Prosedur penagihan PBB Prosedur Penagihan Pajak Bumi Dan Bangunan (PBB) Pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Binjai (KPP. Pratama Binjai)

BAB IV ANALISA DAN EVALUASI

A. Prosedur penagihan PBB

Tindakan prosedur penagihan Pajak Bumi dan Bangunan di awali dengan pengeluaran Surat Teguran sampai dengan pelaksanaan Lelang. Namun demikian dalam rangka memberikan pelayanan kepada masyrakat Wajib Pajak, pemberitahuan melalui komunikasi telephon, surat, atau cara lain sebelum jatuh tempo pembayaran hendaknya dilakukan. Tindakan pelaksanaan penagihan jharus dilaksanakan sampai tuntas, dengan hasil akhir berupa pelunasan hutang pajak. Sebagaiman menurut Pasal 11 UU No 12 Tahun 1985 1 Pajak yang terhutang berdasarkan Surat Pemberitahuan Pajak Terhutang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 ayat 1harus dilunasi selambat-lambatnya enam bulan sejak tanggal diterimanya Surat Pemberitahuan Pajak Terhutang oleh wajib pajak. 2 Pajak yang terhutang berdasarkan Surat Ketetapan Pajak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 ayat 3 dan ayat4 harus dilunasi selambat-lambatnya 1 satu bulan sejak tanggal diterimanya Surat Ketetapan Pajak oleh wajib pajak. 3 Pajak yang terhutang yang pada saat jatuh tempo pembayaran tidak dibayar atau kurang dibayar, dikenakan denda administrasi sebesar 2 dua persen sebulan, yang dihitung dari saatjatuh tempo sampai dengan hari pembayaran untuk jangka waktu paling lama 24dua puluh empat bulan. 4 Denda administrasi sebagaimana dimaksud dalam ayat 3 ditambah dengan hutang pajak yang belum atau kurang dibayar ditagih dengan Surat Tagihan Pajak yang harus dilunasi selambat-lambatnya 1 satu bulan sejak tanggal diterimanya Surat Tagihan Pajak oleh wajib pajak. 5 Pajak yang terhutang dibayar diBank, Kantor Pos dan Giro, dan tempat lain yang ditunjuk oleh Menteri Keuangan. 6 Tata Cara pembayaran dan penagihan sebagaimana dimaksud dalam ayat 1, ayat 2, ayat 3, ayat 4,dan ayat 5 diatur oleh Menteri Keuangan. Penjelasan Pasal 11 Ayat 1 Contoh: Apabila SPPT diterima oleh wajib pajak tanggal 1 Maret 1986, maka jatuh tempo pembayarannya adalah tanggal 31Agustus 1986. Ayat 2 Contoh: Apabila SKP diterima oleh wajib pajak tanggal 1 Maret 1986, maka jatuh tempo pembayarannya adalah tanggal 31Maret 1986. Ayat 3 Menurut ketentuan ini pajak yang terhutang pada saat jatuh tempo pembayaran tidak atau kurang dibayar, dikenakan denda administrasi 2dua persen setiap bulan dari jumlah yang tidak atau kurang dibayar tersebut untuk jangka waktu paling lama 24 dua puluh empat bulan, dan bagian dari bulan dihitung penuh 1 satu bulan. Contoh : SPPT tahun pajak 1986 diterima oleh wajib pajak pada tanggal 1 Maret 1986 dengan pajak terhutang sebesar Rp 100.000,00 seratus riburupiah. Oleh wajib pajak baru dibayar pada tanggal 1September 1986. Maka terhadap wajib pajak tersebut dikenakan denda administrasi sebesar 2 dua persen yakni: 2 x Rp 100.000,00 = Rp 2.000,00. Pajak yang terhutang yang harus dibayar pada tanggal 1September 1986 adalah: Pokok pajak + denda administrasi = Rp 1.000.000,00 + Rp 2.000,00 =Rp102.000,00 Bila wajib pajak tersebut baru membayar hutang pajaknya pada tanggal 10 Oktober 1986, maka terhadap wajib pajak tersebut dikenakan denda 2 x 2 dari pokok pajak, yakni 4 x Rp 100.000,00 = Rp 4.000,00 Pajak yang terhutang yang harus dibayar pada tanggal 10Oktober 1986 adalah: Pokok pajak + denda administrasi = Rp 1.000.000,00 + Rp 4.000,00 =Rp104.000,00 Ayat 4 Menurut ketentuan ini denda administrasidan pokok pajak seperti tersebut pada contoh penjelasan ayat 3, ditagih dengan menggunakan Surat Tagihan Pajak STP yang harus dilunasi dalam jangkawaktu satu bulan sejak tanggal diterimanya STP tersebut. Ayat 5 Cukup jelas Ayat 6 Cukup jelas Pasal 12 UU No 12 Tahun 1985 Surat Pemberitahuan Pajak Terhutang, Surat Ketetapan Pajak, dan Surat Tagihan Pajak merupakan dasar penagihan pajak. Penjelasan Pasal 12 Cukup jelas Pasal 13 UU No 12 Tahun 1985 Jumlah pajak yang terhutang berdasarkan Surat Tagihan Pajak yang tidak dibayar pada waktunya dapat ditagih dengan Surat Paksa. Penjelasan Pasal 13 Dalam hal tagihan pajak yang terhutang dibayar setelah jatuh tempo yang telah ditentukan, penagihannya dilakukan dengan surat paksa yang saat ini berdasarkan Undang-undang Nomor 19 Tahun 1959 tentang Penagihan Pajak Negara dengan Surat Paksa. UU Nomor 19 Tahun 1997 tentang Penagihan Pajak dengan Surat Paksa s.t.d.d. UU Nomor 19 Tahun 2000 Pasal 14 UU No 12 Tahun 1985 Menteri Keuangan dapat melimpahkan kewenangan penagihan pajak kepada Gubernur Kepala DaerahTingkat I danatau BupatiWalikotamadya Kepala Daerah Tingkat II. Penjelasan Pasal 14 Pelimpahan kewenangan penagihan pajak kepada Gubernur Kepala Daerah Tingkat I danatau BupatiWalikotamadya Kepala Daerah Tingkat II, bukanlah pelimpahan urusan penagihan, tetapi hanya sebagai pemungut pajak, sedangkan pendataan objek pajak dan penetapan pajak yang terhutang tetap menjadi kewenangan Menteri Keuangan. Adapun urutan Prosedur Penagihan Pajak Bumi dan Bangunan yaitu: 1. Penerbitan Surat Teguran. Surat Teguran adalah surat yang diterbitkan oleh pejabat untuk melunasi utang pajakya. Sebelum dikeluarkan Surat Teguran maka saksi Penagihan harus melakukan tindakan-tindakan sebagai berikut: a. Melakukan penelitian terhadap tindasan Surat Tagihan yang telah lewat 7 tujuh hari dari tanggal jatuh tempo tetapi harus dibayar lunas oleh Wajib Pajak, dan hasilnya dituangkan dalam Daftar Himpunan STP. b. Membuat surat teguran dalam rangkap 2 dua dengan menggunakan formulir dan meneruskannya kepada Kepala Kantor PBB untuk ditadatangani. c. Menyampaikan Surat Teguran kpada Wajib Pajak dan tindasannya sebagai arsip untuk dicatat dalam Daftar Pengawasan Tindakan Penagihan. 2. Penerbitan Surat Paksa. a. Pengertian Surat Paksa. Surat Paksa adalah Surat Perintah membayar utang pajak dan biaya penagihan pajak. b. Pelaksanaan Penagihan PBB dengan Surat Paksa Pelaksanaan Penagihan PBB dengan surat Paksa adalah sebagai berikut: a Juru Sita mendatangi tempat tingggaltempat kedudukan Wajib PajakPenanggung Pajak, dengan memperlihatkan tanda pengenal diri sebagai Juru Sita Pajak Negara. Juru Sita mengumukakan maksud kedatangannya yaitu memberikan Surat Paksa dengan menandatangani Berita acara dan menyerahkan salinan Surat Paksa dimaksud. b Sebelum menyerahkan salinan Surat Paksa dan menandatangani Berita acara penyampaian Surat Paksa, jika Juru Sita bertemu langsung dengan Wajib PajakPenanggung pajak diminta agar Wajib Pajak atau penanggung Pajak memperliahatkan surat-surat keterangan pajak yang ada untuk diteliti : apakah sisa- sisa PBB terhutang menurut SPT cocok dengan sisa pajak yang terutang dengan yang tercantum pada Surat Paksa, apakah ada Surat Keputusan Pengurangan Penghapusan, apakah ada kelebihan pembayaran dari tahun PBB yang lainnya yang belum diperhitungkan, dan apakah terhadap utang PBB tersebut dalam Surat Paksa diajukan keberatan. c Kalau Juru Sita tidak menjumpai Wajib Pajak Penanggung Pajak, maka salinan Surat Paksa tersebut dapat diserahkan kepada : Keluarga penanggung pajak atau orang yang bertempat tinggal sama dengan Wajib PajakPenanggung Pajak yang akil baliq dewasa dan sehat mental ; Anggota pengurus, komisaris, para persero dari Badan Usaha yang bersangkutan atau Pejabat Pemerintah setempat Bupati Walikota Camat Lurah dalam hal mereka yang tersebut dalam butir 1 dan 2 diatas tidak dijumpai. Pejabat-pejabat ini harus membri tandatangan pada Surat Paksa dan salinannya kepada Wajib Pajak Penanggung Pajak yang bersangkutan. d Surat Paksa yang sudah dilaksanakan diserahkan kepada Kasi Penagihan disertai Laporan Pelaksanaan Surat Paksa untuk dimasukkan dalam berkas penagihan Wajib Pajak Penanggung Pajak yang bersangkutan dengan terlebih dahulu dicatat tanggal pelaksanaan Surat Paksa dalam daftar Pengawasan Tindakan Pelaksanaan Penagihan dan pada Tindakan Surat Tagihan Pajak. Dalam melakukan Surat Paksa tersebut Juru Sita sedapat mungkin melihat keadaan rumah tanggaperusahaan Wajib Pajak Penanggung Pajak untuk dapat memberikan informasi dalam rangka mengambil langkah berikutnya. c. Hal-hal yang perlu mendapat perhatian untuk dilaporkan dalam pelaksanaan Surat Paksa: a Pengajian Surat Keberatan dan penyelesaian berupa pengurangan. Mengenai hal ini agar diuraikan secara jelas dan jangan sampai melaksanakan penagihan secara paksa dengan tunggakannya sudah dikurangkan. b Jenis, letak dan taksiran hara dari objek sita dengan memperhatikan tunggakan pajak dan biaya pelaksanaan sita dan lelang yang mungkin akan dikeluarkan. c Dalam kesal dan usul hendaknya dilaporkan keadaan yang sebenarnya dari Wajib PajakPenanggung Pajak antara lain : kemampuan bayar, iktiad mau membayar dan pandangannya terhadap penetapanPenagihan Pajak dan sebagainya. Juru sita dapat mengajukan usul untuk tindakan penagihan selanjutnya. d Apabila Juru Sita tidak dapat melaksanakan Surat Paksa secara langsung, maka harus membuat laporan secara tertulis mengenai sebab-sebabnya dan usaha-usaha yang telah dilakukan dalam upaya pelaksanaan Surat Paksa tersebut antara lain menghubungi Pejabat Pemerintah setempat, polisi dan sebagainya. 3. Penerbitan Surat Perintah Melakukan Penyitaan. a. Pengertian Penyitaan. Penyitaan adalah tindakan Juru Sita Pajak untuk menguasai barang Penanggung Pajak, guna dijadikan jaminan untuk melunasi utang pajak menurut peraturan Perundang- undangan. b. Ketentuan-ketentuan Dalam Pelaksanaan Sita. a Sita dilakukan oleh Juru Sita bersama-sama 2 dua orang saksi yang memenuhi syarat, yaitu: Warga Negara penduduk Indonesia; sudah mencapai usia 21 tahun; dikenal olh Juru Sita; dapat yang dipercaya. b Pertama-pertama yang disita adalah barang gerak. Jika jumlah nilai barang gerak tidak mencukupi maka dapat diteruskan dengan menyita barang tak gerak sampai jumlah menculupi untuk membayar utang pajak tersebut serta biaya pelaksanaannya. c Dibuat Berita Acara. c. Berita Acara Sita. Dalam membuat Berita Acara Sita hal-hal yang harus diperhatikan yaitu: Berita Acara harus dibuat secara jelas, benar dan lengkap; Pencantuman taksiran harga barang yang dimaksudkan untuk dapat membatasi sampai jumlah beberapa penyitaan itu dilakukan, dan taksiran harga dilakukan berdasarkan harga yang wajar; Mencantumkan sebab-sebab jika penyitaan tidak dapat dilakukan; Para saksi yang nama, pekerjaan dan alamat tempat tinggalnya disebut dalam Berita Acara serta salinan-salinannya. d. Salinan Berita Acara Sita. a Dalam hal yang disita adalah barang gerak, Berita Acara Pelaksanaan Sita dibuat dalam rangkap 2 dua; Lembar ke-1 asli diserahkan kepada Kasi Penagihan untuk selanjutnya digabungkan ke dalam berkas penagihan Wajib Pajak yang bersangkutan; Lembar ke-2 salinan untuk ditempelkan ditempat umum atau di tempat-tempat dimana barang gerak atau tak gerak kepunyaan Wajib PajakPenanggung Pajak di Sita. b Dalam hal penyitaan atas barang tak bergrak maka Berita Acara dibuat ragkap 3 tiga, satu salinan untuk diserahkan kepada Kantor Badan Pertahanan Nasional Syahbandar Kantor Pengadilan Negeri Setempat. Apabila dalam jangka waktu 2x24 jam sejak tanggal pembritahuan Surat Paksa Wajib Pajak Penanggung Pajak belum melunasi utang Pajaknya, maka dapat dilakukan penyitaan terhadap harta kekayaan Wajib Pajak Penanggung Pajak oleh Kantor Pelayanan Pajak dengan mengeluarkan Surat Perintah melakukan Penyitaan. Nomor dan Tanggal Surat Perintah melakukan Penyitaan dicatat dalam daftar Pengawasan Tindakan Penagihan. Sebelum melakukan penyitaan terhadap harta dan kekayaan Wajib Pajak Penanggung Pajak atau aktiva milik perusahaan maka Juru Sita PBB hendaknya mengumpulkan data dan mempelajari data mengenai aktiva yang akan disita tersebut, data ini dapat diproleh melalui SPOP ; Laporan petugas pendata; Laporan Pelaksanaan Surat Paksa. Barang-barang gerak yang disita dititipkan Wajib Pajak Penanggung Pajak dan hal tersebut dapat diberitahukan kepada polisi yang harus menjaga supaya jangan ada barang-barang yang diambil orang, dipindah tangankan, digadaikan dan sebagainya. Juru Sita PBB memberitahukan kepada Wajib Pajak yang dimaksud dari penyitaan yaitu bawa barang-barang yang disita akan dijual melalui pelelangan dengan perantaraan Kantor Lelang Negara apabila Wajib Pajak Penanggung Pajak tidak melunasi utang pajaknya. Selembar dari salinan Berita Acara Pelaksanaan Sita ditempelkan ditempat umum atau tempat dimana barang gerak dan tak gerak kepunyaan Wajib Pajak Penanggung Pajak disita. Penempelan tersebut brlaku sebagai pemberitahuan maksud tindakan Juru Sita PBB kepada Wajib Pajak, segel Sita juga ditempelkan pada barang-barang yang disita. Penyitaan atas barang tak bergrak harus didaftarkan ke Kantor Badan Pertahanan Nasional Syahbandar Kantor Pengadilan Negeri Setempat. Apabila Wajib Pajak Penanggung Pajak sudah melunasi utang pajaknya sebelum permintaan penetapan tanggal pelelangan diajukan kepada Kepala Kantor Lelang Negara setempat, maka Kepala Kantor Pelayanan Pajak harus segera menerbitkan Surat Pencabutan Sita. 4. Pencabutan Sita. a. Surat Pencabutan Sita; Lembar ke-1 dikirim kepada Wajib Pajak, Lembar ke-2 dimasukkan kedalam berkas penagihan Wajib Pajak Penanggung Pajak yang bersangkutan. b. Dalam hal penyitaan barang tak gerak maka surat Pencabutan Sita dibuat rangkap 3 tiga untuk diserahkan kepada Badan Pertahanan Nasional Syahbandar Kantor Pengadilan Negeri Setempat. 5. Pengajuan Permintaan Jadwal waktu dan Tempat Pelelangan. Jika telah lewat 14 hari sejak tanggal pelaksanaan Surat Perintah melakukan Penyitaan, Wajib Pajak Penanggung Pajak belum juga melunasi utang pajaknya maka Kepala Kantor Pelayanan Pajak mengajukan permintaan penetapan jadwal waktu dan pelelangan kepada Kantor Lelang Negara Setempat. Setelah mendapat kpastian tentang tanggal dan tempat pelelangan akan dilaksanakan, maka Juru Sita PBB memberitahukan hal tersebut kepada Wajib Pajak Penanggung Pajak dengan segera secara tertulis. Hal ini dimaksudkan sebagai peringatan terakhir kepada Wajib Pajak Penanggung Pajak untuk melunasi utang pajaknya. 6. Pengumuman Lelang. Kasi Penagihan membuat konsep pengumuman Lelang dan meneruskan konsep pengumuman ini kepada KPP. Pratama untuk diiklankan di surat kabar. Apabila pengumuman lelang sudah dimuat dalam surat kabar maka tanggal pemuatan dicatat dalam Daftar Pengawasan Tindakan Penagihan dalam tindakan STP. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam mengadakan pengumuman Lelang: a. Apabila barang yang dilelang hanya barang gerak saja maka pengumumannya dilakukan hanya dengan menurut kebiasaan setempat tidak diharusi melalui iklan di surat kabar misalnya menggunakan surat selebaran atau diumumkan melalui Pemerintahan Daerah setempat. Penjualan dariu barang-barang tersebut tidak boleh dilakukan sebelum 14 hari daru saaat pengumuman itu dilakukan. b. Apabila selain barang gerak yang tidak mudah rusak juga akan dilelang harta tak gerak, maka pengumuman dilaksanakan dua kali dengan berselang 158 hari, dimana paling tidak satu kali pengumuman tersebut dilakukan mlalui iklan surat kabar setempat. Penjualan dilakukan secara serentak dan baru dapat dilakukan setelah 14 hari sejak pengumuman yang dilakukan melalui iklan surat kabar. 7. Pembatalan Pengumuman Lelang. Apabila Wajib Pajak Penanggung Pajak melunasi utang-utang pajak serta biaya penagihannya sebelum pelaksanaan lelang, maka pengumuman lelang itu harus dibatalkan dengan memuat iklan pembatalan lelang dalam surat kabar pula. Pembatalan pengumuman lelang baru dapat dilakukan apabila Wajib Pajak Penanggung Pajak menunjukan bukti pembayaran uatng pajak serta membayar biaya penagihannya termasuk biaya pengumuman lelang serta biaya pembatalan pengumuman lelang.

B. Permasalahan dan Pemecahan