Soekarno dan Kemerdekaan Indonesia 1934-1945

Melalui surat yang ditulisnya pada 21 September 1993 tentang keinginannya untuk keluar dari Partindo 72 Mereka menganggap Soekarno mengkhianati perjuang Non ko-operatif dengan meminta maaf kepada pihak Belanda dan memohon pengampunan. Tapi di sisi lain Gubernur Jenderal De Jonge dan para petinggi pemerintah Belanda tidak percaya apa yang diuangkapkan dan dijanjikan oleh Soekarno akan bertahan dengan lama, dan dengan segera Soekarno diasingkan ke pulau Flores. Hatta menggunakan peluang yang ada untuk mengumunkan dan menuduh bahwa Soekarno telah menyerah pada sebuah kondisi dan jatuh pada tangan Belanda tapi baru diterima oleh pimpinan umum Partindo pada 21 November 1933. Hal ini mengundang dan mendapat barbagai reaksi negative dari kaum nasionalis. 73 Empat tahun masa pengasingan Soekarno di Endeh, Flores, dihabiskannya dengan penuh pengalaman baru. Sejak dibawa pada Februari 1934, mulai dari Bandung ke Surabaya, lalu pada 17 Februari ia dan keluarga dibawa dengan kapal KPM Jan Van Riebeeck menuju Flores dengan perjalanan delapan hari lamanya. Walau hidup dengan makmur, tenang dan bebas, tapi pada bula-bulan pertamnya, ia . Serta politik Soekarno telah mati, dalam pemikiran Hatta-Sjahrir, dan mereka mengambil kesempatan ini untuk dapat menjadi pimpinan kaum Nasionalis Non Ko-operatif. Tapi hal ini juga di ketahui oleh Gubernur Jenderal De Jonge, karena juga dianggap sebuah bahaya yang laten maka pada januari 1935, Hatta dan sjahrir pun ditangkap dan kemudian diasingkan di Boven-Digoel.

2.1.3 Soekarno dan Kemerdekaan Indonesia 1934-1945

72 Giebels, op.cit, hal. 181. Universitas Sumatera Utara cukup terpukul setelah mendengar berita kematian Tjokroaminoto, karena dia pun sudah lama tidak bertemu dengan orang tua angkatnya sekaligus Gurunya itu. Tapi seiring waktu, Soekarno yang tak pernah mengeluh, akhirnya membuka ruang sosialnya. Pergaulan Soekarno di Flores dengan pater-pater baca; pendeta di Endeh dan Pastur Huytink membuatnya sering berkunjung missi, bermula dari hanya sekedar minum kopi sampai dengan aktivitas rutin. Dia sering membaca buku-buku di perpustakan missi, dan sering pula mengisi waktu dengan berbagai aktivitas. Di Endeh Soekarno memiliki kesempatan untuk kembali menggambar, hal yang ditinggalkannya sejak lulus dari Pendidikan Tinggi di Bandung. Dengan hidup yang berkecukupan, sesuai perannya sebagai orang terhormat. Lagi kebutuhan di pulau ini terhitung murah, tapi karena rombongan sandiwara mondok di rumahnya juga maka kebutuhan hidup juga ikut bertambah dan begitu besar. Rombongan sandiwara ini adalah salah satu aktivitas kreatif Soekarno di dalam kehidupannya di pengasingan. Soekarno dalam pengasingan juga mengalami pergaulan pemikiran, disini melalui pertemuannya dengan para pater Soekarno banyak mendapat pengetahuan tentang agama dunia dan mendapat pengertian Katolik Roma. Dan pertemuan khusus dengan Hasan, seorang ulama yang dia kenal semasa waktunya di Bandung, yang termasuk di dalam pimpinan Persatuan Islam begitu berkesan serta menggugah keinginan Soekarno untuk melakukan Tanya – jawab melalui surat. Korespondensi yang dijalankan Soekarno sejak 1 Desember 1934 melalui surat meminta Hasan untuk mengirimkannya buku pelajaran tentang Islam. Dan sebuah 73 Lihat Soekarno, op.cit, 1964, hal.209 Universitas Sumatera Utara perjalanan spiritual bagi Soekarno sendiri bahwa di Endeh dia menjadi seorang Islam yang aktif menjalankan agamanya. Pada kurun waktu ini Soekarno terus berdialog dengan mentor agamanya tersebut, dan terus berdialektika dengan Islam, yang menurut kritiknya bahwa Islam tidak akan maju dikarenakan pimpinan spiritual baik. Ulama maupun Kiai kala itu tidak mau menyerap pengetahuan modern. Melalui tulisannya “Surat-Surat Islam dari Endeh” 74 Mulanya Soekarno menuis untuk Pandji Islam, dengan frekuensi yang terus meningkat, majalah ini adalah majalah adalah majalah terbitan Muhammadiyah yang terbit di Medan. Soekarno dengan kreatifitasnya akhir-akhir masa itu kemudian menghasilkan buku yang berjudul ‘Sarinah’ yang diterbitkan oleh bantuan Hasan, Soekarno mengkritik bahwa dalam pelaksanaan Figh, Islam ketinggalan seribu tahun lamanya. Setelah lima tahun diasingkan di Flores dan terpinggirkan dari arena panggung politik Nasional, akhirnya pada 1938 Soekarno dipindahkan ke Bengkulu. Kota yang baik daripada Endeh, di sini Soekarno aktif di Muhammadiyah dan mendapat kesempatan untuk kembali aktif membuat tulisan-tulisan. Hal – hal kecil yang dilakukannya dan dianggap Soekarno sebagai sebuah cara yang dengan hati-hati akan kembali memperluas pengaruh Seokarno melalui berbagai propagandanya serta menghantarkannya ke panggung politik nasional kembali. 75 74 Lihat Soekarno, ibid, hal. 325 75 Buku ini, ‘Sarinah,” Kewadjiban Wanita Dalam Perdjoangan Republik Indonesia, ditulis di tahun 1947. Buku ini berisi pergulatan soekarno tentang fungsi dan peran perempuan sarinah Indonesia dalam mencapai kemerdekaan. , sebuah tulisan yang menguak Universitas Sumatera Utara perbudakan wanita oleh Belanda. Dan pada bulan 1940, Soekarno mendapat kesempatan menjadi koresponden tetap harian Pemandangan. Kehidupan pribadi Soekarno dan Inggit istrinya pun terganggu dan mulai renggang semasa pengasingannya di Bengkulu, pertemuannya dengan gadis di Bengkulu, yang berusia sekitar lima belas tahun benar mempesona Soekarno. Gadis yang bernama Fatmawati ini cukup menggangu kehidupan Soekarno-Inggit, Inggit yang tidak mau begitu saja dikesampingkan, terus menganggu batin Soekarno dengan berbagai pertengkaran. Soekarno ingin menikahi Fatmawati dengan tata cara Islam untuk memperoleh keturunan, karena sampai berumur 42 tahun, dia belum memiliki keturunan, sedang Inggit yang berusia 53 tahun sudah tidak mungkin lagi memperoleh keturunan. Ketika Soekarno dan tokoh pergerakan nasioanl lainnya di asingkan, pertentangan antara golongan kooperatif dan non-kooperatif dalam gerakan nasional digantikan dan beralih dengan pertentangan antara gololongan nasionalis sekuler dan golongan politik Islam. Keduanya melakukan sebuah proses konsolidasi kekuatan dan terus membangun kekuatan nasional. Tepat menjelang kedatangan-kedatangan pasukan fasis Jepang di Indonesia, kedua kekuatan ini kemudian bergabung dan bersatu dalam kekuatan Front Nasional. Berdirinya Front Nasional dalam rangka menuntut kemandirian dalam berbangsa dan meraih bentuk kemerdekaan. Gubernur Jenderal yang baru masa itu Tjarda Van Starkenborg, yang menggantikan De Jonge pada tahun 1936, dengan kebijaksanaanya yang juga disertai oleh pemerintah Belanda, sama sekali tidak mau memberikan atau menanggapi tuntutan kaum nasionalis untuk kemandirian dalam bentuk apapun. Petisi Universitas Sumatera Utara Soetardjo yang sangat lunak, sebagaimana dirumuskan oleh Dewan Rakyat, ditolak secara mentah oleh pihak Belanda. Dengan penolakan – penolakan ini baik dari pemerintahan Hindia – Belanda maupun Pemerintahan Belanda disebut sebagai sebuah peluang yang tidak dimanfaatkan, karena pada Januari 1942, pasukan Jepang telah mendarat untuk pertama kali di Hindia-Belanda 76 Impian yang diberikan oleh Jepang untuk menggabungkan kekuatan dalam Persemakmuran Asia Timur Raya, adalah sebuah taktik dalam upaya Jepang untuk . Periodesasi penduduk Jepang merupakan masa-masa yang begitu peka. Soekarno pernah dijuluki dengan Mussert Indonesia. Karena dalam menghadapi penjajahan pasukan fasis Jepang Soekarno memiliki haluan yang tidak sama ketika dia berhadapan dengan penguasa Kolonial Belanda. Dulunya Soekarno yang non- kooperatif, perlahan dan dengan sangat hati-hati lambat – laun mulai membuka diri dengan pemerintah Jepang. Semua timbul karena adanya keyakinan Soekarno, dan kekagumannya kepada bangsa Jepang, yang menunjukkan banyak kesamaan dan disebutnya sebagai saudara tua. Dan didorong pula rasa kebencian para penguasa yang berasal dari lautan dan belahan dunia lain yaitu Kolonial Belanda. Masa kependudukan Jepang memberi kesempatan bagi dirinya untuk memperkuat figur sebagai tokoh pimpinan di pentas politik nasional masa itu. Jepang juga berjanji untuk memberikan apa yang tidak pernah diberikan oleh pihak Belanda dibawah perlindungan Sekutu untuk mencapai kemerdekaan. 76 Bagin, op. cit, 2004, hal 161. Universitas Sumatera Utara menjajah Belanda. Tapi Soekarno menanggapinya sebagai upaya untuk bekerjasama dengan saudara tuanya Jepang. Dengan terbentuknya PUTERA Pusat Tenaga Rakayat pada 8 Maret 1943 oleh Jepang dimanfaatkan sebagai sebuah wadah yang strateginya dalam mengumpulkan kekuatan nasional dan reorientasi pergerakan nasional, tapi dalam upayanya strategi dan taktik ini disamarkan dari oleh pihak Jepang. Waktu realisasi itu begitu dekat, kesediaan Soekarno untuk bekerjasama begitu besar sehingga mau tidak mau dari sudut pandang sekutu dianggap sesuatu kolaborasi. Semua ketika peluang-peluang peperangan bagi Jepang telah tertutup, jalan kembali tidak ada lagi dan realisasi impian tadi berubah menjadi suatu perlombaan dengan waktu. Pendirian PUTERA agaknya sebuah langkah maju dan menggembirakan dalam rangka menuju Indonesia Merdeka. Tetapi rasa puas tentang kemajuan ini sudah banyak berkurang sebelum tanggal didirikannya, karena Perdana Menteri Tokjo mengumumkan kemerdekaan bagi Filiphina dan Burma, sesuatu yang belum di dapatkan Indonesia terlebih lagi Jawa dari Pemerintahan Jepang. Tapi karena peran Sentralnya di PUTERA dalam kurun waktu berbulan-bulan akhirnya Soekarno dapat tampil sebagai pemeran pergerakan nasioanl utama di pulau Jawa 77 77 Giebels, op. cit, 2001, hal. 282 . Dan upaya untuk menghadirkan kemerdekaan akhirnya datang juga, walau datang melalui rekayasa Jepang, karena tanpa perang Pasifik, dan berkat pemerintahan Belanda. Model keterlibatan di parlemen hasil bentukan Belanda di laksanakan dan ditaati oleh Tjokro dan Abdul Muis. Gerakan kiri progressif, terpaksa bergerak ‘di bawah tanah’ ketika tekanan Belanda cukup kuat, dimana gerakan kiri Universitas Sumatera Utara dianggap organisasi yang tidak tunduk terhadap pemerintah Belanda, termasuk Soekarno yang tetap pada jalur Non ko-operatif dengan kolonial Belanda. 2.2 . Perkembangan Politik Luar Negeri Indonesia Tahun 1945-1966 2.2.1. Politik Luar negeri Indonesia Periode Perjuangan Kemerdekaan 1945-1949 Terbentuknya Indonesia sebagai negara kesatuan merupakan kesadaran seluruh komponen bangsa tanpa mempersoalkan latar belakang agama, suku dan bahasa. Kesadaran itu lahir dari kehendak bersama untuk membebaskan diri dari belenggu penjajahan dan kolonialisme yang tidak sesuai dengan semangat dan nilai-nilai kemanusiaan universal. Semangat ini menjadi modal dasar dan landasan kuat untuk menyatukan dan meleburkan diri dengan penuh kerelaan dalam bentuk Negara Kesatuan Republik Indonesia 78 Proklamasi kemerdekaan Indonesia tanggal 17 Agustus 1945 menjadi pemisah antara masa kehidupan sebagai Negara jajahan dan masa menjadi masa yang merdeka, berdaulat serta bebas menentukan jalan hidupnya. Kemerdekaan Indonesia direbut . Keinginan untuk bernegara ini tercermin secara nyata dalam Sumpah Pemuda tahun 1928 yang melahirkan nasionalisme Indonesia yang sekaligus mampu mendorong dalam proses pencapaian kemerdekaan Republik Indonesia. 78 http : Kopitudashak.wordpress.com 20091008 politik-luar-negeri-Indonesia-pasca-kemerdekaan- antara-romantisme-dan –konfrontasi, diakses pada tanggal 28 Oktober 2009 Universitas Sumatera Utara melalui perjuangan bersenjata dengan mematahkan kekutan senjata penjajah yang jauh lebih modern. Sekalipun kekutan persenjataannya tidak memadai, berkat perjuangan yang dijiwai semangat persatuan dan kesatuan bangsa yang tidak kenal menyerah, rela berkorban yang diiringi motivasi tinggi maka penjajah akhirnya bias diusir. Diantara Negara-negara yang merdeka setelah perang dunia ke II hanya sedikit yang merebut kemerdekaannya dengan revolusi, salah satunya adalah Indonesia. Perumusan politik luar negeri Indonesia pascakemerdekaan merupakan kalkulasi yang komprehensif antara posisi realpolitik Indonesia secara internasional Pem. RI atas pidato Hatta, image positif founding father terhadap Indonesia, serta keinginan untuk eksis dalam percaturan politik internasional yang dibungkus Dalam pertimbangan geopolitik untuk mencari kemerdekaan RI secara menyeluruh Pem RI respon pidato Hatta sebagai tujuan nasional. Kemerdekaan yang dimaksudkan adalah pengakuan internasional – yang bisa didapatkan melalui usaha penegakan ketertiban umum demi meraih simpati Sekutu – dan upaya untuk menjaga kesatuan wilayah kedaulatan secara integral. Upaya ini bukanlah hal yang mudah dengan aib militerisme Jepang dimasa lampau MichaelLeifer,1989. 79 79 Ibid Karena itu bagi para pendiri Negara anti sifat penjajah, kegandrungan akan melindungi segenap bangsa, memajukan kesehjahteraan umum, dan mencerdaskan kehidupan bangsa serta ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan perdamaian abadi dan keadilan social dan dijadikan tujuan dasar Negara Indonesia yang adalah tujuan politik luar negeri Indonesia. Universitas Sumatera Utara Politik luar negeri merupakan suatu aspek kegiatan kehidupan bangsa dan negara dalam artian bahwa melalui pelaksanaan politik luar negeri itu terselenggaralah interaksi bangsa dan negara dengan komunitas internasional masyarakat internasional; melalui politik luar negeri maka suatu bangsa dan negara memasuki pergaulan antar bangsa. 80 Yang mendasari pelaksanaan politik luar negeri pada masa itu ialah suatu pendekatan unik untuk mencapai sasaran. Perlawanan bersenjata tidak dikesampingkan begitu saja, akan tetapi kemerdekaan dipandang lebih dapat dicapai dan dipeertahankan melalui proses diplomasi yang melibatkan mediasi pihak ketiga. Politik luar negeri Indonesia lahir dari rentetan sejarah yang panjang diawali dari perjuangan kemerdekaan bangsa Indonesia. Indonesia memperoleh pengakuan kedaulatan dari pemerintah belanda pada tanggal 27 desember 1949 sebagai hasil konferensi meja bundar KMB yang diselenggarakan di Den Haag, negeri belanda. Empat tahun sebelumnya, tepatnya pada tanggal 17 agustus 1945, kemerdekaan Indonesia telah diproklamasikan hanya dua hari setelah jepang menyerah pada sekutu. Politik luar negeri Indonesia mendapatkan bentuk awalnya dari usaha-usaha repoblik ini memperoleh pengakuan internasional guna mencegah kembalinya kekuasaan Kolonial Belanda. 81 80 http:globalisasi.wordpress.com20061225pendekatan-terhadap-studi-politik-luar-negeri. 81 Dahlan Nasution, Politik Internasional Konsep dan teori, Penerbit Erlangga, Jakarta, 1989, hal.40 Proses ini menjadi mungkin sejak berkat kehadiran militer inggris yang mendapat tugas menerima penyerahan jepang. Ketika kepentingan-kepentingan luar lainnya Universitas Sumatera Utara melibatkan diri selama tahun 1947 melalui media PBB, indentitas internasional Indonesia semakin diperkuat. Sehubungan dengan itu Presiden Soekarno sendiri pada peringatan Hari Ulang Tahun Proklamasi Kemerdekaan Ketiga mengatakan : “Bangsa Indonesia telah memasuki dunia internasional. Cepat atau lambat dunia pasti akan ikut serta dalam menyelesaikan konflik Indonesia-belanda. Hal inilah yang menjadi dasar politik luar negeri Republik.” 82 Pengalaman mencapai kemerdekaan dengan cara seperti ini menunjukan kegunaan suatu teknik Diplomasi yang pada waktu berikut-berikutnya digunakan dalam menyelesaikan perselisihan internasional. Disamping itu pengalaman pahit dengan belanda, dan sikap Negara-negara adikuasa yang serba mendua terhadap pernyataan kemerdekaan Indonesia mempunyai pengaruh yang menentukan pada wawasan internasional para pemimpin politik setelaha penyerahan kedaulatan. Disamping itu konflik dengan Belanda juga berperan mempertegas pertentangan politik di dalam pergerakannasionalis yang tak begitu homogen. Dalam masa revolusi nasional, dilaksanakanlah dua cara pelaksanaan politik luar negeri yang sangat berbeda dan bersaingan. Cara yang pertama ialah diplomasi yang merupakan alat yang digunakan terutama untuk menjamain penyerahan kedaulatan. Cara lain ialah perjuangan yang timbul dari suatu keyakinan bahwa kemerdekaan sejati hanya akan dapat dicapai melalui konfrontasi tak mengenal kompromi dengan Belanda. Universitas Sumatera Utara Pandangan yang terakhir ini memainkan peranan penting dalam mempertahankan momentum revolusi nasional, dan pada akhirnya juga memainkan peranan penting dalam mencegah upaya Belanda menerapkan penyelesaian secara militer. Walaupun esensi kedua cara ini berbeda, tetapi para pendukung kedua strategi ini memiliki titik temu dalam kesamaan pengalaman yang diteruskan kedalam kemerdekaan. Pada periode ini ada tiga sasaran pokok yang hendak dicapai oleh politik luar negeri Indonesia, yakni : a Mencari pengakuan internasional atas kemerdekaan Indonesia b Mempertahankan kemerdekaan dari usaha Belanda yang ingin kembali ke Indonesia memaksakan pemerintah kolonialnya berdasarkan pada dekrit Ratu Wihelmina 7 Desember 1942; c Mencari penyelesaian sengketa dengan Belanda melalui Negara ketiga sebagai mediator atau dengan melalui forum PBB Agung, 1973,29 Prinsip ideal politik luar negeri telah dinyatakan dinegara Indonesia sebagai “bebas dan aktif”. Prinsip ini dikemukakan pertama kali pada bulan September 1948 oleh Almarhum Mohammad Hatta, Wakil Presiden pertama yang merangkap sebagai Perdana Menteri yang disampaikan melalui pidatonya yang berjudul ”Mendayung Antara Dua Karang”. Sejak saat itu, RI menganut ”politik luar negeri yang bebas dan aktif yang dipahami sebagai sikap dasar RI yang menolak masuk dalam salah satu blok negara- 82 Supri Jusuff, Hubungan Internasional dan Politik Luar Negeri, Pustaka Sinar Harapan, Jakarta, 1989, Universitas Sumatera Utara negara superpowers; menentang pembangunan pangkalan militer asing di dalam negeri; serta menolak terlibat dalam pakta pertahanan negara-negara besar. Namun, RI tetap berusaha aktif terlibat dalam setiap upaya meredakan ketegangan di dunia internasional. Seperti diamanatkan konstitusi, RI juga menentang segala bentuk penjajahan di atas muka bumi ini, dan menegaskan bahwa politik luar negeri harus diabdikan untuk kepentingan nasional. Inti dari azas politik luar negeri yang harus ditempu Indonesia dalam situasi internasional yang ditanda tangani oleh pertentangan antara dua raksasa atau kubu, adalah tidak memihak dan kepercayaan pada diri sendiri. Dalam kata-kata Bung Hatta pada waktu itu antara lain adalah : “Tetapi mestikah kita bangsa Indonesia memperjuangkan kemerdekaan bangsa dan negara kita, hanya harus memilih anatara pro-Rusia atau pro- AS? Apakah tak ada pemikiran yanh harus kita ambil dan mengejar cita- cita kita? Pendirian yang harus kita ambil adalah supaya kita jangan menjadi objek dalam pertarungan politik internasional melainkan kita harus tetap menjadi subjek yang menentukan sikap kita sendiri, berhak menentukan tujuan kita sendiri, yaitu Indonesia merdeka seutuhnya. Perjuangan kita harus diperjuangkan atas dasar semboyan yana lama; percaya akn diri sendiri dan berjuang atas kesanggupan diri sendiri. Ini tidak berarti kita tidak mengambil keuntungan dari pada pergolakan politik Internasional. Memang tiap-tiap politik untuk mencapai kedudukan negara yang kuat telah”. 83 Azas politik luar negeri yang bebas dan aktif dalam konteks internasional itu menurut pandangan Hatta, adalah politik luar negeri Republik Indonesia bukanlah politik kenetralan, karena tidak dibangun dalam referensi pada Negara-negara yang berperang tetapi dengan maksud untuk memperkuat dan menjujung tinggi perdamaian Hal. 10 Universitas Sumatera Utara dan menempuh jalannya sendiri dalam berbagai masalah Internasional. Selain itu pernyataan pemerintah dan penjelasan hatta itu menggungkapkan dalil-dalil dasar dari apa yang kemudian dikenal sebagai azas non blok dalam politik luar negeri, suatu azas yang merupakan dasar bersama bagi Negara-negara Asia, Afrika dan Amerika Latin. Selain bebas dan aktif, politik luar negeri Indonesia sebagai negara yang baru saja merdeka, Indonesia sangat sadar akan kemerdekaannya itu dengan sangat peka terhadap penjajahan. Sebab itu, politik luar negeri Indonesia pada dasarnya yang anti- kolonialisme, seperti tercermin dalam pembukaan UUD 1945, diawali dengan kalimat “ Bahwa sesungguhnya kemerdekaan itu ialah hak segala bangsa dan oleh sebab itu, penjajahan di atas dunia harus dihapuskan, karena tidak sesuai dengan perikemanusiaan dan perikeadilan”. Sikap ini diperkuat dengan penjelasan lebih lanjut oleh Bung Hatta dlam kaitannya dengan politik luar negeri Indonesia yang bebas dan aktif, bahwa tujuan utama politik luar negeri Indonesia, yakni : a Mempertahankan kemerdekaan rakyat dengan menjaga keselamatan Negara. b Untuk mendapatkan perlengkapan pokok yang membangun kembali apa yang telah hancur atau rusak dan modal bagi industri aliansi, pembuatan dan mekaninisme sebagaian pertanian . Ada dua hal yang dapat dicatat dalam periode ini, yaitu : - pencapaian kepentingan nasional national interest untuk mendapatkan pengakuan internasional karena pada periode ini banyak negara yang belum mengakui keberadaan indonesia sebagai negara yang berdaulat. 83 Ibid, hal.12 Universitas Sumatera Utara - Pada periode ini, politik luar negeri yang bebas-aktif mendapatkan suatu ujian dengan terjadinya pemberontakan PKI di Madiun 1948.

2.2.2 Politik Luar Negeri Indonesia Periode Demokrasi Liberal 1950-1959