BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Bagi sebuah negara yang merdeka dan berdaulat, adalah penting untuk melakukan hubungan dengan dunia internasional, terutama dengan negara – negara
tetangganya. Karena dengan menjalin hubungan dengan negara lain sedikit banyak akan memberi nilai tambah bagi pembangunan di negara tersebut.
Karena setiap negara berdaulat menjalin hubungan dengan negara lain di luar negaranya atau melakukan hubungan pada dunia internasional, maka setiap negara
mempunyai pula apa yang disebut dengan politik luar negeri. Politik luar negeri suatu negara mencerminkan sikap bangsa atau negara tersebut dan di dalamnya terkandung
tujuan dan kepentingan nasional dari bangsa dan negara itu. Dalam pelaksanaanya politik luar negeri suatu negara diimplementasikan dalam bentuk keputusan ataupun
kebijakan negara yang mencerminkan sikap atupun politik luar negeri dari negara tersebut. Bentuk implementasi dari politik luar negeri biasa disebut dengan kebijakan
luar negeri. Kebijakan luar negeri suatu negara menunjukkan dasar-dasar umum yang dipakai pemerintah untuk bereaksi terhadap lingkungan internasional
39
1
Dahlan Nasution, Politik Internasional Konsep dan Teori. Jakarta, Penerbit Erlangga, 1989,hal.9
.
Universitas Sumatera Utara
Proses pengambilan keputusan dalam politik luar negeri oleh elite politik sangat menentukan arah kebijakan dan tindakan yang akan diambil. Pemikiran dari
individu pemimpin juga sangat mempengaruhi dalam pengambilan sebuah kebijakan. Seperti misalnya dalam memahami kebijakan luar negeri Jerman pada masa Nazi
pengkajian terhadap hal tersebut lebih ditekankan pada pemahaman perilaku pribadi Adolf Hitler, seperti pada kepribadiannya, ideologi, keyakinan yang dianut serta
bagaimana keyakinan, sikap dan ideologi tersebut mempengaruhi pandangannya terhadap kebijkan yang dikeluarkan
40
Selain itu pengaruh individu pemimpin dapat dilihat dalam kebijakan ekonomi Amerika Serikat dimasa pemerintahan Ronal Wilson
Reagan, kebijakan ekonominya lebih dikenal dengan “Reagonomics”. Kebijakan ekonomi ini banyak mendapat pengaruh dari cara pandang maupun pemikiran Reagan
tentang perlunya penyegaran terhadap staknasi ekonomi yang diwarisi Amerika Serikat, ataupun terhadap inflasi dan pengangguran. Kebijakan Reagan ini berdasarkan
pada ekonomi perbekalan yang dipandang mendorong ekonomi dengan pemotongan pajak yang berlaku untuk semua orang.
41
40
K.J. Holsti, Politik Internasional Suatu Kerangka Analis, terjemahan Wawan Juanda, Bandung Binacipta , 1987, hal. 484.
Kebijakan Reagan segera menjadi terkenal sebagai “Reaganomics”, nama panggilan yang digunakan pendukung dan pencelanya.
Pemotongan pajak itu bergabung dengan pengeluaran militer yang berat yang
41
Didapatkan dari halaman web http:id.wikipedia.orgwikiRonald_Reagan diakses tanggal 08 Juni 2009.
Universitas Sumatera Utara
ditimbulkan pengeluaran defisit yang amat besar dan pertambahan dramatis dalam hutang nasional. Hutang bertambah dengan sekitar 200 3 kali lipat antara saat
Reagan menjabat dan saat penggantinya George H. W. Bush menduduki jabatan
42
Seperti yang telah dikemukanan sebelumnya, kebijakan luar negeri adalah adalah implementasi dari politik luar negeri suatu negara. Dalam hal ini Indonesia
adalah negara yang memiliki politik luar negeri bebas aktif, maka kebijakan luar negeri yang dikeluarkan haruslah mengacu pada politik luar negeri bebas dan aktif tersebut
Dalam dunia internasional, arus perubahan dalam politik globalpun telah menjadikan isu internasional menjadi semakin kompleks. Karakteristik dan dimensi
hubungan antar negara, baik dalam konteks regional maupun global, telah menjadi semakin rumit dan kompleks. Misalnya saja, bagaimana era 1990-an dan awal 2000-an
diwarnai dengan perubahan di arena politik internasional, baik dalam kompleksitas permasalahan dan pelaku hubungan internasional maupun dalam konteks hubungan
antar negara. Justru dalam proses perubahan itulah terjadi perkembangan menarik dalam panggung internasional dengan segala implikasinya dan tidak terkecuali
Indonesia.
43
42
Ibid. Hal. 20
43
Sumaryono Suryokusumo, Praktik Diplomasi, Jakarta, Badan Penerbitan Iblam,2004 hal. 240
. Dengan kata lain, kebijakan luar negeri merupakan refleksi dari politik dalam negeri
dan dipengaruhi perubahan dalam tata hubungan internasional, baik dalam bentuk
Universitas Sumatera Utara
regional maupun global. Karena itu, setiap dinamika yang terjadi dalam perpolitikan dalam negeri akan mempengaruhi diplomasi sebagai manifestasi kebijakan luar negeri.
Secara umum visi dan orientasi politik luar negeri Indonesia seharusnya tidak berubah. Namun, perubahan dimungkinkan jika berkaitan dengan usaha perbaikan ekonomi dan
citra Indonesia di mata dunia internasional. Dasarnya tetap bertitik tolak pada konstitusi, tetap ikut membantu menciptakan perdamaian dan keadilan sosial, serta
politik bebas-aktif yang diabdikan pada kepentingan nasional. Selama pemerintahan, dibawah Presiden Seokarno, kebijakan luar negerinya di
nilai sangat berani dan bersifat konfrontatif. Politik konfrontatifnya amat kentara saat mendapati realita pembentukan, negara federasi Malaya Malaysia oleh Inggris. Ia
memandang hal tersebut sebagai upaya Barat, terutama Inggris, untuk membentuk alat dalam melestarikan kehadiran dan pengaruhnya di Asia Tenggara, khususnya Malaysia
dan Indonesia.
44
44
Carsiwan M.Pd, dalam
Kebijakan konfrontasi yang diambil Soekarno tersebut menimbulkan pro dan kontra dikalangan pemerintah maupun masyarakat saat itu. Soekarno dalam kebijakan
politik luar negerinya dianggap telah merupakan fungsi konvensionalnya memajukan kepentingan luar negeri suatu negara dan cenderung lebih memajukan dan melindungi
kepentingan politik domestik.
http:www.pikiran-rakyat.comcetak10040712.html diakses tangganl 12 juni 2009
Universitas Sumatera Utara
Selain alasan diatas kenyataan Soekarno yang lebih cenderung ke kiri-kirian RRC dan Uni Soviet menimbulkan persepsi dikalangan masyarakat mengenai
konsistensinya yang bebas aktif.
45
Pemerintahan Soekarno menjadi menarik untuk dibahas terutama dari segi kebijakan luar negerinya yang dihasilkan karena pada periode pemerintahan Indonesia
dibawah pimpinan Soekarno dinilai oleh banyak pihak sebagai pemerintahan yang sarat dengan budaya tradisional
Persoalan atau kasus ini menjadi menarik karena pada dasarnya Indonesia atau negara manapun mempunyai hak dan kebebasan untuk menjalin ataupun memutuskan
hubungan dengan negara lain apabila dirasa menguntungkan atau tidak menguntungkan tetapi di sisi lain konfrontasi Indonesia dengan Malaysia ini dianggap
sebagai sebuah kebijakan yang tidak tepat, hal ini dapat dimaklumi karena konfrontasi yang terjadi antara Indonesia dengan Malaysia ini membawa keterpurukan sosial-
ekonomi bangsa Indonesia.
46
. Pola tradisional adalah pola yang mengedepankan peranan pemimpin dan mengeyampingkan keputusan yang dibuat bersama. Kehendak
dan pengaruh pimpinan secara individual menjadi patokan dalam membuat dan mengambil kebijakan yang membuat bawahan hanyalah sekedar pendukung belaka.
Oleh karena itu keinginan dan pertimbangan pemimpin menjadi amat penting dalam pola pikir tradisional.
47
45
Ibid
46
Marwadi Rauf “kata Pengantar “ Muhammad Nasir, konflik Presiden verus POLRI Era Transisi Demokrasi, Jakarta, Riset Studi Politik Madai Institute, 2009, hal. 6
47
Ibid
Universitas Sumatera Utara
1.2. Permasalahan