Bimbingan Agama 1. Pengertian Bimbingan Agama

BAB II TINJAUAN TEORI

A. Bimbingan Agama 1. Pengertian Bimbingan Agama

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, bimbingan berarti petunjuk ataupun penjelasan tentang tata cara mengerjakan sesuatu. 1 Secara harfiah bahasa bimbingan adalah “menunjukan, memberi jalan, atau menuntun orang lain kearah tujuan yang bermanfaat bagi kehidupan dimasa kini dan masa yang akan datang”. 2 Istilah bimbingan merupakan terjemahan dari kata “guidance” yang berarti menunjukan kepada dua hal, yang masing-masing berdiri sendiri, hal ini sebagaimana yang dikatakan oleh WS.Wingkel yaitu : a. Memberikan informasi, yaitu memberikan petunjuk, bahkan memberikan nasehat kepada seseorang atau kelompok maka atas dasar pengetahuan tersebut orang dapat menentukan pilihan dan mengambil keputusan. b. Menuntun atau mengarahkan kepada suatu tujuan yang akan dituju, yang mungkin tempat tersebut hanya diketahui oleh yang menuntun saja. 3 1 Tim Penyusun Kamus, Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta : Balai Pustaka, 1995. Cet ke-2, h.133 2 H.M.Arifin, Pedoman Pelaksanaan Bimbingan Agama, Jakarta : Golden Terayon Press. 1996. H 1 3 WS.Wingkel.FKIP.IKIP. Senata Darma, Bimbingan dan Penyuluhan Di sekolah, Jakarta : PT. Gramedia, 1997. h 18 10 11 Pakar bimbingan yang lain mengungkapkan bahwa “Bimbingan merupakan bantuan yang diberikan kepada siswa atau seseorang agar dapat berkembang menjadi pribadi-pribadi mandiri. Pelayanan bimbingan merupakan proses. Jadi dalam pelayanan bimbingan ini harus berkesinambungan, sebab dalam membimbing itu tidak langsung menjadi pribadi yang mandiri, tetapi bertahap dan terkadang harus melalui liku-liku tertentu sesuai dengan dinamika yang terjadi dalam pelayanan itu. Dengan membandingkan pengertian tentang bimbingan yang telah dikemukakan di atas, bahwa bimbingan adalah suatu proses pemberian bantuan secara terus menerus yang diberikan kepada seseorang dalam upaya menemukan pribadi agar dapat menjadi pribadi mandiri dan dapat membuat pilihan-pilihan dan penyesuaian yang bijaksana. Kemudian definisi agama yang diberikan para ilmuan belum sepenuhnya seragam. Arif Budiman melihat agama dalam dua kategori. “pertama, agama sebagai keimanan doktrin, dimana orang percaya terhadap kehidupan kekal di kemudian hari, lalu orang mengabdikan dirinya untuk kepercayaan tersebut, kedua, agama sebagai yang mempengaruhi perilaku manusia. Dengan demikian ia identik dengan kebudayaan”. 4 Menurut Zakiah Daradjat, “agama adalah kebutuhan jiwa psikis manusia, yang akan mengatur dan mengendalikan sikap, pandangan hidup, kelakuan, dan cara menghadapi tiap-tiap masalah”. 5 Dalam kamus sosiologi 4 Arif Budiman, Agama, Demokrasi dan Keadilan, dalam M. imam Azis,red Agama Demokrasi dan keadilan. Jakarta : PT. Gramedia,1993,h.20 5 Zakiah Deradjat. Pendidikan Agama dan Oembinaan Mental, Jakarta : Bulan Bintang, 1982. Cet ke-3, h 52 12 pengertian agama religion mencakup 3 hal : 1. Kepercayaan pada hal-hal spiritual, 2. Perangkat kepercayaan dan praktek-praktek yang dianggap sebagai tujuan sendiri. 3. Idiologi mengenai hal-hal yang bersifat supranatural. 6 Ada juga pengertian lain tentang agama, yang berarti “Peraturan tuhan yang diturunkannya kepada manusia dalam melaksanakan kehidupan dan penghidupan mereka dalam segala aspeknya agar mencapai kejayaan hidup lahir batin di dunia dan akhirat. 7 Mengacu pada beberapa definisi agama, maka dapat dicermati bahwa agama dipercayai sebagai sebuah sistem kepercayaan dan praktis memiliki potensi untuk membuat sebuah masyarakat moral moral community yang terikat norma-norma dan nilai-nilai yang mereka yakini kebenarannya. Berdasarkan pengertian bimbingan dan agama diatas menurut Aunur Rahim Faqih yang dimaksud dengan pengertian bimbingan agama yaitu : “proses pemberian bantuan terhadap inidividu agar mampu hidup selaras dengan ketentuan dan petunjuk Allah, sehingga dapat mencapai kebahagian hidup di dunia dan akhirat”. 8 Bimbingan agama dilaksanakan dalam upaya memberikan kecerahan batin kepada seseorang dalam 6 Soerjono Sukanto, Kamus Sosiologi Jakarta : CV.Rajawali, 1990. H. 430 7 Syahmin Zaeni, Mengapa Manusia Harus Beragama, Jakarta : Kalam Mulia, 1986, cet ke-1. h-2 8 Aunur Rahim Faqih, red. Bimbingan dan Konseling Dalam Islam. yogyakarta : VII Press, 2002, h. 4 13 menghadapi segala macam persoalan, dan bimbingan agama yang dilakukan sesuai dengan ajaran agama. 9

2. Tujuan Bimbingan Agama

Secara umum, tujuan bimbingan agama adalah membantu individu mewujudkan dirinya sebagai manusia seutuhya, agar mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan di akhirat. 10 Dalam menjalankan kehidupannya, manusia pasti mengalami hambatan-hambatan dalam mewujudkan keinginannya, sehingga diperlukan bimbingan agama, untuk itulah bimbingan agama berusaha untuk membantu individu agar mampu menghadapi masalah dalam hidupnya. Secara khusus bimbingan agama memiliki tujuan-tujuan antara lain 1. Membantu individu agar tidak menghadapi masalah 2. Membantu individu mengatasi masalah yang dihadapi 3. Membantu individu memelihara dan mengembangkan situasi dan kondisi yang lebih baik, sehingga tidak menjadi sumber masalah bagi dirinya dan orang lain. 11 Dengan memperhatikan tujuan-tujuan diatas, diharapkan bimbingan agama yang dilaksanakan akan membantu individu dalam menyelesaikan segala permasalahnnya dengan segala potensi yang ada pada dirinya.

3. Fungsi Bimbingan Agama

9 H.M. Arifin. Pokok-pokok Tentang Bimbingan dan Penyuluhan Agama, Jakarta : Bulan bintang, 1976, h-25 10 Aunur Rahim Faqih, Bimbingan dan Konseling Dalam Islam, opcit. H. 35 11 Aunur, Bimbingan Dan Konseling Dalam Islam. H. 36 14 Dalam melakukan bimbingan kepada individu, bimbingan itu dimaksudkan bukan untuk memecahkan suatu masalah yang dihadapi, tetapi dengan bimbingan agama diharapkan berfungsi sebagai alternativ dalam pemecahan masalah. Oleh karena itu, dengan memperhatikan tujuan umum dan tujuan khusus bimbingan agama diatas, maka dapatlah dirumuskan fungsi dari bimbingan agama menurut Aunur Rahim Faqih, yaitu : 1. Fungsi Preventif, yaitu membantu individu menjaga atau mencegah timbulnya masalah bagi dirinya. 2. Fungsi Kuratif atau korektif, yaitu membantu individu memecahkan masalah yang sedang dihadapi atau dialaminya. 3. Fungsi Preservatif, yaitu membantu individu agar situasi yang semula tidak baik menjadi baik dan kebaikkan itu bertahan lama. 4. Fungsi Development atau pengembangan, yaitu membantu individu memelihara dan mengembangkan situasi dan kondisi yang baik, sehingga tidak memungkinkannya menjadi sebab munculnya masalah baginya. 12 Berdasarkan beberapa fungsi bimbingan di atas, dapat dipahami bahwa fungsi bimbingan agama berfungsi mengarahkan individu supaya terhindar dari masalah dan berusaha untuk mengembalikan kondisinya untuk menjadi lebih baik dari sebelumnya. Untuk mencapai tujuan yang sejalan dengan fungsi-fungsinya maka menurut penulis kegiatan bimbingan agama dapat melakukan kegiatan-kegiatan sebagi berikut : a Membantu individu dalam meningkatkan kembali individu akan fitrahnya sebagai mahkluk Allah, agar memahami dirinya sendiri sebagai mahkluk Tuhan. b Membantu individu bertawakal atau berserah diri kepada Allah. Dengan demikian dapat menyadari bahwa apa yang terjadi semuanya adalah cobaan dari Allah SWT. 12 ibid, h. 36. 15 c Membantu individu dalam memahami keadaan situasi dan kondisi yang dihadapinya. Seringkali seseorang menghadapi masalah yang tidak dapat dipahami olehnya, atau tidak menyadari dirinya sedang menghadapi masalah. d Membantu individu dalam mencari alternative pemecahan masalah. 13 Berdasarkan uraian diatas bimbingan agama dapat dikaitkan dengan pendekatan islami dengan aspek-aspek psikologis dalam pelaksanaan bimbingan konseling yang meliputi pribadi, sikap, kecerdasan, perasaan, dan seterusnya yang berkaitan dengan klien dan konselor. Bagi pribadi muslim yang berpijak pada pondasi tauhid pastilah seorang pekerja keras, namun nilai bekerja baginya adalah untuk melaksanakan tugas suci yang telah Allah berikan dan percayakan kepadanya, ini baginya adalah ibadah. Sehingga pada pelaksanaan bimbingan konseling, pribadi muslim tersebut memiliki ketangguhan pribadi tentunya dengan prinsip-prinsip sebagai berikut : 1. Selalu memiliki prinsip landasan dan prinsip dasar yaitu hanya beriman kepada Allah Swt. 2. Memiliki prinsip kepercayaan, yaitu beriman kepada Malaikat. 3. Memiliki prinsip kepemimpinan, yaitu beriman kepada Nabi dan Rasulnya. 4. Selalu memiliki prinsip pembelajaran, yaitu berprinsip kepada Al- Qur’an Al Karim. 5. Memiliki prinsip masa depan, yaitu beriman kepada hari kemudian 6. Memiliki prinsip keteraturan, yaitu beriman kepada ketentuan Allah 14 13 ibid h. 40 14 Hasil telurusi internet http:kaunseling.multiply.comjournalitem15www.concer.net 16 Jika pembimbing memiliki prinsip tersebut Rukun Iman maka pelaksanaan bimbingan dan konseling tentu akan mengarahkan counselee kearah kebenaran, selanjutnya dalam pelaksanaannya pembimbing dan konselor perlu memiliki tiga langkah untuk menuju pada kesuksesan bimbingan dan konseling. Pertama, memiliki mission statement yang jelas yaitu dua kalimat syahadat, kedua memiliki sebuah metode pembangunan karakter sekaligus symbol kehidupan yaitu shalat lima waktu, dan ketiga, memiliki kemampuan pengendalian diri yang dilatih dan disimbolkan dengan puasa. Prinsip dan langkah tersebut penting bagi pembimbing dan konselor muslim, karena akan menghasilkan kecerdasan emosi dan spiritual ESQ yang sangat tinggi Akhlakul Karimah. Dengan mengamalkan hal tersebut akan memberi keyakinan dan kepercayaan bagi counselee yang melakukan bimbingan dan konseling.

B. Kecerdasan Spiritual 1. Pengertian Kecerdasan Spiritual