Napak Tilas Soekarno Kecil 1901-1916

BAB II SOEKARNO DAN PERKEMBANGAN POLITIK LUAR NEGERI INDONESIA

TAHUN 1945-1966 2.1. Riwayat Hidup Soekarno

2.1.1 Napak Tilas Soekarno Kecil 1901-1916

Soekarno dengan nama kecil Kusno lahir di Lawang Seketeh, Kalimas, Suarabaya, di sebuah rumah dekat dengan pasar besar pada tanggal 06 Juni 1901. Soekarno lahir dari pasangan Soekemi Sosrodihardjo dan Nyoman Rai. Ayahnya Soekemi, yang bergelar “Raden” merupakan seorang guru pembantu dari sekolah pribumi dan sempat pula dicatat bahwa Soekemi merupakan ‘asisten’ sarjana peneliti bahasa bagi Van Den Took, sebuah kesempatan yang hanya bisa didapatkan bagi keturunan Jawa Priyayi. Raden Soekemi sendiri pernah tinggal di Buleleng Singaraja, karena istrinya, Nyoman Rai berasal dari keluarga Serimbin yang tinggal di Buleleng, Bali. Raden Soekmi tercatat wafat pada umur 76 Tahun, dan tepatnya pada 08 Mei 1945 58 58 Lihat Lambert Gimbels, Soekarno Biografi 1901-1950, PT Gramedia, Jakarta 2001, Hal 5-7 . Dan 2 tahun sebelum Soekarno lahir, tepatnya di Buleleng 1899, Saudara perempuan Soekarno lahir dengan nama Karismah. Kehidupan keluarga Soekarno dalam berbagai literature yang ada digambarkan hidup dalam kesederhanaan, karena dalam kelahiran Soekarno pun, Nyoman Rai tidak dibantu oleh bidan. Tapi kondisi masyarakat jawa yang bercirikan gotong-royong, tentu saja kelahiran Soekarno mengundang para perempuan dari kampungnya untuk membantu Nyoman Rai. Universitas Sumatera Utara Dari kelahiran Soekarno sampai dengan 1907, yaitu sampai pada saat usianya menginjak 6 tahun, Soekarno dibesarkan di sebuah perkampungan yang begitu terasa suasana pedesaannya. Hal yang sekarang dapat saja kita temui sebagai sebuah gambaran realita ke- Indonesia-an, dimana anak-anak perempuan membantu untuk menjaga adik-adiknya, jalan-jalan perkampungan yang masih setapak, penduduk yang tidak begitu padat, hubungan kekeluargaan yang begitu erat satu dengan yang lainnya. Kebiasaaan para anak-anak yang main di pinggir kali dan dengan rumah yang begitu sederhana, dimana kehidupan mereka pun hanya memiliki sebidang tanah untuk menanam buah dan sayur-sayuran seadanya untuk memenuhi kebutuhan sendiri. Pada saat Soekarno berusia eman tahun, ayahnya, Raden Soekemi, diangkat menjadi Kepala Sekolah pribumi kelas dua dan membuat Soekemi serta Nyoman Rai pindah ke Mojokerto. Pada 1907, karena kepindahan ayahnya, Soekarno dan kakaknya, Karsimah, dititipkan dan tinggal bersama kakek dan neneknya di Tulungagung dan di sinilah Soekarno dimasukkan kedalam Frobel 59 . Menurut Soekarno bahwa Eyangnya ini adalah orang yang berkecukupan dengan usaha batiknya di Tulungagung. Walau hanya setahun hidup bersama di rumah Kakek dan Neneknya, tetapi hal ini begitu meninggalkan kesan bagi Soekarno. Kakeknya sering memandu Soekarno kedalam dunia pewayangan dan mengenalkannya dengan dunia tersebut. 59 Bentuk sekolah yang umum untuk anak-anak usia pra-sekolah Universitas Sumatera Utara Bagi Seokarno dunia pewayangan begitu memberikannya banyak arti, dimana dia memahaminya, bahwa peperangan antara para Kesatria Pandawa dengan Prajurit Korawa untuk memperebutkan kerajaan Ngastina menginterpretasikan sebuah hal yang tidak pernah selesai sesuai dengan cerita di dalam dunia pewayangan 60 Pada 1908, tepat saat dia berusia tujuh tahun, Soekarno kembali tinggal dan ikut bersama orang tuanya di Mojokerto. Setelah sempat tinggal di Surabaya dan Tulungalung, sekarang Soekarno kecil bertempat tinggal di Mojokerto bersama dengan . Dari sini Soekarno memahami dan dapat kita pahami pula bahwa apa yang dirasakannya dalam dunia pewayangan adalah ibarat sebuah pertempuran dalam memperebutkan basis materi dunia, tidak akan selesai karena dunia terus berdialektika. Soekarno juga bayak mengambil sikap dan karakter yang kuat dari tokoh-tokoh pewayangannya, yang telah merebut pengalaman inderawi Soekarno. Di sisi lain Soekarno diperkenalkan juga dengan kekuatan – kekuatan gaib yang diajarkan dan diperkenalkan oleh neneknya. Neneknya pernah mengajak Soekarno untuk mengunjungi orang-orang kampung yang sakit dan menyuruh Soekarno untuk menggunakan tangannya demi proses penyembuhan. Neneknya juga sering membuka mata batin Soekarno untuk meramalkan masa depan. Sebuah kemampuan spiritual yang sempat mengugah inderawi Soekarno, hanya saja kemampuan spiritual tersebut hilang pada saat Soekarno menjadi remaja, karena dia lebih mengagumi bakat duniawinya dan menganggap bahwa semua hal gaib yang pernah dirasakannya adalah gejala psikologi yang biasa walau menarik rasa keingintahuannya. 60 Lihat Lambert Gimbls, ibid, hal 11-13 Universitas Sumatera Utara Soekemi, ayahnya. Tahun 1907 samapi 1911 Soekarno bersekolah di HIS 61 Dalam bahasa Soekarno “sebagai manusia sarinah-lah yang mempengaruhi hidup saya” . Sebagai sebuah ingatan bagi kita semua, sebelumnya sekolah di masa itu dibagi menjadi dua. Sekolah kelas satu khusus bagi keluarga pemimpin pribumi, sedang sekolah kelas dua untuk keluarga pribumi pada umumnya. Di sekolah jenis pertama menggunakan pola belajar selama 6 tahun dan sekolah jenis kedua menggunakan pola belajar selama 3 tahun, dengan bahasa pengantar melayu dan jawa, yang pada akhirnya digunakan sebagai bahasa persatuan Indonesia. Kehidupan masa kanak-kanak Soekarno di Mojokerto memberikan pesan tersendiri. Selain hidup dalam sebuah kesederhanaan, di mana rumahnya pun sering mengalami kebanjiran kalau sedang musim hujan. Tetapi yang begitu diingat oleh Soekarno adalah ayahnya yang berwatak keras yang memberikan kesan dalam kehidupan kecil Soekarno. Dan juga seperti apa yang perah Soekarno siratkan di dalam buku Biografinya yang ditulis oleh Cindy Adams, ia bukannya mendapat kasih sayang yang cukup dari Ibu dan Kakanya, sebagai seorang wanita, yang dalam pandangan Soekarno banyak mendapatkan sebuah petualangan dan pengajaran untuk mencintai seseorang, kesederhanaan, dan keinginan untuk dapat berbagi dari seorang bernama Sarinah, seorang gadis pembantu yang tinggal bersama mereka. 62 61 Hollands Inlandsche School, sebuah sekola pribumi belanda. 62 Lihat Cindy Adams, Soekarno, An Autobiography, as told to Cindy Adams, Jakarta, 1966 . Demi sebuah pergaulan dengan anak-anak dari golongan Belanda, serta anak-anak dari golongan pemimpin pribumi. Ayah Soekarno mempertimbangkan dia Universitas Sumatera Utara untuk pindah ke ELS 63 Soekarno menyelesaikan pendikannya di ELS tepat pada waktunya, sesudah kelas tujuh, dia mengantongi ijjazah kelulusannya. Setelah menempuh pendidikannya di ELS kelak, ia bermaksud mencoba untuk menjadi pegawai pemerintah kecil dan memiliki kesempatan untuk menjadi pamong praja. Tapi Soekemi, ayah Soekarno, lebih menginginkan anaknya untuk melanjutkan pendidikan tinggi di HBS di Mojokerto. Demi mengikuti apa yang menjadi keinginan Ayahnya, Soekarno pun kemudian mengecap pendidikannya di ELS. Seokarno yang seharusnya berkelas 4, harus bersedia mengulang di kelas tiga karena keterbatasannya dalam bahasa Belanda kala itu. Dan dalam kurun waktu 1911-1916, Soekarno menempuh pendidikan di ELS. Hanya sedikit anak dari Hindia-Belanda yang memiliki kesempatan untuk bersekolah di sini, sebuah sekolah dengan metoda yang diajarkan berasal dari Belanda, metoda yang cenderung pula mencegah masuknya pendidikan yang bersentuhan dengan perjuangan Asia timur. Di sekolah ini juga pertama kali Soekarno jatuh cinta dengan seorang gadis dari Belanda yang bernama Rika Meelhuysen, dan Soekarno banyak belajar pula dari gadis yang bernama Rika ini untuk melatih bahasa Belandanya. 64 63 Europeeshe lagere School, Sekolah Dasar Eropa. 64 Hoogere Burger School sebuah sekolah lanjutan tinggi. . Untuk mengikuti apa yang menjadi keinginan Soekemi, menurut pengalaman yang dituangkan oleh Soekarno, sebelum berakhir studinya saat menempuh pendidikan di ELS, dia mengikuti ujian masuk ke HBS, dan pada Mei 1916 Soekarno pun diterima di sekolah tinggi tersebut. Universitas Sumatera Utara Hal ini meninggalkan sebuah konsekuensi, di mana Soekarno harus meninggalkan keinginannya untuk menjadi pamong. Keinginan Soekemi ini pula yang kemudian membawa Soekarno berpisah dengan orangtuanya dan hidup mandiri untuk menempuh pendidikan tinggi. Karena bertepatan pada tahun-tahun itu, Raden Soekemi diharuskan pindah ke Blitar untuk menjadi guru sekolah di Blitar, sedang Soekarno harus menempuh pendidikan tingginya di Surabaya. Demi menjalankan pendidikannya, maka Soekarno sendiri dititipkan kepada kawan lama ayahnya yang bernama Haji Oemar Said Tjokroamino HOS Tjokroaminoto, yang lebih kita kenal dengan sebutan Tjokro. Tjokro merupakan keturunan yang berasal dari keluarga jawa priyayi sekaligus merupakan ketua Sarekat Islam SI, sebuah gerakan massa Nasionalis pertama di Indonesia kala itu…

2.1.2 Soekarno Muda dan Pergerakan Nasional 1916-1934