari pengertian di atas, penulis menyimpulkan bahwa kebijakan redaksional adalah ketetapan yang dijadikan landasan atau pedoman dasar oleh sebuah media massa, termasuk Harian Kompas. Harian Kompas menjadikan kebijakan redaksional yang telah mereka tetapkan sebagai acuan dalam menentukan sikap terhadap isu tertentu, dan juga sebagai dasar pertimbangan dalam memilih berita apa saja yang layak atau tidak layak untuk diterbitkan pada halaman surat kabar mereka.

2. Struktur Redaksi Media Massa

Dalam penerbitan atau perusahaan pers, yang berwenang mengizinkan atau menolak suatu berita untuk dipublikasikan sepenuhnya ada di tangan redaksi.Setiap divisi dalam redaksi suatu media massa memiliki fungsinya masing-masing hingga melahirkan suatu produk berita. Berikut adalah struktur

redaksi yang umum berlaku di banyak media di Indonesia.9

a. Pemimpin redaksi

Pemimpin redaksi adalah jabatan tertinggi dalam jajaran redaksi. Ia bertanggung jawab terhadap: (1) mekanisme dan aktivitas kerja keredaksian sehari-hari, (2) mengawasi isi seluruh rubrik media massa yang dipimpinnya, (3) menetapkan kebijakan dan mengawasi seluruh kegiatan, (4) bertindak sebagai jenderal atau komandan yang perintah atau

8

Opcit, h.152. 9

Zaenuddin HM, The Journalist,(Bandung: Simbiosa Rekatama Media, 2011), h. 71.


(34)

kebijakannya harus dipatuhi bawahannya, (5) bertanggung jawab bila pemberitaan medianya atau wartawannya digugat pihak lain, (6) secara rutin bertugas menulis tajuk rencana atau opini redaksi.

b. Redaktur pelaksana/eksekutif

Redaktur Pelaksana (Redpel) bertanggung jawab langsung kepada pemimpin redaksi.Redpel adalah pelaksana dari kebijakan umum yang dibuat penerbitan pers dan pelaksana yang diberikan pemimpin redaksinya.

c. Redaktur

Redaktur adalah orang yang bertanggung jawab terhadap isi halaman media.Redaktur bertugas mengelola rubrik yang menjadi tanggung jawabnya.Tugas redaktur meliputi perencanaan isi rubrik, member dan mengarahkan tugas peliputan, penulisan, dan melakukan

penyuntingan.10

d. Koordinator liputan

Koordinator liputan (KL) memiliki kedudukan dan fungsi, yakni mengoordinasi wartawan dan mengatur tugas-tugas liputan para wartawan.KL mengatur para wartawan dalam urusan atau tugas-tugas liputan dilapangan, yang tentu saja dikoordinasikan dengan redaktur yang menangani halaman.Urusan kewartawanan dan masalah peliputan sepenuhnya menjadi wewenang dan tanggung jawab KL.

e. Reporter

Reporter merupakan ujung tombak redaksi dalam mencari

10

Ashadi Siregar dan Rondang Pasaribu, Bagaimana Mengelola Media Korporasi – Organisasi, (Yogyakarta: Kanisius, 2000), h.176.


(35)

berita.Reporter itulah yang terjun langsung ke lapangan meliput semua peristiwa yang terjadi untuk dikemas menjadi berita.Reporter berada

langsung di bawah penguasaan redaktur.11

C. Citizen Journalism

Citizen Journalism adalah praktek jurnalisme yang dilakukan oleh non

profesional jurnalis dalam hal ini oleh warga.Citizen Journalist adalah warga

biasa yang menjalankan fungsi selayaknya jurnalis profesional yang pada umumnya menggunakan channel media baru yaitu internet untuk menyebarkan informasi dan berita yang mereka dapat. Shayne Bowman dan

Chris Willis lantas mendefinisikan citizen journalism sebagai “…the act of

citizens playing an active role in the process of collecting, reporting,

analyzing, and disseminating news and information”.12Citizen journalism

sering juga disebut dengan istilah participatory journalism, netizen

journalism, open source journalism, dan grassroot journalism.13 1. Bentuk-bentuk Citizen Journalism

Nurudin mengutip mengutip tulisan D. Lasica dalam Online

Journalisms Review (2003) membagi citizen journalism dalam beberapa

bentuk, yaitu:14

a. Partisipasi audiens atau masyarakat yang memberikan

komentar-komentar pada blog pribadi, foto, atau video yang ditulis oleh anggota

11

Kustadi Suhandang, Pengantar Jurnalistik, (Bandung: Nuansa, 2004), h. 55. 12

http://media.kompasiana.com/new-media/2012/04/20/citizen-journalism-apa-dan-bagaimana-451185.htmldiakses pada Rabu, 28 Agustus 2013.

13

Nurudin, Jurnalisme Masa Kini, (Jakarta: PT Rajawali Pers, 2009), h. 215. 14


(36)

sebuah komunitas.

b. Berita independen dan informasi yang ditulis dalam website.

c. Partisipasi di berita situs. Dalam hal ini adalah berisi

komentar-komentar pembaca atas sebuah berita yang disajikan media tertentu.

d. Tulisan ringan seperti dalam milis dan e-mail.

e. Situs pemancar pribadi.

Disisi lain, Steve Outing mengklasddifikasikan citizen journalism

sebagai berikut:

a.

citizen journalism membuka ruang untuk komentar publik. Dalam

ruang itu, pembaca atau khalayak bisa bereaksi, memuji, mengkritik, atau menambahkan bahan tulisan jurnalisme profesional. Pada media cetak jenis konvensional ini biasa dikenal dengan surat pembaca.

b.

menambahkan pendapat masyarakat sebagai bagian dari artikel yang

ditulis. Warga diminta untuk ikut menuliskan pengalamannya pada sebuah topik utama liputan yang dilaporkan jurnalis.

c.

Kolaborasi antara jurnalis profesional dengan non jurnalis yang

memiliki kemampuan dalam materi yang dibahas. Tujuannya dijadikan alat untuk mengarahkan atau memeriksa keakuratan artikel. Terkadang profesional non jurnalis ini dapat juga menjadi kontributor tunggal yang menghasilkan artikel tersebut.

d.

Bloghouse warga. Bentuknya blog-blog tidak berbayar seperti wordpress.com, blogger, atau multiply. Melalui blog, orang bisa berbagi cerita tentang dunia, dan bisa menceritakan dunia berdasarkan pengalaman dan sudut pandangnya.


(37)

e.

Newsroom citizen transparency blogs. Bentuk ini merupakan blog yang disediakan sebuah organisasi media sebagai upaya transparansi. Dalam hal ini pembaca bisa melakukan, keluhan, kritik, atau pujian atas apa yang ditampilkan organisasi media tersebut.

f.

Stand-alone jornalism site, yang melalui proses editing. Sumbangan laporan dari warga, biasanya tentang hal-hal yang sifatnya sangat lokal, yang dialami langsung oleh warga. Editor berperan untuk menjaga kualitas laporan, dan mendidik warga (kontributor) tentang topik-topik yang menarik dan layak untuk dilaporkan.

g.

Stand alone, yang tidak melaui proses editing.

h.

Gabungan gabungan stand-alone citizen journalism site website dan

edisi cetak.

i.

Hybrid. Pro citizen journalism. Suatu kerja organisasi media yang menggabungkan pekerjaan jurnalis profesional dengan jurnalis warga.

j.

Penggabungan antara jurnalisme profesional dengan jurnalisme warga

dalam satu atap. Webite membeli tulisan dari jurnalis profesional dan menerima tulisan jurnalisme warga.

2. Kelebihan Citizen Journalism

a. Citizen journalism mendorong terciptanya iklim demokratisasi. Citizen

journalism mempunyai kebebasan dalam mempublikasikan beritanya karena tidak terikat oleh sebuah media yang memiliki kebijakan tersendiri dalam memberitakan sesuatu. Dengan adanya kebebasan ini akan memberikan beragam informasi kepada masyarakat. Secara tidak langsung pula, mendukung gerakan demokratisasi.


(38)

b. Citizen journalism memupuk budaya tulis dan baca masyarakat. Selama ini budaya tulis dan baca kalah dengan budaya dengar dan

lihat. Dengan adanya citizen journalism masyarakat akan lebih tertarik

membaca agar dapat melengkapi data pada berita yang akan di tulis. c. Citizen journalism dapat memantangkan terciptanya public sphere

(ruang publik) di masyarakat. Masyarakat dapat memberitakan dan memberikan komentar apa saja tanpa ada aturan atau larangan tertentu seperti halnya yang dilakukan pada media tertentu.

d. Citizen journalism juga manifestasi fungsi kontrol sosial media. Ketika

kekuasaan tidak dapat terkontrol secara efektif, citizen journalism

memberikan suntikan vitamin untuk melakukan kontrol atas ketimpangan di masyarakat. Media utama sangat treikat oleh aturan yang melingkupinya sehingga tidak semua berrita yang masuk ke meja

redaksi dapat dipublikasikan.15

D. Surat Kabar

Surat kabar merupakan media massa tertua dibandingkan dengan media massa lainnya. Kegiatan surat kabar dimulai setelah ditemukannya mesin cetak oleh John Gutternberg di Jerman. Surat kabar berkembang pertama kali di Eropa yang kemudian merambah ke Amerika. Surat kabar memiliki keterbatasan karena hanya bias dinikmati oleh mereka yang melek huruf, serta lebih banyak disenangi oleh orang tua dibandingkan remaja dan anak-anak.

15


(39)

Jika dilihat dari segi periode terbit surat kabarterbagi menjadi dua, yaitu surat kabar harian, dan surat kabar mingguan. Surat kabar harian adalah surat kabar yang terbit setiap hari baik dalam edisi pagi, maupun edisi sore. Sedangkan surat kabar mingguan adalah surat kabar yang terbit paling sedikit satu kali dalam seminggu.

Sementara itu, dari segi isi surat kabar juga dapat dibedakan menjadi dua, yakni surat kabar yang bersifat umum yang isinya terdiri atas berbagai macam informasi untuk masyarakat umum. Serta surat kabar yang bersifat khusus, isinya memiliki ciri khas tertentu dan memilikipembaca tertentu pula, misalnya surat kabar untuk pedesaan, surat kabar untuk wanita, dan

sebagainya.16

Sebuah surat kabar berbeda dari tipe publikasi lain karena

kesegeraannya, karakteristik headline- nya, dan keanekaragaman liputan yang

menyangkut berbagai topik isu dan peristiwa.

Selanjutnya, surat kabar yang merupakan salah satu medium jurnalistik, menurut Agee, mengemban fungsi primer dan fungsi sekunder. Fungsi primer surat kabar terdiri dari tiga, yaitu:

1. Menginformasikan kepada pembaca secara objektif tentang apa yang

terjadi dalam suatu komunitas, negara, dan dunia.

2. Mengomentari berita yang disampaikan dan mengembangkannya ke dalam

fokus berita.

3. Menyediakan keperluan informasi bagi pembaca yang membutuhkan

barang dan jasa melalui pemasangan iklan media.

16

Prof. Dr. H. Hafied Cangara, M.Sc., Pengantar Ilmu Komunikasi, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada), h. 127.


(40)

Sedangkan fungsi sekunder surat kabar terdiri atas:

1. Mengampanyekan proyek-proyek yang bersifat kemasyarakatan yang

diperlukan sekali untuk membantu kondisi-kondisi tertentu.

2. Memberikan hiburan kepada pembaca dengan sajian cerita komik, kartun,

dan cerita-cerita khusus.

3. Melayani pembaca sebagai konselor yang ramah.

4. Menjadi agen informasi dan memperjuangkan hak.17

Rubrikasi

Masri Sareb dalam bukunya mengungkapkan pengertian rubrik adalah sebagai berikut:

“Asal usul istilah”rubrikasi” dimulai tidak lama setelah Guternberg menemukan mesin cetak, sehingga banyak buku yang di produksi secara missal.Pada cetakan awal, buku tersebut rata-rata berukuran tebal.Untuk

menandai (bookmark sekarang) buku satu dengan buku lainnya, disekat

dengan menggunakan pita berwarna merah. Dalam bahasa latin merah berarti ruber. Karena itu, hingga kini untuk menandai ruang satu dengan ruang lain disebut rubrikasi.

Rubrik dalam media cetak sama dengan menu. Menu adalah sajian tertentu, yang khas, dimana masing-masing mempunyai cita rasa dan warna yang berbeda.Seorang pembaca yang menyukai menu A, belum tentu menyukai menu B, begitu sebaliknya.Tidak setiap menu disantap.Demikian pula pembaca, mereka sering membaca hanya rubrik yang paling disukai

saja.”18

Sedangkan menurut Harimurti Kridalaksana, rubrik adalah kelompok karangan, tulisan atau berita yang digolongkan atas dasar aspek atau tema

tertentu.19 Pendapat lain mengenai pengertian rubrik adalah yang diungkapkan

oleh Onong Uchjana Effendi, yaitu rubrik merupakanistilah dari bahasa

17

Indah Suryawati, Jurnalistik Suatu Pengantar,(Bogor: Penerbit Ghalia Indonesia, 2011), h. 41.

18

R. Masri Sareb Putra, Media Cetak Bagaimana Merancang dan Memproduksi,

(Yogyakarta: Graha Ilmu, 2007), h. 88. 19

Harimurti Kridalaksana, Leksian Komunikasi, (Jakarta: Pradnaya Paramita, 1984), h. 89.


(41)

Belanda yang berarti ruangan pada surat kabar, majalah, atau media cetak lainnya mengenai suatu aspek atau kegiatan dalam kehidupan masyarakat, misalnya rubrik wanita, rubrik pendapat, rubrik pembaca, rubrik editorial, dan

sebagainya.20

Rubrikasi memiliki sisi positif dan negatif.Sisi positif rubrikasi adalah

dapat mempermudah pembaca dalam mencari informasi yang

diinginkan.Sedangkan sisi negatifnya adalah dengan adanya rubrikasi seperti itu menyebabkan ketidakleluasaan informasi dalam menempati atau memilih tempat dan waktu yang disediakan.

Dengan kata lain, hal itu menyebabkan pembatasan terhaap tampilan informasi. Rubrikasi menyebabkan reduksi atas fakta, misalnya berita yang terjadi di Surabaya mungkin memiliki nilai berita yang berlaku secara nasional, tetapi karena ada pembatasan rubrik, akhirnya hanya muncul pada rubrik lokal. Dilemma yang lain adalah tuntutan antara spesialisasi dengan generalisasi. Maksud generalisasi disini yaitu agar materi informasi menjadi spesialisasi, hingga akhirnya ada kecenderungan memilah-milah wartawan

dengan spesialisasi tertentu.21

E. Berita

1. Pengertian Berita

Tidak ada aktivitas jurnalistik tanpa berita.Unsur terpenting dari aktivitas media dan jurnalistik adalah berita.Profesi wartawan pun sebagian besar berkaitan dengan berita.Salah satu tugas wartawan adalah

20

Onong Uchjana Effendy, Kamus Komunikasi Mandar Maju, (Bandung: Remaja Rosda Karya, 1989), h. 316.

21

Redi Panuju, Nalar Jurnalistik: Dasar-dasar Jurnalistik, (Malang: Bayu Media Publising, 2005) h. 90-97.


(42)

mencari, menulis, dan menyajikan berita. Seorang wartawan akan merasa tidak berarti apabila dalam tugas jurnalistik yang dijalaninya pada akhirnya tidak dapat menghasilkan berita yang layak.

Selain itu, wartawan juga harus mengenal berita seperti yang digariskan oleh suratkabarnya. Ini berarti wartawan harus mempelajari

falsafah dan sejarah surat kabar di mana dia bekerja.22

Tidak ada rumusan tunggal mengenai pengertian berita. Berita sulit didefinisikan, sebab ia mencakup banyak variabel. Berita lebih mudah

dikenali daripada diberi batasannya.23

Dari segi etimologis, berita sering disebut juga dengan warta.

Warta berasal dari bahasa Sansekerta, yaitu vrit atau vritta, yang berarti

kejadian atau peristiwa yang telah terjadi. Persamaan dalam bahasa Inggris

dapat dimaknakan dengan write. Istilah berita dalam bahasa Indonesia

disadur dari asal kata vritta dalam bahasa Sansekerta, yang berarti

kejadian atau peristiwa yang telah terjadi.

Menurut KBBI ada beberapapengertian berita, yaitu cerita atau keterangan mengenai kejadian atau peristiwa yang hangat.Berita juga diartikan sebagai kabar, laporan dan pemberitahuan, atau pengumuman.Di antara berbagai pengertian itu, salah satu yang cocok dengan konteks pembicaraan jurnalistik adalah berita sebagai keterangan mengenai kejadian atau peristiwa yang hangat.Satu kata terakhir dalam pengertian itu memberi tekanan bahwa berita itu sebuah peristiwa yang

22

Luwi Ishwara, Catatan-catatan Jurnalisme Dasar, (Jakarta: Kompas, 2007), h. 29.

23

Asep Syamsul M. Romli, S.IP, Jurnalistik Praktis untuk Pemula, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya), h. 3.


(43)

hangat.Hangat dalam artian sesuatu yang baru saja terjadi dan penting

untuk diketahui khalayak.24

Ada banyak pengertian tentang berita, baik mengacu pada substansi isi, tujuan penyajiannya, akses pemerolehan informasi dan

aktualitas isi.25 Berikut beberapa definisi berita menurut para ahli:

Dalam buku Here’s The News, Paul De Massenner mendefinisikan

berita sebagai sebuah informasi penting dan menarik perhatian serta minat

khalayak. Doug Newsom dan James A. Wollert dalam Media Writing

News for the Mass Media (1985:11) mengemukakan, dalam definisi sederhana, berita adalah apa saja yang ingin dan diketahui orang atau yang lebih luas lagi oleh masyarakat. Dengan melaporkan berita, media massa memberikan informasi kepada masyarakat mengenai apa yang mereka butuhkan.

Definisi lain, yang disampaikan oleh Dean M. Lyle Spencer dalam News Writing mengenai berita adalah suatu kenyataan atau ide yang benar dan dapat menarik perhatian sebagian besar pembaca.Michael V. Charnley

dalam Reporting (1965) menegaskan, berita adalah laporan tercepat

mengenai fakta dan opini yang menarik atau penting, atau kedua-duanya, bagi sejumlah besar penduduk.

Williard C. Bleyer dalam Newspaper Writing and Editional

menulis, berita adalah sesuatu yang termasa yang dipilih oleh wartawan untuk dimuat dalam surat kabar, karena dia dapat menarik para pembaca

24

Suhaemi, M.Si dan Ruli Nasrullah, M.Si, Bahasa Jurnalistik (Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Jakarta, 2009), h. 27.

25

Syarifudin Yunus, Jurnalistik Terapan, (Jakarta: Ghalia Indonesia, 2010), h. 45-46.


(44)

untuk membaca berita tersebut.26

Sementara itu Sudirman Tebba dalam bukunya yang berjudul Jurnalistik Baru mengatakan, berita adalah sebuah cerita tentang peristiwa.Ini berarti bahwa suatu berita setidaknya mengandung dua hal, yaitu peristiwa dan jalan ceritanya.Jalan cerita tanpa peristiwa atau

peristiwa tanpa jalan cerita tidak dapat disebut berita.27

2. Jenis-jenis Berita

Dalam penyajiannya, berita dapat diklasifikasikan ke dalam berbagai jenis. Jenis berita sangat bergantung pada aspek ketersediaan bahan dan sumber berita, di samping gaya penyajian berita. Berkaitan dengan jenis-jenis berita, Haris Sumadiria (2005) menyatakan ada tiga jenis berita dalam aktivitas jurnalistik, yaitu:

a. Berita Elementary

(1) Straight news report

Yaitu berita yang berwujud laporan langsung dari suatu peristiwa dan memiliki nilai objektivitas fakta yang dapat dibuktikan.

(2) Dept news report

Yaitu berita yang berwujud laporan fakta-fakta sebelum atau sesudah kejadian yang mempengaruhinya.Berita jenis ini

sedikit berbeda dengan straight news report karena memerlukan

kolaborasi fakta-fakta lain yang terkait, yang bukan merupakan opini wartawan.

26

Drs. AS Haris Sumadiria M.Si, Jurnalistik Indonesia Menulis Berita dan Feature, (Bandung: Simbiosa Rekatama Media, 2005), h. 64.

27


(45)

(3) Comprehensive news

Yaitu berita yang berisi tentang suatu peristiwa dengan sajian fakta-fakta secara menyeluruh yang ditinjau dari berbagai aspek yang mempengaruhi.

b. Berita intermediate

(1) Interpretative news report

Yaitu berita yang memfokuskan pada peristiwa yang bersifat kontroversial dengan dukungan fakta-fakta yang ada dan menarik perhatian public. Pada berita ini wartawan memberikan analisis dan interpretasi dalam penulisannya tentang peristiwa dan fakta yang terjadi sehingga dapat menguak makna yang sebenarnya dari suatu peristiwa yang diberitakan.

(2) Feature story report

Yaitu berita yang menyajikan informasi dan fakta yang menarik perhatian pembaca. Beritaini dikemas lebih menarik dan bersifat ringan, akan tetapi tetap focus menyajikan esensi berita yang berdasar sudut pandang atau pengalaman nyata dengan gaya penulisan yang lebih sederhana, terkadang humor dan berbeda sudut pandang dari kebanyakan berita yang telah ada sebelumnya.

c. Berita advance

(1) Dept reporting

Yaitu laporan jurnalistik tentang suatu peristiwa actual yang disajikan secara lebih mendalam, tajam, lengkap, dan utuh dengan tujuan agar pembaca dapat mengetahui dari berbagai perspektifdan lengkap tentang suatu peristiwa yang terjadi.Biasanya, berita jenis


(46)

ini dikemas dalam bentuk laporan utama, yang melibatkan lebih banyak wartawan.

(2) Investigating report

Yaitu berita yang memfokuskan pada peristiwa yang kontroversial, seperti berita interpretatif.dalam berita investigative, wartawan melakukan penyelidikan lebih lanjut terhadap fakta yang ada sehingga memperoleh fakta-fakta baru yang bersifat khusus dan memiliki nilai berita yang tinggi.

(3) Editorial news

Yaitu berita yang menyajikan pikiran institusi media terhadap suatu peristiwa yang actual dan layak mendapat perhatian public. Wartawan yang bertugas menulis editorial atau tajuk tidak bekerja untuk dirinya sendiri, melainkan sebagai sikap institusi media

massa tertentu sebagaibagian pemberian informasi kepada publik.28

Disisi lain, Ashadi Siregar (2007) mengklasifikasikan berita menjadi empat golongan, yaitu:

a. Berita langsung

Berita langsung digunakan untuk menyampaikan

kejadian-kejadian penting yang secepatnya perlu diketahui oleh

pembaca.Disebut berita langsung (straight news) karena unsur-unsur

terpenting dari peristiwa itu harus langsung disampaikan kepada

pembaca.Berita langsung juga disebut sebagai hard news, karena fakta

yang digunakan bersifat keras.Yang dimaksud dengan fakta keras adalah fakta yang segera dapat diukur berdasarkan persepsi inderawi

28


(47)

manusia.

b. Berita ringan

Berita ringan tidak mengutamakan unsur penting yang hendak diberitakan, melainkan sesuatu yang menarik.Berita ini biasa ditemukan sebagai kejadian yang manusiawi dalam kejadian penting.Berdasarkan kejadiannya, berita ringan dapat dibedakan atas dua jenis.

Pertama, berita ringan yang kejadiannya merupakan sampiran dari peristiwa penting yang diberitakan lewat berita langsung (disebut side bar).Kedua, berita ringan yang kejadiannya berdiri sendiri, jadi tidak terkait dengan suatu peristiwa penting yang bias dituliskan sebagai berita langsung.

c. Berita kisah

Berita kisah ialah tulisan mengenai kejadian yang dapat menyentuh perasaan, ataupun yang menambah pengetahuan pembaca lewat penjelasan, rinci, lengkap, serta mendalam. Berita ini tidak terkait akan aktualitas. Nilai utamanya adalah dalam unsur manusiawi atau informasi yang dapat menambah pengetahuan.

d. Laporan mendalam

Laporan mendalam pada dasarnya memiliki struktur dan cara penulisan yang sama dengan berita kisah. Perbedaannya terletak pada adanya unsur manusiawi yang terdapat dalam berita kisah, yang belum tentu ditemukan dalam berita mendalam.


(48)

secara lebih lengkap, mendalam dan analitis.Cara penulisan seperti ini dimaksudkan untuk menyajikan informasi agar pembaca lebih

memahami duduk perkara suatu masah.29

3. Konsep Berita

Berita bukanlah suatu hal yang sederhana.Berita harus disusun dengan bahan yang memadai, dituliskan dengan benar, dan harus member makna bagi public.Oleh karena itu, beritaharus disusun berdasarkan konsep-konsep yang dapat mendukung penulisan berita agar menjadi

berbobot dan berkualitas. George Fox Mott dalam buku News Survey of

Journalism (1958) menegaskan, ada delapan konsep berita yang patut diperhatikan kalangan wartawan, media massa, dan bahkan masyarakat. Kedelapan konsep berita tersebut terdiri dari:

a. Berita sebagai laporan tercepat.

Berita adalah laporan tercepat yang disiarkan medi massa dan dapat menarik perhatian karena dianggap penting oleh masyarakat. Kecepatan dalam mencari, mengumpulkan, hingga menyusun berita harus menjadi fokus.

b. Berita sebagai rekaman

Berita sebagai rekaman menitikberatkan pada fungsi berita sebagai dokumentasi suatu peristiwa atau masalah yang sedang terjadi.

c. Berita sebagai fakta objektif

29

Ashadi Siregar, Bagaimana Meliput dan Menulis Berita untuk Media Massa, (Yogyakarta: Penerbit Kanisius, 2007), h. 154-158.


(49)

Berita adalah laporan tentang fakta secara apa adanya, dan bukan merupakan fakta yang seharusnya. Cara pandang wartawan dan media dalam menyeleksi peristiwa sangat menentukan fakta yang akan diambil, aspek apa yang akan ditonjolkan dan aspek apa yang perlu dihilangkan.

d. Berita sebagai interpretasi

Berita sebagai interpretasi menitikberatkan pada fungsi berita sebagai fakta yang berbicara sehingga mampu menimbulkan interpretasi di kalangan masyarakat.Berita memuat interpretasi dan analisis wartawan, disamping member interpretasi kepada masyarakat.

e. Berita sebagai sensasi

Sensasi di sini harus tetap berorientasi pada fakta yang ada.Sensasi harus diimbangi dengan atensi, ekspektasi, motivasi, dan memori.Selain itu, sensasijuga tetap harus berdasarkan pendekatan yang rasional.

f. Berita sebagai media insane

Konsep ini yang menjadikan berita sebagai alat untuk menimbulkan simpati, empati, dan bahkan kontroversi dikalangan pembaca.Sekalipun tetap ditafsirkan dengan akal sehat, terkadang berita juga dapat membuat orang terhanyut.

g. Berita sebagai ramalan

Berita bukan sekadar laporan fakta yang sesungguhnya, berita harus mampu memberi interpretasi, prediksi, dan konklusi di kalangan publik.


(50)

h. Berita sebagai gambar

Penyajian gambar yang dapat menarik perhatian pembaca

untuk memperkuat pemahaman terhadap berita yang

disajikan.Gambar, foto dan karikatur merupakan pesan-pesan yang hidup sekaligus menghidupkan deskripsi verbal lainnya. Karena itu, surat kabar dan majalah hanya akan menjadi lembaran-lembaran mati

yang membosankan jika hadir tanpa foto dan gambar.30

4. Kriteria Nilai Berita

Untuk membuat atau mendapatkan berita yang baik, maka

diperlukan criteria nilai berita (news value).Nilai berita menjadi acuan bagi

para jurnalis / wartawawan, bahkan editor untuk memutuskan fakta yang

lebih pantas menjadi berita.Brian S. Brook dalam News Reporterand

Editing (1980) menyebutkan, kriteria umum nilai berita yang harus diperhatikan adalah sebagai berikut.

a. Keluarbiasaan, berita adalah sesuatu yang luar biasa, bukan peristiwa

biasa.

b. Kebaruan, berita adalah semua yang terbaru.

c. Akibat, berita adalah hal yang berdampak luas.

d. Aktual, berita yang sedang atau baru terjadi, aktualitas waktu dan

masalah.

e. Kedekatan, berita adalah sesuatu yang dekat, baik psikologis dan

geografis.

f. Informasi, berita adalah informasi. Informasi adalah hal yang bias

30


(51)

menghilangkan ketidakpastian.

g. Konflik, berita adalah konflik atau pertentangan.

h. Orang penting, berita adalah tentang orang-orang penting, figur publik.

i. Kejutan, berita adalah kejutan yang datangnya tiba-tiba, diluar dugaan,

saat sebelumnya hamper tidak mungkin terjadi.

j. Ketertarikan manusia, berita adalah hal yang menggetarkan hati,

menggugah perusahaan, mengusik jiwa. Lebih cenderung emosional daripada rasional.

k. Seks, berita adalah informasi seputar seks, yang terkait dengan

perempuan.

Disisi lain Septian Santana K menjelaskan elemen nilai berita sebagai berikut:31

a. Immediacy, berkaitan dengan kesegaran peristiwa yang dilaporkan atau nilai baru.

b. Proximity, keterdekatan peristiwa dengan khalayak dalam keseharian mereka.

c. Consequence, nilai berita yang memberikan konsekuensi atau memiliki pengaruh bagi khalayak.

d. Conflict, berkaitan dengan peristiwa perang, demonstrasi, kriminal, atau perseturuan.

e. Oddity, peristiwa yang tidak biasa terjadi atau jarang ditemui. f. Sex, berkaitan dengan perselingkuhan, hubungan antar individu.

g. Emotion, biasanya disebut dengan elemen human interest dimana elemen ini berkaitan dengan kisah-kisah yang menyentuh emosi manusia.

h. Prominence, berkaitan dengan keterlibatan orang-orang penting atau terkenal.

i. Suspense, adanya peristiwa yang mengejutkan atau sesuatu yang sangat ditunggu-tunggu.

j. Progress, berkaitan dengan perkembangan sebuah peristiwa.

31

Septiawan Sentana K, Jurnalistik Kontemporer (Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2005), h.18-20.


(52)

5. Teknik Menulis Berita

Setiap orang yang membuat sebuah karya jurnalistik harus sangat memperhatikan gaya atau teknik penulisan. Sebab, dalam dunia pers unsur kecepatan dan ketepatan merupakan hal yang paling utama. Penulisan berita juga harus mengacu pada konsep piramida terbalik. Berbeda dengan menulis sebuah novel atau semua karya yang bukan berita, yang memulai jalan ceritanya dengan latar belakang jalannya berita yang terus berkembang menuju klimaks, hal itu tidak berlaku dalam pembuatan sebuah berita. Penulisan berita dimulai dengan menempatkan klimaks pada

alinea pertama atau biasa disebut lead, kemudian berkembang menjadi

rincian berita yang bersifat sebagai data pendukung isi berita.

Manfaat dari pola piramida terbalik dalam penulisan sebiuah berita adalah agar nilai berita tersebut dapat ditulis dengan langsung tanpa penjelasan yang lebih panjang sehingga khalayak dapat memahami isi berita tanpa harus membaca berita tersebut secara keseluruhan. Selain itu, berita yang ditulis dengan pola piramida terbalik dapat memudahkan kerja

redaktur dalam menyiasati masalah keterbatasan kolom atau space dalam

surat kabar.

Dengan pola piramida terbalik ini setiap jurnalis harus memikirkan bagaimana paragraf-paragraf terdepan beritanya telah

mengandung unsur who, what, where, why, when, dan how atau biasa

disebut dengan rumus 5W+1H.32

Suhaimi dan Ruli Nasrullah mengutip Juan L. Marcado

32

Suhaimi, M.Si dan Ruli Nasrullah, M.Si, Bahasa Jurnalistik, (Jakarta:Lembaga Penelitian UIN Jakarta, 2009),h.30


(53)

menyatakan unsur-unsur yang harus dipenuhi ketika menulis berita media cetakagar mudah dipahami oleh khalayak, antara lain:

a. Menulis bukan untuk memengaruhi, tetapi untuk mengungkapkan

b. Uraian berita harus efektif dengan menggunakan bentuk kalimat aktif.

c. Penyampaian berita harus dinamis dengan menggunakan kata kerja.

d. Memakai bahasa khusus dan konkret, untuk menghasilkan penyajian

yang dapat “dilihat, dirasa, diraba, dan dicium” panca indra.

e. Menggunakan kata sifat seperlunya, untuk menghindari isi penulisan

yang abstrak dan tidak jelas.

f. Sebaiknya menulis dilakukan seperti kita sedang berbicara agar tulisan

diminati seperti dalam percakapan.33

33


(54)

33

A. Sejarah dan Perkembangan Harian Kompas

Dahulu, sekitar tahun 1960-an Petrus Kanisius Ojong dan Jakob Oetama bertemu dan membicarakan mengenai dilarang masuknya majalah luar negeri ke Indonesia. Pada saat itu PK Ojong merupakan Pemimpin Redaksi Star Weekly, sedangkan Jakob Oetama adalah Pemimpin Redaksi majalah Penabur. Mereka bertemu dan memperbincangkan mengenai pembaca Indonesia yang terkucil karena tidak ada majalah luar negeri yang diperkenankan masuk ke Indonesia. Kemudian keduanya sepakat untuk membentuk sebuah terobosan yang mendobrak isolasi tersebut dengan sebuah majalah bernama "Intisari". Intisari adalah awal dari kerjasama PK. Ojong dengan Jakob Oetama. Disebut Sang Pemula karena memang kemudian menjadi awal dari Kelompok Kompas Gramedia (KKG). 1

Majalah Intisari terbit pada 7 Agustus 1963 dengan 22 artikel, hitam putih, berukuran 14x17,5 cm, tebal 128 halaman, dan tanpa cover. Jakob Oetama tercantum sebagai pemimpin redaksi, tetapi PK Ojong dan Adi Subrata tidak tercantum sebagai pengasuh. Penjualan pertama teijual sebanyak 10.000 eksemplar.2

Memasuki tahun 1965, suhu politik di Indonesia memanas akibat adanya aksi dari Partai Komunis Indonesia yang melakukan kegiatan sepihak

dan menyuarakan dibentuknya angkatan kelima untuk menghadapi alat-alat kemanan negara yang sah, yaitu ABRI. Menanggapi hal tersebut Panglima TNI AD Letjen Ahmad Yani bersama Drs. Frans Seda, rekannya di


(1)

Jawab:Mahasiswa mengirimkan tulisannya lewat email ke alamat kompaskampus@gmail.com maupun dikirimkan lewat pos. selama ini semua tulisan yang masuk itu lewat email aja, belum ada mahasiswa yang ngirim lewat pos. Tapi kalau memang ada yang mau ngirim lewat pos juga nggak masalah. Peluangnya tetap sama, walaupun kalau lewat pos itu jadi lebih ribet karena kita harus mengetik ulang tulisannya tapi tetep nggak masalah. Semua tulisan kemudian dibaca oleh anggota desk yang menangani rubric Kompas Kampus, untuk dipilih tulisan yang memenuhi syarat. Bila tulisan yang memenuhi syarat jumlahnya melebihi kebutuhan halaman Kompas Kampus, maka anggota desk kembali membaca tulisan yang sudah dipilih, dan secara musyawarah menentukan tulisan yang akan dimuat.

Tanya: Berapa artikel atau berita yang masuk ke meja redaksi setiap harinya? Jawab: Setiap hari tulisan mahasiswa yang masuk ke Redaksi lebih dari 50. Tanya: Selama ini berapa presentase perbandingan antara artikel yang dikirim

oleh mahasiswa dengan yang diterbitkan di rubrik Kompas Kampus? Jawab: Sekitar 10 persen dari artikel yang dikirimkan mahasiswa. Untuk

Argumentasi pada setiap penerbitan juga sekitar 5-10 persen dari jumlah yang masuk ke Redaksi.

Tanya: Bagaimana proses penyuntingan berita pada rubrik Kompas Kampus? Jawab: Tulisan mahasiswa yang sudah dipilih kemudian diedit oleh Editor yang

bertugas untuk rubric Kompas Kampus. Editing bisa pada bahasa, panjang tulisan, hingga penambahan atau pengurangan tulisan.


(2)

Tanya: Kenapa penentuan tulisan yg akan diterbitkan di rubrik Kompas Kampus tidak ikut dibicarakan di rapat redaksi melaikan hanya ditentukan oleh lima orang?

Jawab: Jumlah 5 orang dianggap bisa mewakili visi dan misi redaksi Kompas, anggotanya berganti-ganti namun semuanya adalah wartawan Kompas yang jumlahnya 200-an.

Tanya: Kenapa rubrik Kompas Kampus tidak diisi oleh tulisan mahasiswa seluruhnya?

Jawab: Untuk menjaga standar kualitas Kompas, selain memberi “contoh” kepada

mahasiswa bagaiman menulis “gaya” Kompas.

Tanya: Adakah visi dan misi khusus pada rubrik Kompas Kampus?

Jawab: Menjadi wadah bagi mahasiswa untuk mengekspresikan dirinya, baik opini maupun kegiatan dan isu-isu yang tengah hangat di kalangan mahasiswa. Lewat Kompas Kampus, mahasiswa juga diharapkan bisa belajar menulis secara ilmiah popular maupun membuat liputan.

Tanya: Kenapa Kompas Kampus hanya diterbitkan setiap hari Selasa?

Jawab: Kami memahami kesibukan mahasiswa untuk menyelesaikan tugas-tugas kampus. Oleh karena itu, kami hanya menerbitkan Kompas Kampus seminggu sekali. Dengan harapan, mahasiswa tetap punya waktu untuk menikmati sajian Kompas Kampus, tanpa menganggu kegiatan belajarnya.


(3)

Tanya: Kenapa Harian Kompas menggunakan judul “Kompas Kampus?

Jawab:Karena memang rubrik Kompas Kampus ditujukan untuk kalangan mahasiswa. Kampus di sini identik dengan kehidupan mahasiswa sehari-hari. Kampus dan mahasiswa adalah dua hal yang tak bisa dipisahkan. Tanya: Siapa yang berhak menentukan berita yang akan disajikan pada rubrik

Kompas Kampus?

Jawab: Ada tim yang terdiri dari lima orang dan semuanya membaca isi tulisan yang dikirimkan mahasiswa, lalu berdasarkan penilaian itulah dipilih tulisan untuk dimuat. Pertimbangannya antara lain aktualitas tulisan, kelengkapan informasi dan data, penggunaan bahasa yang baik dan mengalir.

Tanya: Apa tugas utama redaktur dalam rubrik Kompas Kampus?

Jawab: Redaktur tugasnya antara lain menentukan tema “tantangan” untuk setiap penerbitan Kompas Kampus, memilih tulisan-tulisan mahasiswa.

Tanya: Seperti apa kriteria tulisan ideal yang diharapkan redaksi pada rubrik Kompas Kampus?

Jawab: Pertimbangannya antara lain aktualitas tulisan, kelengkapan informasi dan data, penggunaan bahasa yang baik dan mengalir. narasumber yang terpercaya dan sesuai dengan tema tulisan, inspiratif.

Tanya: Hal apa saja yang menyebabkan artikel/berita tidak dapat diterbitkan? Jawab: Ada berbagai faktor yang mempengaruhi, misalnya ketersediaan halaman,


(4)

memerlukan foto tetapi mahasiswa tidak mengirimkan foto pendukung tulisan, tulisan tidak lengkap data dan informasinya, tulisan tidak lagi aktual.

Tanya: Apa saja kendala yang timbul dalam mengelola rubrik Kompas Kampus? Jawab: Kendala yang sering muncul misalnya tulisan mahasiswa yang masuk

tidak lengkap datanya, opini yang disampaikan mahasiswa kerap banyak yang sama, foto untuk mendukung tulisan kadang tidak sesuai dengan isi tulisan, masuknya tulisan mahasiswa kadang setelah deadline jadi tak bisa dimuat karena aktualitasnya sudah terlewat.

Tanya: Apa alasan penetapan tema Ramadhan pada Kompas Kampus edisi 16 dan 23 Juli 2013?

Jawa: Salah satu yang harus menjadi pertimbangan dalam memuat suatu tulisan adalah "Aktualitas", Nah bulan Juli bertepatan dengan bulan Ramadhan. Oleh karena itulah dalam Kompas Kampus pun kami menyajikan hal-hal yang berkaitan dengan bulan Ramadhan.

Tanya: Bagaimana kebijakan pemilihan dan penetapan foto pendukung pada berita tesebut? Katrena menurut saya sepertinya foto tersebut tidk dapat mendukung isi tulisan yang dimuat.

Jawab: Sama seperti tulisan dan judul, foto dan gambar yang kami tampilkan diusahakan untuk menarik perhatian pembaca agar mencermati seluruh isi tulisan. Foto tentu saja diusahakan bisa mencerminkan isi dari tulisan. Baik itu dalam arti sesungguhnya maupun sebagai bentuk dari perumpamaan.


(5)

Tanya: Apa alasan teknis dalam sub-rubrik Argumentasi disajikan dalam bentuk galeri yang menyajikan banyak pendapat dari mahasiswa? Dan apa pula alasan filosofis redaksi menetapkan tema tersebut? Kenapa argumentasi tidak disajikan dalam bentuk artikel (opini) secara utuh?

Jawab: Argumentasi, dari nama rubrik itu sendiri, kita bisa tahu bahwa dalam sebuah persoalan seringkali muncul adanya pendapat yang pro dan kontra. Dalam wadah rubrik argumentasi, kami memberi wadah bagi semua mahasiswa di Tanah Air untuk mengemukakan pendapatnya, baik yang pro maupun yang kontra. Mengapa dipilih format demikian? Karena kami ingin dalam mengajukan pendapatnya pun mahasiswa bertanggung jawab. Dalam media sosial misalnya, ada sebagian orang yang mengemukakan pendapatnya tanpa mau menyebutkan jati dirinya sebenarnya. Nah, dalam rubrik Argumentasi, mahasiswa mengemukakan pendapatnya dengan jujur. Istilahnya, inilah saya (tidak menyembunyikan identitasnya) dan inilah pemikiran atau pendapat saya tentang topik/ masalah yang diangkat dalam tulisan tersebut. Tema dipilih berdasarkan masalah yang sedang aktual dalam perbincangan mahasiswa maupun masyarakat pada umumnya. Atau, kami sengaja memilih tema-tema tertentu yang memang "kurang disentuh" mahasiswa, padahal sebenarnya mahasiswa bisa berbuat banyak atau setidaknya turut memecahkan masalah tersebut.

Mengapa argumentasi tidak dalam bentuk tulisan? Karena kami memang ingin menampilkan mahasiswa dengan pemikirannya masing-masing, dan


(6)

kemampuan mahasiswa mengemukakan pendapatnya dalam bentuk tulisan dan bertanggung jawab.

Tanya: Apa alasan penetapan tema tentang kegiatan Ramadhan di masjid-masjid kampus, dan apa pula yang ingin dicapai oleh misi tulisan tersebut?

Jawab: Penetapan tema ditentukan dalam rapat redaksi yang diadakan sekali dalam seminggu. Khusus dari tulisan tentang Ramadhan di masjid kampus, kami ingin mengetengahkan apa saja kegiatan masjid di kampus selama Ramadhan? Bagaimana kira-kira kegiatan masjid di Kampus? Kalau memang ada kegiatan masjid di satu kampus, yang dinilai bagus dan bisa dicontoh oleh kampus yang lain, kenapa tidak? Ini bisa tercetus bila mahasiswa membaca tulisan tersebut. Kami ingin menunjukkan kegiatan Ramadhan mahasiswa antara lain lewat kegiatan masjid di kampus.