Pengertaian PBB dan Penagihan

D. Pengertaian PBB dan Penagihan

1. Pengertian Pajak Bumi dan Bangunan Pajak Bumi dan Bangunan PBB adalah Pajak yang dikenakan atas Bumi dan Bangunan. Pengertian Bumi Yang dimaksud dengan bumi adalah permukaan bumi dan tubuh bumi yang ada dibawahnya. Permukaan bumi meliputi tanah dan perairan pedalaman serta laut wilayah indonesia. Perairan pedalaman misalnya tambak, rawa-rawa, sungai. Dalam pengertian laut wilayah Indonesia termasuk wilayah Zona Ekonomi Eksklusif ZEE Indonesia. Pengertian Bangunan Bangunan adalah konstruksi yang ditanam atau dilekatkan secara tetap pada tanahperairan. Termasuk dalam pengertian bangunan adalah: Jalan tol, Kolam Renang, Pagar Mewah, Dermaga, Taman Mewah, Tempat penampungankilang minyak, Fasilitas lain yang memberikan manfaat. Bentuk nyata dari konstruksiteknik yang ditanam atau diletakan secara tetap pada tanah atau perairan adalah bangunan yang berada dibawah atau diatas permukaan tanah atau perairan yang digunakan untuk tempat tinggal, tempat usaha dan tempat yang diusahakan. 2. Pengertian Penagihan Penagihan Pajak adalah serangkaian tindakan agar Penanggung Pajak melunasi utang pajak dan biaya penagihan pajak dengan menegur atau memperingatkan, melaksanakan penagihan seketika dan sekaligus, memberitahukan Surat Paksa, mengusulkan pencegahan, melaksanakan penyitaan,melaksanakan penyanderaan, menjual barang yang telah disita. Ada beberapa pengertian penagihan, antara lain: a. Menurut Prof. DR. H. Rochmat Soemitro. Moeljo Hadi. 1995. hal. 2 Penagihan adalah perbuatan yang dilakukan oleh Direktorat Jendral Pajak, karena Wajib Pajak tidak memenuhi ketentuan Undang-Undang, khususnya mengenai pembayaran pajak yang terutang. b. Menurut Moeljo Hadi, S.H. Moeljo Hadi. 1995. hal. 2 Penagihan adalah serangkai tindakan dari aparatur Direktorat Jendral Pajak, berhubung dengan Wajib Pajak tidak melunasi sebagianksluruhan kewajiban perpajakan yang terutang menurut Undang-Undang perpajakan yang berlaku. c. Pada pasal 1 angka 9 Undang-Undang No. 19 tahun 2000 disebutkan: Penagihan pajak adalah serangkaian tindakan agar penanggung pajak melunasi utang pajak dan biaya penagihan pajak dengan menegur atau mempringatkan, melaksanakan penagihan seketika dan sekaligus, memberitahukan Surat Paksa, mengusulkan pencegahan, melakukan penyitaan, melaksanakan penyandraan, menjual barang yang telah disita. 3. Dasar Penagihan Dasar Penagihan Pajak Bumi dan Bangunan adalah : a. Surat Pemberitahuan Pajak Terutang SPPT b. Surat Ketetapan Pajak SKP c. Surat Tagihan Pajak STP 4. Pelaksanaan Penagihan a. Kegiatan tindakan pelaksanaan sejak tanggal jatuh tempo pembayaran sampai dengan pengajuan pentapan tanggal dan tempat pelelangan adalah: Kepala KPPBB atau KPP Pratama dapat melaksanakan tindakan penagihan PBB apabila pajak yang terutang sebagaimana tercantum dalam STP PBB tidak atau kuang dibayar setelah lewat jatuh tempo pembayaran. b. Penerbitan Surat Teguran ST sebagai awal tindakan pelaksanaan penagihan pajak dilakukan segera setelah 7 hari sejak saat jatuh tempo pembayaran. c. Setelah lewat waktu 21 hari sejak diterbitkannya ST, jumlah utang pajak yang masih harus dibayar tidak dilunasi oleh Penanggung Pajak, Kepala KPPBBKPP Pratama segera menerbitkan Surat Paksa SP d. Setelah lewat waktu 2x 24 jam sejak Surat Paksa SP diberitahukan kepada Penanggung Pajak, jumlah utang pajak yang masih harus dibayar tidak dilunasi oleh Penanggung Pajak, Kepala KPPBBKPP Pratama segera menerbitkan Surat Perintah Melaksanakan Penyitaan SPMP. e. Setelah lewat waktu 14 empat belas hari sejak tanggal pelaksanaan penyitaan, apabila utang pajak dan biaya penagihan yang masih harus dibayar tidak dilunasi oleh Penanggung Pajak, Kepala KPPBBKPP Pratama segera melaksanakan Pengumuman Lelang PL. f. Setelah lewat waktu 14 empat belas hari sejak tanggal pengumuman lelang, apabila utang pajak dan biaya penagihan yang masih harus dibayar tidak dilunasi oleh Penanggung Pajak, Kepala KPPBBKPP Pratama segera melaksanakan penjualan barang sitaan Penanggung Pajak melalui Kantor Lelang. g. Dalam hal dilakukan Penagihan Seketika dan Sekaligus, kepada Penanggung Pajak dapat diterbitkan SP tanpa menunggu tanggal jatuh tempo pembayaran atau tanpa menunggu lewat tenggang waktu 21 hari sejak ST diterbitkan. 5. Hak-hak Wajib Pajak a. Meminta Juru Sita memperlihatkan tanda pengenal Juru Sita Pajak. b. Menerima salinan Surat Paksa dan Salinan Berita Acara Penyitaan. c. Menentukan urutan barang yang akan dilelang. d. Mendapat kesempatan terakhir untuk melunasi utang pajak beserta denda termasuk biaya penyitaan, iklan, dan biaya pembatalan lelang serta melaporkan pelunasan tersebut kepada Kantor Pelayanan PBBKPP Pratama yang bersangkutan sebelum pelaksanaan lelang. 6. Kewajiban Wajib Pajak a. Membantu Juru Sita Pajak dalam melaksanakan tugasnya dengan : - memperbolehkan memasuki ruangan, tempat usaha,tempat tinggal; - memberikan keterangan lisan atau pun tertulis yang diperlukan; b. Barang yang disita dilarang dipindahtangankan, dihipotikkan, atau disewakan. 7. Tugas Juru sita Pajak a. melaksanakan Surat Perintah Penagihan Seketika dan sekaligus; b. memberitahukan Surat paksa c. melaksanakan penyitaan atas barang Penanggung Pajak berdasarkan Suarat Perintah Melaksanakan Penyitaan; dan d. melaksanakan penyanderaan berdasarkan Surat Perintah Penyanderaan 8. Lain-lain a. Jurusita Pajak dalam melaksanakan tugasnya harus dilengkapi dengan kartu tanda pengenal Jurusita Pajak dan harus diperlihatkan kepada Penanggung Pajak b. Dalam melaksanakan penyitaan Jurusita berwenang memasuki dan memeriksa semua ruangan termasukmembuka lemari, laci dan tempat lain untuk menemukan objek sita ditempat usaha, di tempat kedudukan atau ditempat tinggal Penanggung Pajak, atau tempat lain yang dapat diduga sebagai tempat penyimpanan objek sita. c. Dalam melaksanakan tugasnya Jurusita Pajak berhak meminta bantuan Kepolisian, Kejaksaan, Departemen yang membidangi hukum dan perundang-undangan, Pemerintah Daerah setempat, Bandan Pertanahan Nasional, Direktorat Perhubungan Laut, Pengadilan Negeri, Bank atau pihak lain.

E. Penagihan Pajak Seketika dan Sekaligus