Duduk Perkara ANALISIS PERKARA TENTANG PENGEDAR NARKOTIKA

58

BAB IV ANALISIS PERKARA TENTANG PENGEDAR NARKOTIKA

ANAK DI BAWAH UMUR DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM DAN HUKUM POSITIF

A. Duduk Perkara

59 Berdasarkan naskah salinan dakwaan, tuntutan dan putusan yang dikeluarkan oleh Pengadilan Negeri Tangerang dalam perkara No. 1409PIDB PDM. TNG2009, bahwa Hendrik Alias Kompoi Bin Marulah, yang berusia 17 Tahun, kelahiran Tangerang 1992, yang beralamat di Jl. Aburrahman Saleh RT0204 Kelurahan Jurumudi Kecamatan Benda Kabupaten Tangerang, bersama-sama dengan Eko Fitrah Hardiansyah Bin M. Husain dan Mutoni Alias Melon Bin Marlan, pada hari Selasa tanggal 12 Mei 2009 sekitar jam 21.00 Wib, dalam bulan Mei tahun 2009, bertempat Jl. Aburrahman Saleh RT0204 Kelurahan Jurumudi Kecamatan Benda Kabupaten. Tangerang yang berada di daerah Hukum Pengadilan Negeri Tangerang, kedapatan membawa 2 dua buah empelbungkus kecil narkotika jenis daun ganja kering yang terbungkus kertas koran yang disembunyikan dalam sarung handpone serta digantung dileher terdakwa Hendrik Alias Kompoi sebagai kalungan dengan berat 1,4140 satu koma empat ribu seratus empat puluh sebelum hasil uji lab.. Terdakwa Hendrik Alias Kompoi memperoleh ganja tersebut dengan cara membeli dari seseorang di daerah komplek Ambon Cengkareng Jakarta Barat, dan tidak memeliki perijinan dari pihak yang berwenang untuk membawa, menyimpan, memeliki, menggunakan dan memperjual belikan daun ganja kering tersebut. Kemudian barang bukti tersebut diamankan di Polesk Benda sebagai barang bukti untuk pemeriksaan lebih lanjut. Sesuai hasil laporan pengujian secara laboratorium oleh Badan Narkotika Nasional RI pada tanggal 19 Mei 2009 No. 301. EV2009UPT Lab Uji 60 Narokoba yang dibuat dan ditandatangani oleh Maimunah S.Si, Rieski Dwi Widayati, S,si, Tanti, ST. Mengetahui ka. UPT. Menerangkan bahwa barang bukti: bahandaun tersebut di atas adalah benar ganja mengandung THC Tetra Hidro Cannabinol dan terdaftar dalam golongan 1 nomor urut 8 dan 9 lampiran Undang-Undang RI No. 22 tahun 1997 tentang narkotika. Terdakwa Hendrik Alias Kompoi, turut melakukan perbuatan secara tanpa hak dan melawan hukum, menawarkan untuk dijual, menyalurkan, menjual, membeli, menyerahkan, menerima, menjadi perantra, dalam jual beli, atau menukar, yaitu daun ganja kering. Berdasarkan barang bukti dan keterangan para saksi bahwa nama tersebut telah terbukti melakukan tindakan melawan hukum. Perbuatan tersebut didakwa dengan dakwaan primer, yatu pasal 82 1 huruf a UU No.22 tahun 1997 dan dakwaan Subsider, yaitu pasal 78 1 huruf a UU no.22 tahun 1997 tentang narkotika. Karena perbuatan tersebut, maka terdakwa dituntut pasal 82 ayat 1 a, UURI No.22 Tahun 1997 jo pasal 55 ayat 1 ke 1 KUHP sesuai dakwan primair dan membebaskan terdakwa dari dakwaan subsidair. Atas perbuatan terdakwa, maka dijatuhkan pidana penjara selama 1 tahun dan 6 bulan dikurangi selama terdakwa selama berada dalam tahanan sementara, dengan perintah terdakwa tetap ditahan, dan denda sebesar Rp 500.000,00 subsidair 3 bulan. Setelah mendengar keterangan para saksi dan terdakwa, hakim menimbang dan sebagainya dengan memperhatikan pasal 82 ayat 1 huruf a Undang-Undang RI No. 22 tahun 1997 dan pasal 78 ayat 1 No. 22 tahun 1997 61 tentang narkotika, telah terbukti secara sah dan meyakinkan menurut hukum, bersalah melakukan kejahatan dan diancam. Pengadilan Negeri Tangerang, menjatuhkan hukuman selama 1 satu tahun, 5 bulan dan denda sebesar Rp. 500.000,00 lima ratus ribu rupiah, apa bila denda tersebut tidak dibayarkan, maka diganti dengan hukuman kurungan selama 3 tiga bulan, menetapkan masa penahanan yang telah dijalani terdakwa dikurangi seluruhnya dari pidana dijatuhkan. Dalam pasal 82 Undang-Undang NO. 22 tahun 1997 mengatur tentang pengedar narkotika, unsur-unsur pidana dalam pasal 82 adalah: 85 a. Barang Siapa pelaku tindak pidanadarder b. Perbuatan tanpa hak melawan hukum c. Mengimpor, mengekspor, menawarkan, untuk dijual, menyalurkan, menjual, membeli, menyerahkan, menerima, menjadi perantara dalam jual beli, atau menukar narkotika golongan I, dipidana dengan pidana mati atau pidana penjara seumur hidup, atau denda paling banyak Rp. 1000.000.000,00 satu miliar rupiah. Jika mengimpor, mengekspor, menawarkan, untuk dijual, menyalurkan, menjual, membeli, menyerahkan, menerima, menjadi perantara dalam jual beli, atau menukar narkotika golongan II, maka dipidana dengan pidana penjara paling lama 15 tahun lima belas tahun dan denda paling banyak Rp500.000.000,00 lima ratus juta rupiah. Jika mengimpor, 85 Undang-Undang Narkotika No. 22 Tahun 1997 dan Undang-Undang Psikrotofika No. 5 Tahun 1997 Jakarta: Asa Mandiri 2008 62 mengekspor, menawarkan, untuk dijual, menyalurkan, menjual, membeli, menyerahkan, menerima, menjadi perantara dalam jual beli, atau menukar narkotika golongan III, maka dipidana dengan pidana penjara paling lama 10 tahun sepuluh tahun dan denda paling banyak Rp300.000.000,00 lima ratus juta rupiah 86 Masalah umur tentunya harus dikaitkan dengan saat melakukan tindak pidana. Sehubungan masalah umur, pasal 4 Undang-undang Nomor 3 Tahun 1997 menetapkan sebagai berikut. 87 1 Batas umur anak nakal yang dapat diajukan ke pengadilan anak adalah sekurang-kurangnya 8 delapan tahun, tetapi belum mencapai umur 18 delapan belas tahun dan belum pernah kawin. Dalam hal anak melakukan tindak pidana pada batas umur sebagaimana dimaksud dalam ayat 1 dan diajukan ke sidang pengadilan setelah anak yang bersangkutan melampaui batas umur tersebut, tetapi belum pernah mencapai umur 21 dua puluh satu tahun, tetapi diajukan ke sidang anak. 2 Jelaslah rumusan di atas, bahwa batas umur anak nakal minimum adalah 8 delapan tahun dan maksimum adalah 18 delapan belas tahun atau belum pernah kawin. Sedangkan maksimum untuk dapat diajukan ke sidang anak umur 21 tahun, asalkan saat melakukan tindak pidana belum mencapai umur 86 Undang-Undang Narkotika No. 22 Tahun 1997 dan Undang-Undang Psikrotofika No. 5 Tahun 1997 Jakarta: Asa Mandiri 2008 63 18 delapan belas tahun, dan belum pernah kawin. Bagaimana apabila tersangka tersebut belum berumur 8 delapan tahun?, dengan tetap berpegang pada asas praduga tak bersalah dan demi kepentinganperlindungan anak, maka Undang-undang Nomor 3 Tahun 1997, Pasal 5 menentukan sebagai berikut. a Jika anak belum mencapai umur 8 delapan tahun melakukan atau diduga tindak pidana, maka terhadap anak tersebut dapat dilakukan pemeriksaan oleh penyidik. b Apabila penyidik berpendapat bahwa anak tersebut masih dapat dibina oleh orang tua, wali, atau orang tua asuhnya, maka penyidik menyerahkan kembali anak tersebut kepada orang tua, wali, atau orang tua asuhnya. c Jika penyidik berpendapat bahwa anak tersebut tidak dapat dibina lagi oleh orang tua, wali, atau orang tua asuhnya, penyidik menyarankan agar anak tersebut diserahkan kepada Departemen Sosial. Pertimbangan yang digunakan oleh seorang hakim dalam menjatuhkan sanksi terhadap seorang anak, yaitu anak masih mempunyai harapan, maka oleh karena itu dalam menentukan sanksi ada dua bagian, satu berupa tindakan dan yang kedua berupa penjara, berupa tindakan misalnya dikembalikan kepada orang tunanya, dijadikan abdi Negara atau dititipkan ke panti sosial untuk dididik dan diberikan pelatihan. 88 Jika melihat kasus perrkara di atas, maka kasusnya adalah pengedaran 88 Wawancara dengan Doddy Hermayadi, SH pada tanggal 2 September 2010 64 ganja yang dilakukan anak di bawah umur. Ganja adalah jenis narkotika golongan I, tanpa izin pihak yang berwenang ganja tidak bisa diperjual belikan. Maka pelaku dijerat pasal 82 Undang-Undang No. 22 Tahun 1997, tentang pengedaran narkotika, yang jenis hukumannya berupa pidana dengan pidana mati atau pidana penjara seumur hidup, atau denda paling banyak Rp. 1000.000.000,00 satu miliar rupiah Pelaku dalam kasus tersebut adalah Hendrik yang berusia 17 tahun, maka hukumannya pun tidak sama dengan pasal 82 Undang-Undang tahun 1997, karena masih kategori anak di bawah umur. Maka oleh karena itu putusan yang di keluarkan oleh Pengadilan Negeri Tangerang tersebut sesuai dengan Pasal 5 Undang-undang Nomor 3 Tahun 1997 tentang pemidanaan anak. Sanksi terhadap tindak pidana anak dibawah umur pada hakikatnya adalah sama, yaitu berpatokan kepada sanksi berupa tindakan dan penjara, mengenai lamanya waktu, hakim yang mempertimbangkan. 89

B. Analisis Pengedar Narkotika Anak Di Bawah Umur Dalam Prespektif